Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DAN BUDI PEKERTI


KELAS XII














Pater John Lewar, SVD


SMK KATOLIK ST. YOSEF NENUK
2022-2023

1
.
BAB I
PANGGILAN HIDUP SEBAGAI UMAT ALLAHi Sebagai
Pendidik

A.Panggilan Hidup Berkeluarga


1. Ajaran Gereja
1.1. Arti dan Makna Keluarga
Keluarga adalah Sekolah Kemanusiaan yang kaya. Akan tetapi
supaya kehidupan dan perutusan keluarga dapat mencapai
kepenuhan, dituntut komunikasi batin yang baik, yang ikhlas
dalam pendidikan anak. Kehadiran ayah yang aktif sangat
menguntungkan pembinaan anak-anak, perawatan ibu di rumah
juga dibutuhkan anak-anak dan seterusnya. (GS.52)
1.2. Tugas dan tanggung jawab seorang suami/bapak
1). Suami Sebagai Kepala Keluarga
Sebagai kepala keluarga suami harus bisa memberi nafkah lahir-
batin kepada istri dan keluarganya. Mencari nafkah adalah salah
satu tugas pokok seorang suami, sedapatnya tidak terlalu
dibebankan kepada isteri dan anak-anak. Untuk menjamin
nafkah ini sang suami hendaknya berusaha memiliki pekerjaan.
b). Suami Sebagai Partner Istri
Perkawinan modern menuntut pola hidup partnership. Suami
hendaknya menjadi mitra dari istrinya. Pada masa sekarang ini
banyak wanita yang menjadi wanita karier. Kalau istri adalah
wanita karier, maka perlulah suami menjadi pendamping,
penyokong dan pemberi semangat baginya.
Dalam kehidupan rumah tangga istri pasti mempunyai banyak
tugas dan pekerjaan. Janganlah membiarkan dia sendiri yang
2
melakukannya, hanya karena sudah mempunyai pembagian
tugas yang jelas dalam rumah tangga. Banyak istri yang merasa
tertekan, merasa tidak diperhatikan lagi, karena apa saja yang
dibuatnya tak pernah masuk dalam wilayah perhatian suaminya.
c). Suami Sebagai Pendidik
Orang sering berpikir dan melemparkan tugas mendidik anakanak
pada istri/ibu, padahal anak-anak tetap memerlukan sosok ayah
dalam pertumbuhan diri dan pribadi mereka. Sosok ayah tak
tergantikan.

1.3. Tugas dan tanggung jawab seorang istri/ibu


a). Istri sebagai hati dalam keluarga
Suami adalah kepala keluarga, maka isteri adalah ibu keluarga
yang berperan sebagai hati dalam keluarga. Sebagai hati, istri
menciptakan suasana kasih sayang, ketenteraman, keindahan, dan
keharmonisan dalam keluarga.
b). Istri sebagai mitra dari suami
Sebagai mitra, istri dapat membantu suami dalam tugas dan
kariernya. Bantuan yang dimaksudkan di sini, seperti memberi
sumbang saran dan dukungan moril hal yang pertama lebih
bersifat rasional dan yang kedua lebih bersifat afektif. Dukungan
moril yang bersifat afektif lebih berarti bagi suami.
c). Istri sebagai pendidik
Istri/Ibu merupakan pendidik yang pertama dan utama dari anak-
anaknya. Hal ini berarti bahwa ibu adalah pendidik ulung. Ada
ungkapan bahwa “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”
artinya adalah kita tidak boleh berani terhadap orang tua terutama
sekali kepada ibu kita.

1.4. Kewajiban Anak-anak Terhadap Orang Tua

3
Kewajiban-kewajiban anak terhadap orang tuanya tidak statis dan
tidak selalu sama, melainkan dipengaruhi baik oleh
perkembangan maupun oleh situasi dan kondisi. Semakin hari,
anak hendaknya semakin mandiri. Orang tua makin lama makin
tua membutuhkan anak-anaknya. Beberapa hal dasar yang
menjadi kewajiban anak terhadap orangtua adalah: mengasihi
orangtua, bersikap dan berperilaku penuh syukur, serta bersikap
dan berperilaku hormat kepada orangtua.

B. Perkawinan dalam Tradisi Katolik


1. Makna Perkawinan
1.1. Perkawinan menurut Kitab Hukum Kanonik
Dalam Kan 1055 diungkapkan paham dasar tentang perkawinan
gerejawi. Di sini dikatakan antara lain tentang:
 Perkawinan sebagai perjanjian; Gagasan perkawinan sebagai
perjanjian ini bersumber pada Konsili Vatikan II (GS 48),
yang pada gilirannya menimba aspirasi dari Kitab Suci.
 Perkawinan sebagai perjanjian menunjuk segi-segi simbolik
dari hubungan antara Tuhan dan umatnya dalam Perjanjian
Lama (Yahwe dan Israel) dan Perjanjian Baru (Kristus
dengan GerejaNya). Tetapi dengan perjanjian ingin
diungkapkan pula dimensi personal dari hubungan suami-
istri, yang mulai sangat ditekankan pada abad modern ini.
 Perkawinan sebagai kebersamaan seluruh hidup dari pria dan
wanita; Kebersamaan seluruh hidup tidak hanya dilihat secara
kuantitatif (lamanya waktu) tetapi juga kualitatif
(intensitasnya). Kebersamaan seluruh hidup harus muncul
utuh dalam segala aspeknya, apalagi kalau dikaitkan dengan
cinta kasih.
 Perkawinan sebagai sakramen; Hal ini merupakan unsur
hakiki perkawinan antara dua orang yang dibaptis.
4
Perkawinan pria dan wanita menjadi tanda cinta Allah kepada
ciptaan-Nya dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya.

1.2. Perkawinan Menurut Ajaran Konsili Vatikan II


 Dalam Gaudiumet Spes, no.48 dijelaskan bahwa “perkawinan
merupakan kesatuan mesra dalam hidup dan kasih antara pria dan
wanita, yang merupakan lembaga tetap yang berhadapan dengan
masyarakat”. Karena itu, perkawinan bagi Gereja Katolik tidak
sekedar ikatan cinta mesra dan hidup bersama yang diadakan
oleh Sang Pencipta dan dilindungi hukum-hukum-Nya. Perlu
pula dilihat bahwa perkawinan menurut bentuknya merupakan
suatu lembaga dalam hidup kemasyarakatan. Tanpa pengakuan
sebagai lembaga, perkawinan semacam “hidup bersama” yang
dipandang oleh masyarakat sebagai liar (kumpul kebo).
 Perlu dilihat pula bahwa perkawinan menurut maksud dan intinya
merupakan kesatuan hidup dari dua pribadi. Tidak ada
perkawinan tanpa kebebasan yang ingin membangun kesatuan
hidup itu. Perkawinan terwujud dengan persetujuan antara
seorang pria dan wanita yang diungkap secara bebas, untuk
membagi hidup satu sama lain. Persetujuan itu mesti dinyatakan
secara publik, artinya di hadapan saksi-saksi yang resmi diakui
dan menurut aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.

2. Tujuan Perkawinan
a. Kesejahteran hidup bersama suami – istri (Bonum vitae).
 Tujuan utama perkawinan adalah agar suami - istri untuk
saling membahagiakan.
 Membentuk persekutuan hidup bersama (Bonum
Cognium/ Comune). Suami istri harus menerima
pasangan secara total, seluruh diri dan apa adanya. Cinta
yang tanpa syarat.
b. Keturunan

5
Meneruskan keturunan. Suami istri dipanggil untuk ikutserta
dalam karya kelangsungan penciptaan Allah di
dunia(procreatio. kelahiran anak anak membawa kebahagiaan
tersendiri dalam keluarga.

c. Pendidikan Anak
Anak-anak adalah anugerah perkawinan yang paling utama.
Maka orangtua berkewajiban untuk mendidik anak-anak.
Pendidikan demi Masa depan pendidikan harus dimulai dari
usia dini. Orang tua harus memberikan dasar yang kuat untuk
hidup iman, moral, hidup bermasyarakat.

3. Sifat Perkawinan
a. Monogami : Perkawinan itu hanya untuk satu laki-laki dan
satu perempuan.
b. Tak terceraikan : Setia dengan satu pasangan sampai akhir
hayat sebab apa yang telah disatukan Allah tidak dapat
diceraikan oleh manusia. (Matius, 5:32; 19.6)
c. Sakramental : Perkawinan itu direstui oleh Allah sendiri dan
Allah hadir di dalam keluarga tersebut.

4. Syarat –syarat Pernikahan Katolik

1). Bebas dari halangan – halangan Kanonik (Kan 1083). Belum


mencapai Umur kanonik. Pria 16 dan wanita 14 tahun. UU
Perkawinan RI 19 dan 17 thn, tidak dapat menikah. Surat bebas
Nikah(status liber).
2). Impotensi (1084), tidak mampu melakukan hubungan seksual
suami-istri.
3). Ikatan perkawinan terdaulu (kan 1085
4). Perkawinan Beda Agama
5). Masih terikat Tahbisan Suci
6). Masih terikat kaul biarawan/ wati
7). Penculikan. Pasangan dibawah lari.
8) Kriminal: pembunuhan teman perkawinan
9). Hubungan darah ke samping : Adik-kakak sepupuh.
6
10). Hubungan semenda (anak tiri dan ipar)
. 11). Kelayakan public.
12). Pertalian adopsi.

5. Perkawinan Campur
a. Perkawwinan Campur; perkawinan antara seorang baptis dan
pasangan yang bukan Katolik.

b. Dua jenis perkawinan Campur:


 Perkawinan campur beda Gereja(seorang baptis katolik
nikah dengan seorang baptis non Katolik. perkawinan ini
membutuhkan izin.
 Perkawinan campur beda agama: seorang baptis katolik
nikah dengan seorang yang tidak dibaptis. Butuh
dispensasi.
c. Persyaratan Dispensasi
 Diberkati di gereja Katolik.
 Anak dipermandikan dan dididik secara Katolik (Kan
1125.1)

6. Program Keluarga Berencana


a. Program KB diarahkan untuk membatasi jumlah keturunan.
Kesejahteraan hidup keluarga akan meningkat.
b. Metode KB
 Metode Alamiah.
Pengaturan kelahiran/membatasi kelahiran dengan cara
pantang berkala. Artinya tidak melakukan hubungan
suami-istri pada masa subur istri. Harus ada persetujuan
bersama untuk sementara waktu (1 Kor 7: 5 dan Ibrani
13: 4).

 Metode Buatan
Usaha untuk menekan keturunan dengan cara kontrasepsi dan
hormonal. Kontrasepsi adalah pencegahan terjadinya
7
pembuahan yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma.
Pencegahan ini dilakukan dengan satu alat, misalnya kondom
untuk laki-laki; spiral untuk perempuan, obat kimia.
Hormonal itu satu cara untuk mengendalikan hormon wanita
(kesuburan), dengan cara suntik atau susuk atau dengan pil
KB.
c. Mengapa KB itu penting
 Kkesehatan ibu bisa terjamin. Setiap persalinan dan
kehamilan membutuhkan tenaga. Kehamilan yang terus-
menerus dapat menguras daya jasmani dan rohani.
 Taraf hidup yang lebih pantas. Semakin banyak anak berarti
semakin banyak mulut dan kepala yang memerlukan
makanan. Banyak pengeluaran.

C. PANGGILAN HIDUP MEMBIARA


1. Arti dan makna Hidup membiara
 Hidup membiara adalah status hidup tidak menikah. Ada
orang tidak menikah karena kemauannya sendiri demi
Kerajaan Allah
 Inti Hidup membiara
Persatuan atau keakraban dengan Kristus.mengikuti jejak
Kristus atau meniru hidup Kristus (LG art 12).
Pertemuan atau komunikasi yang efektif dan yang paling
sering dilakukan ialah Doa.

2. Kaul-Kaul /umpah/janji dalam Hidup Membiara


 Kaul keprawanan/kemurnian
Melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga. Inti kaul
keprawanan ialah tidak kawin, tetapi penyerahan diri
secara total kepada Kristus.
 Kaul kemiskinan tidak mengandalkan harta dan barang
duniawi. Tidak memiliki harta pribadi. Rendah hati untuk
meminta kepada atasan bila membutuhkan sesuatu. Bisa

8
menahan diri untuk tidak menikmati apa yang dinikmati
dunia. (Mat. 10.10)
 Kaul Ketaatan Hanya taat kepada Allah lewat pimpinan
biara. Mengabaikan egoisme pribadi, meski merasa diri
benar. (Meniru Ketaatan Abraham, Maria, & Yesus
Kristus)

D. PANGGILAN KARYA/PROFESI

1. Bekerja adalah salah satu cara mempertanggungjawabkan


hidup. Dengan bekerja manusia diserahi tanggung jawab
untuk membangun hidupnya sendiri, lingkungan sekitarnya
dan tata dunia.

2. Maka ada beberapa makna dan tujuan bekerja:


a. Ekonomis : kerja untuk menghasilkan uang, membangun
hidup yang lebih baik dan sejahtera.
b. Sosial : Dengan bekerja seseorang dapat berinteraksi
dengan orang lain, entah sebagai rekan, patner bisnis atau
melayani / menolong orang lain. Dengan bekerja
seseorang juga mendapat peran dan kedudukan tertentu
dalam masyarakat.
c. Antropologis : ada orang bekerja sebagai aktualisasi diri,
membuat dirinya bahagia dan bangga pada dirinya sendiri.
d. Religius : bekerja adalah bentuk pelayanan/ pengabdian
kepada Tuhan dalam bentuk pelayanan terhadap sesama
dan alam. Ini yang diserukan oleh Paus Yohanes Paulus II
dalam ensiklik Laborem Excercem (1981), bahwa kerja
itu bukan hanya untuk mendapatkan harta dan kekayaan,
melainkan sebagai bentuk pelayanan untuk kebaikan
sesama.

3. Dasar Biblis :
a. Kejadian 2:15, TUHAN Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
9
b. 2 Tes 3 : 1 – 15, Bekerja dan berdoa
c. 2 Tes 3.10, Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan.
d. Kisah Rasul 20:35, Dalam segala sesuatu telah kuberikan
contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita
harus membantu orang-orang yang lemah dan harus
mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah
mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima.
e. Ams 10:4, Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi
tangan orang rajin menjadikan kaya
f. Flp 2:14, Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.

BAB II
MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM
MASYARAKAT

A. Nilai-nilai Penting dalam Masyarakat yang


Diperjuangkan (bukan hanya empat ini, namun ini menjadi
dasar nilai-nilai yang lainnya)
3. Keadilan
Adil berarti seimbang, tidak berat sebelah kecuali pada
kebenaran. Keadilan berarti memberikan tiap orang apa yang
menjadi haknya. “Berikan kepada Kaisar apa yang menjadi
hak kaisar dan kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan.”
Hak itu berasal dari kesepakatan. Namun keadilan dalam
ajaran Kristen harus keadilan plus cinta kasih (Matius 20: 1 –
16 : kisah seorang tuan yang memberi upah satu dinar untuk
semua pekerja meski beda-beda durasi waktu kerjanya)

2. Kedamaian: Shalom : kesejahteran pribadi dan masyarakat.


Damai dalam Perjanjian Baru adalah suasana hati yang tenang
tanpa permusuhan, mudah memberi maaf dan saling
memaafkan (Matius 18:22). Damai terjadi karena memiliki
10
hubungan yang bersih dan tulus kepada Allah, diri sendiri,
sesama dan alam.

3. Kebenaran: adalah keadaan yang sesungguhnya. Kel. 20:8,


“Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu”. Ketika ditanya
Pilatus tentang kebenaran (Yoh 18:38), Yesus tidak menjawab
tapi Pilatus langsung berkesimpulan Yesus tidak bersalah. Ini
kebenaran adalah pengakuan tentang suatu fakta pada dirinya
sendiri, sebelum diolah oleh pikiran dan formulasi kalimat
yang diucapkan- (yg terakhir ini mengacu pada kejujuran)

1. Kejujuran: Mengakui sesuatu hal sesuai dengan


kenyataannya, atau berkata dan bertindak sesuai hati nurani
yang sejati.

B. Landasan untuk Memperjuangkan Nilai-nilai Penting dalam


Masyarakat.
Masyarakat Indonesia hidup dalam lindungan hukum. Undang-undang
Dasar 1945 adalah landasan utamanya, dimana Pancasila menjadi nilai
utama yang menjadi karakter bangsa.

1. Keadilan dijamin oleh UUD 45 pasal 33 dan 34 serta Pancasila


sila ke 5. Gereja Katolik juga mengeluarkan ensiklik Rerum
Novarum tentang kesejahteraan para buruh, dan Populorum
Progegresio tentang keadilan dalam masyarakat untuk mengatasi
kesenjangan si kaya dan si miskin.
2. Kedamaian : Naskah Proklamasi dengan tegas mengatakan
tentang pentingnya kedamaian yang ada dalam kemerdekaan tiap
bangsa dan menjadi hak tiap bangsa. Seperti juga tercantum dalam
pembukaan UUD 45. Yesus juga meninggalkan damai untuk umat
manusia (Yoh. 14:27). Damai yang dimaksud adalah damai
seperti Kerajaan Allah – datanglah kerajaan-Mu, di atas bumi
seperti di dalam Surga- Damai dan kebahagiaan sejati.
3. Kebenaran : Kel. 20:8, “Jangan bersaksi dusta tentang
sesamamu.” Iman Kristiani mengakui Yesus sebagai jalan –
Kebenaran – hidup. (Yohanes 14: 6). Hidup yang lurus adalah
11
hidup yang diwajibkan Yesus untuk umat manusia. Itupulah
sebabnya nilai kebenaran ini sangat luas tersebar dalam kitab Suci.
4. Kejujuran : Kitab Hukum Pidana pasal 242 sangat terang
melarang orang untuk bersaksi dusta dan bersumpa palsu. Persis
seperti yang dikatakan Kitab Keluaran 23. Tuhan Yesus juga
berkata : katakan ya kalau iyu benar, katakan tidak kalau salah.
Selain dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37) ( hal. 94 –
99)

C. Yesus Kristus Pejuang Keadilan, Kejujuran, Kebenaran, dan


Kedamaian.
Sikap hidup Yesus sangat bercirikan banyak nilai-nilai utama yang
patut ditiru.
1. Ketika dihadapkan dengan seorang perempuan pezina (Yoh 8:2-
12), Yesus tidak ragu untuk membelanya karena melihat ada
ketidakadilan di sana, faktanya patner zinanya tidak ikut diadili.
Fakta bahwa penghukumnya melihat diri paling benar dan si
perempuan paling berdosa. Fakta bahwa perempuan itu adalah
anak Allah yang juga perlu dikasihi dengan tulus. Dia
mengajarkan kasih, itulah hukum utama dari semua hukum. Kasih
itu membebaskan siapapun untuk menjadi manusia seutuhnya.
(hal. 116 – 120)

2. Tokoh-tokoh yang memperjuangkan keadilan. Marsinah, pejuang


kaum buruh telah tewas dibunuh karena aksinya, 1993 di Sidoardjo -
Jawa Timur. Munir Said Thalib, pejuang HAM yang juga dibunuh
(2004) karena perjuangannya mengguggat para penculik aktifis
mahasiswa 1996/1997

12
BAB III
MENGHORMATI PLURALITAS
BANGSA INDONESIA

A. Keberagaman sebagai Realitas Asali Kehidupan


Manusia.
1. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
keanekaragaman budaya, bahasa, agama dan lain
sebagainya.
2. Tuhan menciptakan kita berbeda, bukan agar terpecah belah.
Dahulu para pejuang kemerdekaan dari berbagai macam suku
maupun agama bersatu demi kemerdekaan Indonesia. Meski
berbeda suku dan agama, kita harus bersatu. Bhineka Tunggal
Ika: Berbeda-beda, tetapi tetap satu.
3. Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima
perbedaan. Perbedaan itu memperkaya kita, memberi kesempatan
kepada kita untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan
kekhususan kita demi kesejahteraan bersama (GS. Art 24)
4. Sikap saling menghargai, toleransi dan menahan diri, rendah hati,
solidaritas demi hidup yang tentram.
5. Yesus menyapa orang Samaria, suku yang tidak dianggap remeh
oleh suku bangsa Yahudi. Yesus berusaha berkomunikasi dengan
wanita samaria. Bagi orang yahudi, orang Samaria adalah orang
asing, baik dari sisi adat maupun agama. Dalam praktek hidup
sehari-hari terjadi permusuhan antara orang Yahudi dan orang
Samaria. Orang yahudi menganggap orang Samaria bukan orang
asli, mereka kelompok orang setengah kafir. Akibatnya mereka
tidak saling menyapa/menegur. Bagi yesus siap[un sama.
Perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajad.
Yesus tidak pernah bedakan manusia beradarkan suku, agama,
golongan.
6. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih
rendah. Semua bersaudara Tuhan menyatakan diriNya bukan
hanya untuk suku/golongan tertentu tetapi untuk semua orang.
Kis 17: 26; Yohanes 17: 21-22
13
.
B. Mengupayakan Perdamaian dan Persatuan Bangsa.
Gereja katolik mengajarkan bahwa Damai di dunia ini, lahir
dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cerminan dan
damai Kristus yang berasal dari Bapa. (GS 78) dasarnya
adalah peristiwa salib. Yesus telah mendamaikan semua orang
dengan Allah melalui salibNya. Umat Katolik dipanggil dan
diutus untuk mewujudkan perdamaian dunia.

BAB IV
DIALOG DAN KERJA SAMA
ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Pengertian Agama
Agama adalah ajaran atau sistem yang berisi aturan
ritual/hubungan manusia terhadap Tuhan dan hubungan sosial,
manusia terhadap sesama dan alam

B. Agama yang Diakui di Indonesia


1. Islam.
2. Kristen Protestan.
3. Kristen Katolik.
4. Hindu.
5. Buddha.
6. Konghucu.

C. KEKHASAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

1. Agama Islam

 Asal mula agama Islam. Islam dalam bahasa arab berarti


penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk dalam
suasana damai, sejahtera, dan hubungan serasi antarmanusia/
manusia dengan Allah.

14
 Pemimpin Agama Islam: Imam, Khotib, Mubaligh, Ulama,
Kyai dan Ustad
 Kitab Suci: Al-Quran Kitab suci agama islam adalah
Alquran, yang diberi Allah kepada umat manusia melalui
Muhammad dan merupakan kitab suci terakhir dan
tersempurna. Dalam Alquran termuat wahyu ilahi secara
sempurna. Muhamad menerima langsung dari Allah.
 Tempat Ibadat: Mesjid.
 Hari Agama Nasional: Idul Fitri, Idul adha
 Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap
hati kepada ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat
rahasia, seperti dahulu Abraham. Iman Islam dengan sukarela
mengacu kepada Abraham yang telah menyerahkan diri
kepada Allah.

2. Agama Hindu

 Asal mula Agama Hindu di Indonesia. Tiba di Indonesia pada


abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan
kedatangan Agama Budha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah Kerajaan Hindu-Budha, seperti Kutai, Mataram dan
majapahit.
 Pemimpin Agama Hindu disebut Pemangku atau pandita atau
Pinandita.
 Kitab Suci Agama Hindu: Weda, Usana Bali dan Upanisad.
Sebagian besar tulisan suci berupa doa dan himne dan juga
ajaran mengenai Allah (Brahman) dewa-dewa alam dan
manusia.
 Hari Agama Nasional: Nyepi. Inti perayaan ini adalah untuk
menyucikan diri dan memperkuat diri terhadap pengaruh roh
jahat. Pada hari nyepi, umat Hindu dilarang menyalakan api,

15
melakukan pekerjaan, bepergian dan melangsungkan
hubungan sex.
 Tempat Ibadatnya: Pura (Benteng)
 Hinduisme menyelidiki misteri ilahi dan ungkapannya
dengan kesuburan mitos-mitos. Hinduisme mencari
pembebasan dari kesesakan keadaan kita entah dalam bentuk
ulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam atau
dengan menungsi kepada Allah penuh kasih dan
kepercayaan.

3. Agama Budha

 Asal mula Agama Budha. Merupakan agama tertua kedua di


Indonesia yang datang sekitar abad keenam masehi. Sejumlah
warisan, seperti Candi Borobudur di Magelang, patung atau
prasasti dari sejarah
 Pemimpin Agama Budha: biksu, biksuni, upasaka, dan
upasika.
 Kitab Suci Agama Budha:Tripitaka. Di dalamnya tercatat
sabda dan ajaran Sang Budha Gautama.
 Tempat Ibadat: Vihara atau kerap ditulis Wihara. Layaknya
tempat ibadah agama lain, Vihara memiliki banyak fungsi
selain sarana berdoa. Salah satunya sarana sosial
kemasyarakatan. Fungsi Vihara lainnya adalah fasilitas
pendidikan, pengembangan budaya, dan membangun
komunitas umat Budha di Indonesia.
 Hari Agama Nasional: Waisak. Waisak sebagai peringatan
hari kelahiran Pangeran Sidharta, hari pencapaian penerangan
Sempurna dan Hari Wafatnya sang Budha mencapai
Nirwana.
 Budhisme adalah paham yang mengakui bahwa dunia yang
serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan
16
mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh
bakti dan kepercayaan memperoleh kebabasan sempurna
entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas-
mencapai penerangan teringgi.

4. Agama Konghucu

 Asal mula Agama Konghucu: berasal dari Cina daratan.


Orang cina tiba di Indonesia pada abad ketiga Masehi.
 Pemimpin Agama Konghucu: Xue shi (pendeta), wen shi
(guru agama), jiao sheng (penebar agama), zhang lao
(tokoh sesepuh). Pendiri Agama Konghucu ialah Konghucu.
 Kitab Suci Agama Konghucu: Shishu Wujing
 Tempat Ibadat: di Klenteng atau Litang
 Hari Agama nasional: Imlek. Hari pergantian tahun atau
Tahun Baru Cina. (pada masa pemerintahan Presiden
Abdulrahman Wahid/Gus Dur dan Megawati Sukarno Putri.

5. Gereja Kristen Protestan

 Pencetus : Protestantisme muncul akibat reaksi Martin Luther


yang tidak ditanggapi dengan baik oleh Vatikan tahun 1517.
Ada 95 dalil dalam suratnya yang menentang / protes
terhadap aturan Vatikan yang tidak bijaksana, misalnya
menjual sakramen untuk pembangunan gereja. Dan juga
refleksi imannya sehingga tidak sesuai dengan ajaran iman
resmi gereja Vatikan, dan Ortodoks. Dia lalu
diekskomunikasi. Ajarannya dianggap sesat (heresi)
 Tiga dasar teologis ajaran Martin Luther.
1. Sola Gratia : (gratia – grace – rahmat)
Hanya Rahmat Allah semata yang dapat menyelamatkan
manusia.
2. Sola Scriptura : (Scripura – scrip – naskah) Hanya Kitab
Suci sebagai sumber ajaran iman yang menyelamatkan.
17
3. Sola Fide : (Fide – faith – iman) Hanya Imanlah yang membuat
seseorang bisa masuk surga.

 Perbedaan Pokok Katolik dan Protestan

Katolik Kristen

Tekanan pada sakramen dan pada Tekanan pada sabda/pewartaan


segi sakramen (tanda kelihatan) dari dari pada segi misteri karya
karya Allah keselamatan Allah
Kultis, yang mementingkkan kurban Profetis, yang berpusat pada
(Ekaristi) sabda (pewartaan)

Hubungan dengan Gereja menentukan Hubungan dengan Kristus


hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan
Gereja
Gereja secara hakiki bersifat hierarkis Segala pelayanan gerejawi
adalah ciptaan manusia

Kitab suci dibaca dan dipahami di Setiap orang membaca dan


bawah pimpinan hierarki mengartikan Kitab Suci.

Jumlah Kitab Suci 74, Jumlah Kitab Suci 66, tidak


termasuk Deuterokanonika, yaitu 1-2 termasuk Deuterokanonika
Makabe, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith
dan Barukh
Ada 7 sakramen Ada 2 sakramen: sakramen
Baptis dan Ekaristi/Perjamuan

Ada devosi kepada para kudus Tidak menerima devosi


kepada para kudus

18
 Sejarah singkat pemisahan gereja
1. Gereja Lutheran
Pada masa ini, banyak kebiasaan dalam umat belum seragam,
iman bercampur takhayul, kesalehan berbaur dengan kepentingan
duniawi. Kegiatan keagamaan dianggap sebagai sebuah rutinitas
sehari-hari, serta mencampur adukan hal-hal profan dengan hal-
hal suci/ sakral
Tokoh reformasi dalam masa ini adalah Martin Luther, seorang
pastor yang memebela beberapa pandangan baru khususnya ajaran
tentang “pembenaran hanya karena iman”

2. Gereja Kalvanis
Tokoh reformasi yang lain adalah Yohanes Calvin, yang ignin
memeprbaharui gereja dalam terang injil. Dalam bukunya, ia
menggambarkan gereja dalam dua dimensi, yaitu:
Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih dan
Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam ketebatasannya di
dunia, mengaku sebagai pengikut Kristus.

3. Gereja Anglikan
Anglikanisme bermula pada pemerintah Henry VII.Anglikanisme
menyerap pengaruh reformasi, namun mempertahankan beberapa
corak gereja, sehingga gereja berkembang dengan warna yang
khas.

4. Gerakan Ekumene:
a. Gerakan ekumene: kegiatan dan usaha untuk menanggapi
bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi
dalam rangka mendukung kesatuan umat kristiani.
b. Tujuan Ekumene:.
 Menghindari kata-kata atau penilaian dan tindakan dari sudut
keadilan dan kebenaran yang tidak cocok dengan kehidupan
saudara-saudari yang terpisah dari kita.
19
 Pertemuan umat kristen dari berbagai gereja dalam suasana
religius, dialog ajaran dan corak ciri-cirikhasnya.
 Menggalang kerjsama antar Gereja.demi kesejahteraan umum
dan mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka
terhadap kehendak kristus mengenai Gereja dan menjalankan
dengan tekun usaha pembaharuan dan perombakan.

6. Agama Asli dan Aliran Kepercayaan di Indonesia.

a. Agama Asli:
Dasar dan ajarannya: dasar agama-agama suku adalah dongeng-
dongeng tentang yang di dalamnya terdapat hubungan ke-Allah an
dengan ciptaan. Inti ajaran pada umumnya berciri alami, yakni
kesatuan yang akrab dengan alam semesta Dalam agama suku
timbul kepercayaan bahwa tidak hanya manusia saja yang
berjiwa, tetapi juga tumbuhan dan hewan. Mereka percaya bahwa
seorang yang telah meninggal tetap berhubungan dengan anggota
suku yang masih hidup. Orang yang sudah meninggal punya
pengaruh kuat terhadap orang yang masih hidup.

b. Agama-agama asli di Indonesia


2. Lera Wulan tana Ekan di Flores Timur dan Lembata
3. Merapu di Sumba
4. Nai Maromak di Belu dan MalakUsi Neno di Dawan
Kefamenanu

7. Sikap Gereja Katolik terhadap Agama-Agama


5. Gereja tidak menolak apapun yang dalam agama-agama itu benar
dan suci. Sikap kita sebagai orang Katolik adalah saling
menghargai, saling menghormati serta saling bekerjasama
membangun bangsa Indoesia untuk mencapai cita-cita
kemerdekaan yaitu masyarakat adil dan sejahtera berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

20
6. Gerakan Ekumene: kegiatan dan usaha untuk menanggapi
bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi dalam
rangka mendukung kesatuan umat kristiani.
7. Tujuan Ekumene:. Menghindari kata-kata atau penilaian dan
tindakan dari sudut keadilan dan kebenaran yang tidak cocok
dengan kehidupan saudara-saudari yang terpisah dari kita.

D. Dialog Antar Umat Beragama dan Berkepercayaan Lain.


1. Dialog antara umat menuntut keterbukaan, kerendahan hati dan
pengetahuan yang baik. Tujuan dialog 1) agar tiap pemeluk agama
mengerti dengan agamanya sendiri dan agama orang lain. 2)
bukan untuk saling mencari pemeluk agama baru, tidak untuk
meyakinkan orang lain bahwa agamanya paling benar dan yang
lalin salah. 3) Dialog membuka kesalingpahaman, saling hormat
dan membuka kerja sama untuk kebaikan bersama.

2. Cara-cara berdialog :
a. Dialog kehidupan sehari-hari : interaksi antara pemeluk
agama dalam aneka kegiatan bermasyarakat.Saling memberi
salam ketika ada perayaan keagamaan, saling tegur sapa.
b. dialog Karya: bekerja sama dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan; sosial karitatif.
c. Dialog doa / iman: berkumpul bersama untuk berdoa dalam
suatu ujud, misalnya untuk proses pemilu yang lancar, atau di
lingkungan untuk keselamatan pengantin baru.

21
22

Anda mungkin juga menyukai