Anda di halaman 1dari 58

OKhotbah Pernikahan ( KEUTUHAN HIDUP

SEBAGAI SUAMI-ISTERI )
KEUTUHAN HIDUP SEBAGAI SUAMI-ISTERI
I Petrus 3 : 1-7)

Saudara-saudara yang dikasi Tuhan,

Memasuki jenjang pernikahan sebagai prasayarat bagi terbentuknya sebuah


keluarga yang baru dan sah merupakan sebuah moment yang selalu diimpikan oleh setiap
orang dalam hidupnya, khususnya bagi yang belum menikah. Oleh karena itu, setiap saat,
banyak orang yang berhayal, bergumul dan berencana agar moment-moment seperti itu
juga boleh dialaminya, dan tidak terlewatkan dalam hidupnya.
            Dan dapat dipastikan bahwa dalam setiap harinya, selalu saja ada pasangan yang
meresmikan status pernikahannya di muka bumi ini. Adapun mekanisme proses yang
dilaluinya tentunya berbeda-beda sesuai dengan prinsip-prinsip nilai budaya dan keyakinan
masing-masing orang yang dianutnya. Ada pasangan nikah yang mampu mempertahankan
keutuhan rumah tangganya dan menikmati kebahagiaan, namun ada juga yang hanya
bertahan sesaat, kemudian cerai karena ternyata hubungan yang dibangunnya sebelum
menikah hanya digiring oleh buaian dongeng-dongeng cinta yang palsu.
Menyadari kenyataan praktek hidup yang terjadi dalam pernikahan demikian, Rasul
Petrus merasa tertantang dan bertanggungjawab untuk memberikan pemahaman tentang
prinsip iman yang harus dipahami, dipegang teguh dan dipraktekkan oleh setiap pasangan
kristen agar mampu menjaga kekudusan pernikahannya dan hidup senantiasa dalam
keutuhan rumah-tangga sebagai suami-isteri yang sah. Dalam hal ini, masing-masing pihak;
suami maupun isteri dituntut untuk berperan aktif dan bertanggungjawab dalam
mengupayakan keutuhan hidup dalam rumah-tangganya.
1.    Seorang isteri harus berusaha memenangkan suaminya (1-6)
Seorang isteri diharapkan mampu melayani suaminya dengan kasih yang murni dan
penuh kesalehan berdasarkan firman Tuhan agar dapat memengkannya hati suaminya di
dalam Kristus. Secara jasmani, seorang isteri memang lemah dibanding suami, namun
justru di balik kelemah-lembutannya sebagai perempuan, setiap isteri yang takut kepada
Tuhan dikaruniai suatu kekuatan yang sangat besar. Oleh karena itu, dengan kekuatan
cintanya-kasihnya yang besar dan mulia, seorang isteri dapat menempatkan dirinya secara
benar untuk mendampingi dan menopang tanggungjawab kepemimpinan suami sebagai
imam dan kepala dalam keluarga.
Seorang isteri harus mampu merawat dan menjaga kecantikan dirinya; namun yang
dimaksud bukan semata kecantikan lahiriah melainkan yang utama adalah kecantikan
batiniah. Perhiasan yang terlalu mencolok bertentangan dengan sikap keserhanaan yang
diinginkan oleh Allah. Yang dinilai oleh Allah di dalam diri setiap isteri dari keluarga Kristen
adalah sikap yang lemah lembut, yang berusaha untuk memuliakan Dia dengan
menyerahkan dirinya untuk menolong suami dan keluarganya mencapai kehendak Allah
dalam hidup mereka.
2.    Seorang suami harus hidup bijaksana dan menghormati isterinya (ay.7)
Dalam hal ini, seorang suami dituntut untuk senantiasa hidup bijaksana dan penuh
pengertian, hidup dengan isterinya di dalam kasih yang selaras dengan firman Tuhan.
Seorang suami harus menghormati isterinya sebagai teman pewaris yang setara dari kasih
karunia dan keselamatan Allah. Isteri harus dihormati dan dilindungi. Menghormati berarti
menerima pasangannya sebagaimana adanya dan membantunya bertumbuh sesuai yang
Allah kehendaki.
Rasul Petrus menunjukkan bahwa seorang suami yang gagal hidup bersama isterinya
dalam cara penuh pengertian dan penghormatan sebagai sesama anak Allah, akan merusak
hubungannya dengan Allah. Dan itu berarti ia menciptakan suatu penghalang bagi doa-
doanya di hadapan Allah.
Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Tuhan,
Dengan belajar dari Firman Tuhan tersebut, kita dapat memahami dimensi rohani
yang sangat dalam tentang arti sebuah pernikahan. Sehingga kita senantiasa dibimbing
untuk menempatkan kehidupan kita sebagai kehidupan yang sungguh-sungguh berkenan di
hadapan Tuhan, khususnya melalui peran kehadiran dalam tanggungjawab kita sebagai
suami maupun isteri dalam keluarga. Ketika perjalan hidup dalam pernikahan terasa berat,
setiap pasangan tidak serta merta menjadikannya sebagai alasan untuk melepas dan
membuang cintanya, tetapi justru disitulah ia dituntut untuk bertahan dalam
menyelesaikannya dengan mengandalkan pertolongan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang
berada dalam posisi yang lebih dekat dan lebih baik untuk memenangkan seseorang pada
Kristus, kecuali pasangan hidupnya sendiri. Sebab hubungan suami isteri adalah sebuah
hubungan yang paling pertama dan yang tertua yang diciptakan oleh Allah. Allah jugalah
yang telah merencanakan dan memberkati hubungan pernikahan tersebut dan berjanji untuk
menjaganya. Oleh karena itu, Allahlah, di dalam Kristus Yesus satu-satunya menjadi dasar
yang kokoh bagi terbentuknya sebuah keluarga. Karena tidak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
Hakekat janji yang diucapkan dalam setiap pemberkatan nikah ialah penyerahan diri
secara tulus antara satu dengan lainnya. Alkitab berkata,”Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi
satu daging.” Menjadi satu daging dalam pernikahan bukanlah suatu pelepasan pribadi dan
hak-hak pribadi kedua belah pihak, tetapi justru memperkaya kepribadian keduanya
menjalani kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya; yaitu dalam keutuhan hidup
sebagai suami-isteri. Amin!
UNGKAPAN SYUKUR YANG SEJATI
UNGKAPAN SYUKUR YANG SEJATI

(Imamat 7:11-13, Roma 12:1-3)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Mengungkapkan rasa syukur  atas berbagai peristiwa


penting dan berkesan yang kita alami dalam kehidupan kita, merupakan sebuah sikap hidup yang
layak  untuk kita nyatakan selaku orang percaya di hadapan Tuhan. Hal itu kita lakukan sebagai
bentuk kesadaran kita tentang keterbatasan kita sebagai manusia, namun kemudian  kita dapat
mengalami sesuatu yang mensukacitakan di luar dari batas ketidakmampuan kita, karena kita
meyakini bahwa ada  suatu sosok pribadi yang berperan di dalamnya yang memiliki kuasa, yaitu
Tuhan. Entah peristiwa itu terjadi dimana kita boleh mengalami tuntunan dan menerima berkat
Tuhan dalam usaha dan pekerjaan kita, mengalami kesembuhan dari penyakit yang selama ini kita
derita, terluput dari sebuah musibah, mengalami pertambahan umur, mengalami kenaikan pangkat,
dan sebagainya. Ada begitu banyak peristiwa penting yang bisa dijadikan sebagai alasan bagi setiap
orang untuk menyatakan ungkapan syukurnya kepada Tuhan. Juga, ada begitu banyak cara yang
dapat dilakukan oleh setiap orang dalam mengekspresikan rasa syukurnya.

Dalam konteks Perjanjian Lama misalnya, sebelum Allah memperkenalkan diri kepada umat
Israel sebagai jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan umat Israel belum mengenal Yesus
Kristus secara pribadi, kita menemukan suatu bentuk kebiasaan praktek ucapan syukur yang sering
dilakukan oleh umat Israel kepada Allah yang mereka yakini sebagai sumber hidup dan keselamatan
mereka. Dalam praktek ini, setiap kali mereka hendak menyatakan rasa syukurnya, mereka harus
memberikan suatu korban bakaran bagi Allah, yaitu korban berupa hewan dengan berbagai
kelengkapan lainnya ( seperti: sajian roti sesuai dengan ketentuan bentuk olahannya).

Korban syukur dalam perjanjian lama identik dengan memberikan yang terbaik dan
sempurna bagi Allah. Yaitu korban yang tak bercacat. Setiap orang yang hendak memberi korban
syukur harus dengan kejujuran dan tidak dengan berbohong. Mereka diwajibkan memberi
persembahan berdasarkan kemampuan mereka masing-masing, yaitu sesuai berkat Tuhan yang ada
padanya. Kalau orang kaya yang sanggup membawa domba, maka yang dibawa haruslah domba,
tidak boleh burung tekukur. Mereka melakukan ini semua sebagai wujud ucapan syukur atas karya
keselamatan dari Allah yang maha ajaib terjadi dalam kehidupan mereka.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Dalam konteks Perjanjian Baru, kita tidak lagi mempersembahkan korban syukur melalui
kurban hewan, tapi kita datang di hadirat Tuhan dengan mempersembahkan diri sebagai
persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada-Nya. Prinsip ini mengajarkan kita bahwa
ibadah syukur yang sejati adalah ibadah secara keseluruhan hidup kita dan secara pribadi kita
membawa diri kepada Tuhan. Yang diharapkan oleh Allah adalah kehadiran langsung diri kita di
hadirat-Nya. Adapun kalau kita membawa persembahan “materil” dalam setiap ibadah yang kita
lakukan, itu adalah bentuk jawaban atas panggilan kita dalam mendukung operasional pelayanan
bagi persekutuan hidup di dalam dunia ini bagi kemuliaan Tuhan.

Melaui suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan, “Karena itu, saudara-
saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Ini mengajarkan kepada kita bahwa menghitung-hitung berkat
Tuhan bukanlah berdasarkan materi semata yang kita terima atau yang bisa kita nikmati, tapi yang
utama adalah berdasarkan kualitas penghayatan iman kita mengenai betapa besarnya kasih dan
pengorbanan Yesus Kristus yang telah relah mati demi menyelamatkan kita. Itulah berkat yang
sesungguhnya. Pengorbanan Yesus telah menjadi jaminan hidup dan sumber berkat dalam menjalani
segala tantangan kehidupan di dunia sekarang ini menuju pengharapan kekal di dunia akhirat.
Penghayatan demikian akan berdampak pada sebuah kesadaran iman setiap orang untuk senantiasa
bertanya pada dirinya; sudah seberapa besar perubahan hidup pada dirinya, keluarganya dan orang-
orang disekitarnya karena telah menikmati berkat keselamatan dari Allah di dalam Kristus Yesus.

Dari proses perenungan yang mendalam tentang kasih Allah yang begitu besar dan ajaib,
yang telah menjadi korban keselamatan kepada kita, akan menggerakkan kita secara spontan dan
tulus datang kepada-Nya membawa kehidupan kita sebagai persembahan syukur melalui puji-pujian
dan berbagai bentuk pelayanan dan kesaksian yang bisa kita perankan. Dalam Ibrani 13:15,
dikatakan, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada
Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”. Dengan mulut kita memuji dan memuliakan
nama Tuhan. Hal Ini menjelaskan kepada kita bahwa bersyukur adalah satu nilai ibadah yang
berkenan kepada Tuhan. Jadi, ucapan syukur antara lain diwujudkan dengan puji-pujian. Puji-pujian
adalah suatu reaksi iman untuk menyadari dan mengakui kebesaran karya Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Jika pada saat ini kita boleh berkumpul dalam suasana syukur bersama dengan segenap
keluarga di tempat ini, tentunya karena ada begitu banyak peristiwa penting yang membawa kesan
yang baik bagi keluarga, dan itulah yang dijadikan alasan oleh keluarga dalam menyatakan ungkapan
syukurnya. Namun di balik alasan-alasan tersebut, sebenarnya yang menjadi dasar pokok kita dalam
menyatakan ungkapan syukur, tidak lain adalah karena Yesus Kristus telah berkorban demi
menyelamatkan kita. Jaminan Keselamatan itulah yang memungkinkan keluarga untuk tetap
berharap kepada Tuhan dalam menjalani berbagai rencana dan tantangan kehidupan pada waktu-
waktu yang lalu. Dan kasih-setia Tuhan sungguh terbkti. Tuhan boleh menyatakan kemurahan-Nya,
menyertai keluarga hingga paa saat ini, bahkan memberinya sukacita; ( pengkhotbah dapat
menyebutkan alasan keluarga bersyukur; apakah karena kesuksesan dalam pekerjaan, mengalami
pertambahan umur, sembuh dari penyakit, dan sebagainya).

Sangat penting juga untuk kita pahami, bahwa kita mengucap syukur bukan semata-mata
karena kita mengalami hal-hal yang kita anggap baik dan menyenangkan, namun terlebih karena kita
memiliki Allah yang Mahabaik. Kita mengucap syukur, bukan pula karena pemberian Allah secara
materil semata-mata, melainkan karena Allah itu telah memiliki hidup kita seutuhnya dan kita
memiliki Dia melalui Yesus Kristus.

Mengucap syukur dalam keadaan baik, tentu semua orang bisa melakukannya. Tetapi
mengucap syukur dalam segala hal tidak semua orang bisa melakukannya. Mungkin kita lebih mudah
bersungut-sungut dari pada mengucap syukur bila keadaannya kurang baik menurut penilaian kita.
Bukan berarti kita mengucap syukur atas malapetaka atau kemalangan yang menimpa kita. kita
mengucap syukur bukan pada keadaan yang buruk. Tetapi mengucap syukur kepada Tuhan bahwa
sekalipun keadaannya buruk, Dia pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita.
Bukankah Dia dengan relah telah menjadi korban persembahan menggantikan kita agar kita
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup? Oleh karena itu, mari kita menyembah Dia
dengan tubuh kita, bahkan dengan seluruh kehidupan kita. Itulah ibadah kita yang sejati. Itulah
ungkapan syukur yang sejati yang dikehendaki oleh Allah. Terpujilah Tuhan. Amin!

HENDAKLAH HATIMU MELIMPAH DENGAN SYUKUR


( Kolose 2:6-7)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Kalau kita berbicara mengenai hal mengucap syukur,


mungkin banyak orang berpikir bahwa mengucap syukur adalah perkara yang gampang saja
dilakukan karena hanya sekedar diucapkan lewat bibir. Namun sesungguhnya perkara mengucap
syukur tidaklah sesederhana itu. Terbukti, dalam realitanya, mengucap syukur masih merupakan
suatu perkara yang sulit kita lakukan dalam kehidupan kita.  Jangankan dalam kondisi susah dan
berbeban berat, saat segala sesuatu berjalan dengan baik dan normal pun ternyata kita begitu sulit
untuk mengucap syukur. Bahkan lebih banyak kita melupakannya. 

Jika kita teliti, banyak sekali penjelasan dalam firman Tuhan yang membahas tentang arti
atau hakekat ucapan syukur.  Antara lain, kita dapat belajar dari kisah hidup Rasul Paulus yang
merupakan perwujudan langsung dari rasa syukurnya atas segala kasih karunia Tuhan. Paulus adalah
seorang rasul yang telah mengabdikan seluruh hidupnya di hadapan Tuhan sebagai pembuktian atas
kesediaannya setia berjerih lelah dalam pelayanan. Dalam surat-suratnya, rasul Paulus secara
panjang lebar memaparkan bahwa ada begitu banyak hambatan, tantangan dan ancaman yang silih
berganti ia alami sekaitan dengan tugas kesaksian dan pelayanannya. Tetapi dari mulutnya tidak
pernah sepatah kata pun keluar kata-kata sungutan, umpatan, frustrasi dan putus asa.

Malah dalam situasi yang sedemikian rumit, Rasul Paulus mampu memberi motivasi kepada
segenap orang percaya supaya mereka senantiasa mengucap syukur dalam segala situasi hidup.
Sebab dengan selalu mengucap syukur, sebenarnya kita memperlihatkan kualitas pertumbuhan
rohani kita. Penampakan pertumbuhan rohani ini sekaligus juga menunjuk kepada kualitas
kedewasaan iman kita. Kalau kita tidak pernah mengucap syukur atau malah sering bersungut-
sungut dalam hidup, berarti iman kita tidak bertumbuh, kerohanian kita menjadi kerdil, bahkan
mungkin sudah mati. Rasul Paulus menulis: "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena
itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di
atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan
hendaklah hatimu melimpah dengan syukur" (ay. 6-7).

Artinya, hal mengucap syukur sesungguhnya merupakan suatu elemen penting dalam
kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelekan.  Karena melalui ucapan
syukur, kita menyatakan iman pengharapan dan ketergantungan kita kepada Allah sebagai Sang
pemilik dan pemberi kehidupan. Melalui ucapan syukur yang kita nyatakan, berarti kita juga mau
memberi diri untuk dipakai oleh Allah. Oleh hikmat dari Allah, seluruh sikap hidup dan kata-kata kita
dapat menjadi berkat bagi setiap orang yang kita jumpai.

Kita mengucap syukur bukan karena tergantung pada keadaan secara lahiriah; baik atau
buruk, tetapi kita mengucap syukur karena kita memiliki Tuhan yang layak untuk diandalkan
menopang kita dalam menghadapi segala tantangan dan situasi hidup; bahwa sekalipun keadaannya
buruk, Tuhan pasti menolong dan menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita. Demikianlah hendaknya
sikap hidup setiap pribadi yang telah mewarisi karakter yang dibentuk di dalam Kristus. Keyakinan
iman yang tidak tergoyahkan, sekalipun dalam situasi yang kurang bersahabat. Apa yang Rasul
Paulus telah ajarkan dan praktekkan merupakan teladan bagi kita sebagai anak-anak terang. Melalui
cara hidup yang senantiasa mengucap syukur, kita menampilkan karakter atau kepribadian yang
selalu membawa energi positif. Cara pandang dan cara pikir yang demikian akan mampu mengubah
keadaan dari negatif menjadi positif, dari buruk menjadi baik.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Bila  kita merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita
untuk tidak mengucap syukur kepada-Nya, bahkan ucapan syukur itu semestinya seperti nafas hidup
kita yang tak pernah berhenti berhembus selama kita masih hidup.  Namun seringkali ucapan syukur
keluar dari mulut kita hanya saat kita menikmati dan mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan.  Ketika
hal-hal yang tidak baik  (menurut penilaian kita)  terjadi dan menimpa hidup kita, sulit sekali kita
mengucap syukur kepada Tuhan. Sebaliknya, yang keluar dari bibir kita hanya ungkapan
kekecewaan, kekesalan, keputusasaan, sungut-sungut, omelan dan bahkan kita terkadang
menyalahkan Tuhan.

Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam
kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, adalah sebuah dinamika yg akan selalu mewarnai
perjalanan kehidupan kita selaku manusia.  Namun satu hal yang harus senantiasa menjadi
keyakinan kita ialah bahwa,  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan"  (Roma 8:28). Karena itu, tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya. Sebab itulah
yang membedakan kita sebagai orang percaya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.
Membangun kesadaran hati yang bersyukur kepada Tuhan akan menjadi mudah kalau kita
senantiasa mau melihat seluruh kebaikan Tuhan atas hidup kita melalui mata iman.

Bagaimana kita menyatakan syukur kita? Tidak lain adalah dengan senantiasa menyatakan
sikap hati yang benar dan sikap hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Itu berarti, hal mengucap
syukur bukan sekedar ucapan pemanis di bibir, namun lebih pada soal pemaknaan hidup sebagai
bentuk penghayatan iman yang sungguh tentang kebesaran kasih Tuhan di dalam Kristus Yesus yang
telah menyelamatkan kita. Oleh karena itu, hanya dengan tetap hidup di dalam Kristus, berakar dan
dibentuk di dalam Dia, hati kita senantiasa mengalami limpahan syukur.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Ada sebuah cerita yang dapat dijadikan sebagai ilustrasi untuk menjelaskan bagaimana
seseorang harus bersyukur dalam situasi apa pun dalam hidunya. Diceritakan, ada seorang raja yang
gemar berburu dengan pengawalnya. Pada suatu hari ketika sang raja sedang berburu, ia
mendapatkan kecelakaan dan sungguh malang,  ibu jari tangan sang raja terpotong oleh sabetan
pisau yang sangat tajam hingga harus kehilangan jari jempolnya. Sang raja sangat marah dan
memanggil pengawalnya yang setia menemaninya berburu. Sesampainya di istana, dia berkata
kepada pengawalnya, “bagaimana denganmu sebagai pengawal, aku kehilangan jari jempolku,
kenapakah engkau tidak menjagaku dengan benar, tidak kah kau tahu, aku sangat membutuhkan jari
jempolku?” Maka sang pengawal berkata,” Tuanku baginda raja, yang sudah terjadi, relahkanlah dan
bersyukurlah tuanku baginda raja, sebab yang hilang hanya jari jempol, untung saja bukan nyawa
raja yang hilang”.

Akibat perkataan sang pengawal yang dianggap kurang ajar itu,sang raja sangat marah dan
menyuruh pengawal yang lain menangkap dan memenjarakan pengawal tersebut. Setelah peristiwa
tersebut, ternyata sang raja tidak meninggalkan kebiasannya berburu. Hingg pada suatu hari,  ia dan
pengawalnya masuk ke dalam hutan yang sangat lebat dan mereka tertangkap oleh suku primitif
yang memiliki tradisi mempersembahkan manusia sebagai korban persembahan kepada dewa
mereka. Setelah sampai pada waktu memberikan korban persembahan kepada dewa, mereka
memulainya dari raja, namun mereka melapaskan raja karena sang raja tidak memiliki jempol, dan
dianggap tidak sempurna. Dan semua pengawalnya di jadikan korban persembahan kepada dewa
karena memiliki organ tubuh yang lengkap.

Singkat cerita sang raja kembali ke istana dengan selamat dan meyuruh pengawalnya untuk
melepaskan pengawal yg dulu ia penjarakan. Setelah pengawal tersebut menghadap raja, sang raja
berkata, ”pengawalku yang baik, aku bersyukur karena dulu aku kehilangan jempol,  dan olehnya aku
dapat luput dari kebinasaan. Terimakasih untuk nasehatnya dan maafkan aku telah
memenjarakanmu”. Tapi sang pengawal berkata kepada raja, “Tuanku baginda raja, aku lebih
bersyukur lagi dan berterima kasih kepada raja, jika seandainya aku tidak dipenjarakan oleh raja,
mungkin aku juga telah mati karena dijadikan persembahan oleh suku primitif, seperti yang dialami
para pengawal yang lain”. Sang raja kemudian berkata, “baiklah, mari kita sama-sama bersyukur”.

Ilustrasi dalam cerita ini hendak memberi pesan kepada kita bahwa, bersyukurlah atas
segala apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, karena sebenarnya semua itu mendatangkan
kebaikan kepada kita walaupun saat ini kita belum dapat menyelaminya. Mungkin ada yang tidak
terlalu suka kepada kita, bersyukurlah..! Kita memiliki banyak sahabat, bersyukurlah..! Kita memiliki
harta yang banyak, bersyukurlah..! Kita belum memiliki banyak hal seperti yang kita harapakan, 
bersyukurlah..! Kita mengalami suka cita, bersyukurlah..! Intinya, hendaklah hatimu senantiasa
melimpah dengan syukur..!  Amin!
ALA BISA KARENA BIASA…!”

( Mazmur 111 : 1 – 10 )

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

                Predikat sebagai makhluk yang berbudaya adalah sebuah gelar atau sebutan yang sering

dilekatkan pada diri manusia. Manusia identik dengan budaya. Sehingga ketika kita
berbicara tentang budaya, maka secara otomatis kita berbicara tentang manusia. Dan setiap
kali kita kita berbicara tentang manusia maka secara otomatis pula kita berbicara tentang
hakekatnya sebagai makhluk berbudaya. Hal inilah yang membedakan manusia dengan
ciptaan Tuhan lainnya. Sehingga manusia juga disebut sebagai ciptaan Tuhan yang paling
mulia. Di luar manusia, tidak ada ciptaan lain yang mengenal budaya atau bisa berbudaya.

            Budaya berasal dari kata ‘budhi’ yang dapat diartikan sebagai akal atau pikiran. Sehingga
budaya dapat diartikan sebagai sebuah upaya pendayagunaan akal atau pikiran manusia, demi
menunjang proses kelangsungan hidupnya dan ciptaan Tuhan yang lainnya menuju ke arah yang
lebih baik. Sehingga proses pendayagunaan akal/pikiran yang terus menerus ini dapat diandaikan
sebagai sebuah latihan dalam menggunakan akal/pikiran agar terbiasa dengan hal-hal yang
dikehendaki oleh Allah dan berguna bagi kehidupan manusia dan ciptaan Allkah lainnya. Dalam hal
ini, lingkungan dimana (tempat, dengan siapa, dan bagaimana) seseorang berproses dalam
melangsungkan kehidupannya, maka itu jugalah yang menentukan kualitas dan bentuk budaya yang
dihasilkannya. Budaya tersebut muncul sebagai suatu hasil pikiran yang telah dibentuk oleh
lingkungannya, yang nampak melalui perilaku. Kemudian perilaku itu terjadi secara berulang-ulang.
Lalu muncul sebagai sebuah kebiasaan-kebiasaan diri atau budaya diri. 

Saudara-saudatra yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

                Melalui pembacaan kita pada saat ini, diceritakan tentang sebuah budaya diri seorang
pemazmur dan keluarganya. Budaya ini sudah menjadi identitas dan karakter dirinya. Budaya
tersebut dapat disebut sebagai ‘budaya bersyukur’. Mengapa disebut seperti itu? Karena hal
bersyukur adalah suatu kebiasaan yang telah menjadi ciri khas hidupnya. Dan berlangsung secara
terus-menerus dalam mewarnai kehidupannya.  Bahkan sudah menjiwai keseluruhan aspek
perjalanan hidupnya. Pemazmur dalam menjalani rutinitas kesehariannya selalu berusaha untuk
meluangkan waktunya agar bisa berkumpul dengan keluarga dan sesamanya (jemaah) untuk
beribadah kepada Tuhan. Dalam ibadahnya, pemazmur selalu menaikkan pujian dan ungkapan
syukurnya kepada Tuhan. Dan ungkapan syukur tersebut dinyatakan dengan tulus dan bukan sebagai
kepura-puraan. Ia melakukannya dengan sepenuh hati. Semua yang dilakukannya tidak lain sebagai
bentuk kesaksiannya atas segala karya Tuhan yang sungguh ajaib. Ia selalu merenung-renungkan
(menyelidiki) perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Dan iapun menyaksikan bahwa Tuhan itu
sungguh peduli dan selalu memberikan rejeki kepada orang-orang yang takut kepada-Nya.
Memberikan milik pusaka kepada umat-Nya. Tuhan itu penuh dengan kebenaran, keadilan dan
kejujuran. Segala titah-Nya teguh, kokok untuk selamanya. Bahkan mampu membebaskan umat-Nya
yang terbelenggu.

            Pemazmur begitu hafal dengan sifat-sifat dan tindakan Tuhan, karena ia sudah lama terbiasa
bergaul dengan Allah. Dekat dengan Tuhan adalah sebuah hal utama bagi dirinya. Sebab ia yakin
bahwa sumber hikmat adalah takut (hormat) kepada Tuhan. Perasaan hormat dan kedekatannya
kepada Tuhan telah membentuk karakternya sebagai orang yang berhikmat. Dengan hikmat dari
Tuhan, ia diberikan akal budi yang baik. Akal budi yang baik inilah yang telah menjadikannya untuk
selalu mampu berbuat baik, bahkan bisa selalu bersyukur. Kebiasan bersyukur adalah sebuah hal
yang telah melekat pada dirinya. Pemazmur selalu mampu bersyukur kepada Tuhan karena ia sudah
terlatih membiasakan diri melakukannya. Ala bisa karena biasa!

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

                Ketika kita berkumpul satu dengan yang lain pada saat ini, di tempat ini, maka nilai
apakah yang mendasarinya? Kita berkumpul, tidak lain adalah untuk menyatakan ungkapan syukur
kita kepada Tuhan. Juga dimaksudkan untuk berbagi kesaksian kepada sesama, agar orang lain juga
bisa datang dan dekat kepada Tuhan. Kita mengucap syukur kepada Tuhan karena terlalu banyak
kebaikan yang telah, dan akan terus dilakukan-Nya bagi kita. Memang, kalau kita hanya melihat
dengan mata telanjang kita, mungkin banyak kebaikan Tuhan yang akan luput dari perhatian kita.
Tetapi apabila kita menyelidikinya dan senantiasa merenung-renungkannya dengan mata iman kita,
maka kita pun akan tersadar bahwa ternyata begitu banyak kebajikan Tuhan yang selalu terjadi bagi
kita. Tuhan selalu mencurahkan berkat-Nya bagi umat-Nya yang percaya kepada-Nya.

                Memang tidak begitu gampang bagi semua orang untuk bisa datang bersyukur kepada
Tuhan. Banyak orang yang merasa tidak ada yang perlu disyukuri. Atau banyak orang yang merasa
belum mengalami kebaikan Tuhan atas dirinya. Mengapa? Karena kita belum mengenal sifat-sifat
Tuhan karena tidak terbiasa bergaul dengan Tuhan. Kita tidak terbiasa menyelidiki perbuatan-
perbuatan dan kebaikan Tuhan di dalam diri kita. Terlalu banyak waktu dan pikiran kita disita oleh
hal-hal yang tidak penting dan bersifat duniawi, sehingga kita mengabaikan hal yang utama dalam
hidup kita. Padahal Tuhan sudah memberikan kita akal/pikiran agar bisa membaca segala kehendak
dan perintah-Nya. Ia memperlengkapi kita dengan sarana untuk bisa memahami maksud dan karya-
Nya.

            Pemazmur mengajak kita untuk senantiasa takut kepada Tuhan. Sebab permulaan hikmat
adalah takut kepada Tuhan. Takut berarti hormat kepada-Nya.  Takut kepada Tuhan memampukan
setiap orang untuk berakal budi yang baik. Akal budi yang baik akan menciptakan perilaku yang baik.
Perilaku yang baik akan memungkinkan seseorang untuk memiliki budaya yang baik, termasuk
kebiasaan menaikkan puji-pujian dan bersyukur selalu kepada Tuhan.

**Ilustrasi:

Dalam setiap pertunjukan sirkus yang biasa kita saksikan; entah secara langsung,
maupun melalui media elektronik, disitu dipertontonkan tentang atraksi-atraksi
menakjubkan yang bisa dimainkan oleh hewan-hewan tertentu. Sering dengan
kagumnya kita memberikan pujian kepada hewan-hewan tersebut, setiap kali mereka
berhasil melakukan atraksi yang diperintahkan oleh pelatihnya. Yang mana atraksi
tersebut sebenarnya sering tidak masuk di akal kita kalau semuanya itu bisa
dilakukan, namun ternyata bisa. Kita lantas bersorak dan memberikan tepuk tangan.
Namun di balik semua kenyatan tersebut, pernahkah kita bertanya tentang faktor apa
yang membuat hewan-hewan tersebut bisa melakukan atraksi yang diperintahkan
oleh pelatihnya? Jawabannya tidak lain adalah karena adanya proses latihan yang
terus menerus. Dan juga adanya hubungan yang baik dengan pelatihnya. Ala bisa
karena biasa.

                Bagaimana dengan kita? Mengapa budaya bersyukur sering susah kita lakukan?  Mengapa
kita sering begitu susah memuji Tuhan?  Mengapa begitu berat bagi kita untuk melakukan perintah
Tuhan? Penyebabnya tidak lain karena faktor tidak biasa. Kita tidak membiasakan diri bergaul
dengan Tuhan. Kita tidak membiasakan diri menyelidiki perbuatan-perbuatannya Tuhan yang
sungguh ajaib. Kita tidak biasa melatih diri dalam melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Padahal,
bukankah kita telah diperlengkapi dengan akal/pikiran oleh Tuhan? Sementara hewan tidak!
Seharusnya kita bisa berbuat jauh lebih baik daripada hewan. Namun kenyataannya sering berbicara
lain.Hal tersebut hanya bisa terwujud apabila kita memiliki kemauan untuk selalu melatih diri dalam
mendengar, memahami dan melakukan firman Tuhan.

            Oleh karena itu, berbahagialah kita semua yang masih bisa bersyukur kepada Tuhan. Sebab
rasa syukurlah yang bisa menjadi jembatan hadirnya kebahagiaan.Kiranya Roh Kudus menyertai dan
memberkati. Haleluyah!

Amin…!
BERSUKACITA, BERDOA DAN BERSYUKURLAH SELALU…!”

( 1 Tesalonika 5 : 16 – 18 )

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

Masalah gaya hidup atau pola hidup merupakan salah satu sisi penting yang tidak akan luput
menjadi perhatian, bahkan seringkali menjadi bahan perdebatan dalam kehidupan manusia. Gaya
hidup adalah sebuah bentuk upaya pengungkapan jatidiri seseorang  tentang dirinya.  Hal itu sering
dinyatakan melalui berbagai kebiasan-kebiasaan atau tampilan diri keseharian sebagai hasil dar

i proses penghayatan seseorang; tentang siapa dirinya. Yaitu, bagaimana seseorang


memahami, memandang, menghadirkan, dan menampilkan dirinya dalam lingkungan atau
situasi dimana dia hadir. Tujuannya bisa bermacam-macam, antara lain; agar ia bisa
diterima atau diakui oleh lingkungannya. Melalui gaya hidup yang ditampilkannya, kita dapat
membaca gambaran identitas dan kualitas kepribadian seseorang . Yaitu memahami nilai-
nilai yang membentuknya; menyangkut latar belakang,  tujuan, harapan, hobi, motivasi
diri,prioritas hidup dan lain-lain.

Dalam hal ini, semakin sering seseorang menyerap nilai-nilai yang baik untuk dirinya, maka
semakin besar pula peluangnya untuk mengembangkan pemahaman tentang diri dan
lingkungannya. Yang secara otomatis pula, memungkinkan dia untuk bisa mengembangkan gaya
hidup yang lebih baik dan benar bagi dirinya. Namun sebaliknya, semakin sering seseorang
menyerap (meneladani) nilai-nilai yang buruk bagi dirinya, maka semakin potensial pula ia
mengembangkan pemahaman yang keliru tentang diri dan lingkungannya. Sehingga pola yang
muncul dan berkembang dalam dirinya adalah gaya hidup yang buruk pula.

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

Dalam kehidupan kita selaku umat manusia, termasuk di dalamnya; keberadaan kita selaku
orang kristen, ada begitu banyak tampilan pola hidup yang bisa kita jumpai. Ada orang yang gaya
hidupnya sudah terbiasa dengan penampilan yang terkesan mewah, ada yang biasa-biasa saja, dan
ada juga yang sangat sederhana. Ada yang gaya hidupnya hanya bertujuan untuk bersenang-senang,
namun ada juga yang sebaliknya. Dan masih banyak lagi, tergantung latar belakang  dan motivasi
hidup setiap orang. Baik buruknya gaya hidup seseorang sangat ditentukan oleh situasi lingkungan
yang membentuknya dan pilihan-pilihan nilai sebagai motivasi (dorongan) yang melatarinya.

Menyadari bahwa permasalahan gaya hidup adalah sebuah hal yang tidak akan luput
menjadi persoalan dalam kehidupan orang-orang kristen di jemaat Tesalonika, maka Rasul Paulus
dan rekan-rekan sepelayanannya, melalui suratnya tak henti-hentinya memberikan nasehat-
nasehatnya sebagai tuntunan. Secara garis besar, dalam bagian ini, ia menekankan tiga hal penting
yang harus dimiliki/dipraktekkan oleh orang-orang kristen, yaitu: Senantiasa bersukacita, Tetap
berdoa, dan Bersyukur selalu.  Dengan selalu memperhatikan dan menjiwai ketiga unsur tersebut,
setiap orang kristen di Jemaat  Tesalonika dan di segala tempat di muka bumi ini, diharapkan mampu
menjadi teladan bagi orang lain. Kesaksian melalui kebiasaan-kebiasaan hidupnya  yang berkenan
kepada Allah, diharapkan mampu memperlihatkan pola kehidupan yang lebih baik dari orang lain.
Dan tidak lagi gampang terbawa-bawa oleh gaya hidup yang ditawarkan oleh dunia.

Saudara-saudara yang dikasihi di dalam Yesus Kristus,

Secara kongkrit, apakah pengertian dan bagaimanakah  ketiga hal tersebut dapat kita
pahami serta implementasikan (terapkan)  dalam kehidupan sehari-hari?

Pertama: hal senantiasa bersukacita!

Apakah hal bersukacita dapat diartikan sama dengan tertawa-tawa? Jelas berbeda!
Walaupun sepintas lalu hampir sama! Memang, tertawa itu penting, dan katanya bisa membuat
orang awet muda. Tertawa adalah salah satu cara yang sering dilakukan orang dalam
mengekspresikan perasaan senangnya. Namun, tidak semua tertawa yang dilakukan adalah murni
ungkapan sukacita.  Sebab banyak juga orang yang tertawa, namun hanya bermaksud mengejek
sesamanya. Malah, ada orang yang kerjanya hanya tertawa-tawa melulu tanpa alasan yang jelas.
Dan orang-orang seperti itu banyak kita jumpai di rumah sakit jiwa, yang notabene adalah orang-
orang yang bermasalah secara mental/kejiwaan. Tentunya kita semua tidak berharap untuk
dimasukkan dalam kategori orang-orang seperti itu.

Atau, apakah hal bersukacita dapat diidentikkan dengan hal bersenang-senang? Lagi-lagi
berbeda! Namun seringkali sangat sulit dibedakan. Sepintas lalu memang hanya beda tipis. Tapi
secara prinsip, sebenarnya bisa saja sangat berbeda jauh. Memang, tidak dapat disangkali bahwa
semua orang tentunya mengharapkan adanya kesenangan dalam hidupnya, termasuk orang kristen.
Namun tidak semua yang disebut kesenangan bisa membawa kehidupan yang bermanfaat. Ada
kesenangan yang hanya sementara saja, lalu kemudian hari menyengsarakan dan
malah  menghancurkan. Kesenangan seseorang yang suka mabuk-mabuk misalnya; bisa saja
menyenangkan pada saat itu, tetapi apabila berlangsung secara terus-menerus maka malah justru
akan merusak daya pikirnya, merusak kesehatannya, bahkan dapat merusak masa depan dan
seluruh hidupnya.Kesenangan seperti ini, banyak ditawarkan di tempat-tempat hiburan malam.

Banyak sekali kesenangan yang ditawarkan oleh dunia namun samasekali tidak membawa
sukacita hidup. Kerajaan Allah telah hadir dalam dunia ini, dan itu berarti sukacita hidup sorgawi
dapat kita nikmati dalam dunia ini. Hanya saja, yang harus kita waspadai adalah jangan sampai kita
terjebak dalam perangkap kesenangan duniawi. Olehnya itu, kita dituntut untuk selalu belajar agar
bisa membedakan antara kesenangan hidup yang bersumber dari dunia, dengan sukacita hidup yang
bersumber dari Allah.

Sukacita adalah suatu bentuk ungkapan perasaan sebagai pandangan hidup dari orang-orang
yang selalu  memiliki sikap optimis/pengharapan dalam menghadapi segala situasi hidup. Boleh saja
tekanan hidup datang menghampiri, tetapi perasaan sukacita itu tidak pupus karena ia memiliki
iman dan pengharapan kepada Allah. Sukacita adalah bukti dari kualitas iman seseorang sebagai
hasil dari pengalaman batin dalam hidupnya. Sukacita tercipta karena adanya dorongan energy
positif yang mengalir dalam diri seseorang karna hubungannya dengan Allah. Sukacita tidak
ditentukan oleh situasi, sehingga tidak terperangkap kepada hal-hal yang bersifat lahiriah saja.
Artinya, secara lahiriah bisa saja seseorang kelihatan menderita dan serba kekurangan, namun di
dalam batinnya dia merasa berkecukupan, sehingga dia tidak gampang dirongrong oleh kekuatiran.

Sebaliknya, hidup bersenang-senang bersifat hanya sementara saja. Dan hanya tergantung
kepada hal-hal lahiriah saja; yaitu hal-hal yang dapat dinikmati dan dilihat secara kasat mata, yang
berbentuk  fisik/materil. Artinya, kalau kebutuhan-kebutuhannya serasa serba terpenuhi, maka ia
pun larut dalam kesenangan tanpa batas dan sering lupa diri. Tetapi sebaliknya, kalau tekanan hidup
atau  kekurangan datang menghampiri maka perasaan senang itupun pupus, lalu tergantikan dengan
kekuatiran dan keluhan-keluhan. Bahkan tidak jarang sering membawa seseorang pada sikap-sikap
negatif yang justru merugikan dirinya, dan juga merugikan orang lain.

Hal bersukacita didasari oleh iman dan pengaharapan kepada Tuhan, sedangkan hal
bersenang-senang didasari oleh hawa nafsu duniawi semata.   

Kedua, hal tetap    berdoa!

Apa dan bagaimana pentingnyakah  hal berdoa itu? Mengapa kita harus tetap berdoa?

Di dalam alkitab, doa dinyatakan sebagai hal yang luar biasa dan penting. Firman  Tuhan
memerintahkan, “…Tetaplah berdoa… (ay.17)! Ini berarti bahwa kita harus bisa berdoa setiap saat
dan dalam segala situasi. Doa dapat diibaratkan seperti hubungan/komunikasi antara si anak dengan
sang bapak. Karena orang  kristen adalah orang yang telah ‘dilahirkan kembali’ dan dilayakkan
untuk  masuk dalam keluarga Allah, maka sewajarnyalah baginya untuk selalu berdoa; seperti
seorang anak menyampaikan pergumulan, keinginan-keinginan dan unek-unek lainnya kepada
bapaknya.
Memang, Allah menciptakan kita dan memperlengkapi kita dengan berbagai sarana hidup;
termasuk akal-pikiran dll, namun kitapun perlu sadar bahwa kita  hidup dalam kodrat kita  sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan. Hidup di dalam dunia akan senantiasa diwarnai dengan
berbagai godaan dan tantangan.  Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi hidup yang demikian,
kita hanya bisa datang dan bergantung pada tuntunan dan pertolongan Allah saja selaku pencipta
dan pemberi hidup. Lewat doalah kita nyatakan ketergantungan itu. Di dalam doa kita menyatakan
penyerahan diri kita secara total kepada Allah sehingga otoritas (kuasa) Allah yang berlaku mutlak
bagi kita. Di dalam berdoa, tidak boleh ada penyerahan diri yang setengah hati, karena Allah pun
tidak pernah menyatakan kasih-Nya dengan setengah hati kepada umat-Nya. Allah pun tidak mau
diduakan

Karena doa adalah penyerahan diri secara total kepada Allah maka segala kehendak pribadi
kita harus bisa ditaklukkan sehingga hanya kehendak Allah yang terjadi. Allah lebih tahu apa yang
terbaik bagi kita. Banyak hal yang kita anggap baik dan kita inginkan tetapi belum tentu baik di mata
Tuhan. Dan banyak hal yang tidak kita inginkan tetapi justru itulah yang Tuhan inginkan bagi
kita.Sehingga apapun yang Allah kehendaki dan nyatakan bagi kita sebagai jawaban atas doa kita
maka itulah yang terbaik. Cara Tuhan Yesus dalam hal berdoa di Taman Getsemani merupakan pola
yang sempurna untuk kita teladani. Di dalam doa-Nya, Dia katakana,”Ya, Bapa-Ku, jika engkau
mau………,tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Yesus pasrah dan
taat kepada kehendak Bapa walaupun ada hasrat lain dalam hati-Nya. Yesus hanya bermohon dan
patuh melakukan kehendak Bapa-Nya. Sebab keputusan selanjutnya ada dalam kewenangan Bapa.

Lalu, mengapa kita tekadang dianjurkan untuk  menutup mata saat berdoa? Maksudnya
adalah agar kita fokus dalam melihat dan memahami petunjuk dan kehendak Allah bagi kita.Dengan
memutup mata, berarti kita memberikan kesempatan kepada mata hati kita untuk bisa melihat hal-
hal yang tidak kelihatan. Hanya dengan mata iman (batin) yang senantiasa terbuka, kita bisa
menangkap segala kehendak dan karya-Nya, sebab mata kepala kita bisa saja menyesatkan. Dengan
memahami serta melakukan kehendak Allah maka Ia pun berkenan menjawab doa-doa kita. Namun
banyak orang yang hanya rutin berdoa, tetapi setelah berdoa, ia tidak kembali melakukan kehendak
Allah. Atau, seringkali doa hanya dijadikannya sebagai jembatan komunikasi justru untuk datang
memberi perintah/petunjuk kepada Allah.  Setelah itu, berharap dan menunggu kiranya Allah
langsung melaksanakan perintahnya. Padahal seharusnya kitalah yang harus diberi perintah dan
petunjuk untuk kita laksanakan. Entah sadar atau tidak, seringkali dalam berdoa kita justru
memposisikan diri kita seolah-olah menjadi Allah, dan menjadikan Allah seolah-olah menjadi hamba
yang siap melakukan apa saja yang kita inginkan. Padahal, kitalah sebenarnya yang hamba yang
harus selalu meminta petunjuk kepada Allah dan siap diperintah oleh-Nya.

Ketiga, hal bersyukur selalu

Apakah alasan kita untuk bisa bersyukur selalu? Mungkinkah kita bisa bersyukur selalu
sementara banyak hal yang kurang menyenangkan menimpa kita? Firman Tuhan mengajak kita
untuk mengucap syukur dalam segala hal. Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur, dalam
susah pun senang. Kita mengucap syukur karena sekalipun banyak tantangan dan cobaan silih
berganti hadir dalam hidup ini, namun Allah sudah memberikan jaminan keselamatan bagi kita
melalui anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Ia sudah membuktikan bahwa tidak
ada kasih dan pertolongan yang lebih besar selain kasih dan pertolongan-Nya. Sebagai bukti cinta-
Nya, Ia relah mengorbankan diri-Nya demi kita semua. Dengan bersyukur selalu, berarti kita
mengamini bahwa karya Allah yang Maha agung dan ajaib itu, telah dan pasti akan tetap berlaku
dalam hidup kita selanjutnya; dalam situasi apapun, asalkan kita percaya kepada-Nya. Sedangkan
darah dan nyawa-Nya pun Dia relah kurbankan demi menebus kita, apalagi menyangkut keberadaan
dan  kebutuhan hidup kita lainnya; pasti Dia atur.  Sikap optimis seperti itu akan memungkinkan kita
untuk dapat melihat peluang di setiap masalah. Karena meyakini adanya pertolongan yang sanggup
Allah lakukan melampui kesulitan-kesulitan yang kita alami.

            Namun seringkali, ketika kita mengalami tantangan sedikit saja, kita langsung mengeluh dan
menyalahkan Allah. Kita sering mengomel, “Ah, kenapa aku yang harus menderita, atau kenapa aku
yang harus gagal dan kenapa bukan orang lain? ” Tetapi ketika kita berhasil dan orang lain ada yang
gagal, pernakah kita protes,”Ah, kenapa aku yang berhasil, dan bukan orang lain?”

            Suka dan duka, berhasil dan gagal, adalah dua hal yang pasti pernah/akan dijumpai oleh
siapapun dalam hidupnya, tanpa terkecuali. Tujuannya adalah untuk menguji iman tiap-tiap orang;
apakah dia mengimani kuasa dan kasih Tuhan atau tidak. Kalau dia beriman maka dia akan tahu
bersyukur selalu dalam segala situasi dan berharap selalu kepada Allah yang mampu
menyelamatkan.

Kiranya Roh Allah yang maha kudus senantiasa membimbing, menguatkan dan
memampukan kita semua untuk senantiasa bersukacita, tetap berdoa dan bersyukur selalu dalam
segala hal, sebab itulah yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Haleluyah…!Amin…!

Asseb-Khotbah Ucapan Syukur Memasuki Rumah Baru:


Mazmur 67:1-8
Nats : Mazmur 67:1-8
Thema :
ALLAH TELAH MEMBERKATI KITA
Kehidupan orang percaya tidak terlepas dengan perbuatan/tindakan ataupun kebiasaan
“mengucap syukur”. Ada banyak alasan mengucap syukur. Yang pasti semakin seseorang
beriman kepada Tuhan akan semakin mengucap syukur. Ia tidak hanya mengucap syukur
dikarenakan hal-hal besar, atau mengucap syukur karena mengalami hal-hal seperti yang
di harapkan/diingini, tetapi juga mengucap syukur ketika mengalami sesuatu yang tidak
seperti yang diharapkan. Memang hal ini tidaklah segampang diucapkan. Tetapi paling
tidak rasul Paulus telah melakukan hal ini . Ia juga manusia sama seperti kita. Mengapa
kita tidak bisa? Apa rahasia kekuatan Paulus? Tidak lain karena ia tahu benar bahwa ia
sudah mengalami hal luar biasa dalam hidupnya yakni penebusan Yesus Kristus atas
hidupnya. Hidupnya yang penuh dosa, yang seharusnya berujung kepada kematian kekal ,
telah ditebus dengan harga sangat mahal yakni kematian Yesus di kayu salib. Apakah yang
lebih “wah” (lebih besar) dari hal itu??? Karena itu mengucap syukur seharusnya menjadi
gaya hidup orang percaya. Mengucap syukur dalam segala hal .
Dalam pembacaan Firman Tuhan, Pemazmur juga sangat menekankan untuk mengucap
syukur. Ada sebanyak empat kali disebutkan agar mengucap syukur. Rupanya pemazmur
sangat mengenal Allah. Bahwa Tuhan itu sangat baik. Ia mengasihi dan memberkati
umatNya. Dalam ayat 7 pemasmur mengatakan "Tanah telah memberi hasilnya, Allah,
Allah kita, memberkati kita." Karena itu sangat keterlaluanlah jika umatNya tidak
mengucap syukur.
Tetapi yang juga perlu kita renungkan ialah apakah ketika kita membuat
kegiatan/kebaktian atau apa pun itu dalam rangka ucapan syukur, kita sungguh-sungguh
memahami dan menghayati arti dari mengucap syukur tersebut? Makna dari mengucap
syukur tidak lain sebagai respons dan pengakuan dari umat/orang percaya bahwa apa yang
dialami, apa yang telah dimiliki semuanya bukan karena kebetulan, bukan karena
kekuatan, bukan karena kepintaran kita, tapi semata-mata karena berkat Allah. Semuanya
karena pertolongan dan campur tangan Allah. Ini penting supaya acara atau pun kegiatan
yang di hubungkan dengan “kebaktian ucapan syukur” tidak sekedar formalitas saja.
Sebaliknya kegiatan seperti ini, kegiatan yang kita percaya menyenangkan hati Tuhan
sungguh-sungguh membawa pengaruh kepada orang yang melakukannya, dalam hal ini
keluarga Andri Tarigan dalam sikap hidup pada masa-masa mendatang.

Kalau benar penghayatan kita seperti pemazmur dalam ayat 7 renungan kita:
“Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita”, akan
membuat kita:

1. Tetap mempercayakan masa depan kita kepadaNya.


2. Mempergunakan semua yang telah kita terima bagi kemuliaan Tuhan.
3. Tidak sombong, tidak angkuh dan tidak pelit karena segala sesuatu yang dimiliki di
pahami dan diamini oleh karena Tuhan sudah memberkati.
4. Hidup menurut kehendak Tuhan, bukan sebaliknya.
Sebagaimana difirmankan dalam Matius 6:33, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”, mengingatkan kita,
bahwa hanya oleh karena kasihNyalah maka kita dapat hidup. Sebab apakah yang menjadi
keperluan kita? Apa pun yang kita perlukan untuk kebahagiaan kita Allah akan
memberikannya. Yang penting sebagaimana yang dikatakan Yesus: carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenarannya. Titik.
Karena itu ibadah ucapan syukur memasuki rumah baru ini kiranya menjadi kesaksian dari
keluarga akan kebaikan Tuhan, bahwa hanya oleh pertolongan dan berkat Tuhanlah semua
ini dapat dimiliki. Dan kesaksian ini juga kiranya menguatkan kita yang hadir saat ini.
Bahwa benar apa yang disaksikan pemazmur: “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah
kita, memberkati kita”. Karena itu marilah kita senantiasa mengucp syukur atas segala
kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Amin.
bendrio sibarani
 Beranda ▼
RABU, 10 JULI 2019

Khotbah Kristen 2 sederhana

Bacaan Alkitab: Mazmur 138:1- 8


Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
         Mengucap syukur adalah prinsip hidup Daud di segenap kehidupan yang dijalaninya.
Terutama ketika ia menghadapi dan melewati bentuk pengalaman hidup yang sulit dan
genting dan juga ketika iapun mengalami dan menikmati kemenangan dalam menghadapi
ancaman dan persoalan hidup. Daud sungguh terkenal bukan hanya kejayaannya sebagai
seorang Raja, tetapi juga oleh pola kehidupan berimannya kepada Tuhan Allah.
Mazmur 138 ini adalah juga mazmur dari Daud, yang dilatarbelakangi pengalaman hidupnya
menghadapi musuh atau ancaman (apakah dari Filistin, dari Saul atau dari Absalom). Daud
merenungkan bagaimana Tuhan Allah telah, sedang dan akan menunjukkan kasih dan
setia-Nya. Daud berikrar akan bersyukur dengan segenap hatinya kepada Tuhan Allah dan
bermazmur bagi Allah di antara para allah yang dipercayai oleh orang-orang lain.
       Ucapan syukur Daud adalah ucapan syukur yang lahir dari dalam dirinya sebagai
bentuk pengakuan dan juga pengharapannya kepada Tuhan Allah. Yakni, bahwa Tuhan
Allah itu adalah Tuhan Allah yang Maha Tinggi, tetapi menunjukkan kasih setia kepada
orang-orang yang rendah dan hina (ay.6).
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
 Kata “bersyukur” “Yada” dalam bahasa Ibrani sesungguhnya berarti pengakuan atau
deklarasi terhadap suatu fakta. “Yada” juga diartikan dengan: Mengakui, atau juga memuji.
Apakah yang diakui dan dipuji oleh Daud di tengah gentingnya persoalan hidup yang
dihadapinya? Tidak lain dan tidak bukan adalah sifat Allah yang dipercayainya tersebut. 2
sifat Allah yang diakui oleh Daud, yakni: Kasih Allah (Khesed) dan Keteguhan atau
kebenaran Allah dalam janjiNya atau kesetiaanNya (Emed) (ay.2). kasih dan kesetiaan
Tuhan tersebut dibuktikan Tuhan tatkala Daud berseru, maka Tuhan Allah menjawabnya
dan menambahkan kekuatan dalam jiwanya. Daud juga merasakan dan meyakini bahwa jika
ia berada dalam kesesakan, Tuhan mempertahankan hidupnya dan menyelamatkan dia.
Tuhan diyakini akan menyelesaikan semua perbuatanNya dalam hidup Daud. Pengakuan
dan pengharapan Daud kepada Tuhan Allah, mengantar dirinya untuk senantiasa mengucap
syukur kepada Tuhan Allah. Maka prinsip hidup bersyukur seperti ini adalah prinsip hidup
bersyukur orang yang tekun dan dengan disiplin merenungkan kasih dan setia Tuhan di
kehidupannya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bersyukur kepada Tuhan Allah adalah prinsip
     hidup setiap orang percaya. Maka bersyukur bukan lagi sesuatu yang asing bagi kehidupan
kita, akan tetapi melaluiMazmur Daud saat ini, kita kembali diingatkan bahwa tindakan
bersyukur orang percaya haruslah lahir dari dalam diri kita semata-mata karena
dilatarbelakangi pengakuan dan pengharapan kita kepada Tuhan Allah. Pengakan tersebut
ialah bahwa Allah itu Maha tinggi, Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia. Maka mengucap
syukur sesungguhnya bukan hanya ketika orang percaya telah mengalami kasih dan setia
Tuhan, melainkan juga ketika orang percaya berharap akan menikmatinya, kendatipun
sedang menghadapi pergumulan dan tantangan hidup. Mazmur Daud ini, menegaskan
kepada kita bahwa:
1. Mengucap syukur mesti dilakukan dalam komitmen untuk kemuliaan Tuhan
Allah semata.
2. Bahwa mengucap syukur adalah sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan
Allah sekaligus memuji Dia
3. Bahwa tindakan mengucap syukur bukan hanya setelah menikmati kasih
setia Tuhan, tetapi juga ketika sedang mengharapkannya
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      Jika keluarga dan kita sekalian saat ini mengucap syukur kepada Tuhan, itu hendak
menyaksikan kepada kita bahwa sifat Allah yang Maha Tinggi itu, yang Penuh Kasih dan
Setia itu telah dirasakan dan selalu diharapkan oleh keluarga di segenap kehidupan ini.
Maka ucapan syukur ini adalah sikap pengakuan, bahwa apa yang telah dialami keluarga
dan apa yang diharapkan keluarga ke depan semua akan diselesaikan oleh Tuhan Allah.
Maka dengan mengucap syukur, Firman Tuhan mengarahkan kita semua, mengarahkan
keluarga untuk senantiasa meyakini bahwa Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia, Dia yang
akan dan senantiasa menganugerahkan kekuatan dan keselamatan. Tuhan Yesus
menyempurnakan syukur keluarga dan memberkati kita semua.

Bacaan Alkitab: Mazmur 118:1-2, 9; Lukas 19:28- 40

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

                        Hari ini kita telah tiba di hari Minggu terakhir Minggu Sengsara (7), itu berarti kita akan
memasuki perayaan puncak penderitaan Yesus Kristus dalam perayaan Jumat Agung serta akan
memasuki puncak perayaan kemenanganNya pada Peristiwa Paskah atau KebangkitanNya dari
kematian. Selama minggu-minggu sengsara ini, kita telah diarahkan pada refleksi kehidupan dan
pengorbanan Tuhan Yesus dalam rangka penebusan kita sehingga beroleh keselamatan dan hidup
kekal. Kita juga telah merenungkan bagaimana penderitaan dan kesengsaraan hidup sebagai orang-
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita maknai sebagai pengalaman hidup beriman
untuk menjadi orang-orang yang dimurnikan di dalam iman. Saat ini melalui kesaksian Alkitab ini
kepada kita kemudian diberitakan bahwa Tuhan Yesus menuju Yerusalem untuk menggenapi nubuat
yang telah Allah tetapkan di dalam Dia. Yesus Kristus benar-benar tahu tujuan kedatanganNya ke
Yerusalem, yakni untuk disalibkan. Akan tetapi pengikut-pengikutNya sepertinya melupakan hal ini.
Mereka dengan antusias dengan penuh semangat didasari ingatan pada mukjizat yang dilakukan
Tuhan Yesus mereka menyambut Yesus Kristus sebagai Mesias, seorang pahlawan yang gagah
perkasa. Mereka tak mengerti kenapa kala itu Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai
muda.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Di balik peristiwa ini, nubuatan Zakaria digenapi (Zak.9:9). Bahwa Yesus Kristus hadir di
Yerusalem diposisikan sebagai Raja. Dia dielu-elukan, disambut dengan penghormatan melalui
hamparan pakaian dijalanan. Padahal, seorang Raja biasanya menunggangi seekor kuda, sebagai
symbol keperkasaannya, tetapi Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai muda. Melalui
perintah misterius, para murid menemukan keledai yang dimasudkan Yesus Kristus. Tidak ada
argument apapun mengenai perintah ini, para murid langsung melakukan apa yang diperintahkan
kepada mereka. Perintah misterius dari Yesus Kristus ini menunjukkan kemahakuasaanNya
mengetahui dan menguasai masa depan. Seruan para murid tentang kedatangan Yesus Kristus
sebagai Raja mendapat keberatan dari orang-orang Farisi dan mereka meminta Yesus Kristus
menghentikan murid-muridNya menyerukannya. Yesus Kristus tidak menghentikan mereka. bahkan
jika mereka diam, maka batu-batupun akan berseru seperti seruan mereka.

Saudara-saudara, apakah sebenarnya yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus sama dengan para
pengikutNya, melupakan maksud dan tujuan kedatanganNya ke Yerusalem? Tidak saudara-saudara,
Yesus Kristus sangat menyadari untuk apa Dia datang ke Yerusalem, yakni untuk menggenapi segala
sesuatu yang dinubuatkan tentangNya, yakni karya penyelamatan umat manusia, walaupun hal itu
melalui pengorbanan di kayu salib. Mari kita simak ayat 37, dikatakan bahwa ketika Ia dekat
Yerusalem di tempat jalan menurun dari bukit zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia
bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka
lihat. Luapan kegembiraan semua murid ini ternyata dilatarbelakangi pengalaman mereka tatkala
menyaksikan segala mukjizat yang dilakukan Yesus Kristus. Mereka lupa bahwa kahadiran Tuhan
Yesus ke Yerusalem adalah untuk menyelesaikan sengsara dan deritaNya sampai pada puncak derita
di Kayu salib. Mukjizat yang murid saksikan selama ini telah membuat mereka gagal memahami
kehendak Allah. Mereka gagal mengerti dan memahami maksud dan arti dari tindakan Yesus Kristus
termasuk yang menunggangi seekor keledai muda.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Kita sekalian akan memasuki peringatan puncak sengsara dan penderitaan Yesus Kristus
sampai pada kematianNya. Apakah segala bentuk pengalaman hidup sukacita, pengalaman hidup
yang diberkati Tuhan, apakah segala keberhasilan, kesuksesan yang kita alami, peristiwa heran yang
terjadi dalam hidup kita akan membuat kita gagal memaknai derita dan kesengsaraan Tuhan Yesus?
Apakah kita akan gagal memahami sikap yang ditunjukkan Tuhan Yesus?

Ingatlah bahwa Tuhan Yesus datang ke Yerusalem sungguh-sungguh untuk menggenapi segala yang
dinubuatkan BapaNya bagiNya, termasuk melalui derita, sengsara bahkan kematianNya di kayu salib.
Merenungkan peristiwa kedatangan Tuhan Yesus ke Yerusalem lewat bacaan Alkitab saat ini,
sesungguhnya kita hendak diarahkan pada perenungan hidup;

1. Bahwa menjadi percaya kepada Tuhan Yesus bukanlah melulu karena kita telah
menyaksikan, merasakan dan menikmati perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup ini. Melainkan segala
bentuk pengalaman hidup yang terjadi atas kita harus dipahami sebagai bukti kedaulatan Tuhan atas
hidup kita, termasuk pengalaman berbentuk derita dan kesengsaraan hidup
2. Bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus adalah Raja yang memberi keteladanan hidup dalam
kerendahan hati, dengan menunggangi seekor keledai muda. Maka keteladanan inipun mesti
menjadi perilaku hidup setiap anak-anak Tuhan di kehidupan ini.
3. Bahwa sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, melalui kedatangan
Yesus Kristus ke Yerusalem kita sekalian diingatkan bahwa ketaatan adalah sikap hidup beriman yang
harus kita miliki dalam hidup ini.
4. Bahwa sebagai orang-orang yang telah diberikan keselamatan lewat penebusan kita di Kayu
salib oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita harus menghargai hidup ini dengan membuat hidup ini
berharga di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Hidup akan berharga tatkala orang percaya
hidup mengaplikasikan kasih kepada Tuhan dan sesamanya.
Marilah kita persiapkan diri untuk memasuki perenungan hidup diperayaan puncak derita dan
sengsara Yesus Kristus dengan senantiasa menjadi orang yang rendah hati, senantiasa menjadi orang
yang taat dan senantiasa menjadi orang yang mengasihi.

Catatan: sehubungan dengan peneguhan seorang Penatua saat ini, dan pelantikan Kompelka di jemaat ini, maka
ingatlah Firman Tuhan ini, yang mengarahkan saudara-saudara menjadi hamba yang benar di
hadapan Tuhan Allah. Seorang hamba Tuhan adalah seorang yang rendah hati, seorang yang taat
dan seorang yang hidup di dalam kasih.

Terpujilah Tuhan Yesus. Amin

Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,


       Istilah atau kata “pelayanan” sudah menjadi istilah atau kata yang digunakan secara
luas oleh manusia dalam berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di
kepolisian, di pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan
perhotelan dan instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau
etika. Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang
yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan” kemudian
menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kemudian “pelayanan”
dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus? Pelayanan
menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang meliputi segenap kehidupan
seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar
memuaskan atau memenuhi kebutuhan orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di
dalam kehidupan persekutuan orang yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama
dan kepada Tuhan Allah dengan satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Karena tujuan dan maksud pelayanan hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka
pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keberanian yang
didasari dengan kemuliaan Tuhan terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau
tidak situasional serta tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang
benar-benar di dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga
pelayan tersebut dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam
pelayanan. Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa
dengan pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui
Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan
maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang
daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel hingga
saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena pikiran mereka tumpul,
sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa disingkapkan. Akibatnya mereka tidak
pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang
merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan.
Apakah sesungguhnya yang menjadi factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus
dalam Kitab Musa? Karena selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini,
maka dapat ditarik kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan
seorang pelayan di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat
dengan meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan
pelayanan di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan
pelayanan dalam kehidupan orang percaya.  
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui sengsara, penderitaan dan kematian Yesus
Kristus di kayu salib, sesungguhnya kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya
kemuliaanNya. Maka kehidupan kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan
kita dengan orang lain, kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita
bersekutu seperti sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan
hanya satu tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah pelayan-
pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah melalui
kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita karena kita kehilangan
cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang merdeka karena Roh Allah ada
di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian Baru, kita tidak boleh tawar hati  dan
harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik dan
memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep kemerdekaan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Cahaya kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan
yang adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus, kita
sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang dituntut dari kita
dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk dibaharui oleh Tuhan Allah
melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama dengan umat Israel di mana hati dan
pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka
selubung itu akan diambil daripadanya. Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya
aka nada dan terpancar melalui seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik
kepada Tuhan Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak
tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena dicurigai,
dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi mesti diyakini dan
diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua itu sebagai jaminan bagi kita
untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya. Terpujilah Kristus. Amin        BPS           
Minggu, 10 Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu

Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4: 1- 13


Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan yang dialami oleh manusia kerapkali membuat manusia melupakan diri
dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk
tragedi kehidupan, baik dalam bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup.
Artinya manusia senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan
dirinya sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di sana
adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya. Pencobaan-
pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan dari Tuhannya
dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya dan sujud
menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh manusia di kolong
langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri. Baik kekurangan, kelebihan,
kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain sebagainya selalu menjadi peristiwa
hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi umat Tuhan. Maka setiap orang percaya
senantiasa diarahkan untuk mengingat jati dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh
Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan
setia kepada Tuhannya ialah ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni
mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Umat Israel mendapat perintah Tuhan agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan
dan kesengsaraan, dan memasuki serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya
tetap mempersembahkan hidup mereka kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan
mereka memelihara jati diri sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari
setiap berkat yang mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang
menunjuk bahwa Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat
percaya. Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin
juga di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan
menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya, kesetiaan
kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya. Kesengsaraan dan
penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus dijadikan sebagai pengalaman
iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan diri secara totalitas kepada
Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama dan yang pertama. Mempersembahkan
korban dari hasil pertama dari keberhasilan hidup ini menjadi kewajiban yang mesti
dilakukan oleh setiap orang percaya sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di
dunia ini. Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana memanfatkan
semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus sendiripun telah menghadapi
pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya, sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi
pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan
yang dihadapi Yesus menjadi pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa
sesungguhnya dengan senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan
dan kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di
Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan
kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan kehidupan
orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup yang serba
kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini akan membuat orang
tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara menghianati Tuhannya
asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak mau menggunakan kuasaNya
hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia tidak
hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa
yang dibutuhkan umatNya asalkan umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan
kuasa dan kemuliaan serta dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan
untuk tunduk kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat
dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan
perjalanan hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan
kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita dan
sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan tetap
setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan Allah dan
senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama di kehidupan ini.
Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah kita alami dan yang akan
kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan
Allah. Di pencobaan hidup sekalipun Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita
menaklukkan diri dan menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini.
Selama kita tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada
Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka berdasarkan
kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani minggu-minggu sengsara di tahun ini,
ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup
sesuai dengan Firman-Nya serta taat kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas
sebagai bentuk korban hidup kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis
merongrong kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah.
Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia disalib
dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di dalam menghadapi
setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini, selama kita tetap setia
kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total kepada-Nya sebagai bentuk
ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Marilah, sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan
sedia mempersembahkan hidup kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah
Tuhan Allah yang terutama dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu
akan ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan
kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya, niscaya segala
bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan berujung pada
kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari kehidupan kita umat
tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi dan menjalani kehidupan
ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita kepada Damai sejahtera Tuhan
Allah. Amin                                                       BPS

Bacaan Alkitab: Lukas 8:26-39

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Kisah tentang pengusiran setan oleh Tuhan Yesus di daerah gerasa sangat melekat dalam
ingatan banyak orang Kristen. Kenapa demikian? Karena dikisah ini termuat peristiwa Tuhan Yesus
mengusir setan-setan dari dalam diri seseorang yang jumlahnya sangat banyak, sehingga dinamai
“legion”. Kisah ini juga melekat dalam ingatan banyak orang, karena mearik, yakni adanya
percakapan Tuhan Yesus dengan legion tersebut. Setan-setan tersebut memohon kepada Tuhan
Yesus agar jarang melemparkan mereka ke dalam jurang maut, tetapi ke dalam babi-babi yang ada di
daerah tersebut. Walaupun kemudian babi-babi tersebut terjun ke jurang dan mati tenggelam di
danau di jurang tersebut. 

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

                        Gerasa adalah sebuah daerah di trans Yordan di seberang danau Galilea. Tempat ini dihuni
oleh masyarakat campuran, di antaranya orang Yahudi dan juga orang-orang yang bukan Yahudi.
Orang yang bukan Yahudi inilah sebenarnya pemilik babi-babi tersebut. Karena bagi orang Yahudi
babi adalah binatang haram yang menjijikkan dan sangat dihindari. Di tanah Gerasa Tuhan Yesus tiba
bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Baru saja mereka sampai di darat, seseorang yang dikuasai
setan-setan datang menemui Tuhan Yesus. Dan ketika melihat Tuhan Yesus, orang ini langsung
berteriak dan tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Tetapi, mendengar kata-kata orang ini, dapat
dipastikan bahwa sesungguhnya, bukanlah orang ini sendiri yang melakukan segala adegan ini,
melainkan setan-setan yang ada di dalam dirinya. setan-setan ini mengenal Tuhan Yesus,
mengetahui kuasa Tuhan Yesus, maka setan-setan ini bertanya kepada Tuhan Yesus, Apakah urusan-
Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Maha Tinggi? Sembari memohon agar Tuhan Yesus
jangan menyiksanya. Reaksi setan ini lahir karena Tuhan Yesus memerintahkan mereka supaya
keluar dari dalam diri orang tersebut. Tuhan Yesus ternyata menaruh belas kasihan terhadap orang
itu karena dia sungguh tersiksa. “Legion” itulah nama yang disebut setan-setan itu kepada Tuhan
Yesus karena jumlah mereka yang begitu banyak. Istilah Legion sendiri dalam tradisi Romawi
menunjuk pada 1 divisi tentara yang jumlahnya 6000 tentara yang terdiri dari 10 kelompok. Wajarlah
jika orang tersebut sangat tersiksa oleh kuasa setan-setan tersebut yang begitu banyak. Dengan
memohon agar jangan dilemparkan ke jurang maut, seta-setan tersebut memohon agar Tuhan Yesus
memperkenankan mereka memasuki babi-babi yang sedang mencari makan di lereng gunung
tersebut. Permintaan ini ternyata dikabulkan oleh Tuhan Yesus. Walaupun pada akhirnya babi-babi
itu juga mati lemas setelah terjun ke danau dari tepi jurang.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

                        Peristiwa ini sangat menggemparkan daerah gerasa, setelah penjaga babi-babi itu melihat
apa yang terjadi dan memberitahukan peristiwa tersebut di kota dan di kampung-kampung
sekitarnya. Mereka menyaksikan bagaimana orang tadi telah ditinggalkan setan-setan dan telah
waras, duduk di kaki Yesus. Mereka menjadi takut, sehingga meminta Tuhan Yesus meninggalkan
mereka. Ketika Tuhan Yesus hendak berangkat dari sana, orang yang telah diselamatkan ini meminta
agar diizinkan menyertai Yesus, tetapi Yesus menolaknya dan menyuruhnya pulang ke rumahnya dan
bersaksi tentang apa yang telah Tuhan perbuat baginya. Orang inipun bersaksi tentang Kaish Tuhan
Yesus yang dialaminya keseluruh kota.

Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Ketika dengan seksama kita menyimak peristiwa yang disaksikan kepada kita saat ini, maka
kita kemudian dapat mengerti bahwa kehadiran Tuhan Yesus di kehidupan setiap orang akan
membuat kuasa setan sekuat dan sebesar atau sebanyak apapun menjadi takut dan tidak berkuasa
lagi. Perjumpaan Tuhan Yesus dengan setiap pribadi akan mengubah kondisi hidup. Orang yang
dikuasai kuasa kegelapan, setan-setan sekalipun akan dipulihkan dan diselamatkan. Inilah yang
terjadi dengan orang di gerasa. Dia menjadi waras, dia diselamatkan, terbebas dari belenggu yang
begitu kuat dan besar, yakni belenggu Legion.

Yang kedua, bahwa setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus dan beroleh kasih karunia
dan keselamatan, orang ini kemudian bertekad untuk ikut menyertai Tuhan Yesus, akan tetapi Tuhan
Yesus menyruhnya pulang ke rumahnya dan bersaksi. Hal ini sangat penting untuk kita renungkan.
Bahwa sesungguhnya, setiap orang yang telah mengalami kasih karunia Tuhan Yesus mesti bersaksi
tentang kuasa dan kasih Tuhan Yesus. Kesaksian tersebut haruslah pertama-tama dilakukan di dalam
rumah kita. “pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah
atasmu” itulah perintah Tuhan Yesus kepada orang ini. Perintah ini juga adalah perintah yang
ditujukan atau dialamatkan kepada kita. Sebagai orang-orang yang telah ditebus, dibebaskan dari
kuasa dosa dan kegelapan, diberikan keselamatan, kita pulang ke rumah kita masing-masing dan
bersaksi tentang perbuatan Tuhan Allah. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia Tuhan
Yesus, diperintahkan untuk bersaksi kepada seisi rumahnya tentang segala perbuatan Allah.
Seseorang hanya dapat bersaksi dengan benar ketika telah mengalami perjumpaan dengan
Tuhannya. Perjumpaan tersebut dapat mewujud dalam berbagai hal di kehidupan ini. Kita berjumpa
dengan Tuhan Allah melalui ibadah seperti ini, kita juga mengalami perjumpaan dengan Allah ketika
ketika menyadari segala sesuatu yang kita peroleh dan miliki dalam hidup ini, kita juga berjumpa
dengan Tuhan Allah ketika kita diperhadapkan dengan tugas, panggilan dan pelayanan serta
tanggungjawab kita. Dengan kata lain bahwa, setiap orang yang telah menerima anugerah
keselamatan dari Tuhan Allah, mesti bersaksi dalam hidupnya dimulai dari lingkup terdekat dengan
hidup kita. Jika hari ini, ada anak kita yang dibaptiskan, maka kepada anak inipun kasih karunia
Tuhan Allah telah dinyatakan. Maka kepada anak inipun keluarga harus bersaksi, bahwa ini semua
adalah perbuatan Tuhan Allah sehingga anak kitapun beroleh keselamatan di dalam dan melalui
Yesus Kristus. Terpuji Tuhan. Amin.

Bacaan Alkitab: Kejadian 45:1-15

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat mengharukan. Jika kisah ini difilmkan
laksana sebuah sinetron, maka para penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini
bukanlah sebuah sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah nyata.
Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih daripada saudara-saudaranya
oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui
mimpi/penglihatan serta Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya
kepada ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu saudara-
saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak terjadi dan akhirnya saudara-
saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga
harus mendekam di penjara karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal
dialah yang sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak bersalah
itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah kemudian yang menghantar
Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang diperolehnya dari Tuhan Allah untuk
menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian menduduki posisi sangat penting di pemerintahan
Mesir. Dia memperoleh kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

        Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian
diberi kepercayaan mengeksekusi antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun
setelah masa 7 tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata orang-
orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan saudara-saudara Yusuf
kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab mereka mendengar bahwa di Mesir
pasokan makanan masih tersedia. Pada saat inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa
dengan saudara-saudaranya yang pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat
ini dikisahkan bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa
kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan rasa cinta
kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka. Apa yang terjadi dalam
peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi sangat takut. Takut karena mereka langsung
mengingat perbuatan mereka di masa silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak
menaruh dendam kepada saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan
dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dendam dan rasa benci sirna dari dalam diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia
mampu melihat perkara yang terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan
Yusuf melihat pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi
keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku
ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh
istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-
saudaranya. Dendam dan rasa benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat
perlakuan saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari
bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang bertujuan agar
melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk kaum keluarganya.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang mengharukan. Tidak banyak
orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang
yang pernah diperlakukan dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual
kepada orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan dendam yang
membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang seperti ini kemudian sukses,
pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah berbuat kejahatan kepada kepada kita.
Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam
kepada saudara-saudara yang seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam,
Yusuf tidak membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan
saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya sekarang,
kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar melalui dirinya, banyak
orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri. Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan
yang tepat diperuntukkan pada hidup Yusuf.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-
saudara kita adalah keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit
apapun perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka keadaan dan
posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan rancangan Tuhan Allah. Tuhan
senantiasa merancang kita pada rancangan damai sejahtera walaupun ada saudara kita yang
merancangkan kecelakaan atas kita. yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian
diingatkan bahwa hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba pada
kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap orang harus menjadi
seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap perbuatan dengan memberkati
orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Lukas 9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      
Pengantar singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah
selama 7 Minggu ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan
agar kita diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus
yang telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan
kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu
teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat diarahkan
untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian, dan kemenangan
Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan perayaan Rabu abu (tradisi
RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari Minggu sebelum Jumat Agung.
Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni ketika Yesus memasuki Yerusalem
dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan Dia sebagai Kristus. Hari Kamis
berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada perayaan perjamuan Yesus dan murid-
muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi
gereja RK).
Minggu sengsara atau periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325
dalam konsili di Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar
orang Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang belum
Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada saat paskah.
(tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari sarung dan tetap terpisah
dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan kembali dengan komunitas Kristen pada
kamis putih). Pada tahun 600 an Paus Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya,
yakni dengan praktek memerciki para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi
nama Rabu Abu. Di Gereja kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7
Minggu tanpa mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya,  tetapi tetap memberi makna
kepadanya sebagai waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan
sengsara atau pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Minggu saat ini, Firman Tuhan yang  menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah
peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa disebut dengan
istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan metamorpho-omai, yakni
mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus
Kristus mengalami perubahan penampakan wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi.
Transfigurasi itu kemudian diyakini sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan
spiritual orang-orang beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di
puncak gunung tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa
transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi tersebut, Yesus
berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain dan tidak bukan adalah
mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan tentangNya di Yerusalem.
Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus Kristus saat itu, berkata kepada
Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang
tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah
bahwa Petrus tidak tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh
merasakan kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang
samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung pengalaman rohani bersama Yesus
Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak mungkin terlupakan oleh mereka. mereka
berbahagia di sana, bahkan Petruspun menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia
ternyata masih memikirkan Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di
padang gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus
Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan
Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya
sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang
selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah tersebut,
yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk terjadi dan dialami
Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan
kawan-kawannya di puncak gunung tersebut oleh karena menikmati dan mangalami
kemuliaan Illahi ternyata adalah kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian
merasa takut tatkala awan gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya
merupakan kritik iman bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung
kebahagiaan karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di
konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar setiap
orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu tidaklah situasional
atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi kehidupan ini, berada di dalam
kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen iman.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus, yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan
kawan-kawannya sesunguhnya adalah peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam
hidup setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus
dan mesti menjadi prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula
diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk pengorbanan
melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di peristiwa transfigurasi
tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa kemuliaanNya
akan menjadi nyata dan sempurna ketika segala  kehendak Allah digenapiNya, termasuk
dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai memasuki minggu-
minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal, yakni bahwa kesengsaraan
orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan Allah. Yang kedua. Bahwa
wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang percaya kepada kebahagiaan.
Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah memancarkan kemuliaan Allah kepada
dunia ini, melalui identitas diri, perilaku hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun
dalam bingkai pengalaman sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan
bahwa sebagai manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar
kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan,
menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di hadapan
Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah menerima
keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan,
kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus bertanding dalam pertandingan iman yang
benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang ke 414 tahun di minggu sengsara saat
ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia
diingatkan bahwa melalui peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah
menunjukkan kemuliaanNya. Ulang tahun GPI ini ditetapkan  (Selasa, 27-2-1605) karena
pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan menggunakan tata ibadah
gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia. Pada saat itulah pula kemuliaan Allah
disaksikan dan dilihat di Nusantara melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi
pengalaman orang-orang protestan. Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa
pudar dan hilang jikalau kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka
kalaupun kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah
kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap keadilan, oleh
karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran dan kelembutan kita
menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka kita mesti ingat bahwa di
sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara. Selanjutnya kita akan tetap berada di
kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan.
Allah di dalam Yesus Kristus setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh
bersyukur di benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun
akan tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama
menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan, Gereja
Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya yang tidak takluk
kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah
melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa
yang kekal! Amin

Bacaan Alkitab: Amsal 4: 23


“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan”

Saudara-saudara, Fans Bastian Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
            Berbicara mengenai hati, sesungguhnya bukanlah perkara mudah apalagi kalau kita
tidak menggunakan hari dan tidak dengan perhatian. Mengapa berbicara hati bukan perkara
mudah? Karena jujur harus kita akui bahwa benar orang bijak berkata, dalamnya laut dapat
diukur, dalam hati siapa yang tahu. Pernyataan ini mau menegaskan bahwa berbicara
tentang “hati” sungguhlah tidak mudah karena isi hati adalah hal yang paling privasi bagi
setiap orang. Bentuk organ Hati kemudian menjadi symbol yang dipakai melambangkan
Cinta (love). Symbol ini sangat tidak asing bagi kita sekalian, karena sekarang telah ada
melekat di program gadget kita sebagai bentuk emotion yang mengartikan tanda cinta.
Berbagai bentuk suasana hati juga menjadi biasa digambarkan dengan lambing hati apakah
terbelah, hancur dan bernoda dan lain sebagainya. Yang pasti hati sangat sentral dalam
hidup manusia.
Saudara-saudara, Fans Bastian Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Dalam kehidupannya, Orang Ibrani berpikir dan berbicara tentang keseluruhan
manusia dengan segala sifatnya, jasmani, intelek dan jiwa sebagai satu kesatuan: mereka
tidak menganalisisnya dalam komponen-komponen terpisah. Semuanya yang terdapat di
dalam diri setiap orang merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Pusat dari semuanya itu adalah hati, (lev atau Leva (Bah. Ibrani). Lev atau
leva dalam terjemahannya adalah “pusat atau Rahim, atau kemudian disebut dengan
jantung kehidupan. Lev atau hati inilah yang diyakini memerintah semua tindakan
seseorang. Maka jika penulis Amsal memberikan nasihat bijaksana untuk menjaga hati dari
segala kewaspadaan, nasihat bijak ini sesungguhnya hendak menegaskan bahwa hatilah
yang paling rentan untuk diserang oleh musuh, dan hatilah yang menjadi kunci kehidupan
seseorang. Jika hati tersakiti, ternodai, dan hati dihancurkan, maka seluruh kehidupan akan
tersakiti dan dapat hancur binasa. Kondisi hati menjadi factor utama kokoh tidaknya
seseorang berdiri menghadapi kehidupan ini. Demikian juga sesungguhnya hidup
persekutuan rumah tangga, dalam hal ini suami dan isteri. Hatilah yang menjadi penentu
berhasil tidaknya perjalanan hidup ini ke depan.
Saudara-saudara, Fans Bastian Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
            Bertekadnya seorang laki-laki dan perempuan untuk menempuh hidup berumah
tangga menjadi suami-istri, selalu diakui karena terjadinya perjumpaan dua hati dan
kemudian menyatu. Dua hati menjadi satu, adalah konsep pernikahan Kristen yang
sesungguhnya. Karena pernikahan didasarkan dan berhubungan erat dengan hati, maka
sesungguhnya apa yang menjadi nasihat Firman Tuhan saat ini harus dipegang teguh.
Diperhadapkan dengan yang namanya hati, sesungguhnya begitu banyak hal yang mesti
diperjuangkan untuk menjaganya dengan segala kewaspadaan. Beberapa ancaman yang
diperhadapkan kepada hati, antara lain: Tawar hati, berat hati, mendua hati, iri hati, sakit
hati, tinggi hati, hati yang luka, makan hati dan lain sebagainya. Semua istilah-istilah ini
menunjuk pada kompleksitasnya hati. Firman Tuhan saat ini menegaskan bahwa dari hatilah
terpancar segala kehidupan. Pernyataan ini harus dipahami bahwa hati sangatlah
menempati posisi terpenting dalam hidup ini, termasuk dalam kehidupan berumah tangga.
Fans dan jein mengaku bahwa hati mereka dirasa cocok selama ini, ini berarti telah terjadi
perjumpaan hati keduanya, maka saat ini kedua hati tersebut akan menjadi satu. Itu berarti
kalian berdua akan berurusan pada dua hati yang berbeda tetapi harus bersatu dalam
kehidupan berumah tangga. Maka jagalah hatimu masing-masing dengan segala
kewaspadaan, artinya dengan segenap kemampuan kalian, karena hati kalian berdualah
yang sangat menentukan kehidupan rumah tangga kalian ke depan.
Saudara-saudara, Fans Bastian Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
            Seperti yang dikatakan di atas, hati merupakan sasaran empuk dari setiap cobaan
dan tantangan hidup ke depan. Sukses tidaknya rumah tangga sangat dipengaruhi
kemampuan kita mengelola hati kita masing-masing. Merendahkan hati, menjaga kesucian
hati, memelihara hatitetap bersih menjadi bentuk kewaspadaan yang mesti dimiliki oleh
setiap orang demi terciptanya jaminan kelangsungan kehidupan. Orang yang merendahkan
hatinya dijanjikan Tuhan Allah akan senantiasa ditinggikan, orang yang suci hatinya akan
melihat Allah, dan orang yang bersih hatinya adalah orang yang akan menikmati kasih
karunia Allah. Ketika memulai hidup berumah tangga saat ini, ingatlah selalu Firman Tuhan
ini, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Tuhan memberkati. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3: 18
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung.
Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah
menjadi serupa dengan Gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”

Hidup Sebagai Sebagai I Mago Dei


Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Istilah I Mago Dei dalam teologi Kristen sesungguhnya menunjuk pada hakekat manusia
sebagai ciptaan Allah. “Istilah Ibrani: Tselem atau Demuth” selaras dengan istilah Latin yakni
I Mago Dei: Gambar/rupa Allah. Ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta
isinya, Dia menciptakan dengan hanya berfirmna. Tetapi tatkala Dia menciptakan manusia,
Tuhan Allah harus membentuknya dengan Tangan-Nya sendiri, saat itu manusia diciptakan
serupa dan segambar dengan-Nya, yang berarti manusia diciptakan berdasarkan gambar
atau rupa Allah. Dalam hal ini, manusia adalah ciptaan yang unik dan khas dari seluruh
ciptaan Tuhan. Bukan sekedar gambar atau rupa, tetapi manusia juga diciptakan dengan
diberi akal budi. Manusia adalah citra Allah, yang kemudian diberikan tugas untuk
mewujudkan cinta Allah. Gambar atau rupa atau citra Allah itu kemudian telah sirna dan
pudar sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Gambar itu telah rusak, citra Allah itu kemudian
lenyap dalam diri manusia. Kehilangan akan gambar/rupa/citra Allah tersebut berakibat pada
hilangnya kemampuan manusia untuk hidup merdeka dan menang atas kuasa dosa.
Manusia bahkan dikuasai citra yang bertentangan dengan citra Allah. Kebenaran, kebaikan
dan segala hal yang berkenan di hadapan Tuhan Allah tak lagi dapat ditunjukkan manusia,
baik dengan perjumpaannya dengan sesamanya manusia, maupun dengan sesama ciptaan
lainnya. Semua seakan menjadi musuh untuk ditaklukkan.
Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Upaya untuk merekontruksi kembali rupa/gambar/citra Allah dalam diri manusia
sesungguhnya terus menerus dilakukan Tuhan Allah dengan berbagai cara, terutama
dengan mengutus nabi-nabi-Nya. Tetapi segala upaya ini tidak berhasil mengembalikan
manusia kepada citranya semula. Maka Allah sendiri melalui Yesus Kristus turun secara
langsung mengembalikan kodrat manusia. Di dalam Yesus Kristus, berdiamlah segala
kepenuhan Allah. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus manusia yang percaya
kepada-Nya dikembalikan citra dan rupa atau gambarnya semula, yakni gambar dan rupa
Allah. Segambar dan serupa dengan Allah berarti kita mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Manusia kemudian menjadi makhluk yang mulia karena kemuliaan tersebut datang dari
Tuhan yang adalah Roh. Identitas kita sebagai yang serupa dan segambar dengan Tuhan
Allah telah terjadi melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Maka kebangkitan
Kristus bagi kita sekarang ini adalah peristiwa di mana kemuliaan Tuhan dikaruniakan
kepada kita. Rupa/gambar/citra Allah melalui kebangkitan Kristus kini dikembalikan lagi
kepada kita. Maka kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang memberikan kembali
kemuliaan kepada kita oleh Roh-Nya. Kita telah diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya
dalam kemuliaan yang semakin besar. Ini adalah identitas kita sekarang. Jadi kita bukan
sekedar orang yang dibangkitkan melalui kebangkitan Kristus, tetapi lebih dari itu,
kebangkitan Kristus tersebut telah menjadi pintu masuk diberikannya kemuliaan bagi bagi
kita. Jadi, sangatlah disesalkan apabila sebagi pemuda Kristen, kita lupa bahwa kita adalah
orang-orang yang memiliki kemuliaan dari Allah melalui Roh-Nya. Sebagai makhluk mulia
seharusnya totalitas hidup kita adalah hidup yang memancarkan kemuliaan Tuhan Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Karena kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan ini, maka penting
bagi kita untuk kembali merenungkan segala aktivitas kehidupan kita. Sudahkah kita benar-
benar mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam hidup kita selama ini? Menjawab pertanyaan
ini, maka kita harus mengetahui dan menyadari bahwa hidup yang mencerminkan
kemuliaan Tuhan Allah adalah hidup yang konsisten dalam kehidupan yang berbuah dalam
Roh Allah. Galatia 5:22 buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Orang yang di
dalam dirinya dan melalui dirinya Nampak buah-buah Roh inilah orang yang benar-benar
mencerminkan kemuliaan Tuhan Allah. Orang itulah yang benar-benar menjadi gambar dan
rupa Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kalau kita telah diubah menjadi serupa dengan Gambar Allah melalui kebangkitan Kristus
Yesus, maka tuntutan iman bagi kita adalah berjuang mempertahankan identitas kita
sebagai orang-orang yang mulia oleh Tuhan Allah. Pertama-tama, kita mesti menyadari
bahwa diri kita mulia oleh Allah dan kita berharga di mata Tuhan, maka kita harus
menghargai hidup kita sendiri sebagai kehidupan yang didasari oleh kasih Karunia.
Menghargai diri berarti kita membuat hidup kita berarti dengan mengoptimalkan segala yang
ada pada kita, kita pakai untuk berguna bagi Allah melalui kehidupan kita dengan sesama.
Selanjutnya, sebagai yang serupa dengan gambar Allah, kita dituntut untuk menjadi orang-
orang yang mampu memelihara kemuliaan yang Tuhan Anugerahkan dengan cara menjaga
diri kita dari segala bentuk kecemaran dunia. Dan yang terakhir, sebagai orang-orang yang
diberi kemuliaan Tuhan, kita juga harus menunjukkan hidup yang berbuah. Hidup harus
berarti, dan hidup harus memberi arti bagi kehidupan yang lain. Amin

 
Bendrio Sibarani di 21.55
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web


MENGENAI SAYA

Bendrio Sibarani
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Duka
bendrio sibarani
 Beranda ▼
MINGGU, 29 SEPTEMBER 2019

Khotbah Penghiburan kematian

Bacaan Alkitab: Daniel 6: 17- 23

Keluarga Wowor-Makaenas, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Kisah hidup dan perjuangan iman Daniel adalah kisah dan perjuangan iman yang penuh
dengan karya Tuhan Allah. Hampir semua kisah-kisah hidup Nabi Daniel tenar di kalangan
orang-orang percaya. Karena melalui kisah-kisah hidup tersebut terdapat begitu banyak
pembelajaran iman, begitu banyak motivasi untuk terus hidup dalam kesetiaan, demikian
juga memotivasi orang-orang percaya untuk hidup senantiasa dalam pengharapan,
penyerahan diri secara total kepada Tuhan Allah.

Demikian pulalah dalam bacaan Alkitab saat ini, bahwa pengalam Daniel di Dalam Gua
singa adalah kisah yang tidak asing bagi kita. Melalui kisah inipun begitu banyak makna
yang dapat ditemukan oleh setiap orang percaya.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Hukuman mati terhadap Daniel melalui cara memasukkan dia ke dalam gua singa
sesungguhnya adalah pengalaman hidup yang sungguh menyakitkan. Sebab hukuman ini
dijatuhkan kepada Daniel oleh hasutan para petinggi kerajaan yang iri hati kepada Daniel
atas segala capaian hidupnya. Karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Daniel, maka
tidak ada pula alasan bagi para saingannya untuk menjatuhkan dia. Maka kemudian, Daniel
difitnah, dihakimi dan dihukum bersalah karena kesetiaannya menyembah Tuhannya.
Danielpun dimasukkan ke dalam gua singa yang dihuni singa-singa yang buas dan lapar.
Raja Darius yang berkuasa saat itupun harus tunduk kepada produk hukum yang ada,
walaupun sesungguhnya dia tidak rela melakukannya. “Allahmu yang kausembah dengan
tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau”, inilah pernyataan raja kepada Daniel.
Ungkapan ini saudara-saudara hendak menegaskan kepada kita bahwa dikehidupan ini,
manusia, siapapun dia memiliki keterbatasan dan tidak mempunyai jaminan kekuatan untuk
dapat membebaskan seseorang dari persoalan, kemelut dan ancaman hidup. Raja Darius
yakin, bahwa walaupun posisinya sebagai raja, namun dia sadar dia ternyata tidak mampu
menyelamatkan Daniel. Maka ungkapan raja Darius ini sesungguhnya adalah ungkapan
iman. Raja Darius juga meyakini bahwa Tuhan Allah yang disembah Daniel dengan tekun itu
adalah Tuhan Allah yang berkuasa membebaskan Daniel dari kemelut dan ancaman hidup.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Benar saudara-saudara, setelah fajar menyingsing, raja Dariuspun menyaksikan kuasa


dan kasih Tuhan Allah itu dalam diri Daniel, dengan sayu ia bertanya: “Daniel hamba Allah
yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan
engkau dari singa-singa itu? Danielpun menjawab: “Ya, raja. Kekallah hidupmu. Allah yang
disembah Daniel, telah mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-
singa itu dan tidak mengapa-apakan Daniel. Sungguh luar biasa kesaksian ini. Bahwa Raja
Darius melihat dan menyaksikan kuasa kasih Tuhan terjadi di tengah kemustahilan hidup
manusia. Bahwa kuasa kasih Tuhan dinyatakan kepada orang yang tekun menyembah Dia.
Bahwa kesetiaan beriman dan ketekunan menyembah Tuhan Allah tidak pernah sia-sia dan
mengecewakan.

Kalau demikian saudara-saudara, maka pengalaman hidup Daniel di Gua singa


sesungguhnya hendak menegaskan kepada semua orang bahwa Tuhan Allah tidak pernah
membiarkan umat yang tekun menyembah-Nya binasa di tengah menghadapi kemelut dan
ancaman hidup. Tuhan Allah tidak pernah terlambat mengaruniakan pertolongan kepada
umat-Nya yang di tengah pergumulan. Tuhan Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya
binasa ditengah hidup yang benar di hadapan-Nya. Demikian pula ketika kita harus
berjumpa dengan dukacita, kita diingatkan Firman Tuhan saat ini bahwa Tuhan tidak
membiarkan kita. Itulah yang mesti diaminkan oleh kita dan juga keluarga di sini.

Allah yang kita sembah dengan tekun telah dan akan sanggup menyelamatkan kita semua
melewati segala bentuk pengalaman hidup di dunia ini. Amin

Bacaan Alkitab: Mzm. 3: 1-9


Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pergumulan yang terberat yang dihadapi setiap orang dalam kehidupan ini ialah
pergumulan yang datangnya dari dalam kehidupan kita sendiri. Pengalaman hidup seperti ini
terjadi dalam kehidupan Daud ketika dia telah melewati begitu banyak pergumulan hingga
dia duduk di takhtanya sebagai raja. Ternyata duduk di takhta sebagai raja, tidak menjadi
jaminan bagi Daud untuk lepas dari tantangan dan pergumulan. Tantangan hidup ini datang
dari anaknya sendiri yang berusaha mengkudeta dirinya sebagai raja. Tentu peristiwa ini
sangat menyakitkan hati Daud sebagai orangtua, sebab ternyata upaya yang dilakukan
Absalom anaknya itu didukung oleh banyak orang yang beranggapan bahwa Daud tidak
akan ditolong Allah. Peristiwa ini tentu sangatlah membuat Daud berdukacita dan memikul
beban hidup yang berat. Jika ditelusuri ke belakang ke perjalanan hidup Daud, maka
sesungguhnya pengalaman ini mungkin saja akan membuat Daud menyerah pada keadaan
hidup, sebab dari sejak masa mudanya, Daud tidak pernah betul-betul terbebas dari
berbagai bentuk kemelut dan pergumulan hidup yang mendukakan.
Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Menghadapi kemelut hidup yang mendukakan ini, ternyata Daud, tetap konsisten pada
pengakuan dan imannya bahwa Tuhan adalah perisai yang melindungi dia dan Tuhan
adalah kemuliaannya yang mengangkat kepalanya. Pengakuan dan iman Daud ini, sungguh
diwujudnyatakannya melalui tindakannya berseru kepada Tuhan Allah. “Berseru” di sini,
tidaklah sekedar mengeluarkan suara tanpa disertai iman dan pengharapan dan tindakan.
Daud berseru kepada Tuhan, melalui segenap kehidupannya yang beserah kepada Tuhan
Allah. dan memang benar, Daud bersaksi bahwa kendatipun dalam kemelut hidup yang
berat, Daud ternyata dapat membaringkan diri tidur lalu bangun semata-mata oleh karena
Tuhan Allah menopangnya. Kesaksian Daud ini, sesungguhnya adalah kesaksian yang
hendak menegaskan kepada setiap umat Tuhan bahwa setiap orang yang percaya kepada
Tuhan, harus mengimani bahwa Tuhan itu adalah perisai bagi umatNya sehingga terlindungi
dari setiap tantangan dan kemelut hidup. Tuhan itu adalah kemuliaan yang mengangkat
kepala setiap umatnya untuk berdiri tegak memandang kehidupan ini ke depan. Tuhan
menjawab seruan orang yang beriman dan yang berharap kepada-Nya, sebagaimana yang
terjadi dan dialami Daud. Dari Tuhanlah pertolongan. Demikian juga berkat atas umat-Nya.
Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Jika pergumulan hidup terjadi dalam hidup keluarga yang datangnya dari peristiwa
kematian orang yang dikasihi dan mengasihi keluarga, suami, ayah, opa Alm. Piet Hein
Wowor 3 hari yang silam sesungguhnya ini adalah peristiwa yang tidak mudah diterima,
tetapi tidak bisa tidak, kita semua harus mengaminkan bahwa Tuhan Allah telah mengatur
segalanya. Karena peristiwa tersebut ada dalam kedaulatan Tuhan Allah, maka
sesungguhnya Tuhanlah pula yang menjadi perisai bagi keluarga sehingga terlindung dari
dukacita yang tak berpengharapan, Tuhan pulalah yang mengangkat kepala kita semua,
demikian juga keluarga sehingga kita niscaya dapat mengangkat kepala, beroleh kuat dan
pengharapan untuk kemudian menatap kehidupan ini ke depan sebagaimana yang Tuhan
kehendaki untuk dijalani. Setiap orang yang dilindungi dan ditolong Tuhan Allah akan dapat
kembali menikmati hidup ini dengan nyaman dan tentram kendatipun begitu banyak
tantangan hidup yang harus dihadapi. Daud dapat melewati segenap kemelut hidup
termasuk yang sangat mendukakan hidupnya sekalipun hanya karena dia sungguh-sungguh
menempatkan Tuhannya sebagai sumber pertolongannya dan sumber berkat baginya.
Dengan berseru kepada Tuhan, Daud menikmati kekuatan.
Saudara-saudara, merenungkan Firman Tuhan saat ini, maka sesungguhnya peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan ini harus diaminkan sebagai peristiwa di mana Tuhan yang
berkarya. Oleh karena itu tetaplah jadikan Tuhan sebagai pertolongan dan berkat, sebab
hanya dengan demikianlah kita benar-benar akan dimampukan untuk menerima segala
bentuk dukacita di dalam hidup ini dan dapat menghadapinya serta melewatinya. Berserulah
kepada Tuhan bukan sekedar kata-kata, tetapi dengan penyerahan diri secara total. Dia
niscaya menolong dan memberi kelegaan. Terpujilah Tuhan Amin
Bacaan Alkitab: Yesaya 54:8-10

Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus  Kristus,

            Pasal 54 kitab Yesaya ini dapat disimpulkan sebagai upaya Tuhan Allah yang melakukan
pembaharuan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Perjanjian Allah dengan umat-Nya sesungguhnya
memiliki perbedaan yang sangat prinsipil dengan perjanjian-perjanjian yang lazim kita ikat dengan
sesama. Jika perjanjian biasanya terikat oleh karena adanya kesepakatan dua atau lebih pihak yang
lahir atau diinisiasi oleh kedua belah pihak atau lebih yang berjanji, maka perjanjian Tuhan Allah
dengan umat-Nya sesungguhnya lahir atau semata-mata adalah atas inisiatif Tuhan Allah. Dia
memilih umat bagi-Nya, mengudukan mereka dan menjadikan mereka umat kepunyaan-Nya dan Dia
menjadi Allah mereka. Inilah dasar perjanjian Tuhan Allah dengan umat-Nya. Kemudian, sebagai
umat kepunyaan Allah, bangsa Israel hidup di dalam perjanjian dan sekaligus dengan itu hidup hanya
berdasarkan janji-janji Allah. Di sepanjang sejarah peradaban dunia ini, Alkitab mencatat, bahwa
Tuhan Allah selalu dan selalu membaharui perjanjian-Nya dengan umat-Nya. hal itu terjadi bukan
karena Allah lalai atau ingkar pada janji-Nya, tetapi semata-mata karena kegagalan umat-Nya untuk
hidup dalam kesetiaan sebagai umat perjanjian. Berulangkali Allah menjadi murka atas ulah umat-
Nya yang tidak taat dan tidak setia kepada-Nya. Tetapi ternyata Kasih Allah itu lebih besar dari
murka-Nya, maka itulah kemudian yang melatarbelakang setiap pembaharuan janji, yakni karena
kasih-Nya.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

             Konteks Yesaya menyampaikan firman ini adalah konteks kehidupan paskah malapetaka.
Umat Israel setelah 70 tahun dibuang di Babel, kini mereka dibawa pulang. Tetapi keadaan hidup
bangsa ini sungguh memprihatinkan dan memilukan, mereka kehilangan regenerasi, jumlah
keturunan mereka sangat sedikit, sebagaimana ayat 1 memberi keterangan bahwa perempuan-
perempuan mereka banyak yang mandul. Jumlah mereka yang sangat berkurang tidak sebanding
dengan wilayah yang harus mereka bangun. Pemulihan terjadi di kehidupan bangsa Israel dari Tuhan
Allah. melalui nabi Yesaya, Allah mengakui tindakan-Nya dalam murka yang meluap yang
menyembunyikan wajah-Nya, tetapi tindakan Allah ini hanya sesaat lamanya. Sebaliknya dalam kasih
setia abadi Dia senantiasa mengasihi umat-Nya, Dia adalah Penebus umat-Nya. Allah
menggambarkan kehidupan bangsa Israel kala itu seperti zaman Nuh, Allah bersumpah bahwa air
bah tidak akan meliputi bumi lagi. Demikianlah isi perjanjian yang dibaharui kepada bangsa Israel.
Bahwa mereka tidak dihardik oleh Tuhan lagi, melainkan akan dipulihkan.

Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

                        Walaupun konteks kita berbeda dengan kontek bangsa Israel di zaman Yesaya, akan tetapi
Firman Tuhan saat ini, sungguhlah relevan dengan konteks hidup yang terjadi dan kita alami. Pasca
tragedi, bencana alam yang diakibatkan peristiwa alam yang dahsyat tahun lalu, telah membuat
kehidupan kita berubah. Trauma menghantui kita begitu lama, keengganan kita untuk beranjak
dalam upaya dan usaha ke depan, keragu-raguan kita memutuskan banyak hal di kehidupan ini,
menjadi pengalaman hidup mewarnai hidup ini. Peristiwa yang menakutkan setahun yang silam,
sungguhlah akan menjadi pengalaman  hidup yang akan selalu mewarnai langkah hidup kita ke
depan. Firman Tuhan saat ini berkata dan ditujukan pula kepada kita, karena kita adalah juga umat
perjanjian, kita telas ditebus, kita telah dikuduskan, kita telah lunas dibayar dan kita telah diangkat
menjadi anak-anak Allah, maka sifat Tuhan Allah itu harus sungguh terpatri di dalam hidup
kita, yakni bahwa kasih setia Tuhan itu adalah abadi. Kepada kitapun perjanjian Allah juga
dibaharui. Bilapun gunung-gunung beranjak, bukit-bukit bergoyang, Kasih setia-Nya tidak akan
beranjak dari kita umat-Nya. dan perjanjian damai-Nya tidak akan bergoyang. Artinya ialah bahwa
kasih setia dan perjanjian damai Tuhan kepada umat-Nya tidaklah akan pernah dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi apapun. Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin

Bendrio Sibarani di 23.54
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Kolom
bendrio sibarani
 Beranda ▼
SELASA, 24 SEPTEMBER 2019

Khotbah Rumah Tangga Kristen

Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14

Jehova Jireh

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela apabila anak
sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu
untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita
telah dicuci layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan
kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh
berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep
keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek
biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang
yang bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari
peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya,
akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang
menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada
Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang
diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia
benar disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan
yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati
dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan
Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak
benar?

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dalam kesaksian Alkitab saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan
atau memberi komentar tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita
ketahui adalah bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan
perintahkan kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji.
Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya
satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun menanggapi
perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal dihidupnya sebagai
pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi apa yang dikehendaki
Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan
disampaikan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di
sebuah gunung di tanah Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan
dan tanpa pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang
Tuhan perintahkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang domba yang hendak mereka


persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar
biasa, bahwa Allah akan menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang
membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula
jawaban ini merupakan jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah
jawaban yang benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan
menyediakan sendiri korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan
Allah itu dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa
Abraham ternyata sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk
menguji iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran
anak tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan
korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian


Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan
anak kita sendiri sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini
hendak mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak
meminta yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling
berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan
bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak
murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya
melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa ukuran iman
seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan tersebut kemudian
nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan
Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-
nimbang, ia melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian
yang mungkin lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini,
kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya.
Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga
mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan sebagai
refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu mempersembahkan yang paling
berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang
paling berharga bagi setiap orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di
zaman ini. Tidak sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya
kemudian, waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari
dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat
sekarang ini. Terpujilah Tuhan.

       Tuhan memberkati kita amin.               

Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini
sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada
Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para
ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri
kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan
rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki
wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas
kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat
menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan
sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang
dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya
berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri
Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh
mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga
Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang
dilakukan Yesus Kristus.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai


dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang
narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada
rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu
oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena
adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh
perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di
tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan
Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus
tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan
utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini.
Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah
putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus
Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan
kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah
yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang
tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses
hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban
atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus
Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun
harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala
hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam
kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk
direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam
hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai
oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah
dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai
memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki.
Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga
menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya
menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus
tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita
sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani
bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang
percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan
pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa
dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi
Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk
menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan
segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah
bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang
bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        

Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40

Siap Sedia Selalu

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Pinggang dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-
orang Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka
membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman.
Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada di
tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian menjadi
symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka dalam
beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki
pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah
maupun ketika mereka bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap
orang Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala
juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni
malam hari.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Ikat pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan
penagajaran-Nya menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan
Tuhannya. Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta
perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut mesti siap
sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi, pesta perkawinan
adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta dapat berlangsung lama
dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para tamu undangan telah kembali.
Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya bagaikan kedatangan seorang tuan
yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan pastilah akan bersukacita dan senang,
apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap sedia menyambut kedatangannya kapanpun
waktunya. Berbahagialah hamba yang berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Berbicara kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan


hadir di tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap
orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang
menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias
siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya
menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam
kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala
menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan datang
ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan lengkap,
bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti ketika Dia
datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya
kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang
terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita
tidak mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam
hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang
layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah
kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya
memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia. 
Saudara-saudara, dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-
Nya di dalam hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya,
dan taat serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka
demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan, ketaatan
dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah menjadi prinsip
hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya kesiap sediaan akan terus
terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang,
kedatangan-Nya adalah sukacita dan kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah
menanti Dia dengan kesiap sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita
benar-benar layak menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka
saat itulah Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah siap
sedia senantiasa menyambut Dia. Amin

               Amin

Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1

IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap


agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan.
Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan
kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk
memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat
dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya
untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya.
Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam
kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada
umat.

            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan


persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen,
persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah
lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda
terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika
persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan
memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami
apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu
hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya
hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan
berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi
Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana
“persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada
Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa
persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus
dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam
hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga
kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya
bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar
berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu
berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan,
atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur
dalam liturgi ibadah.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang


persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus
hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri
secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah.
Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah.
Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh
karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita
bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan)
hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada
Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita
berkarya. Amin

Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19

       Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


       Kita pasti pernah mendengar ucapan yang berkata “manusia tidak pernah ada
puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki
segala hal dalam hidupnya, tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa
cukup. Memang tidak ada tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana
itu cukup atau banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap
yang merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari
nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur merupakan
kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau melihat hidup orang
yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh seorang Raja Uzia, yakni seorang raja
yang diangkat di masa mudanya ketika berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25
tahun. Semula di awal pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang
benar di hadapan Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan
yang dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya
digapainya, ia menjadi merobah.

Sikapnya, terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia
menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak lagi menghormati
kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas wewenangnya, ia
merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual suci di Bait Allah, dengan
membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Ritual ini, menurut peraturan
Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang dikuduskan
untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam. Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa,
dirinya hebat dan tidak ada lagi yang dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi
rendah hati. Walaupun telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli.
Keberhasilannya dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja
Uzia tidak lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami
hal yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya
kepada Tuhan Allah, untuk tidak menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba
pada puncak kejayaan. Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti
sadar bahwa ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan
Allah. Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal
yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun keberhasilan
yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah hati harus tetap menjadi
prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus
kehilangan semuanya karena sikapnya yang berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di
hadapan Tuhan Allah. Penyakit kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi
keagamaan umat Israel menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan
dan kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang seperti
Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha untuk
menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan
bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius 23:12).
Marilah senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan
Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan
senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap
orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput dari
hukuman (Amsal 16:5).

Percayalah saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah


sikap hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena
Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..

Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus,

       Kisah hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan
pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa dengan
tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia mengerti seringkali
membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya, ditambah lagi perasaan takut
karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub
memiliki pengalaman iman yang sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di
bumi ada didirikan tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-
malaikat turun naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan
Yakub bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik
kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah
banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi berkat.

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya
berdiam. Maka dari pengalaman iman ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk
memberikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana
dia berbaring, dengan tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah
kemudian Nama yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir
nazar dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa
dengan Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah
terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan hidup dalam
upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji bahwa Yakub akan
dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan kehidupan serta
keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.

Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Walaupun kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda
tanya karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji dan
jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih Tuhan Allah.
Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami oleh Yakub dalam
perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon dengan baik oleh Yakub,
yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan, Yakub memuliakan Tuhan, Yakun
mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan. Semua yang dilakukan Yakub semata-
mata adalah buah dari apa yang telah diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya:
diberkati, disertai, dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.

Saudara-saudara, jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita,
sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun anak-
anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah senantiasa
berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Bahwa setiap kita
adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di dunia ini. Maka kita
ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan di kehidupan kita supaya lahir
respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan Allah.

Janji Tuhan kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang
percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin
 Markus 6: 45- 52

Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan

Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus


            Cerita tentang Yesus berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang
hendak menunjukkan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini
mengandung makna yang amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka
mengarungi kehidupan di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju
seberang danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang
menerpa perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin
sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang
berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya
tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh luar
biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat ketakutan karena mengira
Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki
perahu tersebut mendapatkan murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan
teduh.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus

            Seperti yang dikatakan tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar
mujizat melulu, melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus
Tuhan mampu dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan
gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih bergantinya
badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali berjumpa dengan badai.
Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang dialami murid-murid Yesus.
Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada
berbagai tantangan dan hambatan. Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita
harus percaya bahwa selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan.
Lihat, bahwa tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun
hadir dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.

Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat bacaan kita saat ini, kita
dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita terancam bahaya, baik karena pergumulan
berat maupun karena diperhadapkan pada masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara-
Nya sendiri. Kita tak’an mampu menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak
menolong umat- Nya yang sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan
manusia. Yesus mampu berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan
meneduhkan suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan
kurang percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua
masalahpun akan selesai.
            Manusia, siapapun dia tak bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu
menghadapi berbagai bentuk proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka,
ada duka. Akan tetapi seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus
melihat bahwa kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita
miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu mengatasi
semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang, apakah kita siap dan
sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di luar akal kita?, Apakah kita
akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah sungguh-sungguh menolong kita?

                                                AMIN 

Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6


Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mazmur 23 ini merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita,
dan oelh karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur yang
berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang percaya kepada-
Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan, akan
tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan seseorang dalam menghadapi
ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat dikategorikan sebagai Mazmur yang
meyakinkan setiap orang percaya dalam melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang
diyakini sebagai pencipta Mazmur ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya
yang dulu berperan sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh
memahami dengan benar siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu
tidak sama dengan gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain
menggembalakan kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud
menggembalakan domba orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud
bukan pula pemilik pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala,
dari Daud dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud
digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini menghantar
Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai gembala baginya
dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini
dengan benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita
rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja kehendak
Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin
bahwa takkan kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai
Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya
kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya
menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput
yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah tindakan
yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik tidak sekedar
memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga diberikan suasana
hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan minum terasa nikmat
dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan sekedar kenyang dan hilang rasa
haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka sang Gembala juga akan mengaruniakan
suasana hidup yang penuh sukacita dalam menikmati pemberian atau anugerah Tuhan
Allah. apalah artinya hidup berlimpah berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah
artinya rasa haus sirna akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan
minum terjamin tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan? 
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bahwa domba pasti digiring dari satu tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita
umat Tuhan akan menjalani dan meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka
Tuhan Allah sebagai Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang
benar. Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami
bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun domba-
dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud berkata
bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa sesungguhnya dengan
Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar symbol kepemimpinan atas
domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat yang digunakan gembala
sebagaimana fungsinya. Gada  adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang
diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang digunakan
untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau senjata pemukul
oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan dapat digunakan
sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai senjata pemukul dalam
pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan binatang buas oleh gembala.
Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar domba yang sulit diarahkan. Tentu ini
sangat menyakitkan, akan tetapi dengan usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan
kumpulannya dan tidak menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala.
Tongkatpun demikian halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga
alat untuk memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan
terbiasa sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka
dengan suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan
perintah gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang
buas, tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari
jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala, baginya
itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu berarti Tuhan
Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan seringkali menghajarnya dalam
hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau dukacita. Jika Daud juga mengatakan
bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung tersebut menyediakan hidangan baginya di
hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi
musuh, Tuhan Allah tetap memelihara hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di
kepala Daud dari minyak dan piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas
dirinya, bahwa Tuhan memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang
demikian, Daud meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya
sepanjang hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang
lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah Tuhan
sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya dihidup ini.
Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak mengarahkan semua
orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai pemelihara kehidupan, yang
menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin kehidupan dengan cara Tuhan
sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan Tuhan sebagai Gembala Agung,
mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-
Nya.  Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan,
milik kepunyaanNya, mesti bertekat untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal
di kekudusan hidup, tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus
Tuhan. Amin

Bacaan Alkitab: Galatia 3:15-29


Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Salah ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan
atau ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah
diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup yang telah
dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan termasuk kita
sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus. Sehingga segala
aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh
keselamatan maupun kasih karunia atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua
yang kita lakukan dalam hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena
Tuhan Allah telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal
kepada kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan
perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh semuanya itu.
Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah berinisiatif, semata-mata oleh karena
kasih-Nya menganugerahkan keselamatan kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak
akan pernah dapat memperoleh keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui
upaya apapun. Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan,
adalah hidup berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Selanjutnya, pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya
dan apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan perintah-perintah
Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya hukum-hukum Tuhan
tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada? Dengan tegas harus
dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya anugerah keselamatan
yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam Yesus Kristus tidak hilang atau sirna.
Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah ungkapan syukur kepada Tuhan Allah. 
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang
lengkap dan jelas bagaimana kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan
janji Tuhan Allah dalam kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat
tersebut seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab
menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi gunanya bagi
kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan jemaat Tuhan di
Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat yang kuat terus
mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati dengan tujuan agar
memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian menjelaskan bahwa hukum
taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita
dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah
penuntun dan bukan pemberi keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum
taurat ada, Tuhan Allah terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh
janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham
sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita saat ini.
Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima janji Allah?
Alkitab memberikan jawaban kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak
Allah, yakni keturunan Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita
termasuk dalam keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah
dibaptis dalam Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus,
maka kita adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya adalah
orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat dibatalkan, tidak
dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu berarti apa dan bagaimanapun
pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah tidak akan pernah hilang dan usang bagi
kita. Keyakinan seperti ini harus dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Bahwa hidup ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang,
duka dan suka, sakit dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi
bukan berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak untuk kita,
maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai dengan kehendak
Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan Allah adalah syarat yang
mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan supaya janji keselamatan Tuhan berikan,
tetapi karena janji keselamatan telah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah
dianugerahkan kepada kita. Kita adalah anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya,
Bapa kita tidak akan perbah membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa
memperhatikan kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani
kehidupan ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Amin                               

Bacaan Alkitab: Matius 7:21

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam
kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan atau mengucapkan Nama Tuhan
merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan orang yang beriman. Tindakan ini
sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi,
tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari, kita mendengar atau menyaksikan seseorang
dengan mudahnya mengucapkan kata “Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu
gampangnya. Sehingga ucapan “Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut
seseorang tersebut seakan terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang
diucapkannya seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak
jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan Nama
Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan. Tuhan Yesus
ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di tengah pelayanan-Nya.
Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-
ahli taurat acapkali mempergunakan dan mangatasnamakan Tuhan dalam rangka
mendapatkan penghormatan dan pujian dari umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam
kenyataannya, mereka tidak taat pada perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti
inilah yang menghantar mereka dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan
Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

        Penegasan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar


menunjuk pada masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan
masa kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di
seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang di
dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud total. Maka yang
dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut dua dimensi kehidupan,
yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di negeri kekal setelah berakhirnya
penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini
mesti dipahami dengan benar, supaya tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan
benar. Jadi kerajaan Sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera
Allah dan tidak ada lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut
hidup keduniawian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pernyataan Tuhan Yesus sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep
beriman kepada-Nya adalah hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata
dengan tindakan nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian
kata-kata, atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa
sesungguhnya, orang yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh
damai sejahtera Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan
adalah orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak
Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah
disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara
kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai bentuk
hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus dengan satu
tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama. Maka jika dikaitkan
dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat dimengerti bahwa orang yang layak
menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang mengasihi Tuhannya dan mengasihi
sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata. Orang yang telah sampai ke titik inilah
yang akan menikmati kehidupan yang penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak
dapat dipisahkan dalam aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut
harus sesuai dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1
Yohanes 3: 18

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi
dengan perbuatan dan dalam kebenaran”

       Dengan mengasihi melalui perbuatan dan dalam kebenaran, maka niscaya kita
diperkenankan menikmati kehidupan di kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai
Sejahtera Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Bendrio Sibarani di 01.50
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web


MENGENAI SAYA

Bendrio Sibarani
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Anda mungkin juga menyukai