Anda di halaman 1dari 10

Pernikahan Menurut

Perspektif Kristiani

PAK BP/Kelas XI/Bab V/Semester Ganjil


Pengertian Pernikahan

• Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang


pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa. Demikian bunyi ketentuan Pasal 1 Undang-
Undang 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
• UU 1 tahun 1974 tentang Perkawinan memiliki
pertimbangan bahwa sesuai dengan falsafah
Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan hukum
nasional, perlu adanya Undang-undang tentang
Perkawinan yang berlaku bagi semua warga negara.
1. Pentingnya Persiapan Pernikahan
• Hidup menikah dan berkeluarga adalah salah satu pilihan
bagi orang Kristen. Meskipun demikian ada juga pilihan
lain yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu hidup tidak
menikah karena bermaksud untuk dapat lebih melayani
Tuhan dan sesama.
• Dalam konteks seperti ini, hidup tidak menikah
sesungguhnya juga suatu pilihan yang perlu kita hargai.
• Mengapa mempersiapkan suatu pernikahan kristiani itu
dianggap penting? Hal itu sangat penting terutama bagi
pasangan yang akan melangsungkan pernikahan.
• Di samping itu juga penting bagi gereja supaya citra gereja
sebagai keluarga Allah, di mana para warganya terdiri dari
keluarga-keluarga Kristen dapat dijaga, dan kehendak Allah
dapat diterapkan.
• Banyak tantangan baik dalam kehidupan pernikahan
maupun di dalam gereja yang harus dihadapi, dan sendi-
sendi pernikahan Kristen perlu dipertahankan.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam persiapan
pernikahan Kristen, antara lain sebagai berikut:
a. Pentingnya suatu pemahaman yang benar tentang
pernikahan Kristen. Pemuda dan pemudi Kristen perlu
sungguh-sungguh mengerti hakikat suatu pernikahan Kristen
sebagai lembaga yang dikuduskan Tuhan.
b. Perlunya persiapan yang memadai. Persiapan suatu
pernikahan Kristen adalah hal yang dibutuhkan oleh calon
pasangan yang akan menikah, agar mereka dapat mengalami
suatu pernikahan yang bahagia dan tercapainya keselamatan
di dalam Tuhan.
c. Secara teknis, persiapan pernikahan Kristen dapat dibagi
menjadi dua (2) bagian, yaitu persiapan jangka panjang dan
dan persiapan jangka pendek. Yang pertama, persiapan
jangka panjang, mencakup pemberian pemahaman sekaligus
bekal bagi kehidupan keluarga Kristen. Biasanya hal ini kita
sebut sebagai “Katekisasi Pernikahan. Yang kedua, persiapan
jangka pendek, mencakup persiapan teknis upacara dan
perhelatan pernikahan.
2. Hakikat Pernikahan Kristen
• Pada dasarnya tujuan hidup kita sebagai manusia adalah
untuk mencapai suatu kebahagiaan dan kesejahteraan.
• Pernikahan pada hakikatnya adalah suatu persekutuan
hidup antara laki-laki dan perempuan karena mereka
saling mencintai, dan ingin membentuk suatu kehidupan
bersama secara tetap, memiliki tujuan yang sama yakni
ingin saling membahagiakan dan kalau diperkenankan
Tuhan memiliki keturunan.
• Pernikahan yang baik adalah komitmen total dari dua
orang di hadapan Tuhan dan sesama. Pernikahan yang
baik didasarkan pada kesadaran bahwa pernikahan ini
adalah kemitraan yang mutual.
• Pernikahan yang baik juga melibatkan Tuhan secara
proaktif di dalam setiap pengambilan keputusan, sebab
pernikahan adalah sebuah rencana ilahi yang istimewa.
Dengan demikian, pernikahan seharusnya tetap dijaga
dan dipertahankan di dalam kekuatan Roh yang
mempersatukan kedua insan.
Dasar pernikahan Kristen antara lain:

a. Suatu pernikahan merupakan peraturan yang


ditetapkan oleh Tuhan. Pernikahan merupakan tata
tertib yang suci yang ditetapkan oleh Allah sejak
penciptaan manusia. Sebagaimana yang tertera dalam
Kejadian 2:24 : “. . . Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”.
b. Cinta kasih Tuhan Yesus Kristus menjadi dasar
pernikahan Kristen (band: Yoh. 15:9-17 dan Ef. 5:22-33).
Yang menjadi dasar dari kehidupan pernikahan dan
keluarga adalah cinta kasih Tuhan Yesus Kristus kepada
gereja-Nya. Suami dan istri dipanggil untuk saling
mencintai secara timbal balik, secara total dan
menyeluruh, kemauan untuk saling memberi dan
menerima.
c. Dalam pernikahan dengan perspektif
Kristen, nikah dipandang sebagai suatu
peraturan monogami. Karena
monogami merupakan suatu refeksi
dari kasih agape, yaitu kasih yang saling
melayani, tanpa pamrih dan eksklusif.
Realita dwi tunggal, suatu kebahagiaan
duniawi yang terbesar yang diberikan
Tuhan kepada kita.
Tujuan Pernikahan Kristen

• Tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan seperti yang


diangan-angankan banyak muda-mudi sebelum
menikah, melainkan pertumbuhan.
• Kebahagiaan itu justru ditemukan di tengah-tengah
perjalanan (proses) pernikahan yang dilandasi cinta
kasih Kristus. Kalau tujuan kita menikah adalah
bahagia, maka pasangan kita akan kita peralat demi
mencapai kebahagiaan itu.
• Itu sebabnya, orang yang menikah dengan tujuan
bahagia justru menjadi yang paling tidak bahagia
dalam pernikahannya. Bahkan, tujuan ini banyak
mengakibatkan perceraian, dengan alasan ia tidak
merasa bahagia dengan pasangannya.
• Untuk itu, mari kita pahami tujuan pernikahan Kristen
yang akan menguatkan tiang pernikahan kita.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan yang diharapkan adalah agar suami istri
dapat melayani Allah dan menjadi saluran berkat bagi
sesamanya. Agar pernikahan itu bertumbuh, maka ada
dua syarat yang harus dimiliki setiap pasangan.

a. Masing-masing sudah menerima pengampunan


Kristus, sehingga mampu saling mengampuni selama
berada dalam rumah tangga, yang masing-masing
penghuninya bukanlah orang yang sempurna. Usaha diri
sendiri pasti akan gagal.

b. Kemampuan beradaptasi, artinya masing-masing tidak


memaksa atau menuntut pasangannya, sebaliknya
mampu saling memahami dan memberi. Masing-masing
menjalankan peran dengan baik, serta mampu menerima
kelemahan dan kekurangan pasangannya.
2. Menciptakan Masyarakat Baru Milik Allah
• John Stott mengatakan bahwa pernikahan dibentuk
Allah dengan tujuan untuk menciptakan satu
masyarakat baru milik Allah ("God's new society") --
satu masyarakat tebusan yang dapat menjadi berkat
dan membawa kesejahteraan bagi sesamanya.
• Wadah yang Allah pilih sebagai sarana
menyejahterakan manusia tebusan-Nya di dunia ini
adalah keluarga. Rencana ini telah Allah tetapkan jauh
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Untuk itu,
Allah pertama-tama memilih keluarga Abraham, Ishak,
Yakub, dan seterusnya sampai akhirnya dalam
keluarga Yusuf dan Maria yang melahirkan Yesus.
• Demikianlah sampai hari ini, rencana Tuhan bagi
setiap pasangan Kristen adalah agar pasangan itu
menghasilkan anak-anak perjanjian (anak-anak Tuhan)
yang memunyai tanggung jawab untuk merawat dan
mengurus bumi ciptaan-Nya ini.[9] (Kejadian 1:26,28)

(https://c3i.sabda.org/tujuan_dan_hakikat_pernikahan_kristiani)

Anda mungkin juga menyukai