EKONOMI PUBLIK I
BARANG PUBLIK
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Manan, M..Si.
ANGGOTA :
2. KASMITA (A1A021020)
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang “ Barang Publik ” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada Mata Kuliah Ekonomi Publik I . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Barang Publik Para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Abdul Manan, M..Si. selaku dosen
Mata Kuliah Ekonomi Publik I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima agar lebih bisa menulis makalah
dengan baik dan benar.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi
kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat
mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh orang
lain. Contoh, dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara bersih dan sinarmatahari,
orang-orang di sekitar kita pun tetap dapat mengambil manfaat yang sama.
b. Non-excludable
Berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi
siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut. Dalam konteks pasar, makabaik
mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut.Contoh,
masyarakat membayar pajak kemudian diantaranya digunakan untuk
membiayaipenyelenggaraan jasa kepolisian, dapat menggunakan jasa kepolisian tersebut
tidak hanyaterbatas pada yang membayar pajak saja. Mereka yang tidak membayar pun
dapatmengambil menfaat atas jasa tersebut. Singkatnya, tidak ada yang dapat dikecualikan
(excludable) dalam mengambil manfaat atas barang publik.
1. Pertahanan Nasional
Jika suatu negara berhasil dipertahankan, tidak ada seorang pun yang bisa dicegah untuk
menikmati manfaatnya. Ketika seseorang menikmati manfaatnya, manfaat yang dirasakan
oleh orang lain tidak akan berkurang. Oleh sebab itu, pertahanan nasional tidak bersifat
ekskludabel maupun rival.
3. Pengentasan Kemiskinan
Sistem kesejahteraan bersama memberikan sedikit uang kepada keluarga miskin. Begitu
juga, program makanan murah ditujukan untuk mengurangi biaya pembelian makanan bagi
keluarga miskin berbagai program tempat tinggal dari pemerintah membuat harga tempat
tinggal lebih terjangkau. Program-program anti kemiskinan ini dibiayai oleh pajak yang
dipungut permerintah dari keluarga atau individu yang sukses secara finansial.
Barang publik terbentuk dari aspek tanpa persaingan dan aspek tanpa kekhususan perihal
konsumen. Kesempatan konsumsi olehh satu konsumen tidak akan berkurang dan dikurangi oleh
konsumen lain di waktu yang bersamaan. Penyediaan barang publik berarti tidak adanya
pembatasan atau penghalangan bagi siapapun untuk memperoleh manfaat dari keberadaannya.
Tiap orang mempunyai hak untuk menggunakan dan memperoleh akses untuk menggunakan
barang publik. Dalam pemakaian barang publik dikenal istilah pemakai bebas. Ini merupakan
jenis konsumen tanpa adanya sumbangsih dalam penyediaan barang publik. Pemakai bebas tidak
dihalangi oleh konsumen lain yang mempunyai sumbangsih dalam penyediaan barang publik.
Pengadaan dan penyaluran barang publik dapat dilakukan oleh instansti pemerintah dan
badan usaha. Pemerintah dapat menggunakan anggaran belanja negara untuk menyediakan
barang publik. Sedangkan penyediaan barang publik oleh badan usaha umumnya hanya
dilakukan oleh badan usaha yang modal pendiriannya berasal dari pendapatan negara atau
pendapatan daerah. Pengadaan dan penyaluran barang publik merupakan salah satu bentuk
pelayanan publik. Biaya pengadaan dan penyaluran dapat sepenuhnya atau hanya sebagian dari
keseluruhan anggaran. Selain itu, pengadaan dan penyaluran barang publik dapat pula tidak
berasal dari pemerintah maupun badan usaha.
Dana dapat diperoleh dari pemberlakuan undang-undang yang berkaitan dengan misi
negara kepada warga negara. Penyediaan barang publik dengan kualitas yang tinggi umumnya
disertai dengan keharusan pembayaran oleh Masyarakat. Jenis barang publik dengan penawaran
kualitas yang tinggi umumnya disertai dengan kewajiban membayar pajak. Misalnnya pada
ruang terbuka publik dan Gedung politik.
Free riders adalah permasalahan yang muncul dalam penyediaan barang publik terkait
dengan kedua sifatnya, yaitu Non-rivalry dan Non-excludable. Free riders ini adalah mereka
yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara
sebenarnya ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut.
Contohnya adalah mereka yang tidak membayar pajak tadi, tapi ikut menikmati jasa-jasa atau
barang-barang yang diadakan atas biaya pajak. Contoh lain, sebuah jalan desa dibangun
dengan kerja bakti. Free rider adalah mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian ikut
menggunakan jalan desa tersebut.
Penyebab sektor bisnis gagal dalam menyediakan barang publik, yaitu dilihat dari
sifatnya yang non-excludable, bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang
dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, sektor swasta
tentu akan menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan barang publik karena terlalu tidak
efisien bagi mereka. Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa barang publik adalah
barang yang harus disediakan oleh pemerintah. Hal ini tidak selamanya benar. Karena
penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus
menyediakannya. Sektor swasta biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya sendiri
untuk mengatasi efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut.
Contoh: sistem jalan tol, sehingga hanya mereka yang membayar yang dapat menggunakan
jalan tersebut.
Pemerintah pun pada hakikatnya hanya dapat terwujud karena diadakan oleh publik.
Pihak pemerintah pun mengadakan barang publik dengan meminta kontribusi dari publik,
diantaranya dengan pajak. Selain itu, sering kali juga pemerintah dapat bertindak sebagai
fasilitator penyedia barang publik untuk kemudian hanya masyarakat tertentu yang bisa
menikmatinya, atau untuk meningaktkan efisiensi produksinya kemudian bekerja sama dengan
sektor swasta dengan batasan-batasan tertentu. Contohnya penyediaan tenaga listrik atau
pengolahan air bersih, yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang membayar untuk itu, atau
membangun jalan dan jembatan juga dari pajak, dan sebagainya. Bisa saja kemudian
masyarakat sendiri yang menyedaikan barang publik untuk pemenuhan kebutuhannya,
misalnya dengan kerja bakti dan sebagainya.
Barang publik murni (pure public goods) ini memiliki kedua sifat utama barang publik
(public goods) yaitu non-rivalitas dan non-ekslusivitas.
Namun apabila digunakan terus-menerus akan timbul kejenuhan. Sementara itu, barang
semi publik (semi public goods) ini hanya memiliki sifat nonrivalitas.
Barang yang disediakan oleh pihak swasta murni dengan menetapkan biaya yang harus
ditanggung apabila ingin mendapatkan manfaatnya serta tidak semua golongan masyarakat
dapat memperoleh barang tersebut.
Public goods (barang publik) yang seharusnya disediakan oleh peemerintah untuk segala
golongan masyarakat. Namun karena keberadaan barang tersebut terbatas, maka hanya
sebagian masyarakat saja yang dapat memperolehnya dengan mengeluarkan banyak biaya.
1. Toeri Pigou
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat dimana
kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak
yang dipungut untuk memblayal program pemerintah(menyediakan barang publik)
Pada Diagram kurva kepuasan akan barang publik ditunjukan oleh kurva UU.
Kurva UU tersebut mempunyai bentuk menurun yang menunjukan bahwa semakin banyak
barang publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan marginalnya yang
dirasakan masyarakat. Di lain pihak, semakin banyak pajak yang dipungut, semakin besar
rasa ketidakpuasan marginal masyarakat. Oleh karena itu kurva ketidakpuasan marginal
akan pembayaran pajak mempunyai bentuk yang meninggi. Ketidakpuasan marginal
ditunjukan dengan sumbu tegak dari titik O kebawah dan kurva ketidakpuasan marginal
ditunjukan oleh kurva PP. Titik E adalah keadaan optimum dimana bagi masyarakat
kepuasan marginal bagi barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal dalam hal
pembayaran pajak.
Kelemahan analisa dari Pigou didasarkan pada ketidakpuasan marginal masyarakat dalam
membayar pajakdan rasa kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan dan
ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif karena siaftnya
ordinal.
2. Bowen
Bowen mengemukakan teori yang didasarkan pada teori harga sama halnya pada
penentuan harga pada barang swasta.
Kurva penawaran sepatu ditunjukan oleh kurva SS. Kurva DA dan DB menunjukan
kurva permintaan akan sepatu oleh A dan B sedang kurva D(A+B) merupakan kurva
permintaan pasar yang diperoleh dengan menjumlahkan kurva DA+DB secara
mendatar(horisontal). Harga pasar yang terjadi adalah OP, yaitu dimana D(A+B)=5, harga
OP adalah harga sepasang sepatu bagi A dan B.
Bowen mendefinisikan barang publik sebagai barang dimana pengecualian tidak dapat
ditentukan. Jadi sekali suatu barang publik sudah tersedia maka tidak ada seorang pun yang
dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut.
DA dan DB menunjukan kurva permintaan individu A dan B akan barang publik DA dan
DB. Jumlah barang yang disediakan pemerintah sebesar OY, yaitu pada titik perpotongan
kurva penawaran dengan kurva permintaan D(A+B).
Kelemahan teori ini adalah karena Bowen menggunakan permintaan permintaan dan
penawaran. Yang menjadi masalah adalah karena pada barang publik tidak ada prinsip
pengecualian sehingga masyarakat tidak mau mengemukakan kesenangan mereka akan
barang tersebut sehingga permintaan kurva permintaan menjadi tidak ada.
Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini hanya membahas mengenal barang
publik tanpa membahas mengenal penyediaan barang swasta yang dihasilkan oleh sektor swasta.
Selain itu kelemahan utamanya adalah penggunaan kurva indifferen. Sifat barang publik tidak
dapat dikecualikan menyebabkan tidak ada seorang individu juga yang bersedia menunjukan
prefrensinya terhadap barang publik.kritikan lainya ialah teori ini hanya melihat penyediaan
barang publik saja tanpa memperhitungkan Jumlah barang swasta yang seharusnya diproduksi
agar masyarakat mencapai kesejahteraan optimal.
4. Teori Samuelson
Samuelson menyatakan bahwa adanya barang yang mempunyai dua karakteristik yaitu:
non-exclusionary dan non-rivarly, tidaklah berarti bahwa perekonomian tidak dapat
mencapai kondisi Pareto Optimal atau tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal.
Diagram diatas menjelaskan konsumsi antara barang swasta dan barang publik antara 2
individu. TP adalah kurva yang menunjukan ketersediaan barang publik berbanding barang
swasta. Kurva indiferens R dan 5, dimana kita mengambil R sebagai patokan
kesejahteraan. Asumsi jika barang publik yang tersedia hanya sebanyak L1, maka barang
swasta yang tersedia adalah sebanyak 71. Dari kurva indiferen LR1 dapat diketahui jika R
akan mengkonsumsi barang swasta sebanyak T2. Sehingga sisa barang yang ada yakni T1
T2 T3 akan dikonsumsi oleh 5. Dengan asumsi yang sama jika barang publik yang tersedia
adalah sebanyak 12 maka R akan mengkonsumsi barang swasta sebanyak T5 dan 5 akan
mengkonsums! sebanyak T4 T5 T6. Titik pertemuan antara indiferent R dengan kurva
barangPublik membuat 5 tidak menikmati barang swasta. Titik-titik yang merupakan
konsumsi barang public membuat S tidak menikmati barang swasta.Titik-titik yang
merupakan barang swasta S disatukan akan membentuk kurva DGD dimana kurva ini
bersinggungan dengan indiferen S di titik G. Asumsi merubah indiferen R dan S. Dengan
proses yang sama terciptalah konsumsi barang swasta yang baru. Dan terciptalan konsumsi
barang swasta S yang baru.
1. Hasil analisis sangat tergantung pada tingkat kesejahteraan individu mana yang dipilih,
dan tingkat kesejahteraan mana yang mula-mula dipilih.
2. Samuelson menunjukkan tercapainya kondisi Pareto optimal akan tetapi kita tidak tahu
apakah perpindahan dari D ke W pada diagram diatas Menunjukkan perbaikan atau
penurunan kesejahteraan seluruh masyarakat.
3. Kelemahan yang terbesar adalah pada anggapan bahwa konsumen secara terus terang
mengemukakan kesukaan mereka terhadap barang publik dan kesukaan mereka inilah
yang menjadi dasar pengenaan biaya untuk menghasilkan barang publik. Yang menjadi
persoalan dalam penentuan Jumlah barang publik yang akan disediakan oleh pemerintah
adalah bagaimana pemerintah memungut pembayaran dari konsumen barang publik.
4. Barang publik yang dibahas adalah barang yang mempunyai sifat kebersamaan, yaitu
barang publik yang dipakai oleh konsumen dalam Jumlah yang sama.
5. Teori Anggaran
Teori ini didasarkan pada suatu analisa di mana setiap orang membayar atas penggunaan
barang-barang publik dengan jumlah yang sama, yaitu sesuai dengan sistem harga untuk
barang-barang swasta.
Teori alokasi barang publik melalui anggaran merupakan suatu teori analisa penyediaan
barang publik yang lebih sesuai dengan kenyataan karena bertitik tolak pada distribusi
pendapatan awal di antara individu- Individu dalam masyarakat dan dapat digunakan untuk
menentukan beban pajak di antara para konsumen untuk memblayal pengeluaran
pemerintah.
Garis tegak adalah penghasilan, sedangkan garis datar adalah barang publik (G). CG
adalah kurva kemungkinan produksi. Garis anggaran adalah A dan B. Persinggungan
anggaran A dengan kurva indifrent berada di titik F. Sehingga A akan mengkonsumsi
barang publik sebesar 90 dengan penghasilan OMO. Dan A akan mengkonsumsi barang
swasta sebesar MMO, sehingga B akan mengkonsumsi barang swasta sebanyak CCO -
MMO = NNO. Apabila A merubah garis anggarannya. Maka A akn mengkonsumsi barang
publik sebesar G1. Sehingga A akan mengkonsumsi barang swasta sebesar MM1 dan B
akan mengkonsumsi barang swasta sebesar CC1 - MM1 = NN1. NJ adalah barang swasta
yang tersedia untuk individu B. Dan B akan mencapai nilai optimum mengkonsumsi
barang publik dan swasta dititik Q. MV adalah barang swasta yang tersedia untuk A.
Sehingga A berapa pada tingkat keseimbangan konsumen di titik F,dan total produksi
berada di titik E.
Kelemahan dari teori ini, yaitu digunakannya kurva indiferens sebagai alat analisis yang
baik dari segi teori akan tetapi kurang bermanfaat untuk aplikasi penggunaannya dalam
kenyataan sehari-hari.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi individu tertentu tidak
akanmengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut, bersifat non-rival dan non-
eksklusif.Macam barang publik menurut penggunaannya, yaitu non-rivalry dan non-
excludable.Barang publik yang penting yaitu pertahanan nasional, penelitian ilmu pengetahuan
danpengentasan kemiskinan. Dalam penyediaan barang publik tercipta adanya free riders
adalahorang yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu,
sementaraada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut.
Barang publik hampir sama dengan barang kolektif. Bedanya, barang publik adalah untuk
masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara barang kolektif dimiliki oleh satu bagian dari
masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak digunakan secara umum oleh
komunitas tersebut. Contoh: jalan raya merupakan barang publik, kebanyakannya pengguna jalan
tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut, semuaorang dapat menikmati dan manfaat
dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan. Istilah
barang public sering digunakan pada barang yang non-eksklusif dan barang non-rival. Hal ini
berarti bahwa tidak mungkin bisa mencegah seseorang untuk tidak mengonsumsi barang publik.
Dan udara juga dapat dimasukkan sebagai contoh barang publik karena secara umum tidak
mungkin mencegah seseorang untuk tidak menghirup udara. Barang-barang yang demikian itu
sering disebut sebagai barang publik murni.
DAFTAR PUSTAKA
Repository.Umy.Ac.Id, 2023,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35532/BAB%20II.pdf?sequence=3.
Accessed 12 Sept 2023.