Anda di halaman 1dari 3

Refleksi, Ratapan 3: 18 26

Pokok-pokok Teologis Teks:

Tuhan, adalah Allah yang tidak meninggalkan umat-Nya dalam


seluruh situasi kehidupan yang Ia izinkan/perkenankan dialami oleh
umat-Nya.
Anugerah Tuhan nyata dalam duka sekalipun (hidup, ketabahan hati,
pengharapan).
Pengharapan kepada Tuhan harus senantiasa disertai kerendahan
hati, kesediaan untuk menyelidiki maksud Tuhan.
Berucap syukur dalam derita = menerima anugerah pengharapan
Tuhan.
Renungan:

MENGUNGKAP SYUKUR

Seorang pria lahir tanpa memiliki lengan dan hanya memiliki dua kaki kecil, salah satu
kaki kecilnya pun hanya terdiri atas dua jari. Pada masa kecilnya ia sempat putus asa
karena banyak orang-orang disekelilingnya yang membulinya karena ia terlihat aneh
dalam kondisinya. Di usia sepuluh tahun ia pernah berfikir untuk mengakhiri hidupnya
dengan menenggelamkan diri ke dalm bak mandi. Tetapi ia teringat akan cinta kasih
orang tuanya yang tulus sehingga niatnya itu pudar.

Hidup pria ini berubah sejak ia menyadari bahwa Mengucap syukur adalah sangat baik
baginya, apapun kenyataan hidup yang Tuhan percayakan baginya. Pria itu adalah NICK
VUJICIC.

I have the choice to be Angry at God for i dont have, or be thankful for waht i do
have (Nick Vujicic quotes). Kalimat ini adalah salah satu quotes dari Nick. Nick bisa
tenggelam dalam kemarahan seumur hidup untuk kondisinya jika ia memilih demikian.
Tetapi rupanya Nick memilih untuk mengucap syukur untuk apa yang ada padanya,
apa yang Tuhan percayakan padanya.

Sebagaimana Nick, yang memilih untuk mengucap syukur atas kenyataan hidupnya,
demikan pula penulis kitab Ratapan rupanya menyatakan kesaksian iman yang sama.
Dalam kesesakan karena negerinya (Yehuda, Yerusalem) dijajah oleh negara Babel, bait
suci tempat mereka beribadah dihancurkan, dan sebagian besar orang-orang Yerusalem
diangkut ke Babel, Penulis Ratapan tidak patah arang dan larut dalam ratapan
kesedihan tanpa makna. Sebaliknya penulis Ratapan memilih untuk menyatakan
syukur meski tengah dilanda situasi kehidupan yang tidak mengenakan (tidak
mengenakan, tidak sama dengan tidak mengandung kebaikan bukan?).

Kita saksikan dalam ayat 18 20, Penulis mengungkapkan betapa pahit dan sulit
situasinya pada masa itu dengan gambaran ipuh dan racun ( Ipuh adalah sejenis
tumbuhan yang getahnya beracun. Getah ipuh digunakan untuk mengolesi ujung anak
panah sehingga siapapun yang terkena (bahkan hanya goresan) anak panah yang telah
diolesi getah ipuh akan tewas. Sudah ipuh masih plus racun, gambaran suasana hati
yang benar-benar pahit dan menyakitkan. Penulis juga mengungkapkan, betapa beban
penderitaan yang dialaminya benar-benar menekan jiwanya. Ketika dilanda penderitaan
kecenderungan manusia adalah larut dalam penderitaannya, sampai-sampai tidak
menyadari bahwa masih ada yang baik dalam hidupnya.

Tetapi penulis Ratapan ternyata tidak larut dalam deritanya. Ayat 21 24 menyaksikan
perubahan cara pandang penulis Ratapan terhadap situasi yang tidak mengenakan.
Masih dan selalu ada anugerah Tuhan, karena itu tidak ada alasan untuk tidak
memiliki pengaharapan. Penulis Ratapan percaya bahwa HIDUP itu sendiri
merupakan anugerah Tuhan yang berharga. Bahwa situasi kehidupan sedang tidak
mengenakan, tidak berarti hidup itu sendiri tidak mempunyai arti bukan?. Karena
itu penulis Ratapan berkata; Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu. Pagi adalah tanda dimulainya
hari baru, kegelapan malam telah berlalu. Hari tidak terus malam, situasi hidup tidak
terus gelap dan suram. Itu semua karena Rahmat dan Kasih setia TUHAN masih dan
selalu dinyatakan bagi kehidupan orang-orang yang berharap pada-Nya. Nah, dalam
keyakinan semacam itu penulis Ratapan pada ayat 25 melanjutkan kesaksian
pengharapannya; Tubuhku mungkin menderita kesakitan, pikiranku letih oleh
beban, tetapi jiwaku tidak letih berharap kepada Tuhan sebab Kasih dan
Anugerahnya senantiasa nyata bagiku.

PENGHARAPAN adalah syarat mutlak agar seseorang bangkit dari situasi hidup yang
tidak mengenakan. Tanpa pengharapan kelamlah hidup, no reason to live. Kembali ke
Nick Vujicic. Tanpa pengaharapan, sulit dipercaya bahwa Nick mampu menjalani hidup
yang sedemikian membahagiakan. Pengharapan itu real. Tidak sekedar membuat orang
terbius dari rasa sakit yang timbul oleh penderitaannya. Pengaharapan itu sendiri
membawa perubahan hidup yang lebih baik jika ia benar-benar dimiliki dan dijalani.

Berpengharapan tidak sama dengan lupa diri di hadapan Tuhan dengan enggan
memeriksa diri sendiri atas situasi buruk yang tangah dihadapi. Ayat 26
mengemukakan bahwa, pengharapan akan pertolongan Tuhan sebaiknya dilakukan
dalam diam. Diam ini tidak sama dengan pasif atau tidak berbuat apa-apa, melainkan
lebih merujuk pada jiwa yang diam. Penderitaan atau kesusahan hidup kerapkali
melarutkan orang dalam upaya-upaya untuk memperoleh jalan keluar, dan lupa akan
ketenangan jiwa yang justru menjadi sarana bagi TUHAN untuk menunjukan siapa
kita, dan apa yang sebenarnya kita alami, barangkali penderitaan atau masalah yang kita
alami justru bersumber dari keberdosaan dan kelalaian hdiup kita sendiri. Peran doa
dalam pergumulan adalah vital/besar/penting.

Puncak dari pengharapan adalah mengungkap syukur. Tidak ada artinya seseorang
mengaku dalam diri berpengharapan tetapi enggan mengungkap syukur. Mengungkap
syukur tidak tidak hanya melalui mulut, tidak sekedar hadir dalam ibadah-ibadah dan
memberi persembahan. Mengucap syukur yang sejati adalah dengan hidup itu sendiri.
Tetap tegar dan berpengharapan dalam situasi hidup yang tidak mengenakan pun adalah
bentuk ungkapan syukur.

Hidup yang mengungkap syukur (tidak sekedar meng-ucap syukur) adalah hidup
yang mempersembahkan yang terbaik dari kehidupan yang Tuhan percayakan itu
sendiri. Siapapun kita, seperti apapun kita, selalu ada hal baik yang dapat kita berikan
dalam kehidupan sebagai ucapan Syukur atas hidup yang Tuhan anugerahkan. Belajar
dari Nick; Ia bersyukur atas dirinya, atas hidupnya, dan ia telah melakukan yang terbaik,
tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Mengungkap syukur akan menjauhkan kita dari derita hidup yang lebih dalam.
Sebab dengan mengungkap syukur berarti kita memilih untuk menyerahkan kehidupan
kita kepada Sang Pemilik Hidup, yang sudah pasti mengetahui yang terbaik bagi kita,
dan tidak memilih untuk melarikan diri pada hal-hal yang justru menjerumuskan kita
pada keputusasaan, ketiadaan pengharapan.

SELAMAT BERPENGHARAPAN SELAMAT MENGUCAP SYUKUR

Anda mungkin juga menyukai