7. Ada banyak hal yang mendukung terwujudnya cita-cita, antara lain sebagai berikut:
Bakat yang menunjang
Dukungan finansial
Rencana yang matang
Ketekunan
Kedisiplinan
Kerja keras
Relasi dengan sesama
Ketabahan dalam menghadapi hambatan dan lain sebagainya.
8. Kegagalan harus disikapi dengan arif dan bijaksana. Demikian pula keberhasilan dalam
mewujudkan cita-cita harus semakin membuat kita rendah hati dan senantiasa bersyukur atas
segala kebaikan dan kemurahan Tuhan.
B. SAKRAMEN PERKAWINAN
RINGKASAN MATERI:
1. Menjadi seorang imam merupakan sebuah panggilan yang menuntut suatu konsekuensi yaitu
kesediaan untuk meninggalkan segala-galanya guna mengikuti Yesus.
2. Para rasul dan para penggantinya yang kini disebut Uskup mendapat kuasa untuk merayakan
Perjamuan Tuhan dan untuk mengampuni dosa. Uskup kemudian melimpahkan kuasa ini juga
kepada para pembantunya, yaitu para imam. Seorang imam bertugas menjadi pemersatu dan
gembala bagi umat yang dipercayakan kepadanya. Imam menggembalakan umat baik dalam
bidang liturgi, bidang pewartaan, bidang persaudaraan, dan bidang pelayanan.
3. Para imam memiliki tugas pokok yaitu ikut ambil bagian dalam tri tugas Yesus sebagai raja,
nabi dan imam yaitu mengajar, menguduskan dan memimpin (Kanon 1008).
4. Untuk menjadi seorang imam tidaklah dengan begitu saja seseorang mau menjadi imam,
kemudian langsung bisa diterima dan dilantik menjadi imam. Ada sejumlah syarat yang
diberikan kepada seorang yang ingin menjadi imam. Syarat itu antara lain:
Seorang pria normal, sehat jasmani dan rohani, dan yang telah menerima inisiasi
Katolik,
Bersedia hidup selibat
Menyelesaikan pendidikan filsafat, teologi, moral, dan hukum Gereja di Seminari.
Mempunyai hidup rohani yang baik serta mempunyai motivasi dan cita-cita yang kuat
untuk menjadi imam.
5. Seseorang yang telah membaktikan diri dan hidupnya sebagai seorang imam, harus siap secara
total memberikan dirinya bagi karya pewartaan, pengudusan, dan pelayanan. Hidupnya tidak lagi
berorientasi pada hal-hal duniawi. Seorang imam menjadi milik Allah dan milik Gereja.
6. Ada tiga macam Tahbisan yaitu:
d. Tahbisan Episkopat, yaitu Tahbisan seorang Uskup. Tahbisan Uskup ini merupakan
Sakramen Imamat tertinggi atau keseluruhan pelayan suci (LG. 21).
e. Tahbisan Presbiterat, yaitu Tahbisan untuk para Imam. Mereka ditahbiskan untuk
mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman dan untuk merayakan ibadat ilahi,
sebagai imam sejati “Perjanjian Baru” (LG. 28).
f. Tahbisan Diakonat; Tahbisan untuk seorang diakonat.
TUGAS:
1. Bacalah kutipan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus berikut ini!
“Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan memukul”. (1
Korintus 9: 26)
2. Berdasarkan kutipan teks Kitab suci tersebut, buatlah kesimpulan yang berkaitan dengan cita-cita
yang akan kita raih di masa depan!
3. Mengapa cita-cita sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi dirimu sebagai
seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMP?
4. Tuliskan cita-citamu dan usaha yang akan kamu lakukan untuk mencapai cita-citamu tersebut!
5. “Ciri-ciri hakiki perkawinan ialah kesatuan dan sifat tak dapat diputuskan, yang dalam
perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen. (KHK Kan. 1056).
Buatlah kesimpulan tentang ciri-ciri perkawinan Katolik berdasarkan Kitab Hukum Kanonik
1056 tersebut!
6. Apa yang bisa kamu lakukan untuk mendukung keharmonisan dalam keluargamu?
7. Bacalah (halaman 130-131):
a. Kanon 1008
b. Injil Lukas 22:14-20
c. Yohanes 20:19-23
a. Apa dasar dari panggilan hidup utnuk menjadi seorang Imam berdasarkan teks tersebut?
b. Apa saja tugas seorang Imam menurut ketiga teks tersebut!