Memasuki pernikahan, bukan berarti terlepas dari permasalahan, justru akan muncul permasalahan-
permasalahan baru. Pernikahan yang tahan menghadapi gelombang-gelombang kehidupan harus
didirikan diatas dasar yang benar. Baca Matius 7:24-27.
Permasalahan didalam keluarga begitu kompleks , bisa masalah komunikasi / masalah keuangan /
masalah anak / masalah karena kaburnya peran antara suami dan istri dan masih banyak penyebab-
penyebab lainnya. Namun satu hal yang perlu kita ketahui bahwa masalah boleh terjadi, namun ada
jawaban dan jalan keluar dari setiap permasalahan kita, selama kita menjadi pendengar dan
melakukan firman Allah.
Bentuklah keluarga anda menjadi keluarga yang takut akan Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa
berkat atas rumah tangga turun atas setiap orang yang takut akan Tuhan ( Mazmur 128 ).
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
Jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1)
Salah satu ciri keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai dasar dalam pernikahan adalah adanya kasih
agape dalam keluarga tersebut. Karena dalam 1 Yohanes 4 : 7 - 21 mengajarkan Allah adalah Kasih,
jadi setiap pernikahan yang memiliki kasih agape, ada Allah didalamnya. Kasih Agape yaitu kasih
tanpa syarat, kasih ini tidak membalas, meskipun ditolak, namun mendahulukan kepentingan orang
lain. Kasih ini adalah kasih yang mengorbankan diri dan ini merupakan bentuk dari kasih Allah
terhadap manusia.
Kasih Agape akan teruji justru disaat suami / istri memiliki kelemahan. Saudara bisa melakukan
pengecekan. Apakah disaat suami / istri berbuat hal-hal yang tidak Saudara sukai, justru saat itulah
Saudara bisa menyatakan kasihmu kepada pasangan ? Kasih artinya yang walaupun suami / istriku
seperti ini…aku tetap mengasihinya.
Allah telah memberikan teladan yang begitu sempurna dalam kasih agape, Ia rela mati di atas sayu
salib karena mengasihi umat-Nya, yaitu Saudara dan saya. Kita adalah orang yang berdosa, namun
Tuhan mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya untuk menjadi penebusan atas dosa kita
supaya kita beroleh keselamatan. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah ( 2 Korintus 5 : 21 ).
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.” ( Roma 5 : 8 )
“ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.” ( Yohanes 3 : 16 )
Kasih agape perlu dinyatakan suami terhadap istri demikian pula istri terhadap suami.
“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya.”( Efesus 5 : 25 )
Secara lebih detail, Saudara bisa pelajari kasih di dalam 1 Korintus 13. Kasih itu sabar, murah hati,
tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan
diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam
kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya
untuk kita, sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” ( Efesus 5 : 1,2 )
##################################################################################
#
BAB II
Penerimaan diri sendiri adalah hal yang penting untuk dapat mengasihi orang lain. Seseorang yang
tidak mengasihi diri sendiri, tidak mungkin dapat mengasihi orang lain. Baca Matius 22 : 37-39
Pada umumnya manusia cenderung untuk menempatkan diri sendiri di tempat yang terutama dan
menempatkan Tuhan dan sesamanya dibawahnya. Ada pula seseorang yang berpendapat untuk
mengasihi Allah dahulu, kemudian sesama dan terakhir adalah diri sendiri. Perhatikan kembali
Matius 22 : 37-39, urutannya yaitu :
Banyak orang yang menilai / mengukur dirinya sendiri dengan ukuran mereka sendiri (2 Korintus 10 :
12). “Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel : “Janganlah pandang parasnya atau
perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat
Allah ; tetapi TUHAN melihat hati.”( 1 Samuel 16:7 )
Yang dikatakan Alkitab tentang nilai diri kita dihadapan Allah yaitu : Kita adalah orang yang dikasihi
Allah ( Yohanes 3 : 16 )
“Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya : Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal,
sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.” ( Yeremia 31 : 3 )
Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu ; tinggallah di
dalam kasih-Ku itu.” ( Yohanes 15 : 9 )
Manusia diciptakan Allah unik adanya, Ia sendiri yang menuntun kita sejak dari dalam kandungan.
“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.”
( Mazmur 139 : 13 )
Jika Allah mengasihi kita, pastilah kita adalah seorang yang sangat penting. Kita perlu sadar bahwa
penting bagi kita untuk mengasihi yang dikasihi Tuhan, yaitu diri Saudara sendiri.
Mempelajari hal tersebut diatas, berarti baik kita maupun pasangan hidup kita adalah seseorang
yang sangat berharga dimata Allah, kita sangat perlu menerima diri sendiri demikian pula menerima
diri pasangan hidup Saudara dengan segala “keunikannya”. Tidak ada manusia didunia ini yang
sempurna. Kita mau belajar dari Allah untuk melihat sisi yang baik dari pasangan, seperti yang
tertulis dalam Alkitab,
“ Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semua itu.” (Filipi 4 : 8)
Salah satu artikel tentang pernikahan bahagia yaitu bukan bertemunya 2 (dua) orang yang cocok
satu sama lain namun bertemunya dua orang yang berusaha mencocokkan dirinya dengan
pasangannya. Apakah saudara telah melakukan hal ini, yaitu berusaha mencocokkan diri Saudara
dengan pasangan anda ? Atau justru Saudara menjadi pribadi yang menuntut pasangan anda untuk
mengikuti kehendak Saudara ?
Kita dibentuk dari lingkungan, latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Hal ini dapat
mempengaruhi sikap dan tingkah laku saat dewasa termasuk dalam pernikahan. Ada seseorang
dididik dalam kondisi yang “super” disiplin dan kaku tanpa kasih sayang. Hal ini secara tidak disadari
ketika dewasa terbentuk watak / karakter yang super disiplin, kaku dan merasa tidak perlu kasih
sayang dimunculkan dalam hidup berkeluarga. Watak / sikap seseorang bukan berarti tidak dapat
diubahkan, namun jangan mengharap pula watak / sikap tersebut akan langsung hilang saat Saudara
menikah. Selama seseorang mau memahami kekurangan diri dan berusaha mengubah hal-hal yang
tidak baik dengan pertolongan Allah, saya sangat yakin bahwa sikap yang tidak baik akan berangsur-
angsur berubah.
Suami / istri perlu memahami dan menerima sikap / watak kelebihan / kekurangan dari pasangannya
masing-masing.
Jangan pula ini menjadi kesempatan seseorang untuk mempertahankan diri dan memaksakan
kehendak pasangan untuk menerima dirinya apa adanya.
Hal tersebut berbeda dengan kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang misalnya, kebiasaan
merokok / berjudi / berzinah / terlibat narkoba dll. Penerimaan diri pasangan, bukan berarti
menerima pula kebiasaan buruk yang telah dilakukan sebelum pernikahan. Namun kebiasaan-
kebiasaan tersebut harus dikikis habis dan tidak dilakukan lagi. Berdoalah untuk minta pertolongan
Tuhan dalam melepas kebiasaan-kebiasaan tersebut.
##################################################################################
###
BAB III
KOMUNIKASI PERNIKAHAN
A. Pengertian Komunikasi
1. Menyampaikan pesan melalui kata-kata atau tulisan.
2. Proses saling bertukar informasi, melalui symbol, isyarat, atau tingkah laku yang sama-
sama mereka pahami.
3. Menyampaikan suatu informasi sehingga dapat dimengerti seperti yang dimaksudkan,
100 persen.
B. Unsur Komunikasi
1. Pengirim, orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain.
2. Penerima, orang lain yang diajak berkomunikasi.
3. Gagasan, atau pesan, pikiran si pengirim berupa lambang yang mengandung arti,
bahasa, kata-kata, atau bahasa isyarat.
D. Sembilan (9) Prinsip Dalam Membangun Kepercayaan Diri (Harga Diri) Pasangan
1. Prinsip pertama, menciptakan rasa aman dalam berkomunikasi.
Apa syaratnya?
a. Ada keterbukaan/transparansi pasangan.
b. Ada kejujuran pasangan.
c. Ada tanggung jawab pasangan.
Belajar dari Kitab Kejadian 3 : 1 – 13, dengan perikop “Manusia jatuh ke dalam dosa”,
kita dapat belajar bahwa manusia cenderung melemparkan tanggung jawab
perbuatannya kepada orang lain. Ada kecenderungan untuk mencari kambing hitam,
melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Ayat 11, Tuhan berfirman : “Apakah
engkau makan dari buah pohon,yang Kularang itu?” Ayat 12, manusia (Adam) menjawab
: “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu
kepadaku, maka kumakan”. Apa firman Tuhan kepada perempuan (Hawa)? Jadi pada
umumnya yang berbuat dosa cenderung melemparkan tanggung jawab kepada orang
lain dan mencari kambing hitam.
4. Prinsip keempat, jadilah pendengar yang baik, dan tidak menyela pembicaraan
pasangan (lawan) bicara. Apabila suami sedang bicara, dengan sungguh-sungguh
mendengarkan apa yang dikatakan suami sampai selesai (berhenti) berbicara.
Kemudian istri berbicara dan suami juga dengan sungguh-sungguh mendengarkan apa
yang dikatakan istri sampai selesai. Dengan dengan demikian tidak akan terjadi
percecokan. Keluarga yang tidak cekcok atau rukun, maka berkat Tuhan diperintahkan
turun atas keluarga tersebut (Maz 133 : 1 – 3). Sebagai rujukan dari prinsip keempat ini
adalah :
a. Amsal 18 : 13 “Memberi jawaban sebelum mendengar, menyela pembicaraa,
interupsi merupakan kebodohan dan kecelaan”.
b. Yakobus 1 : 19 “Hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-
kata dan juga lambat untuk marah.
Dari 2 ayat diatas, kita belajar kalau suami istri sedang mempunyai masalah, jangan
tergesa-gesa membuat keputusan. Ada baiknya, kalau masing-masing pasangan berdoa
kepada Tuhan Allah dan membawa masalahnya kepada-Nya. Kemudian suami istri
berdoa bersama-sama, menggumulkan masalahnya kepada Tuhan Allah. Diharapkan
dengan berdoa tersebut, dapat mendengarkan suara Tuhan, sebagai pemecahan
masalah.
7. Prinsip ketujuh, menghormati pasangan yaitu suami menghormati istri, dan sebaliknya
istri menghormati suami.
Baca Efesus 5 : 22- 33, dari ayat 33 kita belajar , “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-
masing berlaku; kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah
menghormati suaminya”. Ini berarti dalam keluarga Kristen tidak diijinkan adanya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Di samping itu, ada pesan yang luar biasa
baiknya dari 1 Petrus 3 : 7 “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana
dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman
pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”.Ini berarti,
salah satu penghalang dari doa suami kepada Tuhan adalah kalau suami tidak
menghormati istri.
9. Prinsip kesembilan, saling mendoakan. Jadilah pasangan yang saling mendoakan dan
berdoalah bersama. Baca 1 Samuel 12 : 23a, “Mengenai aku, jauhlah daripadaku untuk
berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu”. Ini berarti Tuhan
mengajarkan betapa pentingnya mendoakan orang lain, apalagi mendoakan pasangan,
hukumnya wajib. Apabila suami memiliki pergumulan tertentu, istri dapat ikut serta
mendukung doa. Demikian juga kalau istri memiliki pergumulan , maka suami dapat
membawa dalam doa pribadinya. Kemudian jangan lupa juga pada waktu-waktu
tertentu berdoa bersama. Buatlah doa itu sebagai komunikasi antara Saudara dan Tuhan
Allah. Kita beruntung diijinkan menyebut Tuhan Allah sebagai “Bapa” dan kita sebagai
“anak-anak-Nya”. Maka ada baiknya sering mencurahkan isi hati Saudara kepada “Bapa”
di Sorga, maka Bapa di Sorga akan memberi solusi terhadap masalah Saudara.
BAB IV
Seks adalah sesuatu yang wajar dan bukan dosa sebab diciptakan oleh Allah (Kejadian 1 : 27 dan 31).
Adalah dosa jika seks disalahgunakan. Banyak hal mengenai penyalahgunaan seks, namun pada bab
ini kita tidak membahas tentang penyalahgunaan seks tetapi tentang prinsip seks sesuai kebenaran
Firman Allah.
Sebelum membahas tentang prinsip seks, kita perlu mengetahui dahulu apa tujuan Allah, adanya
seks.
Baik seorang suami maupun istri wajib memenuhi kewajibannya masing-masing kepada pasangan
hidupnya.
“Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap
suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak
berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (1 Korintus 7 : 3 – 4)
Ayat tersebut sangat jelas, bahwa seorang suami tidak boleh egois demikian pula seorang istri.
Tubuh suami adalah milik istrinya, demikian pula tubuh istri adalah milik suaminya. Jika kita mengerti
prinsip ini maka tidak ada lagi yang dapat dikatakan oleh suami atau istri untuk menolak pasangan
hidupnya dalam berhubungan intim. Mengapa? Karena tubuhnya ada yang memiliki yaitu pasangan
hidupnya.
Saling menjahui sementara waktu diperbolehkan jika dengan persetujuan bersama dengan tujuan
supaya ada kesempatan untuk berdoa/berpuasa/untuk tujuan rohani (1 Korintus 7 : 5)
Kasih yang berarti memberi dan bukan menerima. Baik suami atau istri harus memiliki keinginan
untuk memberi dan sebaliknya bersedia pula menerima.
Lemah lembut dan penguasaan diri artinya sanggup mengontrol keinginan-keinginan pribadi.
Harapan, kerinduan, keinginan diri, perlu Saudara komunikasikan dengan pasangan, sehingga tidak
terjadi keputusasaan, hati terluka, kesal dan ketakutan.
Perlu kita pahami, bahwa kita wajib dan harus menjaga kekudusan pernikahan.
“Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan
tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah dihakimi Allah.”(Ibrani 13 : 4).
##################################################################################
###
BAB V
Mengandung adalah hal yang wajar dialami oleh setiap wanita yang telah menikah. Banyak yang
berpendapat bahwa yang wajib membaca bab ini adalah wanita atau istri saja sedangkan bagi suami
tidak memerlukannya. Apakah Saudara juga berpendapat demikian ?
Jika ya, saya minta Saudara tetap membaca bab ini karena seorang suami ikut berperan dalam
kehidupan janin yang dikandung istri.
Sebelum membahas tentang peranan suami dan istri saat mengandung, kita akan mempelajari
terlebih dahulu siapa anak itu ?
Anak adalah milik pusaka Tuhan, dan merupakan pribadi yang spesial dari rencana Allah. Sadarkah
Saudara bahwa anda adalah spesial dimata Allah ? Demikian pula anak yang nantinya akan Saudara /
istri Saudara kandung.
Mungkin Saudara merasa belum siap untuk memiliki anak, mungkin pula Saudara tidak menghendaki
anak yang telah dikandung. Sadari bahwa anak / janin adalah spesial di mata Allah dan sangat
berharga dimata Allah. Allah sendiri yang menenun kita sejak dari dalam kandungan.
“Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka daripada Tuhan, dan buah kandungan
adalah suatu upah.” ( Mazmur 127 : 3)
“ Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dasyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan
jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan
ditempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.”
(Mazmur 139:13-15)
Seorang yang berusaha menggugurkan kandungan dengan berbagai alasan adalah dosa. Janin di
kandungan bukan merupakan bagisan tubuh dari seorang ibu / hanya merupakan segumpal darah
(kandungan yang berusia satu bulan) seperti kebanyakan orang awam ketahui, namun ia adalah
manusia kecil yang telah memiliki bagian tubuh yang terbentuk.
Sikap dan perlakuan orang tua terhadap bayi yang dikandung sangat mempengaruhi karakteristik /
sifat anak kelak setelah lahir.
3. Bangga
Suami perlu bangga karena istrinya mengandung benih Ilahi. Jika Saudara bangga
maka Saudara juga tidak segan-segan untuk mengantar istri ke dokter / ke mall / ke
pasar dll.
2. Merawat diri
Tidak semua ibu suka berdandan / merawat tubuh saat hamil. Saya anjurkan
tetap jaga kebersihan, kesehatan, kecantikan serta kerapian dalam berbusana,
sehingga membuat sukacita semuanya.
5. Menambah wawasan
Ibu “baru” tentunya belum berpengalaman dalam hal mengandung, untuk itu
perlu menambah wawasan dengan banyak membaca buku-buku tentang
kehamilan , bayi dll, juga bisa dengan sharing dengan ibu lain yang telah /
sedang mengandung, sehingga dipahami masalah-masalah yang pada umumnya
dialami pada wanita hamil.
6. Kuasa Kesehatian
Mempunyai waktu berdoa bersama (Matius 6 : 6)
Untuk apa berdoa untuk anak dalam kandungan ?
Anak akan bertumbuh dalam :
- Pengenalan akan Allah sejak dalam kandungan.
- Karakter Ilahi sejak dalam kandungan.
- Perkembangan organ tubuh yang sehat dan kuat.
- Rasa aman dan percaya diri.
Tahap-tahap pertumbuhan seorang anak, saat dibentuk Tuhan secara hati-hati dan luar biasa di
dalam kandungan.
1. Masa Prakonsepsi
2. Masa Mengandung
3. Masa Nifas dan Menyusui
1. MASA PRAKONSEPSI
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pemeriksaan organ reproduksi
c. Pemeriksaan darah
d. Pemeriksaan tekanan darah
e. Vaksinasi
f. Pola hidup sehat
2. MASA MENGANDUNG
Tanda-tanda kehamilan :
1. Amenore (berhenti haid)
2. Mual
3. Nyeri dan pembengkakan payudara
4. Areola (area sekitar putting) berwarna lebih gelap, kelenjar-kelenjar
kecil di sekitar putting menonjol.
5. Garis dari pusar ke alat vital berwarna lebih gelap
6. Melunaknya Rahim dan leher Rahim
7. Membesarnya Rahim
8. Gerakan janin (mulai terasa minggu ke-16 s/d 20)
9. Gambaran janin (USG)
10. Detak jantung janin
KOMITMEN PERNIKAHAN
Didalam pernikahan Kristen, perlu memiliki komitmen secara total, seperti Kristus mengasihi kita
dengan memberikan diri-Nya sendiri untuk menebus kita.
“Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari
sepuluh ribu orang,…(Ulangan 32 : 30)
Ayat diatas, dapat kita pelajari bahwa dalam komitmen yang dibuat didalam pernikahan, kekuasaan
Allah dilipatgandakan dalam hidup kita.
Dalam Matius 18 : 19-20 “Dan lagi Aku berkata kepadamu : Jika dua orang dari padamu di dunia ini
sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di
sorga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-
tengah mereka.”
Kesepakatan yang dimaksud yaitu kesepakatan jiwa dimana dua orang berada dalam keharmonisan
roh. Tidak ada kekuatan kesepakatan yang lebih besar daripada kekuatan yang ada dalam persatuan
pernikahan. Mengapa ? karena tidak ada dua orang di dunia ini yang dapat mengalami kedekatan
roh yang lebih mesra seperti kedekatan suami istri.
Pernikahan melambangkan bentuk kekuatan terbesar yang mungkin ada ketika dua orang
bersentuhan dan setuju untuk berdoa bersama. Dalam kesepakatan ini, Yesus berkata, “Terjadilah.”
Hal inilah yang membuat setan berjuang keras melawan pernikahan.
Jika Allah katakan “Terjadilah” sesuai doa yang disampaikan suami istri, berarti kesulitan apapun
yang mungkin timbul di dalam pernikahan, pasti dapat diselesaikan bersama dengan Allah. Amin.
Kesepakatan biasanya dilambangkan dengan cincin, yang berarti lingkaran tak berujung, yang berarti
menggambarkan tujuan Allah untuk pernikahan yaitu adanya lingkaran kasih yang tak berakhir
dalam hubungan itu.
Ada 6 (enam) hal komitmen yang perlu dalam pernikahan Kristen yaitu :
##################################################################################
###
BAB VII
MENDIDIK ANAK
Anak mulai dididik sejak kecil, sehingga memiliki sikap hati dan karakter yang baik. Seorang anak
yang tidak pernah dididik sejak kecil, atau anak yang “dibiarkan” oleh orang tuanya, Saudara bisa
bayangkan, akan terbentuk sifat / karakter yang bagaimana setelah ia menginjak dewasa ? Dapat
dipastikan ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak mengetahui aturan dan hidup sesuai dengan
keinginannya sendiri tanpa mengetahui “rambu-rambu” yang seharusnya ditaati. Namun justru
seorang anak yang dididik sejak kecil, jika dia melakukan kesalahan ditegur, diluruskan, ia akan
tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab, disiplin, beretika, dll.
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan
ibunya.” (Amsal 29 : 15)
Dalam mendidik anak, sebagai orang tua perlu memperhatikan 2 hal yaitu : kasih sayang & disiplin.
Kasih sayang dan disiplin perlu diberikan secara berimbang. Orang tua yang memberikan kasih
sayang tinggi, dan disiplin rendah, akan membentuk anak-anak yang manja. Setiap keinginan anak
minta selalu dituruti. Hal ini dapat menjadi timbulnya konflik dalam keluarga. Orang tua yang terlalu
mengasihi anak-anak sehingga tidak pernah “memukul” anaknya meskipun berbuat salah, justru
orang tua yang memiliki kasih yang salah.
“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya : tetapi siapa mengasihi anaknya,
menghajar dia pada waktunya.” (Amsal 13 : 24)
Demikian pula jika kasih sayang yang diberikan kurang, namun disiplin tinggi, anak dapat memiliki
pandangan salah bahwa ia taat karena takut. Anak akan tumbuh menjadi anak yang keras, tidak mau
takhluk, dan memiliki jiwa pemberontak.
Ada orang tua yang memberikan baik disiplin maupun kasih sayang rendah. Seperti yang kami
kemukakan sebelumnya, ia akan menjadi anak-anak “gampang”, ia menjadi anak yang tertolak.
Jadilah orang tua yang dapat memberikan kasih sayang tinggi namun disiplin juga diterapkan.
Banyak kita dapati pengajaran-pengajaran yang menyesatkan dapat merasuki jiwa dan pikiran anak-
anak melalui sesuatu yang digemari anak. Kebanyakan melalui media. Tidak semua konten yang
ditujukan untuk anak adalah pelajaran yang mendidik, justru terkadang acara yang ditayangkan
adalah acara yang dapat mempengaruhi pikiran anak tentang kekerasan, perkelahian, kebencian,dll.
Jika anak dibawa kepada pengenalan yang lebih dalam akan kasih Allah, pertolongan Allah,
perlindungan Allah, ini adalah hal yang lebih nyata dapat dirasakan bagi anak daripada
membayangkan tokoh yang tidak pernah muncul dalam dunia nyata.
Beberapa hal yang perlu diketahui orang tua dalam mendisiplin anak :
“Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau
memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau
menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.” (Amsal 23 : 13-14)
Alkitab mengajarkan kita sebagai orang tua untuk menggunakan rotan dalam
mendisiplin anak. Rotan yang dimaksud adalah kayu lentur. Saat kita mendisiplin
anak harus dengan hikmat.
Ada kalanya orang tua telah menerapkan disiplin dan kasih yang berimbang, namun masih saja
memiliki anak yang sulit “diatur”. Tidak semudah yang kita bayangkan untuk mendapatkan jalan
keluar atas permasalahan tersebut. Banyak hal yang ikut andil dalam kehidupan anak-anak, antar
lain : lingkungan, keluarga, doktrin yang salah, dll. Namun satu kunci yang pasti berhasil yaitu minta
petunjuk Tuhan, karena dari dan oleh Dialah anak-anak dilahirkan di dunia. Dialah penasehat Ajaib
bagi kita,amin.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang
pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang : Penasehat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yesaya 9 : 5)
##################################################################################
###
BAB VIII
MEZBAH KELUARGA
Mezbah dalam kata Ibraninya ialah mizbeakh yang berarti tempat korban persembahan, yang
biasanya didirikan untuk memperingati suatu peristiwa. Secara lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa mezbah digunakan sebagai tempat kedekatan / persekutuan kita dengan Allah Bapa. Mezbah
keluarga bisa diartikan intim dengan Tuhan, tempat dimana orang berdoa dengan “unity” dengan
sehati dan tempat dimana doa dinaikkan terus menerus.
Seseorang akan mudah “jatuh” sekalipun seseorang yang sudah melayani Tuhan, jika hubungan
pribadi dengan Tuhan tidak kuat. Bangunlah doa dalam keluargamu!
Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, hubungan dengan Allah menjadi berbeda dan
kesulitan-kesulitan manusia mulai dirasakan.Didalam Kejadian 3 : 8 – 12, “Ketika
mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, … , bersembunyilah manusia dan
isterinya itu terhadap Tuhan Allah… , Manusia itu menjawab : “Perempuan yang
Kautempatkan disisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu lalu kumakan…”
Manusia menjadi takut bertemu Allah, dan komunikasi yang rusak antara suami istri
karena saling menyalahkan. Akhibat dosa pula istri-istri akan berusaha menguasai suami
yang berarti tidak tunduk kepada suami, demikian pula suami-suami akan menggunakan
kekuasaan sebagai kepala keluarga dengan berlaku keras dan otoriter terhadap istrinya.
Kejadian 3 : 16b, “namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa
atasmu”
Akhibat dosa lainnya yaitu mulai ada sakit-penyakit. Didalam ayat 16a dikatakan bahwa,
“…Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan
engkau akan melahirkan anakmu ”
Karena tanah menjadi terkutuk karena dosa yang telah diperbuat Adam & Hawa maka
dengan bersusah payah manusia mencari rejeki seumur hidup ( Kejadian 3 : 17 – 19 ).
Allah begitu mengasihi manusia, meskipun Adam dan Hawa telah jatuh dalam dosa,
Allah menghampiri mereka ( Kejadian 3 : 8 ) dan Ia juga memanggil mereka ( ayat 9 )
hal ini menunjukkan bahwa Allah mengasihi manusia dan tetap ingin mendekati
manusia meskipun manusia telah jatuh didalam dosa.
Galatia 3 : 13, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan
menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis : “Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!”
Firman-Nya adalah ya dan amin, Iapun juga mengasihi kita sebagai umat-Nya yang
telah dipilih sejak dari mulanya. Kepada-Nyalah kita harus beribadah, memuji,
menyembah, memuliakan dan mengagungkan nama-Nya.
2. Mendatangkan berkat
Allah ingin adanya pemulihan dalam kehidupan keluarga, antara lain : kasih,
kerukunan hidup, kesehatan, keuangan dan masih banyak hal lainnya. Ia akan
mencurahkan berkat-berkat-Nya sama seperti sebelum manusia jatuh dalam dosa.
Berkat kasih antara sesama akan mengalir, suami istri dan anak akan lebih saling
mengasihi. Hubungan suami istri semakin intim, tidak saling menyakitkan baik
perkataan maupun perbuatan.
Ketika seluruh anggota keluarga ikut berdoa, Allah menjanjikan kepada bangsa
Israel juga kepada kita :
Allah akan berbelas kasihan kepada umat-Nya ( Yoel 2 : 18 )
Musuh akan dijauhkan ( Yoel 2 : 20 )
Hujan / musim akan teratur kembali ( Yoel 2 : 23 )
Akan panen ( Yoel 22 : 22,24,25 )
Akan makan kenyang ( Yoel 2 : 19,26 )
Akan penuh Roh sekeluarga ( Yoel 2 : 28,29 )
Untuk mengatasi krisis ekonomi besar bangsa Israel, Tuhan membangkitkan Yoel
dan menyerukan pertobatan, menyerukan puasa dan doa syafaat bagi
bangsanya.
Kita dapat belajar bahwa Yoel mengundang untuk peperangan rohani baik orang
tua, anak-anak bahkan balita ( anak menyusu ) serta orang dewasa ( yang baru
menikah sekalipun ). Artinya yaitu Yoel mengajak semua anggota keluarga,
sekeluarga ikut doa bagi bangsa, doa pemulihan bangsa, doa keselamatan
bangsa, doa peperangan, syafaat untuk bangsa. Berarti kita perlu mengajak
seluruh anggota keluarga untuk berdoa bagi keluarga, keselamatan keluarga,
doa peperangan, syafaat untuk keluarga.
Anak kecil memiliki dukungan, sokongan / “back up” malaikat yang ada di
sorga, sehingga membantu dalam “peperangan rohani”.
Memahami ketiga hal tersebut diatas, maka libatkan anak-anak dalam doa
keluarga. Janganlah memperlakukan anak sebagai objek yang didoakan. Kita
membutuhkan anak-anak berdoa karena dari mereka pula bisa melindungi
kita / keluarga dengan doa-doa mereka.
Artinya yaitu kita perlu menyembah Allah dengan segenap hati kita, pujian yang kita
naikkan ke hadirat-Nya, tidak hanya sekedar terucap dari mulut kita namun hayati
setiap kata-kata yang kita ucapkan. Jika Saudara sudah dapat berbahasa Roh
( berbahasa lidah ) Saudara dapat menyembah Allah dengan bahasa-bahasa baru
yang sudah Allah berikan buat Saudara.
Percayalah bahwa Allah bersemayam / hadir di atas puji-pujian yang kita naikkan.
Dimana Allah hadir, disitu sesuatu pasti akan terjadi. Yang susah Tuhan hiburkan,
yang tertekan Tuhan berikan kelegaan, yang lemah Tuhan kuatkan, yang
kekurangan, percaya Tuhan akan cukupkan. Amin.
2. Berdoa, bisa berdoa syafaat ( doa untuk orang lain, keluarga, bangsa, dll ) juga dapat
berdoa untuk pergumulan keluarga yang sedang dihadapi dll. Dan Tuhan akan
menjawab setiap doa kita. Amin.
Suami mendoakan istri dan anak-anak, istri mendoakan suami dan anak-anak, anak-
anak dapat mendoakan kedua orangtuanya, kemudian bersama-sama untuk
pergumulan keluarga yang sedang dihadapi.
Matius 18 : 20 “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku,
disitu Aku ada ditengah-tengah mereka.”
Matius 18 : 19 “Dan lagi Aku berkata kepadamu : Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan
oleh Bapa-Ku yang di sorga.”
3. Mengucap syukur atas kasih Allah yang telah diberikan buat kita.
Firman Tuhan katakan mengucap syukur dalam segala hal. Tidak saja saat kita
berkelimpahan namun juga saat kita menghadapi tantangan tetap harus mengucap
syukur.
Siapakah Abraham? Abraham disebut orang sebagai bapa orang percaya, karena
memang ia seorang yang sungguh-sungguh percaya akan janji Allah dan taat pada
Allah. Didalam Kejadian 12 diceritakan bahwa Abraham dipanggil Allah untuk pergi
dari negerinya dan dari sanak saudaranya dan dari rumah bapanya ke negeri yang
akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita pelajari, Tuhan belum memastikan tempat yang
pasti kemana Abraham pergi, namun ia seorang yang taat dan melakukan perintah
Allah. Ketika Abraham sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon terbantin
di More. Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman : “Aku
akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”
Maka didirikannya disitu mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri
kepadanya. Saat Abraham pindah ke pegunungan di sebelah timur Betel, ia
mendirikan kembali mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan.
Abraham mendirikan mezbah bagi Tuhan, sebagai tanda ucapan syukur dan
kedekatannya dengan Allah. Dan kalau kita pelajari ayat-ayat berikutnya, akhirnya
Abraham mendapatkan sesuai dengan apa yang telah Allah janjikan kepadanya yaitu
tanah perjanjian.
Janji Allah untuk memberikan keturunan bagi Abraham juga Allah genapi. Kejadian
21 : 3.
Abraham juga mendirikan kembali mezbah bagi Tuhan, setelah menerima janji Allah.
Kejadian 13 : 18.
Abraham menyadari begitu pentingnya dekat dengan Allah, bersekutu dengan Dia.
Karena segalanya ada karena Allah, keberhasilan juga karena pimpinan Allah. Jika
kita mempelajari kisah selanjutnya tentang Abraham, bukan berarti Abraham
berjalan tanpa masalah, banyak tantangan / masalah yang harus dia hadapi sebelum
dan sesudah menerima janji Allah.
Jika kita mengerti begitu pentingnya mezbah didirikan, maka sekali lagi saya dorong
buat Saudara untuk membuat mezbah dalam keluarga mulai dari awal pernikahan
Saudara.
##################################################################################
###
BAB IX
Didalam kehidupan sering kita temui suami/istri yang tidak mengetahui bahkan melakukan
peranannya masing-masing dalam keluarga. Ada seorang suami yang kesehariannya tidak mencari
nafkah meskipun mampu, justru istri yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Sebaliknya ada pula istri-istri yang “super woman” dalam keluarga, segala sesuatu istrilah yang
mengambil keputusan. Termasuk dalam menentukan pendidikan anak-anak, keputusan istrilah yang
harus diikuti. Peran keluarga ini sangat kacau dan dapat dipastikan, damai sejahtera, sukacita sulit
didapatkan dalam keluarga yang demikian.
Jika demikian, bagaimana peranan masing-masing? Kita akan belajar dari Alkitab, karena dari Firman
Tuhanlah kita dapat menemukan “kunci” yang benar.
“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan”. (Efesus 5 : 22)
Banyak istri-istri yang tidak dapat tunduk kepada suami, beberapa penyebabnya antara lain
karena istri merasa lebih dari suami, apakah itu pendidikannya, gajinya, latar belakang
keluarganya/statusnya dll.
“ Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu
perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk
kepada suaminya”. (1 Petrus 3 : 5)
Mungkin saudara bertanya, Bagaimana jika suami saya lemah sekali apakah istri tetap harus
tunduk seperti kepada Kristus? Satu jawaban pasti yaitu ya.Ini adalah ketetapan dan
kehendak Allah dalam diri seorang istri. Jika Allah telah menetapkan seorang suami sebagai
kepala keluarga (baca 1 Korintus 11 : 3). Sudah pasti setiap suami bisa menjadi kepala
keluarga, dia pasti bisa memimpin keluarga, dalam kondisi apapun suami saudara, namun
pasti dia dapat memimpin dan menjadi kepala keluarga. Lakukan saja Firman Tuhan.
Tunduklah kepada suamimu.
Penolong berbeda dari peran pembantu rumah tangga yang wajib patuh setiap perintah
yang harus dilakukan, namun lebih dari itu yaitu sebagai “penolong” suami. Penolong di sini
bisa berarti pendukung suami dalam segala hal. Banyak istri-istri yang banyak menuntut dari
suami, tapi ingat istri diciptakan sebagai penolong dan bisa dimaksudkan sebagai
pemotivator suami, melengkapi kelemahan yang dimiliki suami, bukan sebagai perongrong
suami. Banyak didapati seorang suami yang tidak mendapatkan “penolong” dalam hal
jiwanya. Maksudnya adalah seorang suami membutuhkan seorang istri yang dapat
memberikan penghargaan bagi dirinya, dapat menjadi pendukung suami serta sebagai
pendamping suami yang sepadan.
Suami membutuhkan penghargaan dan penolong dari orang yang terdekat yaitu istrinya.
“TUHAN Allah berfirman : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”( Kejadian 2 : 18).
1. Mengasihi istri
“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya.”(Efesus 5:25).
Jika saudara baca sampai ayat 30, akan lebih jelas disampaikan bahwa suami perlu
mengasihi istrinya seperti mengasihi tubuhnya sendiri. Kita singgung sedikit pelajaran
yang pernah disampaikan sebelumnya yaitu perlu menerapkan kasih agape. Istri yang
menjadi pendamping saudara harus saudara jaga, rawat, dan kasihi dia sesuai dengan
perintah Tuhan.
Allah mengajarkan kasih agape melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Saudara
memberikan kasih agape kepada pasangan hidup Saudara ? Disaat pasangan Saudara
berbuat salah / bahkan mungkin menyakiti hati saudara, apakah Saudara tetap dapat
menyatakan kasih dengan pasangan Saudara ? Allah sudah melakukannya untuk kita.
“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai
kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai pewaris dari kasih karunia, yaitu
kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”(1 Petrus 3 : 7).
Allah memerintahkan para suami untuk hidup bijaksana dan menghormati istri yang
adalah kaum yang lebih lemah (dari kekuatan fisik, pria lebih kuat di banding wanita).
Karena kelemahan itulah maka Allah memberikan perlindungan khusus kepada para
istri. Pelanggaran terhadap perintah Allah, membuat doa kita terhalang. Suami perlu
memperlakukan istrinya secara bijaksana, menghormatinya serta menanggalkan
“pakaian kekerasannya.”
3. Mencari nafkah
“Lalu firman-Nya kepada manusia itu : “Karena engkau mendengar perkataan isterimu
dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu : Jangan makan
daripadanya, maka terkutuklah tanah karena engkau ; dengan bersusah payah engkau
akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu : (Kejadian 3 : 17-19)
Saat manusia jatuh dalam dosa, Allah berkata kepada Adam / suami, untuk mencari
rezeki. Hal ini dapat diartikan bahwa pemenuhan kebutuhan jasmani ( bisa berbicara
tentang pemenuhan pangan dan sandang ) adalah tanggung jawab seorang suami. Hal
ini bukan berarti istri-istri tidak boleh bekerja. Boleh selama disetujui kedua belah pihak.
Namun tetap kebutuhan hidup keluarga adalah suami yang bertanggung jawab.
4. Mengasuh dan merawat
Para suami perlu memandang istrinya adalah orang yang spesial / tidak ada seorangpun
yang seperti dia. Jika suami telah memandang isterinya adalah spesial, maka ini akan
memudahkan ia untuk memperlakukan istrinya spesial juga.
“Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri ; Siapa
yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat.” (Efesus 5 : 28 – 29 ).
Kata “mengasuh” dan “merawat” berarti segala sesuatu yang menjadi perhatian istrinya
harus menjadi perhatian suaminya. Contoh sederhana yaitu menaruh perhatian
terhadap kesehatan istrinya, penampilannya, caranya, mengatur rambut, termasuk
parfum yang ia gunakan.
5. Memberi pujian
6. Menghibur istri
Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis dan
mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih
berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?” (1 Samuel 1 : 8)
Berbicara mengenai perasaan, wanita lebih perasa dibanding dengan pria. Sehingga
tidak heran mendengar berita yang sama, wanita mudah menangis sedang pria tidak.
Suami perlu belajar menjadi pendengar yang baik. Beri penghiburan kepada istri jika
diperlukan meskipun kadang jika dipikir secara logika masalah yang dikemukakan
istrinya tidak perlu ditangisi.
“Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah
yang menyelamatkan tubuh.” (Efesus 5 : 23)
Suami sebagai kepala keluarga. Arti dari kepala keluarga yaitu yang berkewajiban
menjadi kepala dalam keluarganya. Banyak didapati istri-istri yang lebih dominan dalam
keluarga dibanding suami. Hal tersebut menjadikan peran suami sebagai kepala keluarga
menjadi kabur. Dampak dari peran yang kabur tersebut, sedikit banyak dapat
mempengaruhi karakter/sikap/perilaku anak-anak yang dilahirkan. Seorang anak
perempuan dapat menganggap bahwa istri adalah “pengatur” segala sesuatu/seorang
ibu ialah yang menentukan setiap keputusan dll. Sehingga tidak mengherankan jika
banyak pemuda-pemudi yang mudah “putus cinta” bahkan keluarga-keluarga yang
mudah “retak” karena seorang suami yang tidak melakukan perannya sebagai kepala
keluarga.
Tugas lain seorang kepala keluarga adalah membuat mezbah dalam keluarga. Bawa istri
dan anak-anak dalam pengenalan akan Tuhan sejak dini. Merupakan tanggung jawab
seorang suami untuk membawa keluarganya didalam kasih dan anugerah Tuhan. Hal ini
tidak dapat diartikan bahwa istri tidak berkewajiban membawa anak-anak didalam
Tuhan, semua perlu berperan. Dalam hal ini suami adalah penanggung jawab pertama.
Kebalikan yang sering kita temuai yaitu istrilah yang sering “menggebu-gebu”
mendorong anak-anak berdoa/ke gereja/dibawa kepada pengenalan akan Allah.
Sehingga banyak anak-anak yang berpendapat bahwa seorang ayah /laki-laki tidak perlu
ke gereja, sehingga kita temui didalam setiap ibadah gereja, mayoritas adalah kaum
wanita, betulkah?
“Suami, bawa seluruh anak dan keluargamu kepada Allah. Didalam Mazmur 128 : 4,
“Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan Tuhan.”
Amin.
########################################################################
###
BAB X
KEUANGAN
Merencanakan keuangan sejak dini wajib dilakukan setiap orang terutama dalam keluarga, baik
pasangan muda maupun pasangan yang sudah lama menikah.
Mengapa perlu perencanaan ? Karena uang salah satu sumber konflik dalam keluarga, tetapi ketika
dikelola dengan bijaksana juga bisa mendatangkan sukacita.
Data statistik mengatakan ada peningkatan jumlah perceraian sebanyak 53,50 % ditahun 2021
dibandingkan tahun sebelumnya, dan alasan yang paling sering diajukan adalah pertengkaran
dengan latar belakang ekonomi.
###########################################################################
###
BAB XI
LUKA-LUKA BATIN
Tujuan dari sesi ini adalah supaya setiap orang yang sudah terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru
Selamatnya mengalami kualitas perjumpaan dengan Tuhan dan perjumpaan secara pribadi itu akan
membawa kepada pemulihan demi pemulihan sampai mendapatkan hidup yang sungguh-sungguh
dipulihkan seutuhnya. Setiap orang percaya mendapat hak masuk dalam hadirat Tuhan untuk
mengalami perjumpaan dengan Tuhan ( Ibrani 10 : 19 “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita
sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus” ).
Alkitab banyak menulis tentang orang-orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ada
perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan berarti ada perubahan dalam kehidupan yang dipulihkan,
suatu momen yang sangat berharga dan mendatangkan kegairahan dalam roh dan kehidupan ilahi
dalam jiwa. Pemulihan berarti tindakan membawa kembali kepada keadaan yang semula. Ketika
Tuhan memulihkan kita, berarti Tuhan membawa kita kepada ciptaan yang baru. Hidup yang rusak
akhibat dosa dikembalikan melalui pemulihan demi pemulihan menuju keserupaan dengan Kristus
(Filipi 3 : 21). Yakub mengalami perubahan setelah berjumpa dengan Allah (Kejadian 32 : 27 – 30),
namanya bukan lagi Yakub tetapi Israel yang berarti Pahlawan Allah. Musa memperoleh keteguhan
dan keberanian memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir setelah perjumpaan dengan Tuhan dalam
peristiwa semak duri yang menyala. Yesus selalu mengawali segala sesuatu dengan perjumpaan
dengan Bapa-Nya dalam doa-Nya.
Hal-hal yang harus kita lakukan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan adalah :
1. Datang dengan hati yang haus dan lapar akan Tuhan ( Matius 5 : 6 )
2. Menyingkirkan dosa dan ketakutan ( Yesaya 59 : 2 )
3. Datang dengan hati yang siap diubahkan ( 1Samuel 16 : 7, Ulangan 30 : 2 – 3, 2 Tawarikh 16 :
9, Kejadian 18 : 17 )
4. Mengalami dahulu pemulihan kasih Bapa ( Lukman 11 : 9 )
Pengalaman yang baik dengan bapa kita secara jasmani membuat kita memiliki gambaran bahwa
pribadi yang dipanggil bapa itu baik dan sebaliknya, pengalaman yang buruk dengan bapa secara
jasmani mengganggu konsep kita tentang Allah Bapa.
A. Mengampuni dan melupakan perbuatan-perbuatan masa lalu dari bapa jasmani yang
menyakitkan.
B. Belajar mengenal sifat-sifat Bapa Surgawi :
- Ia Bapa yang kekal ( Yesaya 9 : 5 )
- Hati-Nya lebih baik dari bapa jasmani (Matius 7 : 11 )
- Bapa Sorgawi menghargai jiwa anak-Nya ( Lukas 15 )
- Bapa Sorgawi murah hati ( Lukas 6 : 36 )
- Bapa Sorgawi bekerja rajin sampai hari ini ( Yohanes 5 : 17 )
- Bapa Sorgawi setia dan selalu menyertai ( Yohanes 16 : 32 )
- Bapa Sorgawi penuh kasih sayang ( Mazmur 103 : 13 )
- Bapa Sorgawi Maha Pengampun ( 1 Yohanes 1 : 9 )
- Ia memelihara dan tanggungjawab ( Matius 6 : 26 )
- Bapa yang senantiasa penuh perhatian ( Matius 6 : 32 )
- Bapa Sorgawi memberikan pengayoman ( Matius 10 : 29 – 31 )
Bapa Sorgawi sangat menghendaki hati kita senantiasa dekat dengan Bapa. Setelah menerima
keselamatan, banyak orang percaya yang masih bergumul dengan persoalan dalam dirinya,
persoalan dendam, pahit hati, kemarahan yang tak terselesaikan, mudah tersinggung, tinggi hati,
tertutup, dll. Setelah menerima Tuhan Yesus, roh kita dipulihkan, jiwa juga perlu dipulihkan.
Luka Batin menggambarkan keadaan batin seseorang yang tidak sehat, sehubungan dengan goresan
atau penderitaan yang pernah terjadi, dalam hidupnya.
Proses penyembuhan luka batin disebut “Batin yang diperbaharui” ( Mazmur 51 : 12 ), “Luka yang
diobati” ( Yeremia 30 : 17 ), “Luka yang dibalut” ( Mazmur 147 : 3 ). Penyembuhan luka batin
berkaitan dengan pekerjaan Roh Kudus yang memperbaharui, mengobati, dan membalut batin atau
jiwa yang terluka. Luka batin dapat terjadi karena banyak kejadian masa lalu yang menyakitkan dan
terekam dalam daya ingat kita. Peristiwa itu sewaktu-waktu dapat muncul kembali dan membuat
hati kembali terluka. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi iblis untuk menyerang kita.Ia akan
membuat kita terus berputar-putar pada luka batin itu dan akhibatnya rohani kita tidak dapat
bertumbuh.
Luka batin bila tidak diselesaikan akan membawa pengaruh negatif dalam hidup kita, yaitu :
1. Secara TUBUH
Menimbulkan sakit penyakit, wajah jadi keras, jadi lesu (Mazmur 32 : 3 ), kering (Amsal 17 :
22), busuk (Amsal 14 : 30)
2. Secara ROHANI
Tidak dapat mengasihi Allah (1 Yohanes 4 : 20 – 21), tidak mendapat pengampunan dari
Allah karena belum mengampuniorang lain (Matius 6 : 12, 14 – 15), kedewasaan rohani
tehambat, imannya kandas (1 Timotius 1 : 19)
3. Secara MENTAL
Mengalami depresi/tekanan sehingga tidak dapat menikmati berkat Tuhan (Amsal 15 : 17),
dipenuhi dendam dan jauh dari hadirat Tuhan (contoh : Kain =Kejadian 4 : 5 – 8), iri hati,
tidak bersukacita, tidak bisa bersyukur, muram wajahnya (contoh : anak sulung, Lukas 15 :
28 – 32), ketakutan dan tidak ada damai (contoh : Saul = 1 Samuel 18 : 7 – 12), stress putus
asa ingin bunuh diri (contoh : Elia = 1 Raja-raja 19 : 4), rendah diri (contoh : Mefiboset = 2
Samuel 4 : 4, 9 : 8)
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah” (Roma 8 : 28).
- Bila saudara dapat berkata dengan jujur “Tuhan terima kasih Engkau telah mengijinkan
peristiwa yang menyakitkan ini terjadi dalam hidupku, karena sekarang aku melihat sesuatu
yang baik dari peristiwa ini.”
- Bila Saudara ingat peristiwa yang menyakitkan tersebut sudah tidak lagi “menderita”, sedih
dan menangis lagi, tetapi bisa bersyukur atas peristiwa itu dan bahkan bisa tersenyum dan
tertawa atas peristiwa itu.
###########################################################################
###