Anda di halaman 1dari 7

A.

LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN KONSEPSI

Kata dasar hukum “Torah” muncul kira-kira 20 kali dan berasal dari kata “yarah”
yang berarti mengarahakn dan mengajarkan. Jadi arti dasarnya ialah
“pengajaran”. Pengajaran disini sama sekali tidak terbatas pada lingkungan
hukum, pengajaran ini diberikan oleh para ayah (Amsal 3:1; 1:8), oleh orang bijak
(Amsal 13:14) oleh nabi-nabi (Yesaya 1:10), tetapi terutama oleh Allah dengan
Musa sebagai perantara (2 Taw 33:8).

Hukum Taurat mengungkapkan sifat kehidupan dalam perjanjian yang diberikan


oleh Allah sendiri kepada umatNya. Dalam perjanjian dan menyatakan maksud-
maksud kasih yang sama (Keluaran 19:5-6)

Jadi hukum Taurat menunjukkan kepada bangsa itu perilaku bagaimana yang
sesuai dengan kedudukan mereka sebagai kepunyaan Allah. Namun Israel
bukan dengan mematuhi hukum Taurat agar menjadi umat Allah melainkan oleh
karena anugerah Allah sendiri mereka menjadi umatNya. Maka Allah
memberikan suatu hukum kepada mereka (bangsa Israel) untuk hiudp dalam
ketaatan yang terus-menerus. Dalam satu hal janji Allah mempunyai syarat,
yaitu: berkat perjanjian diperoleh berdasarkan tanggapan bangsa itu sendiri.

1. Perkembangan Hukum Taurat

Sebagai tambahan kepada hukum Taurat yang diberikan di Sinai, maka


materi dasar hukum Perjanjian Lama kemungkinan berasal dari keputusan-
keputusan yang diambil dalam dilema-dilema konkret. Jika Israel
mempunyai masalah, mereka harus tanyakan pengajaran kepada para
Imam (Hagai 2:11-13). Keputusan yang diberikan oleh imam disebut Torah
(Maleakhi 2:6, 7). Lalu tradisi lisan menghimpun keputusan-keputusan ini
dalam daftar-dafar kecil berisi pengajaran yang dikumpulkan dan diteruskan
oleh para imam. Daftar-daftar ini menghasilkan pertanyaan-pertanyaan
pendek berisi pengajaran umum dan berisi beberapa adat kebiasaan yang
berasal dari hukum-hukum setempat orang Kanaan (Kel 22:2). Kumpulan-
kumpulan hukum ini dihimpun dan dikawal oleh para imam di kemah suci
(Ulangan 31:24-26). Langkah akhir dalam t erbentuknya kitab-kitab hukum

1
adalah pengumpulan dan penyusunan kelima kitab Musa

2. Beberapa bagian utama mengenai hukum

Tidak mungkin bagi kita untuk meninjau semua materi tentang hukum dalam
Perjanjian Lama, namun penting untuk dibicarakan secara singkat beberapa
bagian utama, yang pertama dan paling dasar adalah daftar hukum taurat
yang terkenal dengan nama sepuluh Hukum taurat (keluaran 20:1-
17;Ulangan 5:6-21) menyusul pernyataan tentang perjanian dalam keluaran,
intruksi-intruksi ini mengerti sebagai ketetapan-ketetapan perjanjian. Semua
hukum tersebut menyatakan hubungan Allah dengan umatNya dalam
syarat-syarat yang konkrit. Hukum ini berkenan dengan sikap seseorang
terhadap Allah maupun sesamanya.

Kitab undang-undang kuno yang terbit sesudah sepuluh hukum, disebut


hukum apodiktif dan hukum apodiktif.

3. Hukum Perjanjian lama dan hukum bangsa-bangsa tetangga

Tak dapat dipungkiri bahwa terdapat persamaan yang sepintas lalu antara
hukum Perjanjian Lama dan hukum yang lain. Mereka tahu bahwa Allah
“tidak berbuat demikian kepada segala bangsa” (Mazmur 147:20) akan
tetapi, pada saat yang sama terdapat persamaan-persamaan yang
mencolok dengn bangsa tetangga. Hal itu mencerminkan pinjaman
melainkan “pengaruh suatu hukum adat yang tersebar luas”.

Pertama karena hukum harus melindungi hubungan perjanjian maka


penyembahan berhala tidak diperbolehkan sama sekali (Kel 20:23; 22:22).
Sesungguhnya hukum dalam Perjanjian Lama menunjukkan pengekangan
terhadap kekejaman yang liar. Fakta bahwa hukum Allah semuanya
sederajat dalam hubungan perjanjian, tidak mungkin mereka mengakui
perbedaan kelas pada hukum mereka, tidak satu hukum untuk orang
merdeka dan untuk orang budak (Kel 21:2-6, 26, 27). Sebagai kontras
kebanyakan undang-undang timur dekat menetapkan hukuman yang
berlainan tergantung kedudukan seseorang dalam masyrakat.

B. HUKUM DALAM MASYARAKAT

1. Keutamaan perjanjian

Telah kita ketahui bahwa hukum Taurat merupakan dasar kehidupan


masyarakat Israel. Sebagai pencerminan sifat Allah, hukum taurat harus
membentuk kehidupan masyarakat menjadi wahana kehadiran Allah di dalam
dunia. Inilah suatu cita-cita yang sering ditinggalkan Israel namun secar terus-
menerus hukum itu dimengerti dalam perjalanan sejarah Israel.

Hukum secara khusus dipercayakan kepada para imam, akan tetapi yang
ditekankan ialah pengajaran hukum itu sehingga umat itu mengerti apa yang
inginkan Allah (ulangan 33:10).

2. Hukum dalam kitab Nabi-Nabi

Dengan para nabi tercapai suatu tingkat yang baru. Dalam pengertian
mengenai kekudusan Allah dan arti hukum Taurat. Akan tetapi mereka tidak
berfungsi sebagai pembaharuan hukum melainkan lebih sebagai orang yang
menyerahkan pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian kuno itu dan
syarat-syaratnya sah. Disini paling tidak dapat dikatakan bahwa nabi-nabi ini
mempunyai visi yang begitu luar biasa tentang kekudusan Allah serta
tuntunan-tuntunannya sehingga, jika dibandingkan dengan upacara-upacara
ibadah terlihat menjadi kurang penting. Sesungguhnya tanpa disertai cara
hidup yang penuh kebenaran, ibadah mereka dapat disebut ibadah yang keji
(Yes 1 dan Amos 5:21-24) jadi dalam Perjanjian Lama sudah terasa gerak
hati, bukan untuk menyingkirkan hukum melainkan meneguhkannya dalam
cara yang lebih dalam daripada yang dapat diperkirakan Israel.

3. Perkembangan setelah masa pembuangan

3
Selama masa pembuangan, perubahan-perubahan yang sangat penting telah
terjadi dalam kehidpuan Israel. Semua lembaga yang mendukung hukum
Taurat telah musnah. Karena hukum yang tertulis itu merupakan peninggalan
penting yang masih menghubungkan mereka dengan masa lalu, maka
mereka mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Pada masa itu
perhimpunan orang-orang yang mempelajari hukum Taurat merupakan hal
yang biasa (Yhezkiel 33:30-33). Perhimpunan-perhimpunan ini yang bakal
menjadi lembaga Sinagog.

Setelah masa pembuangan, hukum Taurat tetap mendapat tempat terutama


dalam kehidupan masyarakat. Mereka masih mengerti tentang hukum itu
dalam hubungannya dengan urusan Allah dengan para leluhur (Nehemia 9).
Dan sebagai pernyataan perjanjian yang dibuat Allah dengan mereka, tetapi
kesadaran untuk memenuhi kewajiban kepada hukum dan syarat-syaratny
cenderung mengalahkan semua hal lain yang berkenaan dengan keagamaan.

C. SIFAT HUKUM TAURAT

1. Jangkauan yang luas

Hukum Taurat meliputi banyak hal dalam jangkauannya. Pengertian yang


tepat tentang hukum taurat menyebabkan kita mengerti bahwa seluruh
kehidupan berada dalam kontrol kehendak Allah, apakah seseorang sedang
bangun pagi, duduk,makan berjalan atau tidur, bagi dalam kehidupan maupun
pemerintah atau ibadah. Pada dasarnya orang taat pada hukum adalah suatu
cara hidup, suatu cara berjalan pada jalan yang benar (Mazmur 1). Tujuan
adalah berjalan dalam hidup bersama dengan Allah, karena untuk itu manusia
diciptakan (Yes 2:3).

2. Himbauan yang bersifat pribadi


Walaupun jangkauan hukum itu luas, himbauannya bersifat pribadi juga.
Taurat dikemukakan berdasarkan apa yang telah diperbuat Allah untuk israel.
Jadi alasan yang paling kuat untuk taat kepada hukum haruslah hati yang
tergugah, suatu keputusan batin dan moral yang priadi “pilihan pada hari ini”
(Yos 24:15).

3. Kekuatan mutlak

Hukum taurat bersifat mutlak dalam kekuatannya karena didasarkan atas


kekudusan Allah, maka hukum ini menuntut kesempurnaan pada pihak
umatNya (Imamat 11:44). Jadi setiap orang yang tidak mentaati hukum
Taurat dikutuk (Ulangan 27:26). Kemurahan Allah bukan berarti Ia
membiarkan dosa. Sebaliknya Ia menyediakan ketentuan-ketentuan
yangmemungkinkan penebusan bagi orang berdosa.

4. Penerapan universal

Akhirnya, kita harus mengerti bahwa Hukum Taurat berlaku untuk umum.
Memang Hukum Taurat adalah suatu yang unik diantara Hukum Taurat
bangsa-bangsa Israel di bumi . tetapi hal itu bukan karena kaitannya terbatas,
melainkan karena tak ada bangsa lain yang mengenal imam yang serupa.

Israel tidak selalu setia dalam peranannya sebagai terang dan berkat bagi
semua bangsa. Akan tetapi, bangsa itu dan perjanjiannya yang mendasarinya
berbicara mengenai hari, ketika semua orang dari hal yang paling hina hingga
paling mulia akan mengenal Tuhan.

KESIMPULAN

5
Hukum adalah pengajaran yang berisi cerminan hidup yang diberikan oleh Tuhan
kepada umatNya. Dalam hukum tersebut umatNya mengenal tata cara hidup yang
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Dia dan manusia dengan
sesamanya. Dalam hukum ini juga Tuhan megajarkan bahwa Dia adalah Tuhan
yang penuh kasih dan adil dimana tidak sekali-sekali membiarkan umat yang
melakukan dosa, sehingga dalam hukum yang diberikanNya setiap pelanggaran ada
selalu diserta dengan hukuman atau denda.

Daftar Pustaka

1. Alkitab

2. William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi


Perjanjian Lama. Yayasan Penerbit Gandum Mas.
Malang-Jawa Timur, 2001
D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Yunueli Gulo
Kristina siregar
Jimmy Walalohun

Mata kuliah : Teologi Perjanjian lama I


Dosen : Pdt. Agus handonowarih, M.Th

Anda mungkin juga menyukai