Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Pada Semester Ganjil

Dosen: I Made Aditya Pramartha, S.E., M.Si., Ak.

OLEH:

KELOMPOK 7

1. I Putu Krisna Tama Frandika (202133121198)


2. I Wayan Suwardika (202133121213)
3. I Gede Agus Pratama Putra (202133121228)
4. I Made Rendy Adileo (202133121231)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-NYA, tugas makalah mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang berjudul
“Penentuan Harga Pelayanan Publik” ini dapat diselesaikan tepat waktu, meskipun kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan didalamnya.

Kami menyadari bahwa tugas ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada:

1. I Made Aditya Pramartha, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yang telah memberikan materi, bimbingan serta pengarahan dalam proses
pembuatan tugas ini.
2. Semua pihak yang telah membantu terhadap pembuatan tugas ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Denpasar, 17 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dau
sumber yaitu, pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa
publik. Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus
membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik
tersebut atau tidak. Hal tersebut karena pajak merupakan iuran masyrakat kepada negara
yang tidak memilki jasa timbal individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh
pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka
yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar.
Salah satu masalah pengelolaan keuangan daerah adalah pembuatan keputusan
unutk mennetukan harga jual atau tarif pelayanan publik. Masalah ini seringkali sangat
rumit dan perlu mempertimbangkan banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal yang harus dipertimbangkan misalnya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan, pendapatan yang ingin diperoleh dari
penyediaan pelayanan dan sebagainya. Faktor eksternal yang harus dipertimbangkan
dalam penentuan harga pelayanan antara lain faktor ekonomi, sosial dan politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual?
2. Bagaimana Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan?
3. Bagaimana Prinsip Dan Praktik Pembebanan?
4. Apa Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik?
5. Bagaimana Penetapan Harga Pelayanan Berapa Harga Yang Harus Dibebankan?
6. Bagaimana Permasalahan Marginal Cost Pricing?
7. Bagaimana Kompleksitas Strategi Harga?

1.3 Tujuan
1. Mampu Mengidentifikasi Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual.
2. Mampu Menjelaskan Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan.
3. Mampu Menjabarkan Prinsip Dan Praktik Pembebanan.
4. Mampu Menjelaskan Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik.
5. Mampu Mengidentifikasi Penetapan Harga Pelayanan Berapa Harga Yang
Harus .Dibebankan.
6. Mampu Menganalisis Permasalahan Marginal Cost Pricing.
7. Mampu Menjelaskan Kompleksitas Strategi Harga.
8. Mampu Menjelaskan Taksiran Biaya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mengidentifikasi Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual

3. A. Pelayanan Publik Yang


Dapat Dijual
4. Dalam memberikan
pelayana publik, pemerintah
dapat dibenarkan menarik
tarif
5. untuk pelayanan tertentu
baik secara langsung
ataupun tidak langsung
melalui
6. perusahaan milik
pemerintah. Beberapa
pelayan publik yang dapat
dibebankan tarif
7. pelayanan misalnya:
8. 1. Penyediaan air bersih
9. 2. Transportasi publik
10. 3. Jasa pos dan telekomun
Setiap penyediaan pelayanan publik sebenarnya membutuhkan biaya pelayanan
(cost of service production). Biaya penyediaan pelayanan publik pada prinsipnya dapat
didanai melalui dua sumber, yaitu (1) Penarikan Pajak, dan (2) Penjualan pelayanan
tersebut kepada masyarakat sebagai pengguna jasa publik. Terdapat beberapa kriteria
dalam emnentukan suatu pelayanan cocok dibiayai melalui pajak atau pembebanan
langsung kepada masyarakat. Suatu pelayanan dapat dibiayai melalui penarikan pajak
apabila penentuan harga pelayanan publik tersebut tidak mungkin dilakukan. Sebagai
contoh adalah pelayana pertahanan dan keamanan, kepolisian, peradilan dan sebagainya.
Suatu pelayanan publik dapat dijual apabila terdapat harga publiknya, terdapat
kemudahan dalam pengumpulannya, terdapat manfaat yang diterima langsung dari
pembeli layanan.
Beberapa pelayanan publik yang dapat dijual antara lain,
1. Pelayanan penyediaan air bersih
2. Pelayanan trasnportasi publik
3. Pelayanan pos
4. Pelayanan telekomunikasi
5. Pelayanan listrik dan energi
6. Pelayanan penyediaan erumahan rakyat
7. Pelayanan tempat rekreasi
8. Pelayanan pendidikan
9. Pelayanan jalan tol
10. Pelayanan irigasi
11. Pelayanan pemadam kebakaran
12. Pelayanan kesehatan
13. Pelayanan pengolahan dampah
14. Pelayanan administrasi kependudukan
15. Pelayanan perizinan

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena


beberapa alasan, yaitu
1. Adanya barang privat vs barang publik
Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat yaitu,
a. Barang Privat
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa
tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan
yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut.
Contoh : makanan, listrik dan telepon.
b. Barang Publik
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati
oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.
Contoh : pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
c. Campuran Antara Barang Privat dan Publik
Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara
barang privat dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual
seringkali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan jasa tersebut.
Contoh : pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air
bersih. Barang-barang tersebut sering disebut dengan “merit good” karena semua
orang membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan barang
dan jasa tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat
menyediakannya secara langsung (direct public privision), memberikan subsidi,
atau mengontrakkan ke pihak swasta.
2. Efisiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui,
a. Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak
harus membayar lebih banyak pula.
b. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
c. Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.
d. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa (supply of servise).
Untuk public goods, pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga
normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Mekanisme pembebanan
tarif pelayanan merupakan satu cara menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan
publik.
3. Prinsip Keuntungan
Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan bagi
pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan
pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi keuntunga,
bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full cost, memberikan subsidi, atau
memberikannya secara gratis.
Fee adalah biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah. Biaya
perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi dan pengawasan,
yang didasarkan pada,
a. Kategori perizinan yang dilakukan
b. Ada tidaknya keuntungan yang diperoleh pemegang izin/lisensi atas izin/ lisensi
yang dimilki

2.2 Menjelaskan Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan

Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan


karena alasan-alasan sebagai berikut:
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak dapat
diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada
semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan
daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan dan untuk
memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial, misalnya air,
listrik, jasa pos dan telepon.
5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik
atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara
tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni dan terdapat argument
yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu :
1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang handal (seperti:tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat
penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak
(seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah dibandingakan
dengan menghitung pajak penghasilan).
2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin
tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar
kebutuhan dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu penting
bagi orang lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan
yang berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula,
sehingga pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan
seseorang. Pelayanan publik dapat juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akan
tetapi penyediaan gratis tersebut akan mempengaruhi pilihan individu. Pemberian
beras gratis mungkin tidak pas untuk orang tertentu karena mungkin ia lebih suka
diberi uang untuk membeli pakaian. Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan
kepada pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberiian
pelayanan gratis.
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang efektif.
Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja subsidi
menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang miskin
mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin, pendekatan terbaik
adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan
di Negara berkembang.

3. Adanya Eksternalitas, Merit Good, Dan Persyaratan Legal.


Eksternalitas positif (spilover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu
tinggi membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya. Demikian juga
barang yang dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara gratis
atau tanpa beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan perundang –
undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu
seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barabg tersebut biasanya
dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif pelayanan.
Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan
harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kupon (cards) danvouchers. Meskipun
metode kupon tersebut menjamin kaum miskin mendapat kesempatan yang sama,
akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi fungsi sistem harga dan
mudah untuk disalahgunakan.

Menjabarkan Prinsip Dan Praktik Pembebanan

Menjelaskan Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik

Mengidentifikasi Penetapan Harga Pelayanan Berapa Harga Yang Harus Dibebankan

Menganalisis Permasalahan Marginal Cost Pricing

Menjelaskan Kompleksitas Strategi Harga

Menjelaskan Taksiran Biaya


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai