Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI PUBLIK

"BARANG PUBLIK"

Di SUSUN OLEH
RIZKA ALIS 200105035
LA UDI 190105070
ASTUTI NURLILY 190105062

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
AMBON 2021

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan inayah-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, saya sebagai penulis sangat berterima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah EKONOMI PUBLIK serta teman-teman sekalian atas
sumbngsi pemikirannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
Saya sangat berharap tugas makalah dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan . Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Ambon 14 oktober 2021


Penulis

KELOMPOK LIMA

DAFTAR ISI

COVER. : ………………………………………………………………………..…...
KATA PENGANTAR : ……………………………………………………………….
DAFTAR ISI. : ………………………………………………………………………..
BAB I. : PENDAHULUAN …………………………………………………………
A. : LATAR BELAKANG ……………………………………………………..
B. : RUMUSAN MASALAH ………………………………………………….
C. : TUJUAN PEMBAHASAN ………………………………………………
BAB II. : PEMBAHASAN …………………………………………………………..
A. : PENGERTIAN BARANG PUBLIK ………………………………….....
B. : TEORI BARANG PUBLIK ………………..………………………….....
C. : PENGERTIAN SURPLUS KONSUMEN ……………………………………..
BAB III : PENUTUP …………………………………………………………………
A. : KESIMPULAN …………………………………………………………….
B. : SARAN …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA :

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita pernah mendengar tentang barang-
barangpublik. Berbicara tentang barang publik, maka akan terlintas dalam benak kita
tentang benda-benda atau tempat-tempat yang dengan sengaja dirancang atau
dibuat oleh pemerintah untuk rakyatnya.
Aktivitas pemerintah dapat mempunyai eksternalitas yang penting. Seluruh
warga negara akan merasakan manfaat atas berbagai barang yang dibeli oleh
pemerintah. Contohnya,penyediaan pertahanan umum. Seluruh masyarakat
mendapatkan manfaat dari hal itu, apakah mereka membayar pajak atau
tidak.Pemerintah menetapkan sesuatu seperti undang-undang hak milik dan hukum
kontrak yang menciptakan lingkungan hukum dimana transaksi ekonomi terjadi.
Keuntungan yang timbul dari lingkungan ini dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Pemerintah menyediakan banyak barang publik kepada masyarakat. Sekilas,
pemerintah tidak jauh berbeda dengan organisasi lain seperti serikat pekerja,
asosiasi profesional, atau bahkan perkumpulan seperti klub mahasiswa. Mereka
memberikan manfaat dan menciptakan kewajiban bagi para anggotanya.
Pemerintah berbeda, terutama karena mereka dapat mencapai skala ekonomis dan
karena pemerintah mempunyai kemampuan untuk membiayai aktivitas mereka
melalui pendapatan pajak. Umumnya, barang publik harus disediakan oleh
pemerintah. Barang ini dikonsumsi secara kolektif. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
karena pada umumnya swasta enggan terlibat dalam penyediaan tersebut.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi atau pengertian teori barang public ?
2. Apa saja teori barang public ?
3. Apa yang dimaksud dengan surplus konsumen ?
C.TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui definisi barang public
2. Untuk mengetahui teori barang publik barang public
3. untuk Mengetahui Surplus konsumen

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BARANG PUBLIK.


Dalam ilmu ekonomi,barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-
rival dan non-eksklusif. Barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat
dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik adalah barang yang
apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut. Barang publik memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif.
Barang publik hampir sama dengan barang kolektif. Bedanya, barang publik
adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara barang kolektif
dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan
hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut.Contoh: jalan raya
merupakan barang publik, banyaknya pengguna jalan tidak akan mengurangi
manfaat dari jalan tersebut, semua orang dapat menikmati dan manfaat dari jalan
raya (non eksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan. Istilah
Barang publik sering digunakan pada barang yang non-eksklusif dan barang non-
rival. Hal ini berarti bahwa tidak mungkin bisa mencegah seseorang untuk tidak
mengonsumsi barang publik. Dan Udara juga dapat dimasukkan sebagai contoh
barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak
menghirup udara. Barang-barang yang demikian itu sering disebut sebagai barang
publik murni.
Barang public adalah barang-barang yang tidak ekskludabel dan juga tidak
rival. Artinya siapa saja tidak bisa mencegah untuk memanfaatkan barang ini, dan
konsumsi seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain melakukan
hal yang sama. Contoh:pertahanan suatu negara aman karena mampu melawan
setiap serangan dari negara lain,maka siapa saja di negara itu tidak bisa dicegah
untuk menikmati rasa aman, peluang bagi orang lain untuk turut menikmati
keamanan sama sekali tidak berkurang.

B. TEORI BARANG PUBLIK

1. Teori Pigou
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu
tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan
marginal akan pajak yang dipungut untuk membiayai program pemerintah
(menyediakan barang publik)Kelemahan analisa dari Pigou didasarkan pada
ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar pajak dan rasa kepuasan
marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah
sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif karena sifatnya ordinal.
2. Teori Bowen
Bowen mengemukakan teori yang didasarkan pada teori harga sama
halnya pada penentuan harga pada barang swasta.Bowen mendefinisikan barang
publik sebagai barang dimana pengecualian tidak dapat ditentukan. Jadi sekali suatu
barang publik sudah tersedia maka tidak ada seorangpun yang dapat dikecualikan
dari manfaat barang tersebut.Kelemahan teori ini adalah karena Bowen
menggunakan permintaan permintaan dan penawaran. Yang menjadi masalah
adalah karena pada barang publik tidak ada prinsip pengecualian sehingga
masyarakat tidak mau mengemukakan kesenangan mereka akan barang tersebut
sehingga permintaan kurva permintaan menjadi tidak ada.
3. Teori Erick Lindahl
Teori Lindahl mirip dengan yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja
pembayaran masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut akan tetpi
berupa persentase dari
total biaya penyediaan barang publik. Analisa Lindahl didasarkan pada analisis
kurva indiferen dengan anggaran tetap yang terbatas (fixed budget
constraint).Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini hanya membahas
mengenai barang publik tanpa membahas mengenai penyediaan barang swasta
yang dihasilkan oleh sektor swasta. Selain itu kelemahan utamanya adalah
penggunaan kurva indiferen. Sifat barang publik tidak dapat dikecualikan
menyebabkan tidak ada seorang individu juga yang bersedia menunjukan
preferensinya terhadap barang publik.kritikan lainya ialah teori ini hanya melihat
penyediaan barang publik saja tanpa memperhitungkan jumlah barang swasta yang
seharusnya diproduksi agar masyarakat mencapai kesejahteraan optimal.
4. Teori Samuelson
Samuelson menyatakan bahwa adanya barang yang mempunyai dua
karakteristik, yaitu :non-exclusionary dan non-rivalry, tidaklah berarti bahwa
perekonomian tidak dapat mencapai kondisi pareto optimal atau tingkat
kesejahteraan masyarakat optimal.Kelemahan :
a. Hasil analisis sangat tergantung pada tingkat kesejahteraan individu
mana yang dipilih, dan tingkat kesejahteraan mana yang mula-mula di
pilih.
b. Samuelson menunjukkan tercapainya kondisi Pareto optimal akan
tetapi kita tidak tahu apakah menunjukkan perbaikan atau penurunan
kesejahteraan seluruh masyarakat.
c. Kelemahan yang terbesar adalah pada anggapan bahwa konsumen
secara terus terang mengemukakan kesukaan mereka terhadap
barang publik dan kesukaan mereka inilah yang menjadi dasar
pengenaan biaya untuk menghasilkan barang publik. Yang Menjadi
persoalan dalam penentuan jumlah barang publik yang akan
disediakan oleh pemerintah adalah bagaimana pemerintah memungut
pembayaran dari konsumen barang publik.
d. Barang publik yang dibahas adalah barang yang mempunyai sifat
kebersamaan, yaitu barang publik yang dipakai oleh konsumen dalam
jumlah yang sama.
e. Teori Anggaran
Teori ini didasarkan pada suatu analisa di mana setiap orang
membayar atas penggunaanbarang -barang publik dengan jumlah
yang sama, yaitu sesuai dengan sistem harga untuk barang-barang
swasta.Teori alokasi barang publik melalui anggaran merupakan suatu
teori analisa penyediaan barang publik yang lebih sesuai dengan
kenyataan karena bertitik tolak pada distribusi pendapatan awal di
antara individu individu dalam masyarakat dan dapat digunakan untuk
menentukan beban pajak di antara para konsumen untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.Kelemahan dari teori ini, yaitu digunakannya
kurva indiferens sebagai alat analisis yang baik dari segi teori akan
tetapi kurang bermanfaat untuk aplikasi penggunaannya dalam
kenyataan sehari-hari.
    Teori Perilaku Konsumen
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam
pendekatan: Pendekatan Nilai guna (utiliti) cardinal dan pendekatan nilai guna
ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan
yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Dalam
pendekatan nilai guna ordinal, Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat
dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang
konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya
ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang
menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan)
yang sama.
            Teori Nilai Guna (utility)
Di Dalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang
dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau
kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna
marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna
marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan
pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai
guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna
yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke
atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu
apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna
total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan
bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak
secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang
mengonsumsinya.

   PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN


Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
suatu barang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal
Asumsi: Konsumen bersikap rasional Dengan anggaran yang tersedia, konsumen
berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.
● Pendekatan Kardinal
a.       Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b.      Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
c.       Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap
satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi
semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation
point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya
Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan
hukum Gossen.
d.      Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh
tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika
kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan
harga murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

● Pendekatan Ordinal
Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa
kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur
kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan
menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang
yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1.      Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg
satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)
2.      Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus
ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi
(marginal rate of substitution)
3.      Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva
indiferens yang berbeda.
● Cara Memaksimumkan Nilai Guna
Kerumitan yang ditimbulkan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlah
barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan
harga-harga berbagai barang. Kalau harga barang adalah bersamaan, nilai guna akan
mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah
sama.
●  Syarat Pemaksimuman Nilai Guna
Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda.
Syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai
guna yang maksimum adalah: Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
●  Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan
Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva
permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa
semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan ke atasnya. Ada 2 faktor
yang menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu
mengalami perubahan: Efek penggantian dan Efek pendapatan.
1.      Efek Penggantian
Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang
mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal
per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misal, harga
barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/P A menjadi
lebih kecil dari semula. Kalau harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi
maka perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya (atau
nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu) tidak mengalami perubahan. Dengan
demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/P B yang sekarang adalah sama dengan
sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku
Dalam keadan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka
kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih
banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. kedaan diatas menunjukkan bahwa
kalau harga naik, permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut
akan menjadi semakin sedikit.
Dengan cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa
penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan
harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu
mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per
rupiah dari barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli
barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut
menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah.

2.   Efek Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan
pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan
yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya.
Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang
dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu
barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen
menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan
ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek panggantian didalam
mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
●   Surplus Konsumen
Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan
yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi,
dikenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan
diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang
dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang
diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat.
Contoh: Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli
satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp.1500. Sesampainya dipasar ia mendapati
bahwa mangga yang diinginkannya hanya berharga Rp.1000. jadi, ia dapat memperoleh
mangga yang diinginkannya dengan harga Rp.500 lebih murah daripada harga yang
bersedia dibayarkannya. Nilai Rp.500 ini dinamakan Surplus Konsumen.

C. PENGERTIAN SURPLUS KONSUMEN


Surplus adalah nilai yang melebihi batas nilai yang telah ditentukan. Sehingga jika
nilai telah melewati batas, maka bisa dikatakan bahwa itu disebut dengan surplus. Surplus
biasanya terdapat pada beberapa grafik di bidang ekonomi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), surplus adalah jumlah yang melebihi hasil biasanya, sehingga bisa
disebut dengan berlebihan atau sisa dari barang yang dihasilkan dari aktivitas produksi.
Jadi, surplus juga bisa didefinisikan sebagai pendapatan tambahan seseorang dari harga
yang diterima pada suatu barang. Dan harga tersebut sudah melakukan penawaran terlebih
dahulu sebelum memutuskan untuk membeli barang.
Contoh surplus yang pertama adalah jika kamu berbelanja tetapi uang kamu
melebihi dari harga yang telah ditentukan. Maka hal itu bisa disebut dengan surplus pada
bidang ekonomi. Jadi, bisa dibilang surplus itu mendapatkan hasil sisa pembayaran yang
kamu lakukan jika kamu sedang berbelanja.

● Surplus dalam Bidang Ekonomi


Istilah surplus sangat erat kaitannya dengan bidang ekonomi, yang mana disebutkan bahwa
surplus bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu surplus produsen dan surplus konsumen.
Surplus pada konsumen bisa diartikan sebagai pendapatan tambahan yang baru saja
diterima seseorang.
Kemudian pendapatan tersebut didapatkan dari pembelian barang dari seseorang. Surplus
juga akan menggambarkan bagaimana kondisi yang terjadi pada produsen dan konsumen.

Biasanya kondisi tersebut bisa ditunjukkan dengan adanya grafik pada suatu hal. Dengan
grafik, maka kamu bisa tahu berapa jumlah barang yang dihabiskan oleh konsumen karena
membeli suatu barang. Setiap produsen memiliki harga yang berbeda-beda untuk setiap
barang yang dijual. Selain menggunakan grafik, maka kondisi tersebut bisa dilihat dari kurva
supply. Biasanya dengan adanya kurva itu lah bisa mengukur harga yang didapatkan dari
produsen.

1. Surplus Produsen
Surplus Produsen adalah harga barang yang dijual oleh produsen, dikurangi dengan biaya
produksi barang tersebut. Dengan kata lain, surplus produsen merupakan ukuran
keuntungan yang diperoleh oleh produsen dalam menjual produknya. Menurut Tajidan
(2014), Surplus produsen adalah besaran keuntungan yang diterima oleh produsen dengan
menjual pada mekanisme harga pasar yang lebih tinggi daripada harga minimal yang
mereka bersedia untuk menjualnya. Harga minimal sama dengan biaya variabel rata-rata.
Contoh Surplus Produsen
Contoh surplus produsen adalah sebagai berikut.
Ahmad merupakan produsen jaket kulit. Dalam memproduksi jaket kulit, ia menghabiskan
biaya sebesar Rp. 500.000, lalu ia menjual jaket kulit tersebut dengan harga Rp.
600.000/jaket. Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa biaya produksi satu jaket
kulit adalah Rp800.000,00, sedangkan harga jual satu jaket kulit adalah Rp900.000,00. Jadi,
Surplus produsen atau keuntungan Ahmad adalah Rp900.000,00 – Rp800.000,00 =
Rp100.000,00.

2. Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah suatu perbedaan antara jumlah maksimum yang bersedia dibayar
konsumen untuk sebuah barang dengan jumlah sebenarnya yang dibayar konsumen.
Contohnya, seorang mahasiswa bersedia membayar $10 untuk karcis konser rock,
walaupun dia seharusnya hanya membayar Rp. $9
Berbeda dengan surplus produsen, surplus konsumen merupakan kepuasan mengenai
harga tambahan yang diperoleh oleh konsumen itu sendiri. Biasanya harga tambahan itu
berasal dari pembelian suatu barang, sehingga barang yang dibayarkan oleh konsumen
lebih rendah dari harga yang harus konsumen bayarkan. Serta konsumen bisa
mendapatkan potongan harga dari harga yang sebelumnya harus dibayarkan. Berbeda
dengan surplus produsen, surplus konsumen merupakan kepuasan mengenai harga
tambahan yang diperoleh oleh konsumen itu sendiri. Biasanya harga tambahan itu berasal
dari pembelian suatu barang, sehingga barang yang dibayarkan oleh konsumen lebih
rendah dari harga yang harus konsumen bayarkan. Serta konsumen bisa mendapatkan
potongan harga dari harga yang sebelumnya harus dibayarkan.

3. Penyebab terjadinya Consumer Surplus(surplus konsumen)


Surplus konsumen terjadi ketika harga yang dibayar konsumen untuk suatu
produk atau jasa kurang dari harga yang bersedia mereka bayarkan. Ini adalah ukuran dari
manfaat tambahan yang diterima konsumen karena mereka membayar lebih sedikit untuk
sesuatu daripada yang bersedia mereka bayar. Consumer Surplus terjadi ketika konsumen
bersedia membayar lebih untuk produk tertentu daripada harga pasar saat ini.

4. Dasar-dasar Consumer Surplus


Konsep Consumer Surplus dikembangkan pada tahun 1844 untuk mengukur
manfaat sosial dari barang publik seperti jalan raya nasional, kanal, dan jembatan. Ini telah
menjadi alat penting di bidang ekonomi kesejahteraan dan perumusan kebijakan perpajakan
oleh pemerintah. Surplus konsumen didasarkan pada teori ekonomi utilitas marjinal, yang
merupakan kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen dari satu unit barang atau jasa
lagi. Kegunaan suatu barang atau jasa bervariasi dari individu ke individu berdasarkan
preferensi pribadi mereka. Biasanya, semakin banyak barang atau jasa yang dimiliki
konsumen, semakin sedikit mereka bersedia untuk membelanjakan lebih banyak, karena
utilitas marjinal yang semakin berkurang atau manfaat tambahan yang mereka terima.

5. Bagaimana Menghitung Consumer Surplus


Consumer Surplus adalah pengukuran ekonomi untuk menghitung keuntungan
(yaitu, surplus) dari apa yang bersedia dibayar konsumen untuk barang atau jasa versus
harga pasarnya. Rumus surplus konsumen didasarkan pada teori ekonomi utilitas marjinal.
Teori tersebut menjelaskan bahwa perilaku belanja bervariasi dengan preferensi individu.
Karena orang yang berbeda bersedia membelanjakan secara berbeda untuk barang atau
jasa yang diberikan, surplus tercipta. Metrik ini digunakan di berbagai karir keuangan
perusahaan.

6. Formula Kelebihan Konsumen


Ada rumus ekonomi yang digunakan untuk menghitung surplus konsumen dengan
mengambil selisih antara harga tertinggi yang akan dibayar konsumen dan harga yang
sebenarnya mereka bayarkan.

Berikut rumus surplus konsumen:

Consumer Surplus pada Skala yang Lebih Besar


Kurva permintaan sangat berharga dalam mengukur surplus konsumen dalam kaitannya
dengan pasar secara keseluruhan. Kurva permintaan pada grafik permintaan-penawaran
menggambarkan hubungan antara harga suatu produk dan kuantitas produk yang diminta
pada harga tersebut.

Karena hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang, kurva permintaan miring ke bawah.
Bagian yang diarsir oranye pada grafik bergambar yang disajikan di atas mewakili surplus
konsumen.
Formula Surplus Konsumen yang Diperluas

Extended Consumer Surplus Formula.


Qd = Quantity demanded at equilibrium, where demand and supply are equal (Kuantitas
yang diminta pada ekuilibrium, di mana permintaan dan penawaran sama)
ΔP = Pmax – Pd
Pmax = Price the buyer is willing to pay (Harga yang bersedia dibayar pembeli)
Pd = Price at equilibrium, where demand and supply are equal (Harga pada ekuilibrium, di
mana permintaan dan penawaran sama)

7. Producer Surplus
Di sisi lain persamaan tersebut adalah surplus produsen. Seperti yang Anda perhatikan
pada grafik di atas, ada metrik ekonomi lain yang disebut surplus produsen, yaitu selisih
antara harga minimum yang akan diterima produsen untuk barang / jasa dan harga yang
mereka terima. Dalam dunia yang sempurna, mungkin ada harga ekuilibrium di mana
konsumen dan produsen sama-sama memiliki surplus (yaitu, mereka berdua lebih baik,
berlawanan dengan situasi di mana hanya satu sisi yang diuntungkan).

8. Implikasi dari surplus konsumen


Surplus tertinggi terjadi ketika keuntungan ekonomi produsen adalah nol. Sebaliknya,
nilainya nol ketika produsen dapat menerapkan diskriminasi harga sempurna atau
diskriminasi harga tingkat pertama. Diskriminasi harga terjadi ketika produsen menetapkan
harga berdasarkan harga sempurna yang menghargai seorang individu. Surplus konsumen
ditambah surplus produsen sama dengan surplus total, yang merupakan total manfaat yang
diperoleh konsumen dan produsen ketika mereka berdagang di pasar bebas.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Barang public adalah barang-barang yang tidak ekskludabel dan juga tidak
rival. Artinya siapa saja tidak bisa mencegah untuk memanfaatkan barang ini, dan
konsumsi seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain melakukan
hal yang sama. Contoh:pertahanan suatu negara aman karena mampu melawan
setiap serangan dari negara lain,maka siapa saja di negara itu tidak bisa dicegah
untuk menikmati rasa aman, peluang bagi orang lain untuk turut menikmati
keamanan sama sekali tidak berkurang. Surplus konsumen adalah suatu perbedaan
antara jumlah maksimum yang bersedia dibayar konsumen untuk sebuah barang dengan
jumlah sebenarnya yang dibayar konsumen.

B. SARAN

Pemerintah harus menyediakan banyak barang publik kepada masyarakat.


Untuk mencapai titik operasional yang efektif dan efisien dal meningkatkan
perekonomian sebuah negara. Saya menyadari bahwasannya makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya memerlukan saran dari para
pembaca agar bagaimana pengembangan pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Putong, Iskandar.2005.Teori Ekonomi Mikro.Jakarta:Mitra Media Wacana Sukirno,


Sadono.2012.Teori Pengantar Ekonomi Mikro.Jakarta:RajaGrafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/surpluskonsumen Unknown di 05.41

Anda mungkin juga menyukai