Hal terpenting yang dapat kita pelajari tentang lawan jenis adalah
bahwa Allah menciptakan kita pria dan wanita. Seksualitas kita
merupakan bagian dari penciptaan-Nya yang baik dan sempurna
sebelum dosa masuk ke dunia. Dia menciptakan laki-laki dan perempuan
segambar dengan-Nya. Baik sifat manusiawi maupun seksualitas kita
(maskulin dan feminin) menggambarkan siapa Allah itu. Ketika Allah
berkata bahwa tidaklah baik bagi Adam untuk seorang diri, Dia bukan
sekadar berbicara tentang kebutuhan Adam akan sosok manusia lain.
Allah menciptakan seorang penolong, rekan kerja, yang "sesuai"
untuknya, yang melengkapinya, menyempurnakannya: seorang
perempuan.
2. Keadilan
3. Pendidikan
4. Pelayanan Masyarakat
1. Kasih
2. Iman
3. Motif
Roh Kudus adalah roh penolong, yang tinggal dalam hati setiap anak –
anak Tuhan. Roh Kudus senantiasa akan memberikan pimpinan dan
hikmat supaya kita tidak salah dalam bertindak dan mengambil
keputusan etis setiap hari.
* Paling penting
* Penting
* Kurang penting
* Tidak penting
* Sia – sia
Lawan dari sistem etika duty centered adalah end centered atau
berpusat kepada tujuan. Dalam sistem ini yang lebih utama adalah hasil
dari suatu tindakan. Dengan kata lain hasil yang diinginkan akan
menetapkan aturan-aturan yang diambil dan hasil menjadi dasar tindakan
seseorang. Suatu aturan dinilai baik karena memberikan hasil yang
diharapkan, karena itu kadang-kadang demi hasil aturan dilanggar,
sehingga aturan-aturan sering tidak bersifat mutlak.
Di dalam sistem etika Kristen ada prinsip adanya hukum moral yang
lebih tinggi karena adanya suatu kebaikan atau prinsip yang lebih tinggi
daripada yang lain. Misalnya, manusia dituntut untuk mengasihi Allah
lebih dari manusia (Lihat Matius 22: 36 – 38) bahkan dirinya sendiri. Lukas
14: 26 bahkan mengatakan “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak
membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak- anaknya, saudara-saudaranya
laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat
menjadi murid-Ku.” Sudah barang tentu
kita harus hati-hati dalam menerapkan prinsip ini, tidak dengan semena-
mena tapi dengan hati-hati dan dengan hati yang tulus.
(kognitif).
sesuatu (psikomotor).