Anda di halaman 1dari 2

1 Timotius 3:14-15

Hari ini kita berhimpun di disini untuk merayakan hari yang sangat penuh arti,
dimana:
 Secara Universal -- Reformasi, Sejak 31 Oktober 1517 jadi su 503
Tahun.
 Khusus GMIT ----- HUT GMIT yang berdiri pada 31 Oktober 1947
(sudah 73 tahun), penutupan Bulan Keluarga yang sejak tahun 1988, Bulan
Oktober ditetapkan Sinode GMIT sebagai Bulan Keluarga GMIT, sudah 32 Tahun.
 Lebih khusus lagi dalam persekutuan ini; 103 tahun GMIT Jemaat Adang
Di Buom dan syukur penerbitan SK Pospel Uheydon (5 hari istimewah yang dialami
kita semua).

Sehubungan dengan semua perayaan itu, mari kita merenungkan bacaan alkitab yang
telah kita dengarkan dan baca bersama: 1 Timotius 3:14-16.
Dari bacaan itu saya mencatat tiga hal penting untuk kita pelajari.

1. Hal pertama berkaitan dengan istilah: Jemaat Allah dan Keluarga Allah. Di sini
Rasul Paulus seolah-olah menyamakan saja istilah Jemaat dengan keluarga. Tetapi
sesungguhnya dalam dua istilah itu ada aspek yang berbeda. Bahwa dengan
memakai istilah jemaat dan keluarga sebagai istilah untuk menyebut persekutuan
orang percaya maka Paulus menunjuk pada dua hal penting bagi persekutuan orang
percaya itu. Dua hal itu ialah: beribadah dan hidup bersama. Istilah jemaat
menunjukkan pada tugas dan panggilan beribadah. Menyebut diri sebagai jemaat,
selalu berarti tahu diri sebagai persekutuan yang beribadah untuk memuji Tuhan
untuk mendengarkan Tuhan; dan untuk berdoa kepada Tuhan.
Sementara itu istilah keluarga menunjuk pada panggilan untuk selalu hidup
bersama dan hidup tolong-menolong, hidup saling peduli. Istilah keluarga
menujukkan bahwa persekutuan orang percaya hidup dalam suatu ikatan kasih
persaudaraan, kasih kekeluargaan sebagaimana diungkap dalam lagu tua: “bekerja
bersama-sama, jalan berdekat-dekat, hiduplah beramah-ramah, bersehati sekerja”
Itu namanya keluarga. Sayangnya di Alor sering terjadi bahwa orang takut hidup
berdekat-dekat ... karena nanti bamarah. “Dari pada badeka ko bamarah, lebe bae
tinggal bajau ko basayang .....” Dari pada ikut ibadah lalu berdosa lebih baik tidur di
rumah.
Inilah bentuk-bentuk tantangan yang kita sendiri ciptakan untuk menantang dan
menentang persekutuan percaya kita sebagai persekutuan yang beribadah dan
persekutuan yang hidup dalam kekeluargaan.
Pesan: Rasul Paulus juga menegaskan bahwa dasar hidup komunitas beriman
adalah Allah dalam Kristus. Berdasarkan iman akan Allah dalam Kristus komunitas
beriman itu menyatakan dirinya sekaligus sebagai komunitas beribadah (Jemaat
Allah) dan komunitas sosial (keluarga Allah). Kita tidak bersekutu sekedar karena
kita cocok satu sama lain. Bukan. Kita tidak bersekutu sekedar karena kita punya
keinginan yang sama. Bukan! Kita bersekutu karena kita dipanggil untuk belajar
bersekutu dalam ibadah bersama sebagai jemaat Allah dan dalam hidup bersama
sebagai keluarga Allah. Kita belajar dari kebenaran Allah untuk membangun diri
agar selalu menjadi komunitas beribadah sekaligus komunitas sosial adalah Allah.
Dengan demikian proses bergumul untuk membangun diri sebagai komunitas
beribadah sekaligus komunitas sosial mesti dibangun berdasarkan kesediaan untuk
mendengarkan Allah.
2. Dua hari lagi hari Reformasi dan HUT GMIT. Hal ini mengingatkan kita bahwa hidup
beribadah kita dan hidup sosial kita sebagai komunitas beriman perlu terus-
menerus diperbaharui. Diperbaharui karena ada tiga bahaya yang bisa kena pada
persekutuan percaya kita:
 Dapat keliru. Ada rupa-rupa kesalahan dalam gereja. Karena itu
reformasi bagi kita suatu kesempatan dan peristiwa pertobatan, kesempatan untuk
belajar lagi sebagai murid dalam rangka mengubah hal-hal yang salah.
 Dapat mandeg dan statis, jalan di tempat, tidak maju-maju. maka gereja
perlu belajar memperbaharui dirinya agar jadi dinamis.
 Dapat rusak: tidak salah, tidak mandek tapi rusak seperti karat pada
besi. Kita tahu bahwa besi yang karat itu tidak bisa dipakai, bengkok dan bisa jadi
sumber penyakit khususnya tetanus. Iman kita, ibadah kita, pelayanan kita,
komitmen kita untuk setia pada tugas kita, bisa karat. Kalau su karat maka dia
tidak akan berfungsi baik lagi. Lihat saja: orang yang iman su karat kita ajak untuk
iko ibadah atau pi gereja dia bisa hafal nas untuk bikin sesak orang yang ajak. Itu
semacam tetanus rohani.
Pesan: Maka semuanya perlu diperbaharui: kikis buang karat, luruskan kembali dia
pung bengkok, bentuk kembali sesuai aslinya supaya dia berguna dan cet kembali
kembali supaya gagah. Inilah kesempatan untuk periksa persekutuan kita untuk
lihat karat itu di mana.
3. Bila komunitas beriman itu sekaligus adalah komunitas beribadah dan komunitas
sosial maka tempat kedua aspek itu dirayakan terus-menerus adalah dalam rumah,
dalam rumahtangga, dalam keluarga. Jika keluarga-keluarga kristen bisa
membangun diri sebagai komunitas beribadah sekaligus komunitas sosial sesuai
kehendak Tuhan maka hidup bersama kita sebagai jemaat akan semakin kokoh
kuat. Pertanyaan paling sederhana untuk menguji apakah keluarga dan
rumahtangga kita menjadi keluarga beribadah dan keluarga yang bersosial adalah
apakah dalam rumah kita ada alkitab? Lalu apakah alkitab itu dibaca secara
teratur? Apakah ada usaha orangtua untuk menjelaskan arti bagian alkitab yang
dibaca agar semua mengerti? Apakah semua anggota keluarga topang-menopang
dalam doa agar hidup sesuai dengan kesaksian alkitab? Apakah keluarga itu
membangun dirinya sebagai keluarga pembawa damai bagi tetangganya? ......... atau
malah jadi sumber perpecahan.
Pesan: Hari ini Tuhan adakan persekutuan ditengah-tengah kita, bukan tidak ada
maksud, bukan hanya ibadah kemudian pulang trus hidup kaya dulu lagi. Tidak!
Dengan persekutuan/ibadah saat ini, Allah ingin agar kita benar-benar sadar akan
tugas dan tanggung jawab kita dalam gereja kecil yakni keluarga kita. Marilah kita
berubah.

Roh Kudus Menolong Kita.


Budoyta, 29 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai