Anda di halaman 1dari 7

MATERI KATEKISASI

MINGGU, 25 SEPTEMBER 2022


Oleh. V. Manunay

I. IDENTITAS
1. Program Sajian: Firman
2. Pokok Bahasan: Persembahan Kristen
3. Sub Pokok Bahasan:
a) Dasar dan hakikat persembahan dalam Alkitab
b) Bentuk-bentuk persembahan umat
4. Bahan Bacaan/Alkitab: Lukas 21:1-4; Keluaran 35:4-10; Maleakhi 3:6-11

II. URAIAN MATERI


1. Pengertian Persembahan
Persembahan diambil dari kata dasar sembah. Kata sembah menunjuk kepada
sebuah penyataan hormat atau sujud kepada seseorang yang lebih besar kuasanya dari
pihak yang menyembah. Sedangkan kata persembahan menunjuk kepada sesuatu
berupa persembahan entah itu diri sendiri, barang/materi atau uang, hadiah bahkan
penghormatan yang diberikan oleh seseorang kepada yang disembah. Secara teologis,
persembahan mengandung makna kepercayaan, penyerahan diri dan ketergantungan
orang percaya kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dan segala yang terbaik
untuk kehidupannya. Orang-orang percaya pertama-tama harus mempersembahkan
hidup mereka kepada Tuhan.

2. Dasar dan Hakikat Persembahan dalam Alkitab


Dasar persembahan dalam Alkitab ialah semua yang ada di alam semesta, baik yang
kelihatan maupun yang tidak keliahatan adalah ciptaan Allah dan milik Allah (Kej. 1-2;
Mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 4:24; Yer. 27:5; Kol. 1:16). Bahkan hidup manusia itu sendiri
adalah pemberian Allah (Kej. 2:7). Untuk memelihara kehidupannya dan segala
makhluk, Allah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk-
makhluk lain (Kej. 1:20-30; Mzm. 104:10-18; Yes. 45:7-8). Manusia dipercayakan oleh
Allah untuk menguasai (Kej. 1:26-28), mengusahakan dan memeliharanya (Kej. 2:15)
secara bertanggung jawab (Kej. 2:16-17). Jadi persembahan adalah tanda pengakuan
bahwa apa yang dinikmati manusia ialah pemberian Allah dan karena itu manusia harus
bersyukur kepadaNya dengan memberikan persembahan. Persembahan adalah tanda
syukur atas berkat kehidupan dan pemeliharaan Allah melalui semua yang dinikmati
dari alam semesta. Dengan perkataan lain dasar pemberian ialah, Allah sendiri, asal-
usul, sumber dan tujuan pemberian yang berkelimpahan.
Pada hakikatnya persembahan dalam Alkitab memiliki dua aspek yaitu diakonia dan
leitourgia. Diakonia, yaitu pelayanan yang menekankan aspek materi untuk

1
mencukupkan kekurangan orang lain (orang miskin, orang kudus dalam konteks teks 2
Kor. 9: 12) demi terciptanya keadilan sosial (Yes. 1:13). Leitourgia atau liturgi/ibadah
kepada Allah di mana banyak orang mengucap syukur kepada-Nya. Cakupan
persembahan ialah sebagai pelayanan materi dan ibadah/persembahan yang kudus
(bnd. Rm. 12:1). Dalam kerja sama antar manusia, berlangsung suatu pelayanan
(diakonia); sedangkan dalam hubungan antar-manusia dengan Allah, persembahan itu
berbentuk suatu ibadah (2 Kor. 9:1-15).

3. Tujuan Persembahan
Tujuan teologis persembahan yaitu: Pertama, menghasilkan ucapan syukur dan
terima kasih kepada Allah (2 Kor. 9:11). Kedua, pemberian dan puji-pujian, berlangsung
nyata dalam kegiatan mewujudkan kesejahteraan. Contohnya, mencukupkan
kekurangan jemaat Yahudi di Yerusalem dengan menyediakan suatu jumlah uang
tertentu (2 Kor. 9:12). Pola “berbagi menjadi suatu manifestasi Tubuh Kristus yaitu,
persekutuan orang berdosa yang dibenarkan (oleh anugerah Allah) dan orang miskin
yang telah diperkaya dengan bimbingan Dia yang telah menjadi miskin dan lemah.
Gerakan ini meluas dari Allah kepada gereja-gereja, antar-gereja dan kembali kepada
Allah, sehingga terciptalah suatu kemitraan oikumenis yang mengandung sharing di
bidang ekonomi.
Jadi berlangsunglah suatu dinamika yang bertitik tolak dari kasih karunia Allah yang
‘memperkaya’ orang Kristen untuk sanggup memberi dengan senang hati, lalu kembali
kepada pemberi segala berkat, yaitu Allah, dalam bentuk ucapan syukur dan terima
kasih. Kebaikan dan anugerahNya yang begitu berlimpah dikumandangkan dalam
‘perbuatan baik’. Dengan demikian, tujuan persembahan antara lain:
a. Mewujudkan keseimbangan
“Orang-orang miskin selalu ada padamu”, kata Yesus dalam cerita tentang
seorang perempuan yang mengurapi-Nya (Mrk. 14:7); Haruslah engkau
membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu yang tertindas dan yang tertindas
dan yang miskin di negerimu (Ul. 15:11); Nabi Amos memperingatkan orang-
orang yang menghisap sesamanya dan ‘menginjak-injak orang miskin, dan yang
membinasakan orang sengsara di negeri ini’ (Am.8:4); dan beberapa teks Alkitab
lainnya, merujuk pada konsep keseimbangan melalui pemerataan, salah satunya
dalam bentuk sederhana yaitu melalui persembahan. Sarana persembahan
dapat menjadi suatu model atau pola untuk mewujudkan keseimbangan dalam
tingkatan yang lebih luas. Selain itu, sharing yang berdasarkan kasih serta akal
dengan dana dapat menolong mereka yang lemah secara ekonomi.
b. Menjalin persekutuan kemitraan

2
Melalui persembahan dan atau sharing adalah kegiatan pelayanan kasih
oikumenis yang mewujudkan suatu prsekutuan yang erat antara jemaat-jemaat.
Misalnya, terjalin persekutuan dalam program Jemaat Mitra yang dilakukan
dalam lingkup GPM. Melalui program ini, kedua pihak umat yang berbeda latar
belakang dapat mencegah jemaat-jemaat Kristen terisolasi dan mengalami
Kristus.
c. Lahir ungkapan syukur dan terima kasih
Ucapan syukur dan puji-pujian yang dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah
jemaat merupakan tujuan utama persembahan. Peribadahan pada hari Minggu
adalah saat untuk mengembangkan kegiatan pengumpulan sumbangan atau
kolekte (1 Kor. 16:2). Adapula istilah-istilah kerohanian untuk menandakan
bahwa kolekte itu: anugerah/kasih karunia – pemberian berkat – pelayanan
kasih (diakonia) – ucapan syukur – perbuatan baik, kemurahan hati, bukti kasih,
dan lain-lain. Jadi persembahan itu merupakan bagian yang integral dalam
leituourgia (Rm. 15:27), yaitu peribadahan jemaat Kristen.
d. Paulus menekankan hubungan erat antara penyerahan diri Yesus Kristus dan
pemberian persembahan jemaat serta pemuliaan Allah yang merupakan tujuan
utama segala jenis sumbangan orang Kristen, maka persembahan mendapat
tempat dalam peribadahan sampai saat ini.

4. Sikap dalam Memberi Persembahan


Adapun sikap dalam memberi persembahan sesuai kehendak Allah ialah:
a. Memberi dengan semangat
Memberi adalah suatu kharisma (Rm. 12:8), suatu hadiah Allah pencipta yang
melimpahkan kasih karunia-Nya kepada umat-Nya, yang memampukan mereka
memberi dengan murah hati. Orang Kristen yang sudah diperkaya oleh Sang
Pencipta dalam Yesus Kristus semakin meyakini ucapan ‘lebih berbahagia
memberi daripada menerima’ (Kis. 20:35). Motivasi orang Kristen untuk memberi
dengan semangat ialah untuk pelayanan ‘membantu orang lemah’.

b. Memberi dengan sukarela dan sukacita


Segala pemberian jemaat hendaklah dilakukan dengan sukarela, bukan perintah
‘dari atas’ ataupun paksaan (2 Kor. 8:3; 9:7; 1 Taw. 29:9). Sebab ‘Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita’ (2 Kor. 9:7b). Memberi dengan sukacita dan
sukarela sebagai jawaban atas pemberian kasih Allah yang begitu besar, adalah
motivasi utama bagi orang-orang Kristen yang berpartisipasi dalam pemberian
persembahan atau pengumpulan sumbangan yang dianjurkan kepada mereka.

3
c. Memberi sesuai dengan kemampuan
Nasihat Paulus kepada jemaat Korintus adalah ‘hendaklah kamu masing-masing –
seusai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu’ (1 Kor. 16:2).
Kerelaan dan kemampuan memberi berpedoman pada anggaran rumah tangga
atau pendapatan seseorang.

d. Memberi dengan murah hati


Kata sifat ini (murah hati) menggambarkan pemberian dengan berkelimpahan.
Paulus mengajak jemaat misinya untuk memberi dengan murah hati, karena
upaya-upaya dan kesungguhan mereka yang mengumpulkan sumbangan bagi
orang-orag yang menderita tersebut membuktikan juga kekayaan kasih karunia
yang telah mereka terima.

e. Memberi dengan Tekun


Untuk dapat memberi dengan tekun, diperlukan tiga hal: kesungguhan kasih (2
Kor. 8: 8); kehendak yang bulat (8:9), dan tekad yang bulat untuk melaksanakan
usaha sampai tuntas (8:6, 10-11). Memberi dengan tekun berarti memberi
‘seumur hidup’. Artinya, tidak hanya mendukung program tertentu untuk waktu
terbatas, tetapi secara tetap.

f. Memberi diri sendiri


Orang Kristen tidak hanya sekadar memberi persembahan dalam bentuk sejumlah
uang, namun melibatkan diri sepenuhnya dalam aksi dan mengidentifikasikan diri
dengan suatu tugas pelayanan kasih (2 Kor. 8:5).

5. Bentuk-bentuk Persembahan Umat


Bentuk-bentuk persembahan umat yang lazim dipraktekkan di GPM, adalah
persembahan syukur (kolekta), persepuluhan, ulu hasil, nazar, sumbangan
sukarela/wajib.

a. Persembahan Syukur (Kolekta)


Persembahan Syukur (Kolekta) adalah bentuk persembahan yang secara
rutin oleh gereja baik dalam ibadah di gereja maupun ibadah di rumah-rumah
geraja bergiliran. Apapun jenis ibadahnya, persembahan syukur (ucapan terima
kasih/persembahan) ini adalah alasan syukur para anggota berkat bantuan
keselamatan yang dilakukan hanya terima kasih berkat-berkat dari Tuhan.
Sebuah bantuan terbesar.

4
Karena itu, kolekta atau persembahan syukur yang diperuntukkan bagi
setiap ibadah merupakan tanggapan terima kasih atas keselamatan yag
bersumber hanya dari Tuhan. Dengan memberi kolekta umat sadar dan
mengakui: ‘kami berdosa dan sepantasnya setuju, tetapi terima kasih kepada
Tuhan yang menyelamatkan kami’. Oleh sebab itu, kolekta merupakan bentuk
yang menerima terima kasih dan syukur. Dalam tradisi Yahudi, jenis
persembahan ini harus dibawa ke altar di Bait Allah Ruang Maha Kudus, dan
diserahkan kepada imam. Motivasi ini yang juga menjadi motivasi umat memberi
persembahan (kolekta) setiap kali datang ke Tuhan dalam ibadah.
Namun dalam tradisi GPM, ada dua cara memberi kolekta. Pertama, dalam
ibadah-ibadah di rumah jemaat, kolekta langsung diberikan pada wadah yang
telah disiapkan yaitu piring kolekta/nazar. Piring ini dikhususkan dan biasanya
ada di meja sumbayang keluarga. GPM terpola oleh teologis dan liturgis guna
menyiapkan bagi persembahan suatu tempat yang telah
dikhususkan/dikuduskan; dan wadah itu lebih berbeda (sakral) dibadingkan
wadah yang digunakan sebagai perlengkapan rumah tangga sehari-hari. Uang
yang diperuntukkan untuk kolekta seisi keluarga, diletakan pada meja
sumbayang di piring nazar. Setiap kali anggota keluarga hendak pergi beribadah,
mereka mengambil uang dari piring nazar di meja sumbayang. Ada nilai
kekudusan di situ, yang mana uang guna persembahan syukur/kolekta adalah
uang yang telah disiapkan sejak awal atau telah disiapkan khusus sebagai
kolekta.
Kedua, kolekta yang diberi dalam ibadah Minggu atau ibadah khusus
lainnya. Cara memberikan di daam iabadah Minggu, kolekta jemaat dikumpulkan
oleh petugas yang disebut kolekan/kolektanten. Mereka adalah pelayan khusus
Allah yang mengumpulkan persembahan keselamatan anggota untuk dibawa ke
altar maha kudus. Secara dasariah, umat yang membawa sendiri persembahan
mereka ke altar atau dalam ruang maha kudus untuk Tuhan melalui imam.
Hanya dalam tradisi Protestan hal ini dilakukan karena pusat ibadah Protestan
adalah pada pemberitaan firman, dengan pemusatan pada mimbar. Sementara
altar itu disimbolkan melalui meja persembahan syukur yang diletakkan di atas
persembahan umat ditempatkan.

b. Persepuluhan, Ulu Hasil dan Nazar


Persembahan persepuluhan diberikan dari sepersepuluh hasil atau
pendapatan yang diterima seseorang. Persembahan persepuluhan merupakan
salah satu bentuk persembahan syukur umat. Persepuluhan diberikan dalam
wujud sepersepuluh dari hasil pekerjaan yang diperoleh lalu diberikan kepada

5
Tuhan (Kej. 28:22; Im.27:30). Itu adalah hak Tuhan dari hasil manusia yang
mengelola milik Tuhan berupa segala kekayaan yang ada di alam semesta.
Orang percaya harus memberikan persembahan persepuluhan karena orang
percaya menyadari bahwa hidupnya dan apa yang diperoleh dari pekerjaannya
adalah milik Allah (Im. 27:30). Sebagai tanda pengakuan itu mereka harus
mengembalikan kepada Allah sepersepuluh dari apa hasil pekerjaannya (Im.
27:30).
Persepuluhan sejak awal diberikan oleh umat di Bait Allah atau di Rumah
Tuhan (Ul. 12:6; 14:22-29; Neh. 13:12; Mal. 3:10), sebagai tempat di mana Allah
berkenaan membuat nama-Nya diam di sana (Ul. 14:23; 26:2-4). Jadi
persembahan persepuluhan diberikan di gereja tempat umat bersekutu, bersaksi
dan melayani. Baik itu di gereja/jemaat di mana warga jemaat itu berada
maupun di gereja/jemaat lain.
Tujuan persembahan persepuluhan diberikan ialah agar kasih dan
pemeliharaan Allah kepada orang-orang yang kurang beruntung seperti misalnya
orang miskin, para janda miskin, anak yatim piatu, orang asing dan orang-orang
yang bekerja secara khusus di Bait Allah atau gereja bisa mendapatkan apa-apa
untuk kehidupannya (Ul. 26:12; Ul. 14:29; Bil. 18:21,24; Ul. 18:1-8 ).
Persembahan buah sulung (ulu hasil). Persembahan ini diberikan dari buah
sulung/hulu hasil, yaitu hasil yang pertama dan terbaik dari apa yang diperoleh
dalam pekerjaan (Kej. 4:4; Neh. 10:35). Dalam bentuknya, ulu hasil baik di
jemaat kota dan desa saat ini sudah dalam bentuk uang atau nazar mereka.
Nazar (bukan Natzar) adalah suatu ikatan janji iman seseorang dengan
Tuhan. Orang tersebut dalam pergumulan hidupnya membuat suatu janji iman
bahwa bila Tuhan berkenaan mendengarkan doanya, maka ia akan melakukan
sesuatu untuk Tuhan (Kej. 28:20; Hak. 11:30; 1 Sam. 1:1-11; Mzm.
65:2;76:12;116:14). Dan bila Tuhan mengabulkan permintaannya, maka orang
tersebut harus membayar nazar sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan
(Kej. 31:13; Im. 27:2; Bil. 30:2; Hak. 11:36; 2 Sam. 15:7). Inilah arti sesungguhnya
dari nazar. Karena itu nazar tidak boleh digunakan untuk meminta petaka bagi
seseorang yang dibenci atau dimusuhi.
Persepuluhan, Ulu hasil dan Nazar di bawa langsung atau diserahkan sendiri oleh
jemaat/umat ke rumah Tuhan.

c. Persembahan/Sumbangan Sukarela/Wajib
Jenis persembahan ini sebagai wujud jemaat menopang pekerjaan di rumah
Tuhan atau pekerjaan pembangunan rumah Tuhan. Dalam praktik di GPM,

6
persembahan ini dalam bentuk iuran jemaat atau tanggungan keluarga,
persembahan akhir tahun, dan bentuk lainnya.
Jenis-jenis persembahan ini merupakan tanggapan terima kasih atas berkat-
berkat yang diperolehnya, dan dari berkat itu mereka menjadi saluran berkat
bagi orang lain, serta menopang tugas-tugas pelayanan gereja untuk
meringankan beban orang lain (Gal. 6:1-10) dan guna pembangunan rumah
Tuhan (Ezr. 2: 68).

KEPUSTAKAAN
Beyer Ulrich dan Simamora Evalina, Memberi Dengan Sukacita, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008
Browing W, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2010
Maspaitella Elifas Tomix, “Makna Teologis dan Liturgis Kolekta/Persembahan”, Selasa 24
Mei 2016, www.kutikata.blogspot.com
Gereja Protestan Maluku; Keputusan Sidang Ke-37 Sinode GPM, Nomor: 07/SND/KE-
37/2016, tentang Ajaran Gereja Protestan Maluku. Sekretariat Umum BPH Sinode GPM,
2016.

Anda mungkin juga menyukai