Anda di halaman 1dari 9

Tata Ibadah Peneguhan Hati dan Syukur

Pasca Bencana Pukuafu

Persiapan Ibadah

Penatua yang bertugas mengumumkan kepada jemaat bahwa dalam kebaktian minggu
sengsara pertama ini disatukan dengan ibadah peneguhan hati dan syukur pasca
bencana Pukuafu dan mempersilahkan umat berdiri. Kemudian mempersilahkan Solo
memperdengarkan pujian pengatar suasana menuju ibadah.

Solo dengan iringan orgen

Tenang! Tenang Mendayung


Di dalam ombak selepas pantai
Tenang! Tenang! Merenung di tengah tofan hidup yang ramai
Di tengah tofan hidup yang ramai

Bila terbawa arus di dalam doa laut terenang


Sabda penguat doa resapkanlah di dasar hatimu
Sedalam laut medan hidupmu.

Sementara itu majelis Jemaat, bersama dengan pemimpin ibadah yang didampingi
semua pendeta yang bertoga hitam dan putih masuk ke dalam gedung kebaktian. Tiga
orang Majelis Jemaat yang berjalan paling depan membawa masing-masing: Alkitab,
sebatang salib, dan sebatang liling simbol perayaan Sengsara Pertama. Lilin dan Salib
ditempatkan di meja yang sudah tersedia. Sedangkan Alkitab diserahkan kepada
pemimpin ibadah. Pada waktu itu Majelis Jemaat yang menyerahkan Alkitab berkata:

Penatua: Tuhan akan menolong engkau


Pendeta: Amin!

Setelah berjabat tangan, pemimpin ibadah berjalan menuju mimbar.


Umat bangkit berdiri
Umat: Menyanyikan KJ. 401: 1 dan 4

Makin dekat, Tuhan, kepadaMu. Batu derita kan kubentuk


Walaupun saliblah mengangkatku Menjadi Betelku, kokoh teguh
Inilah laguku. Dekat kepadaMu. Jiwaku berseru, dekat kepadaMu
Makin dekat, Tuhan, kepadaMu. Makin dekat, Tuhan, kepadaMu.

Votum dan Salam


Pendeta: Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan
bumi, yang memelihara kesetiaanNya sampai selama-lamanya, dan tidak
meninggalkan perbuatan tanganNya. Tuhan menyertai saudara sekalian!
Umat: Tuhan menyertaimu juga!

1
Umat duduk kembali
Doa
Pendeta: Engkau Tuhan, yang tidak ingin tetap ada sebagai Allah, tapi bersedia
menjadi hina dan rendah seperti kami.
Engkau Tuhan, yang tidak segan mengosongkan diri menjadi hamba,
meskipun sesungguhnya Engaku adalah penguasa semesta.
Engkau Tuhan, yang meskipun adalah terang, berkenan untuk masuk
dalam kegelapan karena dosa dan pemberontakan kami.
Engkau Tuhan, yang adalah sumber hidup, tetapi mau masuk dalam
kematian yang mencekam, berjalan bersama kami menelusuri lembah
bayang-bayang maut.
Karuniakanlah kami hikmat, supaya kami mengerti betapa besarnya
kasihMu. Kasih yang menerobos masuk dalam hati kami. Kasih yang
mendampingi kami, juga pada saat-saat kami menghadapi kekalutan dan
kematian. Buatlah kami mengerti bahwa pengalaman-pengalaman
penderitaan yang kami jalani bukan sebuah nasib, tetapi satu anugerah.

Kami akan melangkah tapak demi tapak, di atas jejak yang Yesus pernah
lalui menuju ke Golgota. Untuk itulah sekarang kami ada di sini untuk
mulai ziarah itu. Kaki kami lemah dan rapuh. Kami tidak akan kuat
berjalan sendiri. Peganglah kami, dan dukunglah kami. Amin!

PS atau VG:
Pengakuan Dosa
Pendeta: Sebelum kita masuk dalam persekutuan dengan Tuhan di dalam Roh
untuk mengutarakan duka-nestapa serta harapan dan asa kita, baiklah
kita berteduh diri sejenak untuk membuka dosa dan aib kita sebagai tanda
perendahan diri di hadapan Allah. Mari kita berdoa:

Pendoa 1: Tuhan! Engkau Bapa Yang Mahakuasa. Sejak semula Engkau bekerja
untuk memberi hidup dan menyelamatkan kehidupan dari berbagai
ancaman dan bahaya. Kami tahu bahwa bencana dan derita yang kami
alami, bukan datang dari Tuhan. Tapi waktu kami memeriksa diri kami
menemukan bahwa banyak kali kamilah yang justru membuka peluang
sehingga timbul banyak bencana. Lalu dalam kekalutan kami balik
mempersalahkan Dikau. Dalam ketidak-berdayaan kami menista Tuhan
dengan kata-kata keji, kami memberontak kepadaMu dengan sikap-sikap
dursila. Tuhan! Kalau Engaku melihat pikiran seperti itu terlintas di benak
kami, keluar dalam kata-kata kami, dan terwujud dalam sikap kami, waktu
ayah dan ibu kami, atau kakak dan adik kami meninggal dalam bencana
itu, kami mohon kepadaMu: “Ampunilah kami ya Tuhan!”

Umat: Menyanyikan KJ. 42:


Tuhan, kasihani, Kristus, kasihani, Tuhan, kasihani kami.
Pendoa 2: Tuhan! Waktu mendengar berita tenggelamnya kapal Citra Mandala
Bahari, kami langsung menuduh teman-teman kami pengelola kapal itu

2
sebagai orang-orang ceroboh yang lebih mengutamakan uang dibanding
nyawa manusia. Tuduhan kami pastilah menyakitkan hati para pengelola
itu. Padahal Engkau tahu niat baik mereka untuk melayani sesama
manusia. Engkau tahu siapa yang lalai dan bertindak ceroboh. Engkau
mengetahui pikiran kami dari dalam. Tuhan! Kalau kami sudah saling
menyakiti, dengan kata-kata kami, dengan komentar dan penilaian negatif
bahkan dengan keputusan-keputusan yang keliru. Sekarang kami mohon:
“Ampunilah kami, ya Tuhan.”

Umat: Menyanyikan KJ. 42:

Tuhan, kasihani, Kristus, kasihani, Tuhan, kasihani kami.

Pendeta: “Tuhan, Berilah kami hati, pikiran dan hidup yang baru. Supaya sesudah
ibadah ini, kami siap untuk berdamai dan hidup kembali sebagai satu
bangsa, sesama saudara, agar menata kembali hidup yang porak-
poranda akibat bencana itu. Kami mohon kepadaMu:

Umat: “Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!”

Nyanyian Bersama:

Yesus Malole, malole, neu au Yesus baik, baik, buat kita)


Yesus Malole, malole, neu ita basan Yesus baik, baik buat kita semua
Au ta bisa balas Yesus, susue Ku tak bisa balas kasihMu, Yesus.
Yesus malole, malole, neu au) 2x Yesus baik, baik, buat kita) 2x

Bacaan Meditatif

Seorg Penatua: Membacakan Lukas 8:22-25


Umat: Menyanyikan KJ. 30a:1

Angin ribut menyerang, menggetarkan hatiku.


Ombak ganas menerjang, aku lari padaMu
Juruselamat tolonglah, dan pandukan bidukku
Hingga aku sampailah, di labuhan yang teduh.

Seorg Penatua: Membacakan Matius 14:22-33


Umat: Menyanyikan KJ. 30a:2

Hanya Tuhan sajalah, perlindungan yang tentram


Brikan daku yang lemah, hati kuat dan tenang
Dikau saja yang tetap, sumber pengharapanku
Biar aku Kau dekap, di naungan sayapMu.
Kesaksian korban yang selamat: Ibu Juwita Pandie

3
Umat: Menyanyikan Nyanyikanlah Kidung Baru 19:1 dan 3.

1. Dalam lautan yang kelam, terancam jiwaku


Dalam dosa tenggelam, hilang harapanku
Tapi Tuhan berkenan dengar seruanku
Lalu ku dislamatkan Mukhalisku

Ref. Kasih kudus, kasih kudus,


yang tlah menyelamatkanku, kasih kudus.
Kasih kudus, kasih kudus,
yang tlah menyelamatkanku, kasih kudus.

3. Kau yang hampir tenggelam, pandanglah padaNya


Tuhan Yesus tlah menang, kau kan diangkatNya
Laut yang mengamuk pun dibuatNya reda
Yesus Mau menolongmu, percayalah!

Ref. Kasih kudus, kasih kudus,


yang tlah menyelamatkanku, kasih kudus.
Kasih kudus, kasih kudus,
yang tlah menyelamatkanku, kasih kudus.

Seorg Penatua: Membacakan Wahyu 21:1-8


(umat bangkit berdiri)

Umat: Menyanyikan Nyanyikanlah Kidung Baru 150:1,2 dan 4.

Di sebrang sana pagi ceria, bersama Tuhan selamanya


Berakhir sudah kerja di dunia, di sebrang sana negri baka.

Disebrang sana azab tiada, badai dan kabut telah lenyap


Hari bahagia tidak bertara, di sebrang sana damai tetap

Di sebrang sana kita berjumpa, dengan kekasih yang tlah menang


Kita bersatu senantiasa, di sebrang sana fajar cerlang.

(Umat duduk kembali)


PS/VG:
Pemberitaan Firman
Pendeta: Allah hadir di tengah-tengah kita
Umat: Ia hendak menyapa kita dengan firmanNya

Pendeta: Roh Allah sedang memasuki hati kita


Umat: Ia hendak menguatkan kita dengan sabdaNya
Pendeta: Marilah kita berdoa. Kami berdoa dengan hati penuh siaga, ya Allah

4
Umat: Kami tersungkur sekarang di hadapan firmanMu. Bicaralah dengan kami.
Kuatkanlah kami, teguhkanlah hati kami, dengan kebenaranmu.

Pendeta: Tuhan, bukanlah mata, telinga dan hati kami. Datanglah sekarang.
Tinggallah dalam kami.
Umat: Persiapkanlah ruang dalam hidup kami, untuk firmanMu bertahta. Supaya
kami layak untuk berdiam dalam kerajaanMu.

Pendeta: Bukalah firmanMu


Umat: Dan mampukanlah kami mengamininya.

Semua: Amin!

Pendeta: Membacakan bagian Alkitab yang jadi dasar pemberitaan Firman. Setelah
membaca ia berkata: “Demikianlah sabda Tuhan!

Umat: Menjawab dengan menyanyikan KJ. 59:1-2

Bersabdalah, Tuhan, kami mendengarkan


Bersabdalah, Tuhan, kami mendengarkan

Kuatkanlah kami dan hiburlah kami


Kuatkanlah kami dan hiburlah kami

Khotbah
Pngkbh: Menyampaikan khotbah
Umat: Menyanyikan KJ. 54: 4
(sambil berdiri)

Di hati kami Tuhan, Kau tulis sabdaMu


Supaya kami juga setia dan teguh
Kendati gunung goyah, binasa dunia
Kekallah Firman Allah, selama-lamanya.
(duduk kembali).

Bencana Pukuafu dalam Kenangan


Pemandu Acara: Memberikan komentar

Hari itu, Selasa 31 Januari 2006. Seluruh rakyat Indonesia, termasuk warga NTT dan
penduduk Kota Kupang berlibur. Bersama rekan sebangsa yang muslim bangsa kami
merayakan tahun baru Hijriah ke 1427. Tetapi di Laut tidak libur. Kapal Motor Citra
Mandala Bahari berlayar dari Rote ke Kupang. Jam 5.00 sore, kapal itu balik ke Rote
dengan membawa penumpang resmi sebanyak 82 orang dengan muatan yang cukup
banyak. Laut tenang. Pandangan mata semua penumpang tertuju ke Rote diiringi doa
dan lambaian tangan keluarga dan kerabat yang mengantar sampai ke pelabuhan.

5
“Sampai bertemu kembali, di kali yang akan datang.” Begitu kira-kira pesan dan salam
yang diucapkan dari hati dan bibir.

(Sambil LCD memperlihatkan gambar KM Citra Mandala Bahari yang sedang bertolak
dari pelabuhan Bolok).

Tak disangka, di selat Pukuafu, badai datang dan laut mengamuk. Kapal itu diporak-
porandakan, lalu tenggelam ke dasar samudra. Tua-muda, laki-laki perempuan, dewasa
dan kanak-kanak terapung-apung di samudra yang dingin. Semua orang menjerit,
menunggu datangnya pertolongan.

Pada saat petugas yang disiapkan untuk meratap dan berteriak panik dalam ekspresi
budaya NTT memecahkan keheningan. Lalu berangsur-angsur PS atau Solo
menyanyikan lagu “Di tengah Ombak”

Solo: Di tengah ombak dan arus pencobaan


Hampir tenggelam tujuan arah hidupku
Bagaikan kapal yang slalu diombang-ambingkan
Seolah-olah mengatasinya tiada mampu

Semua Yesus perhatikan kehidupan stiap orang


Yang sudah rusak dibentukNya dengan penuh kasih sayang
Yesus perhatikan tiap tetesan air mata
Ia mengenal hatimu yang penuh penyesalan dosa.

Sambil lagu ini dinyanyikan para pendeta melakukan prosesi. Setelah semua selesai,
pengkhotbah turun dari mimbar dan bergabung dengan pendeta bertoga lainnya, berdiri
agak ke depan.

Pengkhotbah:
Saudara-saudaraku, 124 orang korban tenggelamnya kapal Citra Mandala Bahari
selamat dari tengah laut. 36 lainya meninggal dunia, dan 78 orang belum diketahui
nasibnya. Nama-nama mereka terdaftar dalam tayangan di layar LCD. Salib ini
menunjuk pada duka kita terhadap 36 korban yang meninggal dunia. Mereka sudah
menjalani kematian seperti yang dialami Kristus. Lilin yang menyala ini menandakan
rasa syukur kita bersama 124 yang tertolong oleh tim SAR. Biarlah sisa hidup mereka
bisa menjadi terang sebagai kesaksian akan penyelamat dari Allah. Setangkai mawar
merah adalah mengekspresikan rasa cinta kita terhadap 78 orang yang hilang di laut.
Meskipun kita tidak tahu di dasar samudra yang mana jasad mereka tersangkut, tetapi
kita percaya, bahwa seperti bunga ini, mereka hidup sebagai manusia kesukaan Tuhan,
dan dalam matinya pun mereka dirangkulNya dengan hangat.

Karena keyakinan ini, mari kita mengangkat hati kepada Tuhan. Kita minta kekuatan
dan hikmat dari atas di sang Bapa, pencipta, pemelihara dan penyelenggara kehidupan,
untuk menolong kita mengerti dan kuat menghadapi bencana yang dahsyat itu. Untuk
itu mari kita berdoa:

6
Isi doa disiapkan sendiri oleh pengkhotbah.
Selesai doa Pengkhotbah melanjutkan.

Kita berbagi duka, agar nestapa itu menjadi ringan dan dapat ditanggung bersama,
mari, kita mendekat ke tempat ini untuk menyalakan lilin bagai saudara-saudari kita
yang meninggal dan hilang.

Pemandu Acara: mengambil alih pimpinan, dengan mengundang pihak-pihak yang


didaftar sebagai pembakar lilin dan penabur bunga. Setelah menyalakan lilin kembali ke
tempat duduk.

Sambil lilin-lilin dinyalakan umat menyanyikan lagu berikut ini dipandu oleh solois dan
organis.

Meski glap sengsara ribut tofan menderu


Prahu tanpa layar goncang hatiku
Jangan hilang daya tahan saja hai teman
Sungguh dayun payah hingga akhir snang

Meski ombak, ombak dan gelombang


Naik tinggi, tinggi dan pecah
Dayung saja jangan bimbang
Suka dan senang, akhirnya.

Sambil menunggu penyalaan lilin selesai, seorang pendeta membacakan Mazmur


139:7-18.

Ungkapan Iman Umat

Pendeta: Mempersilahkan umat bangkit berdiri untuk mengungkapan komitmen


percaya yang diucapkan bersama-sama
(Umat berdiri)

Umat: Tuhan adalah Allah yang maha hadir, dan maha melihat.
Di gunung, waktu kami tersesat dalam rimba raya
SuaraNya, memandu kami keluar dari keputus-asaan.
Di lembag, waktu kami terperangkap dalam jurang yang dalam
TerangNya menunjukan kepada kami jalan keluar.
Di laut, waktu datang badai dan tofan, angin dan samudra mengamuk
KasihNya yang hangat menyelimuti kami.
Tulang dan jasad orang-orang yang meninggal di samudra,
Ia kenal dan kumpulkan untuk menanti kebangkitan orang mati.
Di udara, waktu semesta yang luas mengentarkan kami
Firmannya tetap menyapa kami.
Kami percaya, baik di darat maupun di laut.
Di udara maupun di jurang yang dalam

7
Pada waktu hidup, maupun ketika kami mati
Kasih Tuhan tidak beranjak dari kami.

Terpujilah Engkau, ya Tuhan kami.

Nyanyian Bersama: KJ. 281: 1-2

Segala benua dan langit penuh, dengan bunyi nama yang sangat merdu
Penghiburan orang berhati penat, pengharapan orang yang sudah sesat
Nama itu suci, kudus. Siapa belum mengenal penebus?

Sesungguhnya Yesus yang layak benar, dibri nama itu kudus dan besar
Yang oleh sengsara kematianNya, membri keampunan dan damai baka
Nama itu suci, kudus. Siapa belum mengenal penebus?

Sambil jemaat bernyanyi, prosesi pendeta-pendeta kembali ke tempat duduk semula,


pendeta pemimpin ibadah kembali ke mimbar untuk melanjutkan ibadah.
(Umat duduk kembali)
PS/VG:
Persembahan Jemaat
Doa: Oleh seorang Majelis Jemaat. Dilanjutkan dengan pengumpulan persembahan.

Umat: Menyanyikan KJ: 440:1-4: Di Badai Tofan Dunia

Di badai tofan dunia Tuhanlah PerlindunganMu


Kendati goncang semesta Tuhanlah perlindunganMu
Ya, Yesus gunung batu di dunia, di dunia, di dunia
Ya, Yesus gunung batu di dunia, tempat berlindung yang teguh

Doa Syafaat
Pendeta: Menyampaikan doa syafaat
(umat berdiri)
Umat: Menyanyikan KJ: 409:1 dan 3: Yesus Kau Nahkodaku

Yesus, Kau nahkodaku, di samudra hidupku


Badai tofan menggeram dan gelombang menyerang
Kemudikan bidukku, Yesus, Kau nahkodaku

Bila tiba saatku melabuhkan bidukku


Waktu ombak mengleggar, bri sabdaMu kedengar
“Jangan takut anakKu, Ku tetap nahkodamu.”

Saat menyanyikan ayat ke-tiga, semua pendeta yang menggenakan toga berbaris di
depan mimbar untuk penumpangan tangan saat berkat diucapkan

8
Berkat

Pendeta: Mengucapkan Berkat sambil mengangkat tangan

Umat: Menyanyikan: Amin! Amin! Amin!

Anda mungkin juga menyukai