Anda di halaman 1dari 11

ORANG MUDA KATOLIK MENUJU PERNIKAHAN

YANG MENGGEREJA

A. Latar Belakang

Dalam tulisan ini, penulis tidak akan berbicara tentang hal-hal 1dogmatis. Semua
yang tertuang dalam tulisan ini adalah buah pemikiran yang sangat sederhana dari
seorang muda katolik, yang dengan keterbatasannya berusaha mencintai Tuhan dan
gerejaNYA, yang seharusnya bermartabat Kudus. Menaruh perhatian dan peduli adalah
bukti bahwa seseorang itu mencintai. Penulis mengangkat salah satu issue gereja yang
sebenarnya melemahkan martabat gereja itu sendiri.

Perpisahan atau perceraian menjadi momok dalam gereja katolik dewasa ini. Jika
gereja itu adalah satu, mengapa harus ada perceraian? Jika gereja adalah kudus,
mengapa seolah mempermainkan sebuah janji dan sakramen yang telah diikat dan
dianugerahkan oleh Tuhan sendiri di altarNYA yang kudus? Kita tidak sedang
berbicara tentang gereja yang dipresentasikan dengan sebuah gedung yang megah.
Gereja di sini merujuk kepada saya dan anda. Merujuk kepada kita semua yang dengan
sadar dan mau menyatukan diri atas nama Yesus Kristus yang kita imani sebagai Tuhan
dan Allah.

Keluarga adalah tempat dimana gereja itu bermula, dididik, dan berkembang.
Bagaimana gereja itu akan hidup bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab seorang
imam. Sepenggal janji yang pernah terucap saat itu “ya, saya bersedia menjadi ayah/ibu
yang kristiani untuk anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya”, itu artinya
bahwa perkembangan gereja juga turut melibatkan orang tua sebagai sepasang orang
yang menghadirkan gereja-gereja baru ke dunia atas izin Tuhan.

Orang Muda Katolik (OMK) harus tahu akan jadi siapa dan seperti apa kita ke
depan. Apakah orang muda yang mampu mengangkat harkat dan martabat gereja atau
malah melemahkan martabat gereja itu sendiri? Untuk itu penulis menaggapi tema yang
diangkat yaitu Orang Muda dalam Kehidupan Bergereja dengan menulis artikel
yang berjudul Orang Muda Katolik Menuju Pernikahan yang Menggereja.

1
dogmatis: mengandung ajaran yang tidak bisa dibantah

1
B. Orang Muda Katolik Menjadi Ujung Tombak Perkembangan Gereja

Ketika sepasang laki-laki dan perempuan diikat, sejatinya ikatan itu bukan cuma
terjadi di dunia tetapi juga di surga (Mat 16:19) karena yang mempersatukan bukan
manusia melainkan Allah sendiri melalui gereja dan sakramenNYA. Lantas, ketika
sepasang laki-laki dan perempuan memilih untuk berpisah, apakah gereja akan turut
melepaskannya? Juga, apakah Allah akan mengkhianati sakramen yang adalah rahmat
keselamatan yang sudah diberikan kepada kita? Hemat penulis, sakramen tidak akan
ditarik kembali karena Allah yang kita sembah bukan Allah yang suka mengingkari
janji dan berkhianat. Dalam 2
Lumen Gentium Art 11, sakramen perkawinan
menandakan misteri kesatuan dan cinta kasih yang subur antara Kristus dan
gerejaNYA. Seperti Kristus yang tidak akan mengkhianati cintaNYA kepada gereja,
begitupun seharusnya kita. Tidak akan pernah mengkhianati janji yang pernah terukir
manis di tempat yang sudah dikuduskan, altar Tuhan.

Di sini, mengapa orang muda mesti berbicara tentang pernikahan? Orang muda

menjadi ujung tombak gereja. Dengan alasan itu, orang mudah menjadi pemeran

penting dalam memulihkan martabat gereja yang satu dan kudus. Penulis ingin agar

Orang Muda Katolik melihat gereja sebagai diri kita sendiri. Ya! Kita adalah gereja

yang seharusnya satu dan kudus.

C. Pengenalan akan Cinta Sejati

Berbicara tentang cinta, hanya cinta sejati yang akan melahirkan gereja-gereja
baru, gereja-gereja sebagai anggota tubuh Kristus yang berfungsi sesuai perannya.
Karena kekuatan cinta sejati, orang mau bersumpah untuk tetap ada untuk saling
mengasihi dalam untung dan malang, dan dalam sehat dan sakit. Hanya karena cinta
sejati, orang mau berjanji untuk tetap berdiri kuat dan kokoh demi orang-orang yang
mereka cintai. Hanya karena cinta sejati, Yesus rela mati untuk membuktikan bahwa
DIA satu-satunya Allah yang mencintai umatNYA tanpa batas (1 Petrus 2:24).
Pertanyaannya, bagaimana menemukan dan menghidupkan cinta sejati?

Cinta sama tuanya dengan sejarah manusia. Ketika Tuhan menciptakan manusia,
Adam dan Hawa (Kej 1:26), mereka diciptakan dengan kemampuan saling mencintai

2
Konstitusi Dogmatis tentang Gereja.

2
dan akhirnya bersatu dalam perbedaan untuk saling melengkapi (Kej 2:24). Orang
Muda Katolik setidaknya harus mampu membedakan antara cinta romantis (romantic
love) dan cinta sejati (true love). Pasalnya, cinta romantis bersifat 3subjektif dan
4
manipulatif, berorientasi pada diri dan pemenuhan kebutuhan rasa, sangat 5kondisional
karena bergantung pada kalimat “aku mencintaimu”. Kebanyakan orang akan lebih
memaknai cinta yang diungkapkan dan memilih menjadi buta untuk melihat siapa yang
sudah lebih banyak berkorban demi cintanya. Hubungan yang dibangun di atas dasar
cinta ini akan menjadi hubungan yang 6toxic dan tidak sehat dan akan mempengaruhi
masa depan rumah tangga mereka.

Sedangkan cinta sejati bersifat 7objektif dan bertanggung jawab, semangat untuk
berbagi diri dan tidak kondisional seperti cinta Yesus kepada kita. Cinta yang tidak
bersyarat/ cinta 8agape, cinta yang tertinggi; cinta yang tidak bergantung pada siapa
kita, seberapa besar kesalahan kita, bagaimana rupa kita dihadapanNYA; cinta yang
mau memandang kita sebagai bagian dari diriNYA sendiri (Yoh 15: 4-5); cinta yang
mau melihat ‘aku’ di dalam ‘dirimu’ dan ‘aku’ menemukan ‘engkau’ di dalam ‘diriku’;
cinta yang sanggup menderita dan berkorban (Yoh 15: 12-17); cinta yang terarah serta
terbuka kepada yang dicintai (Mat 13:11-15).

Cinta sejati tidak menyakiti tetapi sebaliknya, memiliki kemampuan mengampuni


(Yes 43:25), tidak menuntut tetapi memberi (Mzm 103: 8-13), bukan memisahkan diri
melainkan menyatukan diri (1 Kor 6:17). Sama seperti tubuh Yesus yang adalah satu
dan kita adalah anggota tubuhnya. Matius 22:39 “Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri”. Tuhan Yesus mau kita melihat pasangan kita seperti kita melihat diri
kita sendiri, melihat ‘dia’ sama seperti ‘diriku’. Tuhan membentuk kita dengan dua
tangan untuk sama-sama memikul beban. Tangan kiri membutuhkan tangan kanan.
Begitupun Tuhan mempertemukan kita dengannya agar kita tidak sendiri bekerja dan
memikul beban hidup. Tuhan memberikan kita dua kaki agar keduanya mampu untuk
saling menopang dan menyeimbangkan beban tubuh. Begitulah ‘aku’ dan ‘dia’. Tuhan
menghadirkan ‘dia’ agar kita bisa sama-sama berdiri dengan kokoh dan kuat, saling
menopang satu sama lain dan menyeimbangkan kehidupan. Tuhan memberikan kita
3
Berdasarkan perasaan atau selera
4
Cara agar sebuah hubungan bisa mengikuti sesuai dengan apa yang diinginkannya.
5
Bersifat sementra
6
beracun
7
Keadaan yang sebenarnya
8
Cinta tanpa batas dan syarat

3
dua mata dan telinga agar kita tidak hanya melihat dan mendengar dari satu orang saja
tapi memampukan kita untuk melihat dan mendengar dari berbagai sudut pandang yang
baik untuk menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan yang terjadi, mau saling
mendengarkan dan menghargai. ‘Saya’ membutuhkan ‘dia’ dan ‘saya’ yang tidak
berarti apa-apa tanpa ‘dia’.

Sungguh Allah maha sempurna, kesempurnaan itu kita bisa lihat dalam diri kita
sendiri. Selain Allah menciptaan kita dengan dua anggota tubuh dengan perannya
masing-masing, DIA juga memberikan kita satu organ tubuh diantaranya adalah satu
otak, satu hati dan jantung, dan satu mulut agar dalam kehidupan bersama, kita
dimampukan untuk menyatukan pikiran, hati, dan suara demi menuju kepada satu
tujuan hidup yang membahagiakan. Hidup sehati, sepikir, dan sesuara.

D. Apa itu Cinta Sejati menurut Paulus?

Kita akan menjadi seperti apa yang kita sembah. Jika yang kitas sembah
adalah Tuhan yang penuh kasih maka seharusnya kitapun akan menjadi orang yang
penuh kasih. Jika seseorang mengerti bahwa ia dicintai, maka ia tidak akan menyakiti.
Ketika kita tahu persis bahwa kita dikasi Tuhan maka seseorang itu pasti akan tahu
bagaiman ia akan menaati Tuhan, oleh sebab itu, di Taman Firdaus, kita tidak
menemukan suatu perintah tentang jangan berzinah, jangan membunuh, atau menipu.
Ketika saya tahu pasangan saya mengasihi saya, saya tahu apa yang tidak boleh saya
lakukan, tetapi jika ada orang yang tahu dan sadar bahwa ia dikasihi dan dicintai tetapi
masih saja menyakiti berarti seseorang itu tidak paham apa itu kasih.

Dalam surat pertama St. Paulus kepada umat di Korintus 13:4-5 cinta sejati
adalah sebagai berikut:

1. Kasih itu sabar


Sabar menghadapi kerikil-kerikil tajam dalam kehidupan bersama pasangan.
2. Kasih itu murah hati
3. Kasih itu tidak cemburu
Cemburu berlebihan menciptakan pertengkaran, sakit hati, amarah, bahkan adanya
beberapa kasus pembunuhan sebagai akibat dari kecemburuan yang terkadang kita
sendiripun tidak tahu kebenarannya.

4
4. Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Bagaimana mungkin wanita memegahkan diri di atas keterbatasan pria dan
sebaliknya? Padahal kenyataannya kita dipersatukan untuk saling melengkapi.
5. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri
Hal ini terjadi karena cinta sejati yang mampu membagi dirinya
6. Kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Orang yang mampu melangkah maju adalah mereka yang tidak menyimpan
kesalahan orang lain hingga menimbulkan dendam dan luka batin. Begitu banyak
permasalahan yang terjadi sebagai akibat dari luka batin yang tidak segera
disembuhkan. Jalan keluarnya adalah berdamai. Berdamai dengan masa lalu dan
lingkungan.

E. Luka Batin
Jika tidak mau terluka, kamu belum siap hidup. Banyak sekali orang yang tidak
mau terluka tetapi dengan sadar dan mau mereka menjalin hubungan pacaran. Tanpa
orang muda sadari bahwa pacaran adalah wadah untuk terluka. Tidak ada cinta yang
tidak terluka. Tuhan Yesus rela terluka dan berdarah bahkan wafat di kayu salib untuk
membuktikan cintanya kepada kita. Jadi luka adalah bagian terbaik dalam kekristenan
(Mat 10:38-39). Tetapi ketika terluka, hadirkan Tuhan Yesus untuk memulihkan agar
tidak menjadi dendam, amarah, 9over-protective dan 10over-possessive.
Orang muda tidak perlu mencari-cari kesalahan pasangan dan orang lain agar kita
tidak tersakiti. Kita bisa saja menyalahkan siapapun karena sudah melukai kita namun
dalam kisah penderitaan Tuhan kita Yesus Kristus, IA tidak pernah mencari-cari
kesalahan mereka yang menyalikanNYA justru IA mengampuni dengan menganggap
bahwa mereka tidak mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Ketika kita mau
mencerna lebih dalam, sebenarnya Tuhan Yesus mau mengajarkan kepada kita bahwa
tidak perlu mengulang-ulang dan mencari-cari kesalahan orang lain melainkan yang
perlu kita lakukan adalah benahi diri, berkati, dan mengampuni mereka. Di balik
pengampunan ada kedamaian dan pelepasan pikiran-pikiran negatif. Bagaimana
caranya berdamai yaitu dengan mengampuni.
Kita semua pernah mengalami luka batin. Luka dalam batin yang disembunyikan
dan ditutup akan menjadi sebuah trauma yang akan terus dibawa-bawa. Sebagai contoh,

9
Sifat menjaga yang terlalu berlebihan
10
Rasa memiliki yang terlalu berlebihan

5
saat kita berusia kanak-kanak, kita sering menyaksikan pertengkaran dan kekerasan
antara orangtua; saat pacaran, sering kali dipermainkan, disakiti, dan diselingkuhi
kemudian luka-luka itu hanya bisa disimpan dan ditutupi dan pada akhirnya munculah
hati yang keras dan dingin kemudian dibungkus dengan kepalsuan dan keberanian
untuk memberontak dan menyalahkan siapa saja. Mengapa harus ada orang-orang
seperti itu? Karena sudah terluka tapi tidak mau membiarkan lukanya tersalibkan
bersama Kristus.
Dalam Amsal 4:23 “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan. Dari situ
terpancar kehidupan”. Kita selalu berusaha terlihat baik dan sabar di depan orang lain
namun ketika bersama pasangan kita menjadi mudah marah, gampang menciptakan
keributan, dan bersikap kasar karena luka di luar sana tidak bisa ditata dan yang
menjadi korban untuk melampiaskan kesakitan itu adalah keluarga dan pasangan.
Orang Mudah Katolik berpikir untuk menjaga pergaulan agar dijauhkan dari masalah
kenakalan remaja namun di sini penulis menyarankan agar hal pertama yang harus
dijaga dan dibenahi adalah hati. Baik sekali keputusan yang diambil oleh Orang Muda
Katolik untuk menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, sosial, dan
kerohanian agar menjauhhkan diri dari pergaulan yang tidak baik namun ketika kita
tidak mampu menjaga dan menata hati dengan baik justru kita sendiri yang akan
merusak pergaulan itu. Pergaulan yang sebenarnya sehat namun karena hati kita yang
penuh dengan luka masa lalu yang tidak segera disembuhkan pada akhirnya orang-
orang baik dengan sendirinya akan menjauh dan pergi. Pasangan yang baik akan terluka
dan memilih pergi karena mempertahankna harga diri kemudian kita sendiri yang
menyesal dan terluka lagi. Luka batin yang tidak disembuhkan akan menambah luka-
luka yang lain. Hati yang harus kita jaga karena hati adalah tempat Tuhan bersemayam.
Daud adalah orang yang sangat terluka tetapi Daud sangat mengerti bahwa Tuhan
Allah adalah pemilik dan yang menciptakan hatinya. Daud terluka oleh saudara-
saudaranya; ayahnya yang tidak menganggap dirinya dan mau dibunuh oleh ayah
mertuanya padahal Daud sudah berjasa untuk kerajaannya; dihina dan dikatakan orang
gila oleh istrinya; diusir; dikhianati pasangan, keluarga, dan bangsanya, bahkan merasa
dikhianati oleh Tuhan tetapi apapun yang terjadi dan menimpanya, ia tahu kepada siapa
dia harus datang. Dapat kita lihat dalam setap mazmur-mazmur Daud, seberapapun
kecewanya Daud, pada akhir mazmurnya dia tetap memuji dan memuliakan Tuhan,
tetap percaya dan berharap pada kebaikan-kebaikan Tuhan. Kecewa dan marah adalah

6
ungkapan hati dan Allah adalah Tuhan yang penuh kasih dan maha besar. Tuhan
mampu dan mau mengatasi kemarahan kita.
Akui apapun dihadapan Tuhan karena iblis bekerja atas apapun yang tidak kita
akui tetapi Tuhan selalu bekerja atas apapun yang kita akui. Saat kita melakukan
kecurangan terhadap pasangan kita tetapi tetap diam dan tidak mau mengakuinya,
apakah kecurangan itu akan berhenti? Sangat kecil kemungkinannya. Namun ketika
kita berbuat salah di belakang pasangan kita dan kita mau mengakui semuanya di
hadapan Tuhan dan pasangan maka Tuhan akan bekerja dengan memberikan jalan
keluar. Keselamatan pasti ada kepada setiap mereka yang mau datang kepada Yesus.
Matius 22:39 “Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”. Jika
diri sendiri tidak kita kasihi, pahami, dan pelajari apa yang salah dalam diri kita,
bagaimana mungkin kita bisa mengasihi sesama dan pasangan?

1. Bahaya dari Luka Batin yang Tidak Diatasi


Mazmur 31:10 “ Kasihanilah aku ya Tuhan, sebab oleh sakit hati aku
merasa sesak, karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan
tubuhku”. Jika hati seseorang sakit maka cara pandangnya juga ‘sakit’. Kita bisa
berganti-ganti pasangan tapi selama hati yang terluka selalu dibawa akan menjadi
masalah. Kita tidak butuh pasangan baru, yang kita butuh adalah hati yang baru.
Yesus menuntut diriNYA untuk berkorban bagi orang berdosa supaya kita bisa
mengalami kesembuhan dariNYA.
Baik pria maupun wanita muda akan menjajakan dirinya karena
perlakuan yang tidak menyenangkan di masa lalu. Selalu dipermainkan dengan
cuma-cuma oleh pasangan. Menjadi penyuka sesama jenis (11lesbian/ 12
gay).
Orang yang terluka akan melukai entah orang lain atau dirinya sendiri tetapi
orang yang diampuni akan mengampuni. Bukan soal mana yang benar dan tidak
benar tapi tentang siapa yang mau melakukan kebenaran.
Luka batin selalu bermula dari pengalaman ketika kita disakiti sekali atau
berulang-ulang. Kita mengalami luka kemudian timbul pemikiran seorang wanita
bahwa semua laki-laki sama saja. Karena pemikiran itu, seseorang itu tidak
percaya lagi kepada laki-laki. Pada akhirnya menjadi sering curiga, over

11
Pecinta sesama wanita
12
Pecinta sesama pria

7
possessive, 13
over controlling, maka timbulah perilaku yang kasar,
konsekuensinya hubungan itu tidak pernah baik. Konsekuensi yang kita alami
hari ini muncul dari perilaku dan perilaku muncul dari perasaan, perasaan muncul
dari pemikiran, pemikiran muncul dari pengalaman.
2. Bagaimana Menyembuhkan Luka Batin?
Luka batin akan disembuhkan dengan kesadaran bahwa Allah mengasihi
kita. Yeremiah 29:13 “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku.
Apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan membiarkan
kamu menemukan Aku. Demikian firman Tuhan dan Aku akan memulihkan
keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari
segala tempat kemana kamu telah kuceraikan. Demikianlah firman Tuhan dan
Aku akan mengembalikanmu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang
kamu”. Jika sedang terluka batin, datanglah kepada ‘pribadi’ Tuhan. Jika kita
mengejar berkatNya, mungkin kita akan mendapatkan tapi kemungkinan besar
kita akan kehilangan pribadiNYA. Kita datang karena ingin bertemu secara
pribadi denganNya dan berkat hanyalah bonus karena Tuhan sedang mencari
orang-orang yang bukan mencari berkat tapi rindu menjadi berkat. Kita datang ke
Tuhan karena kita ingin menemukan pengalaman yang baru agar batin kita
dikuatkan dan pada akhirnya kita mampu memiliki cara berpikir yang baru, sikap-
sikap yang baru, dan konsekuensi-konsekuensi yang baru.
Banyak orang berpikir mereka mudah terbawa perasaan (baper) dan
menjadi sering curiga. Yang perlu kita lakukan adalah mengubah cara berpikir
bukan mengganti pasangan. Perbaiki apa yang bersumber dari dalam diri.
Bagaimana cara mengubah pola pikir kita adalah dengan menciptakan
pengalaman-pengalaman baru. Jika pengalaman yang membuat batin kita terluka
maka yang bisa memulihkannya adalah juga pengalaman. Pengalaman yang baru
dengan Tuhan sehingga pengalaman baru inilah akan menyingkirkan luka batin
yang lama tersimpan.
Setelah kita mendapatkan konflik-konflik di masa lalu dan kerena kita
selalu datang ke Tuhan, apapun masalah yang akan kita hadapi ke depan pasti
bisa dilalui serta menemukan jawaban untuk berdamai karena batin manusia kita
telah diperkuat jadi ketika masalah itu datang, cara berpikir kita sudah diubahkan.

13
Mengendalikan secara berlebihan

8
Merasa diri sebagai korban adalah faktor terjadinya luka batin karena kita
selalu mencari-cari pembenaran dan menyalahkan orang lain. Biarkan firman
Tuhan yang membenarkan bukan pembenaran. Di dunia ini kita pasti pernah
terluka tapi pilihlah siapa orang-orang yang akan melukai kita. Amsal 27-6
“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mecium
secara berlimpah-limpah”.
Wahyu 3:20 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk, jikalau ada
orang yang mendengar suaraku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan dia
bersama-sama dengan Aku”. Dari firman ini, kita menyadari betapa mulianya
kasih Tuhan. Ketika kita gagal mencari Dia, Dia yang akan datang mencari kita.
Tuhan memberi kesempatan kepada kita sebanyak kejatuhan kita untuk kita
berubah. Berubah dalam berpola pikir dan mengolah hidup, berusaha
menyembuhkan diri dari luka batin. Jika ada orang muda katolik yang hidupnya
tidak berubah bukan berarti Tuhan tidak memberikan kita kesempaatan tetapi
Tuhanlah yang belum diberikan kesempatan untuk masuk ke dalam hati dan
memulihkan hidup kita. Kita yang belum mengalami perubahan adalah kita yang
belum mengizinkan Tuhan untuk menjadi Tuhan atas hidup mereka. Badai pasti
datang tapi jangan izinkan badai masuk dan menguasai hati kita. Izinkan Tuhan
yang ada di hati kita. Jika mendamaikan dunia terasa sulit, setidaknya kita bisa
berdamai dengan diri sendiri, masa lalu, dan orang-orang terdekat kita.

F. Orang Muda dalam Pernikahan Gereja Katolik


Manusia membutuhkan sesama untuk menjadi penolong yang sederajat yang
saling melengkapi. Penolong yang seiman, yang mecintai gereja katolik, yang mau
mengikat janji di dalam Kristus. Janji yang diikat bukan saja terikat di dunia tapi juga
di surga. Janji dalam pernikahan katolik dapat kita lihat sebagai berikut:

“Saya setia untuk mengabdikan diri kepadamu dalam untung dan malang, di waktu
sehat dan sakit. Saya mau mengasihi dan menghormati engkau sepanjang hidup
saya”

Artinya bahwa saya secara bebas, sadar, dan mau bersatu dengannya tanpa
tekanan maupun paksaan. Ketika pasangan sakit, inilah jatah kita untuk setia pada janji
pernikahan kita karena dalam hidup berpasangan, Tuhan memberkati pasangan melalui

9
kita. Perkawinan bukan berdasarkan perasaan karena perasaan bisa saja datang dan
pergi. Cinta yang diinginkan gereja katolik adalah cinta yang berdasarkan komitmen,
setia dalam untung dan malang, sukses dan bangkrut, sehat dan sakit bahkan ketika dia
berubah karakter dan bentuk tubuh. Karena janji yang terikat dengan Tuhan adalah janji
yang 14sakral, orang muda katolik benar-benar harus memanfaatkan masa-masa pacaran
untuk saling mengenal pribadi dan keluarganya. Mother Theresa mengatakan bahwa
beberapa orang datang dalam hidupmu sebagai berkat, beberapa datang dalam hidupmu
sebagai pelajaran. Kenali mana yang pantas untuk dipertahankan dan mana yang harus
dilepas. Kehidupan pernikahan bukan saja berlangsung satu minggu tetapi seumur
hidup.
Tindakan dan kemauan ini tidak akan berhasil tanpa kekuatan Allah. Jadi, sejak
awal yang mempertemukan anda dan dia; dan membuat anda berani hidup sampai mati
adalah Allah sehingga semakin berat masalah yang kita hadapi semakin erat pula kita
memperkuat hubungan kita dengan Tuhan. Tanamkan pikiran bahwa ‘ karena saya
sudah dipersatukan oleh Tuhan, maka yang bisa menguatkan saya hanya Tuhan’. Kita
tidak bisa berjalan sendiri. Setia seumur hidup dalam pernikahan bukan hal yang
gampang, akan menjadi berat dan sangat berat. Doa menghadirkan kuasa Allah. Doa
melunakan hati yang keras.
Bapak Paus Benediktus, “perkawinan harus senantiasa mencari kekuatan dalam
perayaan Ekaristi, dan dalam perayaan rekonsiliasi/ pengampunan”. Ketika kita sudah
memantapkan diri untuk mengucapkan janji untuk tetap setia dalam keadaan apapun,
bagaimana jika dalam perjalanan pasangan kita berselingkuh? Apakah janji itu akan
tetap menjadi sebuah komitmen? Mengampuni juga bentuk dari kerendahan hati. Allah
bekerja secara nyata bagi orang-orang yang mau merendah dihadapanNya dan sesama.
Kita tidak bisa untuk tidak mengampuni pasangan kita sedangkan anda dan dia adalah
sama-sama manusia yang penuh dengan kelemahan. Setia dalam untung dan malang,
sehat dan sakit, bahkan ketika dia berubah karakter sekalipun. Ketika pasangan kita
selingkuh atau berbuat salah, dalam keadaan ini dia sedang buta atau dibutakan.
Bagaimana jadinya jika orang buta malah dilempari batu? Yang mereka butuhkan
adalah injil. Apa itu injil? Injil adalah kabar sukacita. Dengan injil, kita bukan
memastikan seberapa dia salah tetapi memastikan seberapapun dia salah tetapi kita
tetap mengasihinya. Jika kita hanya memikirkan hal-hal yang tidak ada dalam diri
pasangan, perkawinan akan semakin berat. Mother Theresa, “ jika kita sibuk menilai
14
suci

10
orang lain, kita tidak punya waktu untuk mencintai”. Ada beberapa poin penting dalam
pernikahan yang orang muda mesti tahu:
1. Ikatan perkawinan bersifat sah dan ikatan itu berlangsung sampai salah satu
pasangan itu dipanggil Tuhan, artinya hanya kematian yang bisa memisahkan.
2. Bersifat 15eksklusif. Hanya ada satu pria dan satu wanita. Menjaga pergaulan dengan
lawan jenis adalah tindakan menghargai pasangan bahkan hobipun diusahakan untuk
tidak menghilangkan perasaan cinta kepada pasangan.
3. Perkawinan menghadirkan Sakramen. Sakramen adalah tanda dan jalan Tuhan untuk
memberkati kita maka setialah dalam hidup pernikahan. Jika hidup dalam
pernikahan tidak rukun, maka masalah kecilpun akan menghancurkan rumah tangga
tetapi jika relasi anda dan pasangan kuat maka masalah sebesar apapun akan tetap
bertahan. Kunci dari semuanya itu adalah kesetiaan. Jika Tuhan yang
mempersatukan maka kita akan dibekali dengan hal-hal yang menunjang kehidupan
rumah tangga tentunya dengan usaha. Sakramen bukan cuma sekedar tanda tapi juga
sarana Tuhan untuk memberkati.
4. Suami sebagai kepala keluarga tidak selamanya ditafsirkan sebagai penentu segala-
galanya.

Paus Fransiskus, “ Tidak ada keluarga yang turun dari surga”. Setiap keluarga
memiliki masing-masing salib jadi tidak perlu membanding-bandingkan. Kita punya
berkatnya sendiri.

15
Khusus, terpisah dari yang lain

11

Anda mungkin juga menyukai