Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, Dengan siapa kita seharusnya pertama-tama & utama membangun ikatan persahabatan? Dengan Allah! Tapi persahabatan itu tak terjadi dengan sendirinya, tak otomatis. Dalam Alkitab, semua sahabat Allah, tak ada yang sempurna. Jika kesempurnaan adalah syarat untuk bisa bersahabat dengan Allah, maka tidak ada manusia yang bisa menjadi sahabat-Nya. Syukur, walau penuh dosa, tapi oleh kasih-Nya kita bisa menjadi sahabat-Nya. Alkitab mengatakan bahwa Yesus datang dan bersahabat dengan orang-orang berdosa. Ia datang memang untuk memanggil orang berdosa, bukan orang benar. Dalam Alkitab, para sahabat Allah mengungkapkan perasaan mereka kepada-Nya. Allah tidak merasa terganggu dengan ekspresi mereka. Ia bahkan mendorong mereka mengekspresikannya.Persahabatan sejati dibangun di atas dasar keterbukaan. Allah mendengar kata-kata yang sungguh dari para sahabat-Nya. Ia bosan dengan kata-kata klise atau bahasa-bahasa formalitas. Bagi-Nya, tidak berlaku ABS (Asal Bapak Senang). Sering kepahitan hidup kita jadi penghalang untuk berhubungan apa lagi bersahabat dengan Tuhan. Kita sebagai kaum muda pun sering mengeluh: mengapa ini harus terjadi kepadaku? Kita marah, jengkel dan kecewa. Tapi pada dasarnya, mengungkapkan kemarahan, kejengkelan, dan kekecewaan secara terbuka terhadap-Nya merupakan langkah pertama bagi penyembuh luka batin kita. Semua sahabat Allah seperti Abraham, Musa, Daud, Ayub, Yeremia, Petrus, pernah menderita, bimbang, takut, kecewa, sedih, marah. Tapi mereka dengan terus terang menyuarakannya secara terbuka. Kita sering ditantang untuk melakukan ‘hal-hal besar’ bagi Allah. Sebetulnya, Ia lebih senang kita melakukan ‘hal-hal kecil’ berdasarkan persahabatan akrab dengan-Nya. Hal-hal kecil mungkin tak terlihat oleh orang lain, tapi Allah memperhatikannya. Kesempatan besar datang mungkin hanya 1 kali seumur hidup, tapi ‘kesempatan kecil’ selalu mengelilingi kita tiap hari. Tindakan yang sederhana seperti berkata benar, berbuat baik, lapang dada, membuang sampah pada tempatnya, membesarkan hati orang lain, akan membuat Allah tersenyum senang. Persahabatan hanya dapat berkembang melalui ketaatan. Yesus melayani selama 3 tahun, yang diawali pada usia 30 tahun. Apakah yang Yesus lakukan selama 30 tahun sebelum pelayanan itu? Alkitab tak mengemukakan secara panjang lebar selain meringkasnya dalam 3 kata: ‘hidup dengan taat’ (Luk. 2:51). Kehidupan selama 30 tahun itu, Ia jalani ‘dengan taat’. Hal serupa Ia lakukan sesudahnya. Bila kita bersahabat dengan Allah, itu berarti kita juga berpikir dan peduli sebagaimana Allah peduli pada kita. Apa yang paling Ia pedulikan? Penebusan dan keselamatan kita. Dia ingin kita yang terhilang, diselamatkan. Itu satu-satunya alasan Yesus Kristus datang ke dunia. Hal pertama yang paling berharga bagi Allah adalah kematian Anak Tunggalnya. Hal kedua adalah: ketika kita sebagai sahabat-Nya memberitakan kabar itu kepada orang lain. Menjadi sahabat Allah berarti memberitaka kasih Allah kepada tiap orang di sekitar kita. Berahabat dengan Allah nukan suata kebetulan, tapi pilihan. Kita harus terus mengupayakannya. Penderitaan merupakan bahan bakar kerinduan yang akan mendorong kita secara kuat untuk berubah. Penderitaan adalah megafon Allah. Penderitaan adalah cara Allah untuk membangunkan kita dari kebekuan rohani. Masalah atau pergumulan yang tengah kita hadapi bukanlah hukuman. Semua itu justru adalah cara Allah untuk membangunkan kita agar aktif bergerak memasuki dekapan & pelukan kasih-Nya. Ia selalu mau bersahabat dengan kita. Ia mau melakukan apa saja, asalkan kita luput dari maut kekal. Mulailah minta kepada-Nya agar Ia memberi kepada kita kerinduan yang kuat untuk bersahabat dengan-Nya. Teruslah meminta sampai kita memperolehnya. Tidak ada apapun yang lebih penting dari pada mengembangkan ikatan persahabatan dengan Allah. Bersahabat sejati dengan Allah membuat kita sanggup bersahabat dengan sesama secara positif dan konstruksi. Wujudkan, Tuhsn yesus meberkati kita. Terpujilah nama-Nya Haleluyah. Amin.
Tugas: Agama Nama: Shani Kapoh Kelas: XI Akuntansi