Anda di halaman 1dari 4

BATASAN – BATASAN

DALAM PACARAN
KRISTEN
31 May 2019
 Articles

Christopher Sean Gavriel / 2101725645

Banyak dari kita, terutama yang sudah bertemu dan memulai hubungan dengan pasangan kita
mempertanyakan beberapa hal, seperti “apakah dalam berpacaran boleh melakukan kontak
fisik?” Pada konteks ini adalah berpegangan tangan, merangkul/berpelukan, mencium dan
sebagainya. Apakah ketika melakukan kontak fisik, hubungan/pacaran yang kita jalani menjadi
tidak kudus dan tidak menyenangkan hati Tuhan?
Sebagai anak-anak Tuhan, kita haruslah kembali kepada firman dan melihat apa yang Allah
inginkan dalam hubungan yang kita jalani dengan pasangan kita.

Konsep berpacaran Kristen haruslah memiliki kejelasan tujuan dalam menjalin hubungan
berpacaran. Apa tujuan awal kita memutuskan menjalin hubungan dengan pasangan? Jangan
menjalani sesuatu yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Bila motivasi berpacaran hanyalah
untuk bersenang-senang secara kedangingan, atau untuk pelarian dari suatu masalah psikologi,
menghilangkan status jomblo/single, dll, maka tidak perlu dijalani kembali. Berpacaran/tunangan
harus memiliki prinsip yang benar yang adalah harus bertujuan untuk menuju jenjang
pernikahan. Berpacaran untuk mempersiapkan diri pada jalan pernikahan, sehingga ada
keseriusan dari kedua belah pihak, mempunyai tujuan untuk menjalani hidup bersama dan
bersama-sama memuliakan nama Tuhan melalui hubungan yang dijalani.

Dalam berhubungan, sentuhan merupakan suatu hal yang penting dan merupakan salah satu hal
yang juga termasuk dalam kategori “Love Language“. Sentuhan dapat menambah
asmara/chemistry dari sebuah pasangan. Namun pada alkitab tertulis “Jangan kamu
menggerakan cinta sebelum diinginya” “Not to awaken love until the time is right” (Kidung
Agung 2:7)
Ketika kita berpacaran, kita harus mengebelakangkan chemistry. Namun kita harus terlebih
dahulu memunculkan komitmen dan tanggung jawab dalam berjalannya hubungan kita. Hal ini
akan menimbulkan kebijaksanaan yang lebih dalam berhubungan sehingga kita tidak
sembarangan dalam hal sentuh menyentuh/berkontak fisik.

Jadi pada intinya. apakah kita boleh melakukan kontak fisik? Bagaimana dengan hal
berpegangan tangan yang mungkin kita dapat lihat sebuah hal yang paling wajar dalam hal
berhubungan/berpacaran?

Jika kita melihat konteks dalam sebuah hubungan. Alkitab memang tidak pernah menyebutkan
mengenai perihal berpacaran. Namun Alkitab sangatlah tegas membahas hawa nafsu.

Hawa nafsu sering kali berhubungan dengan hal apa yang “menguntungkan saya”.
Roma 13:13 “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta
pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan
iri hati.”
Dalam perihal bergandengan tangan, hal ini kembali lagi kepada orang yang menjalaninya
tersebut. Bergandengan tangan tidak selalu merujuk kepada hawa nafsu, melainkan juga suatu
hal yang bisa diartikan/bertujuan untuk melindungi pasangan kita. Seperti misalnya
menyeberang jalan, dll. Walaupun bergandengan tangan juga dapat membangkitkan suatu
chemistry kepada hal-hal lainnya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, namun
bergandengan merupakan kontak fisik yang dapat dikatakan masih dalam batas aman untuk
menjalani hubungan yang kudus dan sesuai dengan Firman Allah.

Bagaimana dengan ciuman?


Ketika melihat nilai-nilai kekristenan yang Yesus telah ajarkan, kita akan mengetahui adanya
perbedaan antara “Love and Lust” (Cinta dan Hawa nafsu).
Maka kita dapat menyadari bahwa berciuman selalu berhubungan dengan hawa nafsu. Kita tidak
akan menemukan istilah seperti “berciuman untuk menjaga”, maka semua itu kembali lagi
dengan hal tersebut berhubungan dengan “aku mau, aku ingin“ yang merujuk pada hawa nafsu
untuk menguntungkan pribadi diri sendiri. Mungkin jika melihat dalam konteks budaya,
terutama negara-negara di luar sana, hal tersebut merupakan hal yang wajar. Namun ketika
melihat konteks nilai terutama dalam kekristenan, berciuman dapatmendatangkan
nafsu dan membangkitkan nafsu. Jadi hal ini sebaiknya dihindari oleh anak-anak Tuhan ketika
masih berada pada fase berpacaran. Janganlah menaruh diri kita sendiri kepada pencobaan.

Bagaimana cara kita mengendalikan diri kita sendiri untuk menjalin hubungan yang kudus?

Sebagai anak Tuhan, kita harus percaya bahwa Roh Kudus telah ditempatkan dalam diri kita
untuk memberikan kita kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.
Alkitab berkata “(17)Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan
hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-
sia. (18)Dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. (19)Perasaan mereka
telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan
serakah segala macam kecemaran. (20) Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar
mengenal Kristus.” Efesus 4:17-20
Jadi pada intinya, permasalahan yang dihadapi dalam menghadapi kontak fisik adalah hawa
nafsu. Maka ketika bergadengan tangan yang adalah sebuah hal yang kita lihat wajar dalam
berpacaran menjadi sebuah jembatan untuk membangkitkan nafsu dalam kita berhubungan, lebih
baik kita melepas kebiasaan itu.

Jika melihat Lukas 1:26-27


Tertulis: “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di
Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.”
Dari dua ayat yang kita baca diatas dalam kitab Lukas, kita dapat melihat bahwa Yusuf dan
Maria, meskipun mereka telah bertunangan, mereka tidak melakukan hubungan seksual yang
seharusnya dilakukan oleh seorang yang sudah menikah. Maria masih seorang perawan,
keduanya menjaga kesucian mereka oleh karena keduanya adalah orang-orang yang takut akan
Tuhan.
Jika kamu sudah membaca semua article ini, kamu akan tahu bahwa pada awal sudah disebutkan
bagaimana berpacaran harus bertujuan pada jenjang pernikahan.
Kehidupan pernikahan adalah anugerah dari Tuhan bagi setiap pasangan yang beriman pada
Tuhan. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan serupa dengan gambar Tuhan. Tuhan
mempunyai tujuan yang mulia dalam pernikahan. Sabarlah menunggu waktu Tuhan. Sabarlah
ketika masih berpacaran karena waktu Tuhan adalah yang terbaik dan Ia menjadikan segala
sesuatu indah pada waktunya. Kita harus menghargai konsep berhubungan & pernikahan yang
Tuhan telah anugerahkan pada kita sehingga kita tidak merujuk pada melakukan hal-hal yang
hanya boleh dilakukan pasangan sesaat setelah menikah.
Biarlah kehidupan kita terus berserah kepada kehendak Tuhan, agar kita dapat tetap menjadi
terang dan garam dalam dunia yang semakin menjauh dari kehendak Allah.

Anda mungkin juga menyukai