Anda di halaman 1dari 5

PACARAN MENURUT IMAN KRISTEN

Pengertian Pacaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berpacaran berasal dari kata dasar pacar (teman
lawan jenis yang biasanya menjadi tunangan, kekasih). Berpacaran berarti bercintaan, berkasih-
kasihan. Berpacaran merupakan hubungan dua orang yang berbeda jenis kelamin berdasarkan
cinta. Perhatian terhadap orang lain tidak sama dengan perhatian terhadap pacar.

Dari hal di atas maka dapat dipahami bahwa secara umum pengertian berpacaran adalah suatu
usaha memadukan dua “hati” untuk dilanjutkan ke jenjang pernikahan yang didasarkan pada
cinta-kasih.

Pengertian Pacaran Menurut Iman Kristiani

Dalam Kekristenan pacaran disebutkan sebagai suatu masa perkenalan antara dua pribadi yang
menjadi satu kesatuan tubuh dalam kasih dan iman yang sungguh kepada Allah (Kej 2:24; 1 Kor
7:1-16). Pacaran bukanlah sekedar perkenalan saja, melainkan suatu hubungan yang mengikat
dua pribadi menjadi satu keutuhan yang menuju kepada pernikahan kudus (Mat 19:6a).

Cara Berpacaran Menurut Iman Kristiani

1. Pacaran itu harus didasari Kasih Allah.

Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan dalam hidup kita, keinginan
dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang menyangkut kepada kepuasan diri sendiri,
dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran
timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua, dan tai gigipun akan rasa coklat…dan
sebagainya,….dsb.

Orang dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi orang
yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:

 Cinta Kasih
 Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.

Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan yang semua ini
berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam I

1
Korintus 13:4-7. Cinta yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi
tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain.
Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari
makna cinta yang sebenarnya. Yes. 13:16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di
mana anak-anak muda tidak perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga
dampaknya kebebasan seks, adanya pengguguran kandungan dsb.

2. Tahapan Pacaran Orang Kristen

Dalam berpacaran ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu :

 Tahap Perkenalan : suatu tahapan di mana dua pribadi berusaha untuk saling mengenal
satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling kenal sebelumnya, proses saling
mengenal itu lebih cepat.

 Tahap Penjajakan : pria dan wanita saling berusaha untuk mengenali kebiasaan, dan sifat-
sifat. Dari situ mereka dapat saling mengetahui apa mereka beruda saling tertarik dan
mau saling berhubungan lebih dekat.

 Tahap Pendekatan : kedua individu berusaha untuk saling menerima satu sama lain, yang
akhirnya menampakan ada rasa ingin lebih dekat lagi.

 Tahap Kesepakatan : hubungan kedua individu yang berlainan tersebut bukan lagi
sekedar kenal, bukan lagi sekedar bersahabat, melainkan melangkah dalam kesepakatan
untuk menikah.

3. Sikap Yang Dibutuhkkan Dalam Pacaran

Jadi, pacaran yang sehat sesuai Firman Tuhan itu seperti apa? Kalau kita mengerti bahwa
kita adalah manusia yang berdosa sehinga mudah dikuasai oleh hawa nafsu, maka usahakan
jangan berduaan di tempat sepi atau bahkan liburan berdua. Menghargai seks sebagai suatu
anugerah yang harusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Menjadikan pasangan
sebagai sahabat baik yang saling mendukung satu sama lain. Mencintai kepribadiannya dan

2
bukan fisik ataupun materi yang dimiliki. Beberapa syarat yang harus dimiliki baik pria ataupun
wanita seperti Adam dan Hawa (Kejadian 2:23-25).

Pria: memiliki visi, mampu menjadi pemimpin atau menjadi kepala keluarga yang baik, dan
bertanggung jawab.

Wanita: memiliki kecantikan batin, pendukung, lemah lembut, tenang dan tidak mudah
khawatir. Secara keseluruhan, pasangan yang baik adalah pasangan yang memiliki kasih sejati di
dalam hidupnya.

1 Korintus 13:4-5, Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Masing-masing dari kita harus mengaplikasikan sifat-sifat tersebut, sehingga kita mampu
menjadi pasangan yang penuh kasih sesuai de ngan apa yang baik di mata Tuhan.

4. Batas-batas pergaulan Berpacaran

Ada tiga macam praktek yang “biasa” di kalangan kaum muda di kala mereka berpacaran, yaitu
berciuman, berpelukan dan meraba-raba. Praktek berciuman dianggap oleh kaum muda sebagai
suatu tindakan “yang biasa”, yang “tidak perlu diganggu gugat lagi”, yang “tidak usah dijadikan
bahan cerita lagi” dsb. Benarkah itu?

Bahkan banyak para pemuda yang mengartikan bahwa hubungan seks merupakan cara
untuk menunjukkan rasa sayang kita kepada orang yang kita sayangi apalagi kalau dilakukan dan
dialami sebagai wujud cinta kasih, sebagai sarana cinta. Padahal hubungan seks hanya dapat
dilakukan oleh orang yang telah menikah sebagai pernyataan kasih, karena hubungan seks yang
dilakukan bukan karena nafsu birahi belaka, tetapi karena dorongan cinta personal.

Kebiasaan meraba-raba adalah suatu kombinasi antara berciuman dan berpelukan.


Kebiasaan ini lazim disebut dengan istilah “ bercinta system Braille”. Dan kebiasaan inipun telah
menelan korban yaitu menghasilkan suatu pernikahan yang kacau atau tidak terhormat. Harapan
mereka akan cita-cita yang murni dalam perkawinan telah kandas ditengah jalan.

3
Walaupun Alkitab nggak bicara langsung soal ‘pacaran’, Alkitab tetap saja menyinggung
tentang persoalan hubungan dan prinsip-prinsipnya dengan bahasa yang berbeda dan dalam
makna yang sama. 1 Korintus 10: 31 mengingatkan kita bahwa apapun yang kita lakukan, dapat
digunakan sebagai sarana untuk memuliakan Allah. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa
hidup bukan hanya tentang menaati peraturan atau perintah tetapi yang terpenting adalah tentang
melakukan apa yang baik, sehat dan benar (1 Korintus 10: 23).

Itu sebabnya dalam hal pacaran, anak muda kristen juga harus menjalaininya dengan cara yang
sehat dan benar sesuai dengan Alkitab. Berikut 5 prinsip pacaran sehat meurut Alkitab.

1. Menjadi orang yang sehat Cara terbaik untuk memiliki hubungan kencan yang sehat
adalah lebih dulu jadi orang yang sehat. Firman Tuhan mengingatkan kita tentang
perlunya bagi kita untuk membuang dosa-dosa lama dan kebiasaan buruk. Tinggalkan
semuanya itu dan jadi baru setiap hari (Efesus 4:22-24).

2. Berkencan dengan orang yang sehat Firman Allah mengingatkan kita tentang
pentingnya berhubungan dengan orang-orang yang sejalan dengan kehidupan rohani kita
(2 Korintus 6:14, 1 Korintus 15:33). Percayalah bahwa semakin sehat seseorang secara
emosional dan spiritual, maka hubungannya pun dengan orang lain akan berhasil. Untuk
itulah, kita dituntut untuk memacari seseorang yang sehat dan punya kondisi emosional
dan rohani yang sama setidaknya stabil.

3. Kencan sebagai kesempatan untuk mendukung orang lain

Nggak peduli di mana kita berada atau dengan siapa kita, yang perlu kita tahu adalah kalau kita
semua dipanggil untuk mencerminkan kasih Allah, mendorong dan membangkitkan semangat
orang-orang di sekitar kita (1 Tesalonika 5:11). Pacaran bukan cuma sarana yang bisa kita pakai
untuk membawa orang lain mengenal Yesus. Tapi berpacaran juga bisa jadi satu hubungan yang
berhasil membuat seseorang bangkit dan sama-sama bertumbuh. Saat kita bisa hadir sebagai
kekasih sekaligus sahabat, maka orang yang kita kasihi pun akan menyadari kalau kita adalah
orang yang tepat untuknya.

4. Jagalah batas-batas fisik

4
Hampir semua isi Alkitab bicara soal kekudusan baik dalam hal kehidupan sehari-hari maupun
dalam kehidupan pernikahan (Ibrani 13: 4, Kidung Agung 8:4). Saat kita menjalani hubungan
berpacaran, kita juga dituntut untuk menghormati dan menghargai masa depan kita, yaitu sebuah
pernikahan kudus yang akan kita jalani nanti. Itu sebabnya kita diminta untuk terus menjaga
kekudusan selama berpacaran dengan menghindari kontak-kontak fisik yang tak seharusnya.

5. Libatkan Tuhan dalam hubunganmu

Firman Tuhan selalu menghimbau kita untuk membawa segala kebutuhan kita, keprihatinan, dan
keinginan kita kepada-Nya (Matius 7:7). Dia peduli pada hal-hal yang menjadi perhatian kita,
dan Dia rindu untuk berhubungan dengan kita dengan cara yang penuh arti. Hubungan kita dapat
menjadi instrumen yang membawa kita lebih dekat dengan Allah, karena kita mencari hikmat-
Nya, tuntunan dan kebenaran-Nya dalam hidup kita (Mazmur 34:10).

Anda mungkin juga menyukai