Anda di halaman 1dari 24

MATERI KELAS XII

PANGGILAN HIDUP
DUA JENIS PANGGILAN HIDUP
1. Panggilan Hidup Berkeluarga
2. Panggilan Hidup Selibat
KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahami panggilan hidupnya sebagai Umat Allah


(Gereja) dengan menentukan langkah yang tepat
dalam menjawab panggilan hidup tersebut.
4.1 Melakukan aktivitas (misalnya menuliskan refleksi/
doa/puisi) tentang panggilan hidupnya sebagai
Umat Allah (Gereja) dengan menentukan langkah
yang tepat dalam menjawab panggilan hidup
tersebut
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Agar siswa mampu menjelaskan pemahaman umum (tentang
keluarga menurut pandangan umum)
2. Agar siswa mampu menjelaskan ajaran Kitab Suci tentang keluarga
(Matius 19:1-13)
3. Agar siswa mampu menjelaskan ajaran Gereja tentang keluarga
(Gaudium et Spes art. 52)
4. Agar siswa mampu menjelaskan makna keluarga sebagai panggilan
(GS art. 52)
5. Siswa mampu menjelaskan pentingnya komunikasi dalam keluarga
MANUSIA AKAN SELALU MENCARI MAKNA HIDUP ATAU TUJUAN
AKHIR HIDUPNYA DENGAN TUNTUTAN ATAU TERANG ROH
TUHAN. TUHAN MENANAMKAN DALAM HATI KITA MANUSIA,
KERINDUAN HATI UNTUK KEMBALI KEPADA-NYA, DARI MANA
KITA BERASAL, DAN TUJUAN AKHIR TEMPAT KITA BERPULANG.
1. Makna Hidup Manusia
Makna hidup manusia pada tempat pertama dan utama adalah menebarkan kasih
dan bertanggung jawab atas hidupnya secara personal dan secara sosial.
2. Makna Hidup Manusia secara Biblis
Kitab Suci berisi sabda kebahagiaan dan penghiburan serta ajaran-ajaran yang luar
biasa bagi kehidupan kita sebagai manusia dan sebagai orang Katolik.
3. Hidup perlu dihayati sebagai sebuah Anugerah Terluhur dari Allah
Cara menghayati hidup sebagai sebuah anugerah terutama dengan memelihara
hidup sebaik mungkin.
A. PANGGILAN HIDUP
BERKELUARGA
Hidup berkeluarga adalah salah satu bentuk panggilan hidup.
Kehidupan suami isteri adalah sebuah hubungan yang disahkan
oleh Allah melalui sakramen perkawinan.
Dengan demikian, perkawinan bukan untuk dipermainkan.
Mempermainkan panggilan hidup berkeluarga dengan menciptakan
kasus-kasus yang mendatangkan kesengsaraan suami atau isteri,
atau anak-anak adalah contoh penghayatan panggilan berkeluarga
yang buruk dan tidak bertanggung jawab. Keluarga hendaknya
mampu membawa surga atau keselamatan yang nyata dalam
kehidupan bersama.
• Keluarga adalah masyarakat paling asasi atau dasar dan sekolah
terbaik untuk menanamkan keutamaan sosial, seperti perhatian dan
cinta kepada sesama, sikap adil dan bertenggang rasa, rasa tanggung
jawab, dan sebagainya. Keluarga adalah Gereja Domestik atau Gereja
Rumah Tangga, tempat iman, harapan, dan cinta kasih Kristiani ditanam
dan dikembangkan dalam generasi muda. Oleh karena itu, suupaya
keluarga tetap lestarii, beberapa hal pokok harus diperhahtikan dan
diusahakan. Beberapa hal pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan cinta sebagai landasan hidup berkeluarga,


2. Menciptakan komunikasi sebagai perekat dalam kehidupan
berkeluarga
3. Mengenal dan melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban
dalam hidup berkeluarga
4. Merencanakan kehidupan berkeluarga secara bertanggung jawab
A. ARTI PERKAWINAN

Perkawinan Katolik adalah perkawinan yang terjadi


antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
Katolik melalui sakramern perkawinan sebagai
pengukuhan oleh Allah sendiri.
B. SIFAT PERKAWINAN
1. Monogami
Artinya perkawinan itu hanya terjadi antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan.
2. Tak Terceraikan
Artinya perkawinan tersebut tidak boleh dipisahkan
sebab Allah sendirilah yang telah merestuinya.
“karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh
diceraikan manusia” (Matius 19:6).
3. TUJUAN PERKAWINAN

3 Tujuan Dasar Perkawinan Katolik:


a. Kesejahteraan suami dan istri
b. Memperoleh keturunan (pro kreasi)
c. Pendidikan Anak
4. DASAR PERKAWINAN KATOLIK
1. Kitab Suci _Markus 10:2-12, Matius 5;31-32 dan
Lukas 16;18
2. Ajaran Gereja yaitu Konsili Trente (DS 1807), Konsili
Vatikan II (GS 48), Familiaris Consortio 20 dan
Katekismus Gereja Katolik 1644-1645
3. Penghormatan terhadap martabat sesama manusia,
manusia yang memiliki hak dan kebutuhan akan
cinta, kesejahteraan suami istri dan anak-anak.
5. HAKIKAT PERKAWINAN KATOLIK

a. Adanya sebuah perjanjian untuk hidup bersama


hingga kematian memisahkan.
b. Kebersamaan seluruh hidup; artinya suami dan istri
tidak boleh hidup sendiri-sendiri. Mereka harus
selalu bersama menjalani hidup.
c. Perkawinan harus dilihat sebagai sebuah sakramen;
artinya perkawinan itu harus mampu memberikan
kebahagiaan dan keselamatan dalam keluarga.
SYARAT-SYARAT SAHNYA PERKAWINAN
KATOLIK

a. Bebas dari halangan-halangan tertentu


Halangan yang menghambat dan membatalkan perkawinan antara lain:
• Belum mencapai umur 16 tahun untuk pria dan 14 tahun untuk perempuan
• Impotensi; tidak mampu melakukan hubungan suami/isteri
• Ligament atau pernah terikat perkawinan sebelumnya
• Beda agama; misalnya perkawinan dengan agama Islam, Hindu, Budha,
Konghocu
• Pernah dithabiskan sebagai Imam
• Anggota sah komunitas biara
• Memiliki hubungan darah
b. Adanya Konsensus atau Kesepakatan Nikah
c. Dirayakan dalam “Forma Canonika” atau tata peneguhan, yaitu bahwa suatu
perkawina harus dirayakan di hadapan tiga orang, yakni petugas resmi Gereja
sebagai peneguh dan dua orang saksi.
8. TANTANGAN DAN PELUANG
MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK

A. Tantangan
• Rapuhnya nilai kesetiaan
• Kemerosotan penanaman dan penghayatan kehidup yang religious dalam
keluarga
• Tantangan dari lingkungan keluarga sendiri, seperti ketidak-jujuran antar pasangan
• Beban ekonomi
• Penggunaan sarana teknologi
b. Peluang
Peluang atau solusi untuk membangun keluarga yang bahagia antara lain:
• Membangun Komunikasi yang baik
• Komunikasi yang baik, seperti:
• Diskusi; harus ada diskusi dalam keluarga tentang semua hal
• Dialog; seluruh anggota keluarga perlu membiasakan diri berdialog dengan
semua anggota keluarga secara intens dan lembut
• Menggunakan Bahasa tubuh yang menyenangkan, seperti senyum, sentuhan,
belaian, rangkulan, ciuman, dekapan, dan sebagainya.
• Saling mendengarkan
• Saling terbuka
• Saling percaya
• Mengutamakan kepentingan keluarga
2. PANGGILAN HIDUP SELIBAT

• Hidup selibat adalah cara hidup yang dianut oleh seseorang atau
sekelompok orang yang memilih untuk tidak menikah. Salah satu contoh
hidup selibat adalah hidup membiara. Ada juga cara hidup selibat lainnya
seperti menjadi rohaniwan
• Hidup membiara adalah salah satu bentuk hidup selibat yang dijalani oleh
mereka yang dipanggil untuk mengikuti Yesus Kristus secara tuntas dan total
dengan mengikuti dan mengucapkan tiga nasehat Injil, yakni keperawanan,
kemiskinan, dan ketaatan. Ketiga kaul ini bukanlah inti dari hidup membiara.
Inti hidup membiara adalah persatuan yang erat dengan Kristus melalui
penyerahan diri secara total dan menyeluruh kepada-Nya. Ketiga kaul
hanyalah jalan atau alat untuk mencapai inti hidup membiara.
ADA PUN KETIGA KAUL HIDUP
MEMBIARA, ANTARA LAIN:
• Arti kaul keperawanan
Dengan mengucapkan kaul keperwanan, orang membaktikan diri secara total dan
menyeluruh kepada Kristus. Keperawanan dalam hal ini merupakan sebuah sikap
penyerahan diri yang total kepada tugas pelayanan Injil dengan menjalani hidup
yang suci.
• Arti kaul kemiskinan
Dengan mengucapkan kaul kemiskinan, orang berjanji akan hidup dalam
kesedrhanaan dan rela menyumbangkan apa saja demi kerasulan. Kemiskinan
tidak hanya terbatas pada kemiskinan harta tetapi yang lebih penting adalah
kemiskinan roh atau hati. Kemiskinan roh atau hati adalah sebuah sikap
kepasrahan total pada penyelenggaraan Allah.
• Arti kaul ketaatan
Orang yang mengucapkan kaul ketaatan berjanji untuk taat dan patuh kepada
pimpinan Gereja dan rela membaktikan diri kepada hidup dan kerasulan bersama.
3. AJARAN GEREJA TENTANG KERJA /
KARYA / PROFESI
a. Arti dan Makna Kerja
Secara umum, Kerja atau bekerja adalah ciri dasar hidup manusia.
Artinya, manusia sejak lahir sudah diberikan kemampuan dan
tanggung jawab untuk bekerja. Dengan bekerja, hidup mamnusia
itu bermakna. Dengan bekerja, seseorang akan merasa sangat
berharga di tengah keluarga dan masyarakat. Secara religious,
kerja juga mempunyai makna tersendiri. Bekerja dilihat sebagai
sebuah bentuk partisipasi manusia dalam melaksanakan karya
penciptaan dan bekerja sama dengan Sang Pencipta dalam
menghasilkan sesuatu yang bermakna.
Menurut Kitab Kejadian, 1:1-2;2:3, pada hari ke tujuh Allah beristirahat dari
pekerjaan. Hal ini sebenarnya adalah bukti bahwa Allah mau menegaskan
bebarapa hal seperti:
• Allah menyuruh manusia untuk bekerja
• Allah menyerahkan semua ciptaan lain untuk dikuasai sebagai
kebutuhan manusia
• Manusia adalah wakil Allah di dunia untuk mengurus dunia
• Dengan bekerja, manusia bekerja bersama Tuhan
• Dengan bekerja manusia mendekatkan dirinya pada Tuhan
• Kerja adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah
2. HUBUNGAN ANTARA KERJA DAN DOA

• Ora et Labora “berdoa dan bekerja”; artinya dalam setiap


pekerjaan, kita perlu melakukannya beserta dengan doa.
• Doa dapat menjadi daya dorong untuk bekerja lebih tekun, lebih
tabah, dan tawakal
• Doa dapat memurnikan pekerjaan
• Doa menjadikan kerja memiliki aspek religious
• Hubungan doa dan kerja erat. Semakin kita bekerja, semakin kita
berdoa
3. KERJA DAN ISTIRAHAT

• Kerja dan istirahat merupakan dua hal yang saling melengkapi.


Allah beristirahat pada hari ke tujuh. Oleh karena itu manusia juga
harus meluangkan waktunya untuk beristrahat. Pada waktu
istirahat, manusia perlu untuk menyampaikan syukur, pujian dan
doa kepada Allah Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai