Pacaran merupakan masa perkenalan antara dua pribadi secara khusus yang
mengarah pada pernikahan. Disebut secara khusus oleh karena berpacaran bukan hanya
sekedar perkenalan. Ada unsur-unsur tertentu yang seharusnya diak ada dalam masa
perkenalan secara umumnya yang harus ada pada masa berpacaran. Dua pribadi yang
berlawanan jenis kelamin itu mengambil sikap untuk mengkhususkan hubungan antara
mereka berdua. Meningkatkan hubungan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu pernikahan.
Oleh karena itu, alangkah baiknya kita melihat dan mengetahui apa yang dimaksud dengan
berpacaran.
PENGERTIAN BERPACARAN
- Tahap Perkenalan : suatu tahapan di mana dua pribadi berusaha untuk saling mengenal
satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling kenal sebelumnya, proses saling
mengenal itu lebih cepat.
- Tahap Penjajakan : pria dan wanita saling berusaha untuk mengenali kebiasaan, dan
sifat-sifat. Dari situ mereka dapat saling mengetahui apa mereka beruda saling tertarik
dan mau saling berhubungan lebih dekat.
- Tahap Pendekatan : kedua individu berusaha untuk saling menerima satu sama lain, yang
akhirnya menampakan ada rasa ingin lebih dekat lagi.
- Tahap Kesepakatan : hubungan kedua individu yang berlainan tersebut bukan lagi
sekedar kenal, bukan lagi sekedar bersahabat, melainkan melangkah dalam kesepakatan
untuk menikah.
Akan tetapi dalam hubungan berpacaran, seringkali anak-anak remaja jatuh ke dalam dosa seks.
Dengan kata lain melakukan seks di luar nika. Berbuat seoalh-olah sudah suami istri, atau
menganggap “dunia ini milik kita berdua” dan kurang memperhatikan teman-teman lain yang
ada di sekitarnya. Selain itu dalam berpacaran sering juga terhalang karena faktor orang tua tidak
setuju, misalnya karena perbedaan suku/budaya, adanya perbedaan pendidikan. Oleh karena itu
dalam berpacaran perlu adanya keterbukaan dan pengenalaan yang lebih mendalam lagi
mengenai latar belakang seseorang yang akan dijadikan pacar. Selain itu terdapat juga masalah-
masalah yang lebih khusus lagi, misalnya cemburu. Hal itu boleh saja terjadi untuk menandakan
ada rasa cinta. Tetapi jika berlebihan akan mengakibatkan hal yang sangat fatal. Saling
menerima satu sama lain, bukan yang didasarkan pada nafsu (cinta erotis) melainkan didasarkan
pada kasih Ilahi.
3. Prinsip-prinsip Berpacaran
Dalam menentukan teman hidup kita bekerjasama dengan Allah. Allah telah menyediakan bagi kita
seorang teman hidup yang sesuai dengan rencanaNya. Tetapi untuk mengetahui orang seperti apa yang
Tuhan akan berikan kepada kita, maka kita harus tahu prinsip-prinsip dasar dalam memilih pacar yang
berkenan di hadapan Tuhan. Prinsip ini harus kita pegang teguh, jangan sampai kita menjadi ragu-ragu
dan mulai bingung apakah kita mau berpacaran dengan si A atau dengan si B. Banyak hal yang harus kita
perhatikan dalam memilih pacar.
2 Korintus 6:14 menuliskan: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang
yang tidak percaya. Hal ini sangat penting sekali untuk diingat oleh setiap anak Tuhan. Kita harus berani
berkata tidak dengan orang yang tidak seiman. Mengapa harus seiman? Karena dalam keluarga Kristiani,
Kristuslah yang menjadi kepala dalam keluarga. Dengan dasar iman kita banyak membuat keputusan.
Contoh yang sangat mudah, bila suatu saat kita dipecat dari pekerjaan. Orang beriman akan datang
kepada Tuhan dan berdoa, tetapi orang tidak beriman bisa sampai bunuh diri karena putus asa. Kita
sebagai anak Tuhan tidak bisa selalu sejalan dengan yang bukan anak Tuhan, maka akan terjadi banyak
masalah di kemudian hari.
Seringkali orang berkata, “Ya nanti saya injili dia.” Hati-hati dengan hal ini, bila kita tidak kuat bisa-bisa
kita yang mundur dari Tuhan. Jangan pakai pacaran sebagai media untuk penginjilan. Hal itu sangat
beresiko tinggi.
Lalu apa yang dimaksud dengan seimbang? Seimbang disini berarti pasangan kita sama-sama punya
kerinduan untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Karena sekarang ini banyak sekali orang Kristen KTP. Orang
Kristen KTP bukanlah orang Kristen yang sungguh-sungguh, jadi hampir sama saja dengan orang yang
bukan Kristen dan akhirnya kita akan menemukan masalah-masalah yang sama seperti bila kita
berpacaran dengan orang yang tidak seiman.
Kejadian 24:14 menulis demikian: Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata:
Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu
juga akan kuberi minum; dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu
akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.
Ayat ini memperlihatkan bahwa Eliazar, hamba Abraham yang mendapat tugas mencarikan isteri untuk
Ishak memakan akal sehatnya. Ia mencari seorang wanita yang baik, yang rajin bekerja, yang mau
menolong dan murah hati.
Orang bilang “Love is blind”. Hal ini tidak berlaku buat anak-anak Tuhan. Justru dalam masa pacaran kita
harus mengenali pasangan kita dengan sungguh-sungguh. Kita buka mata kita terhadap semua sifat-sifat
pasangan kita baik itu yang positif maupun yang negatif. Bila kita pakai prinsip “Love is blind” maka kita
tidak boleh bersedih bila nanti kita baru tau bahwa pasangan kita malas luar biasa. Jangan sampai kita
harus mencucurkan banyak airmata hanya karena kalimat “Love is blind” ini.
Hal yang satu ini seringkali terlupakan oleh kita. Padahal banyak sekali orang yang setelah berpacaran
malah lupa sama Tuhan. Malam minggu yang biasanya datang ke persekutuan pemuda remaja, maka
setelah punya pacar selalu bisa ditemui di bioskop atau di mall bersama pacarnya.
Allah menciptakan Hawa untuk melengkapi Adam, sehingga mereka berdua bisa saling memebantu dan
menopang hingga menjadi pribadi yang serupa dan segambar dengan Allah. Jadi perlu kita teliti, apakah
pacar kita bisa membawa kita semakin dekat kepada Allah atau justru malah menjauh dari Allah?
D. Hidup Kudus
1 Tesalonika 4:3 mengatakan: Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan. Percabulan bukan dosa terhadap orang lain tetapi terhadap diri sendiri (1 Korintus
6:18). Masalah ini sudah sempat dibahas sedikit di bagian sebelumnya. Bahwa hubungan seks hanyalah
untuk pasangan suami isteri yang telah diberkati Tuhan dalam pernikahan kudus.
Lalu mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, “Kalau begitu sampai dimana kami boleh berpacaran?
Pegangan tangan boleh tidak? Pelukan boleh tidak? Ciuman bagaimana?”
Alkitab tidak menuliskan secara hurufiah apakah pegangan tangan, pelukan atau ciuman itu berdosa
atau tidak. Tetapi kita berpegangan tangan itu atas dasar dorongan seksual. Ada keinginan untuk
menyentuh pasangan kita. Dan suatu saat pegangan tangan tidak cukup, maka mulai berpelukan. Hingga
satu saat berpelukan pun tidak cukup, mulailah ciuman. Dan si Iblis sudah menunggu di dekat kita, siap
menangkap kita dalam dosa hubungan seks diluar nikah.
OLEH :
FREDDY
XI.a
SEKOLAH PERMATA HARAPAN BATAM