1. Ada banyak orang tua masih berpikir bahwa tugasnya hanya memberi makan agar anak tidak kelaparan, memberi uang jajan agar ia tidak menangis, memberi dia sekolah bagus agar dia bisa jadi dokter, mendapat pekerjaan bagus dan hidup mapan kelak. Tapi, ternyata seorang anak tidak hanya membutuhkan hal-hal yang lahiriah seperti itu. Jika dia hanya butuh makan, pakaian dan rumah saja, maka tidak ubahnya seperti kita memelihara hewan (maaf), yang hanya butuh makan dan kandang saja. Tapi anak-anak tidak seperti itu. Mereka adalah buah kasih orang tua, manusia kecil yang perlu dididik jadi dewasa. Dan, seperti kita, mereka bukan hanya punya tubuh, tapi juga punya jiwa dan roh yang mesti bertumbuh dan menjadi penuh. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk membuat anak- anak ini bertumbuh bukan hanya menjadi manusia yang cerdas akalnya, atau sehat badannya, tapi juga kuat imannya dan bijak dalam menghadapi hidup. Nah, pola mendidik seperti ini, adalah sebuah proses bukan cuma buat anak tapi juga orang tua. Karena menjadi orang tua yang cakap mengasuh anak sungguh-sungguh tidak mudah. Banyak yang gagal melakukannya. 2. Salomo mengatakan dalam Ayat 1b, “Dengarlah, hai anak-anakku, didikan seorang ayah”. Hal ini menunjukan adanya kedekatan hubungan Salomo dengan orang yang di nasehatinya. Seperti seorang bapa menasehati anaknya. Kata “anakku dan ayah” dalam konteks ini, memiliki bentuk umum yang berarti bukan menunjuk kepada anak kandung, melainkan kepada tiap anak yang menerima nasihat ini. Salomo menasehatkan untuk mendengar didikannya yang tentu didikan yang dimaksud adalah didikan yang dikehendaki Allah, bukan didikan yang dikehendaki dunia. 3. Kata dengar dalam Amsal ini (ayat 1b) memiliki arti khusus yakni menyimak. Jika sekedar mendengar maka tanpa perlu memberi perhatian. Tetapi menyimak adalah mendengar dengan penuh perhatian. Mendengar dalam arti menyimak, berarti memberi perhatian dan mengapresiasi, juga mendengar untuk melakukan. Jadi, aktif untuk menyimak, tetapi juga aktif melakukan apa yang disimak. “Dengar” dalam Amsal ini sangatlah penting dalam pendidikan di Israel, baik dirumah atau keluarga maupun di sekolah. Bapa dan mama (orang tua) di rumah, di sebut sebagai sang guru yang mendidik anak-anak atau murid-murid. 4. Dalam kitab Amsal, “telinga” digunakan bukan saja untuk pendengaran, tetapi juga untuk kepatuhan. Karena itulah “mendengar” tidak hanya berarti mendengar, tetapi juga kepatuhan melakukan didikan. Anak atau murid memusatkan perhatian dan pendengaran pada hikmat termasuk menaati dan melakukan yang didengar telinga. Kata “dengarkanlah dan perhatikanlah” menekankan agar anak-anak dalam keluarga atau murid-murid di sekolah menggunakan telinga mereka untuk memperhatikan dan menaati dengan sungguh-sungguh didikan sang guru hikmat. 5. Pada masa pandemik Covid 19 ini, salah satu kebijakan pemerintah kepada sekolah dan peserta didik adalah belajar dari rumah. Banyak orang tua mengeluh karena mereka tidak sanggup untuk memimbing anak-anak dengan materi pembelajaran dari pihak sekolah. Memberikan pembelajaran/didikan bukan saja tentang mendidik dengan materi dari pihak sekolah, tetapi yang paling terpenting adalah didikan iman dan karakter dari orang tua kepada anak. Bagaimana memberikan didikan iman dan karakter yang baik kepada anak, jika orang tua setiap hari dalam rumah berkelahi, menunjukkan cacian dan hal-hal buruk? Kadang juga para orang tua mempersalahkan para guru jika anak mereka nakal atau tidak berprestasi di sekolah. Kita orang tua harusnya adalah pihak pertama yang bertanggung jawab jika anak-anak kita bertumbuh dengan iman dan karakter yang buruk. Karena itu, sikap yang harus kita sebagai orang tua tunjukkan kepada anak-anak, adalah mempraktekkan iman dan karakter yang baik setiap hari kepada mereka. 6. Sebagai orang tua kita memiliki tantangan yang berat di masa sekarang ini, untuk mendidikan anak-anak kita di zaman globalisasi, khususnya terkait era digital. Digital yang dimaksud itu adalah media sosial atau medsos. Khususnya internet, Facebook, WA dan lain-lain. Di dalam internet, anak- anak bisa melihat aksi kekerasan fisik, seksual, dan sejumlah kejahatan lainnya. Jika para orang tua tidak mendidik secara baik anak-anaknya, tidak mengarahkan penggunaannya untuk arah yang baik, maka anak-anak akan terjerumus dalam dosa yang besar. Karena itu, untuk mengantisipasinya, maka perlu ada disiplin rohani yang kuat dalam mendidik anak-anak dan dalam menata masa depan sebagai anak-anak. Disiplin rohani itu dimulai dari sikap doa bersama di dalam keluarga. Mulailah dengan secara disiplin, mengajak anak-anak untuk setiap malam ada di dalam suasana doa bersama dan membaca alkitab; terus menerus. Supaya anak-anak lebih mencintai doa, firman Tuhan dan iman kepada Tuhan, dan bukan lebih media sosial. 7. Terakhir, ayat 9 menyebutkan karangan bunga dan mahkota. 2 benda ini adalah jenis perhiasan yang mana jika dikenakan akan mempercantik seseorang yang mengunakan. Sama seperti sekarang ini, topi, anting, rantai, arloji dan lain sebagainya. Jika anak menggunakan perhiasan, maka anak tersebut (juga orang tua) akan bangga karena ia akan dipuji dan elok dipandang. Karena itu, lengkapilah anak-anak kita, didiklah anak-anak kita dengan didikan hikmat yang benar dari Sang Sumber Hikmat, agar dikemudian hari, mereka akan elok dipandang, dipuji dan tentu kita sebagai orang tua pun turut bangga dan bersyukur. Roh Kudus Menolong Kita.