Anda di halaman 1dari 3

3.2. Harus mengikuti standar moral Alkitab.

Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah
dikatakan tadi dalam Roma 12:12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain
jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda dengan berpacaran yang Alkitab/
berpacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Perbedaannya yaitu:

1. Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta dengan
pertimbangan : mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab kepada
Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju lorong rumah Nikah.

2. Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula
pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan
seksual. Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya sebagai rumah
kediaman Roh Kudus (I Korintus 3;16) yang dikagumi dan di hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di
miliki dalam rumah nikah, dimana mereka saling menerima satu dengan yang lain dari tangan Tuhan.

3. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini (sekarang)

Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang
bertanggung jawab kepada Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala
hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat. Masing-masing harus
dapat melepaskan satu dengan yang lainnya (bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.

Standar Alkitab tentang pacaran yaitu I Tesalonika 4:3 yaitu Allah berkehendak supaya kita ada dalam
kekudusan. Jangan merusak Bait Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat. 5:27-28; Kid. 2:7; 3:5 ;
8:4. Efesus 4:27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis sebab dengan kita membuka celah
berarti kita telah memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks
akan membawa kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama) antara
lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu baru mengenal. Ciuman dan pelukan
antara seorang pemuda dan pemudi merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksuil dan
kenikmatan. Ada empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah sampai yang
paling kuat.
Keempat tingkat tersebut ialah:

1. Berpegangan tangan.

2. Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.

3. Berciuman

4. Saling membelai dengan tangan di dalam baju.

Ransangan seksual yang terus menerus akan menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak.
Ketika dorongan seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman
seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata bahwa
ciuman itu normal, karenan ciuman itu adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih
mengikat tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru karena Alkitab
memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan membuat seorang merasa bersalah
bahkan bisa merubah sayang itu menjadi benci. Contoh II Samuel 13:1-15. Cerita ini mengisahkan anak-
anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar, sampai-sampai ia jatuh
sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar. Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka
jatuh pada dosa seks, timbullah suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti
bercumbuan bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 4:17-21) supaya anak Tuhan jangan jatuh pada hal
berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam masa berpacaran karena itu bertentangan dengan
Alkitab. Dengan demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa berpacaran,
sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu
berperan, yang nantinya akan membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih
jauh lagi pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja. I Timotius 5:22
bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu". Yesaya 5:20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan
kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai setan untuk menghancurkan nilai-nilai
iman Kristen. Akhirnya kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam
konteks Alkitabiah yaitu:

1. Dalam perjanjian Lama Ulangan 22:13-30 Ungkapan ini menunjukkan betap tingginya nilai
keperawanan, Amsal 7:1327.
2. Dalam Perjanjian Baru I Korintus 6:10 Hubungan seksual diluar pernikahan adalah percabulan. I
Korintus 6:13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.

Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I
Tesalonika 4:3-5,8. Jadi berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak sama
dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah suami atau isteri sehingga tidak
boleh diperlakukan demikian. Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran pergi bersama-
sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain sehingga selalu ada rem yang mampu
mengendalikan semua tingkah laku.

Bab IV Kesimpulan

Agar pemuda-pemudi di dalam Kristus tidak berdiri dengan menangis dan menyesal pada puing-puing
ketentuan yang mereka sudah setujui bersama pada awal hubungan mereka, haruslah mereka
berorientasi dalam segala pergaulan mereka kepada ke empat nasihat Firman Tuhan yaitu:

1. Berdoalah senantiasa, I Tes. 5:17; khususnya pada waktu pacaran

2. Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef. 5:20; apakah semua pengalaman pada waktu
berpacaran menimbulkan ucapan syukur?

3. Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14:23 setiap langkah dalam hubungan pacaran
mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.

4. Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah
milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu ( I Korintus 6:19-
20)

Anda mungkin juga menyukai