Anda di halaman 1dari 9

“PERTEMUAN KATEKETIK ANTAR KEUSKUPAN SE-INDONESIA

KE-VI DAN KE-VII”

DOSEN

THERESIA YOVITA C SARI, M.Th

SEKOLAH TINGGI AGAMA KATOLIK NEGERI PONTIANAK


2022
PERTEMUAN KATEKETIK ANATAR KEUSKUPAN SE-INDONESIA

KE-VI

(“KATEKESE UMAT DAN KERAJAAN ALLAH”)

PKKI VI ini diselenggarakan di Wisma Samadhi, Klender Jakarta Selatan pada tanggal
1-10 Agustus tahun 1996. Berkaitan dengan Katekese Umat, PKKI VI menyoroti tiga topik
utama yakni.
 Katekese yang Membangun Jemaat dengan Orientasi Kerajaan Allah.
 Kitab Suci dalam KU-ANSOS.
 Spiritualitas dan Keterampilan Katekis untuk KU-ANSOS.
 Peranan Media.

1. Katekese yang Membangun Jemaat dengan Orientasi Kerajan Allah

Latar Belakang

Arus globalisasi yang begitu kuat membuat orang hanyut dalam budaya massa, yang
sering memungkinkan kelompok kecil untuk menentukan sikapnya. Konsumerisme yang
ditawarkan oleh dunia yang menekankan pembangunan ekonomi, mengubah tata nilai
dalam kehidupan masyarakat. Sementara itu masyarakat juga mengalami ketidakpastian.
Tindakan-tindakan ketidakadilan dan pelecehan hak-hak asasi terjadi dimana-mana.
Dalam situasi masyarakat sekarang ini, dialog dengan mereka yang miskin dan menderita
menjadi pilihan utama. Jemaat tidak hanya diajak untuk menunjukan simpati dan berbela
rasa semata, tetapi juga ikut mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi. Maka dari itu, diperlukan suatu jemaat yang mau mengabdi kepada Kerajaan
Allah. Jemaat dituntut untuk menjadikan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai pedoman dan
panutan hidup masyarakat masa kini.

Jemaat yang Dicita-Citakan

Tujuan atau jemaat yang dicita-citakan sangatlah jelas yakni jemaat yang berorientasi
kepada Kerajaan Allah, yang menjadikan nilai-nilai iman dan ajaran Kerajaan Allah
sebagai nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan jemaat tersebut. Adapun ciri-
ciri jemaaat yang dicita-citakan tersebut adalah sebagai berikut.
 Mengikuti semangat Kristus. Ini ditandai dengan, pertama, hidup jemaat yang akrab
dengan bapa, mengandalkan Allah dalam segala aktivitas hidupnya. Kedua, menjadi
jemaat yang terbuka, yang mau menerima perbedaan dalam suatu jemaat.
 Jemaat yang sungguh menjadi jemaat setempat. Artinya, jemaat dapat menjadi
jemaat yang kontekstual, jemaat yang terinkulturasi pada kebudayaan setempat,
jemaat yang mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan kebudayaan luhur
mereka masing-masing.

Berbagai usaha katekese telah dijalankan untuk mewujudkan jemaat yang dicita-citakan
tersebut, jemaat yang berorientasi pada Kerajaan Allah, namun ada berbagai hal yang
menghambat pelaksanaannya, yakni sebagai berikut.

 Masih kuatnya egoisme dalam jemaat.


 Posisi umat Katolik yang minoritas.
 Banyak jemaat yang belum menyadari tempat dan perannya, masih ada kaum
hierarki yang tidak melibatkan umat dalam kehidupan berjemaat, para katekis yang
kurang berinisiatif, serta umat awam yang sering lebih mengagungkan imam dan
tidak mempercayai para katekis.
 Katekese yang dilaksanakan terkadang kurang inkulturatif, sehingga dapat
menimbulkan dualism dalam kehidupan iman umat. Contohnya umat hanya melihat
sumpah baptis hanya sebatas formalitas dalam memasuki kehidupan Kristiani, tetapi
dalam kehidupan sehari-hari umat sering melanggar sumpah yang telah ia ucapkan.
Terjadi perbedan antara perayaan dan penghayatan iman umat.

Membangun Jemaat yang Berorientasi Pada Kerajaan Allah


Kerajaan Allah dimengerti sebagai Allah yang meraja. Allah mulai bertindak,
mencintai manusia dan menyelamatkan manusia. Terhadap karya Allah tersebut, manusia
seharusnya beriman, bersandar dan mengandlkan Allah secara radikal dalam
kehidupannya. Dengan demikian, kehidupan jemaat diresapi oleh nilai-nilai Kerajaan
Allah. Jemaat dipanggil untuk melanjutkan perjuangan Kristus yakni membangun
Kerajaan Allah, setidaknya dalam lingkup kehidupan jemaat. Adapun ciri jemaat yang
berorientasi pada Kerajaan Allah adalah sebagai berikut.
 Jemaat bersandar kepada Allah, mengandalkan dan menyerahkan seluruh perkara
hidupnya kepada penyelenggaraan Allah.
 Saling menghargai sesama dan menganggap sesama sebagai saudara.
 Jemaat menumbuhkembangkan nilai-nilai cinta kasih, kesetiakawanan, keadilan dan
pengampunan, serta siap untuk memikul salib (penderitaan hidup).
 Jemaat saling berdialog, berkomunikasi, bekerja sama dengan semua orang yang
berkehendak baik.
 Mau untuk tetap tabah dan bertobat secara terus-menerus.

2. Kitab Suci dalam Katekese Umat-ANSOS


Latar Belakang
KU-ANSOS adalah katekese umat yang dimulai dengan analisis masalah-masalah
sosial. Kitab Suci adalah mutlak perlu dalam KU-ANSOS, untuk menempatkan hasil
analisis sosial dalam perspektif iman. Dengan kata lain, Kitab Suci adalah kunci untuk
menafsirkan.
Ada banyak teks Kitab Suci yang kalau dijelaskan dan direnungkan bersama dengan
baik, akan memberikan pengalaman baru akan Allah yang pada gilirannya akan
mendorong orang yang bersangkutan untuk mencari wujud-wujud baru iman dalam
kehidupan. Dalam KU-ANSOS, Kitab Suci dipakai sebagai peneguhan, pembanding dan
pengkritik. Dengan demikian Kitab Suci menjadi jiwa seluruh KU-ANSOS. Inilah
mengapa Kitab Suci sangat penting dalam membantu proses pelakasanaan dan
keberhasilan KU-ANSOS.
Kesulitan-Kesuliatan
Adapun kesulitan-kesulitan yang berkaiatan dengan bagaimana Kitab Suci berperan
dalam Katekese Umat-ANSOS adalah sebagai berikut.
 Masih banyak umat yang tidak memiliki Kitab Suci.
 Kesulitan berkiatan dengan pemahaman Kitab Suci pada dirinya sendiri.
 Kesulitan dalam menggunakan Kitab Suci dalam Katekese Umat-ANSOS, yaitu
dalam memilih dan memerankan teks Kitab Suci yang sesuai dengan tema yang
ditentukan dalam proses KU-ANSOS, dan menemukan tema-tema dari Kitab Suci
yang sesuai dengan KU-ANSOS.

Untuk mengatasi kesulitan-kesuliatan di atas, munculah beberapa ide atau solusi yang
dapat digunakan untuk membenahi kesulitan tersebut, antara lain.

 Usaha pembinaan jangka panjang, yakni dengan mengadakan kursus-kursus Kitab


Suci, baik secara keseluruhan maupuntulisan-tulisan tertentu.
 Usaha jangka pendek, yakni dengan mengadakan lokakarya khusus tentnag
penggunan Kitab Suci dalam KU-ANSOS, dengan peserta Komkat Regio
Keuskupan maupun paroki-paroki.
 Melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan kateketik, komisi Kitab Suci,
dan ahli Kitab Suci untuk merencanakan kursus, memilih teks, megelola teks
dengan menggunakan buku tafsiran dan membekalkannya kepada mereka para
petugas yang bekerja di lapangan.

3. Spiritualitas dan Tugas Para Pewarta


Yesus Kristus Tuhan dan Guru telah memperkenlakan diri-Nya sebagai Guru dan
Gembala yang baik (Yoh 10:11-14). Sebagai Gembala yang baik, Ia mengenal domba-
domba-Nya dan menuntunnya pada keberlimpahan. Tugas mengajar dan menggembalakan
ini selanjutnya Yesus wariskan kepada semua umat beriman yang telah menjadi murid-
Nya melalui pembaptisan. Oleh karena itu semua umat beriman terpanggil untuk ikut
ambil bagian dalam tugas mengajar, menggembalakan dan menguduskan. Bersama
seluruh umat Allah di seluruh dunia, para katekis, guru bina iman dan guru PAK yang juga
telah menerima kehidupan dan inspirasinya dari pribadi Yesus Sang Guru dan Gembala
yang baik, merasa terpanggil untukmembawa kepenuhan hidup dan pembebasan kepada
mereka yang diserahkan di bawah bimbingannya, agar terwujud kehidupan beriman yang
dewasa yang terlibat dalam membangun Gereja dan masyarakat.

Dalam hubungan dengan Gereja, Karya dan Spiritualitas, pewarta sabda dapat
dirumuskan sebagai berikut.

a) Model Gereja
 Spiritualitas dan katekese Gereja tergantung dari visi dan misi Gereja, yang secara
sederhana kita sebut sebagai model Gereja.
 Model yang dirumuskan adalah model sebagai cita-cita. Perwujudan model itu
melalui proses pergumulan.
 Gereja harus selalu membaharui diri.
b) Model Gereja yang ideal
 Tuhan yang mengutus Gereja, dan Tuhan menjadi andalan Gereja.
 Dunia menjadi pusat orientasi Gereja.
 Tugas perutusan Gereja adalah turut mewujudkan Kerajaan Tuhan di dalam dunia.
 Tugas perutusan ini dilaksanakan seluruh anggota Gereja.
 Semua unsur dalam Gereja harus bersifat fungsional terhadap Kerajaan Tuhan.
 Semua anggota Gereja sama martabatnya dan berbeda dalam fungsi.
 Gereja bertugas untuk mengaktifkan jemaat dalam pelayanan dalam pewartaan.
c) Katekese dan Kerajaan Tuhan
 Nilai-nilai Kerajaan Tuhan di dalam dunia memberi arah dan sasaran pada
katekese.
 Menegakkan nilai-nilai keadilan di dunia.

Spiritualitas dan Keterampilan Katekis untuk Katekese Umat-Ansos

a) Spirituallitas Katekis
 Roh, udara alam menggereja dari Gereja merupakan spiritualitas Gereja setempat.
 Katekis menghayati spiritualitas Gereja itu, secara khusus dalam pelayanan
pewartaan.
b) Katekese Umat dan Analisa Sosial
 Katekese Umat dengan ANSOS merupakan tanggapan Gereja terhadap
ketidakadilan.
 Sasaran khusus KU-ANSOS adalah ketidakadilan, terutama ketidakadilan
struktural.
 ANSOS menerima ketidakadilan sebagai fakta, dan berupaya menyelidiki faktor-
faktor ketidakadilan struktural itu.
c) Katekese Umat-Analisa Sosial dan Kitab Suci
 KU-ANSOS harus dijiwai oleh Kitab Suci atau Injil.
 KU-ANSOS akan injili dan alkitabiah apabila katekis menghayati jiwa injili
tersebut.
 Jiwa injili nampak dalam iman katekis, panggilan katekis, motivasi katekis dan
keberanian katekis untuk berkatekese umat ANSOS.
 Teks Kitab Suci dapat dipakai untuk meneguhkan dan katekis dan kelompok KU-
ANSOS.

Berikut beberapa rekomendasi yang diperoleh dari PKKI VI ini untuk menggalakkan
karya katekese, yakni sebagai berikut.
 Perlu adanya kerja sama lintas komisi untuk membiasakan KU-ANSOS kepada
umat.
 Perlu adanya dialog antara katekis dan uskup.
 Perlu dibentuk forum dialog antara paar teolog dan para katekis di tingkat region,
untuk meningkatkan kemampuan berteologi para katekis sebagai bekal untuk
melakukan KU-ANSOS.
 Perlunya KWI menetapkan Pekan Katekese Nasional dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas karya katekese secara nasional.

PERTEMUAN KATEKETIK ANTAR KEUSKUPAN SE-INDONESIA


KE-VII
(“KATEKESE UMAT DAN KELOMPOK BASIS GEREJANI”)

PKKI ke-VII ini dilaksanakan di Sawiran, Jawa Timur pada tanggal 24 sampai 30
Juni 2000. PKKI ke-VII ini dapat dipanadang sebagai persiapan untuk menunjang Pertemuan
Gereja Katolik dengan tema “Memberdayakan Komunitas Basis Gerejani Menuju Indonesia
Maju” yang kan berlangsung pada bulan November 2005.

A. Situasi Katekese Umat dan Kelompok Basis Gerejani di Lapangan


1. Katekese Umat
Katekese umat sudah hampir dilaksanakan oleh setiap keuskupan, namun
polanya masih beragam, bahkan masih ada yang menggunakan pola seperti pelajaran
agama, pendalaman Kitab Suci, namun tetap saja masih disebut Katekese Umat.
Beberapa tempat melaksanakan katekese umat menggunakan momen masa, seperti
APP, Adven, Bulan Maria atau pun Bulan Rosario dan ada juga yang menetapkan
jadwal sebagai katekese mingguan atau bulanan.
2. Komunitas Basis Gerejani
Komunitas Basis Gerejani adalah persekutuan umat yang berkumpul secara
tetap dan teratur, untuk membahas dan mewartakan sabda Allah, dengan maksud untuk
bisa memahami kehidupan mereka sendiri dan sesama di sekitar. Peran komunitas
basis, khususnya yang territorial yang mempunyai perbedaan dari tempat ke tempat.
Seandainya mayoritas dalam sebuah masyarakat adalah umat Kristiani, maka
komunitas basis akan sangat berpengaruh, dan hal ini membat wadah komunitas basis
menjadi sangat kuat sebagai basis masyarakat. Namun, hal ini akan berbeda apabila
umat Kristen menjadi minoritas. Komunitas akan terdiri dari keluarga keluarga yang
terpencar. Tidak jarang basisnya dalam masyarakat berdasarkan suku, pendatang atau
perantau. Sejarah pembentukan dan pertumbuhan komunitas atau kelompok basis juga
berbeda dari keuskupan satu dengan keuskupan lain. Ada yang bertumbuh dari
lingkungan (kring) atau wilayah, ada yang bertumbuh dari unit kampung atau rukun
tetangga.

B. Ciri-Ciri Komunitas Basis Gerejani

Berdasarkan masukan pakar P. John Prior, SVD dan refleksi para peserta
PKKI VII, dirumuskan beberapa ciri KBG, antara lain;

1. KBG adalah komunitas yang relatif kecil, yang memungkinkan terjadinya komunikasi
yang intensif.
2. KBG adalah komunitas yang menjadikan firman Allah atau Kitab Suci sebagai
pegangan atau dasar dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. KBG selalu berorientasi dan berpihak kepada orang-orang kecil. Mereka memiliki
emati yang besar kepada orang-orang kecil.
4. Komunitas basis bersifat terbuka, tanpa mengenal batas apapun, baik usia, strata sosial,
kaya-miskin dan sebagainya.
5. Komunitas basis ini adalah komunitas yang menghayati pola hidup allternatif. Mampu
menghadapai tantangan zaman yang bersifat negatif, seperti konsumerisme, hedonisme,
kekerasan, ketidakadilan dan diskriminasi.
6. KBG merupakan basis pemberdayaan umat awam.

C. Katekese Umat yang Menunjang Komunitas Basis Gerejani

Ada beberapa peran katekese umat terhadap Komunitas Basis Gerejani, antara
lain sebagai berikut.

1. Katekese Umat menghantar umat membangun komunitas, saling mengenal secara lebih
mendalam, serta menyadari mengapa kita perlu berkomunitas. Tidak ada persaudaraan
yang dapat tumbuh tanpa proses saling mengenal yang semakin mendalam. Melalui
proses itu, kepekaan terhadap suka dan dukaanggota sekomunitas ditumbuhkan,
terutama suka dan duka anggota komunitas yang lemah dan menederita.
2. Katekese Umat menghantar semua anggota komunitas memiliki visi, misi dan
spiritualitas yang sama seperti visi da misi Yesus, yakni membangun Kerajaan Allah di
dunia. Membangun komunitas bukan lagi hanya merupakan pengalaman manusiawi,
melainkan pendalaman iman dan perwujudan iman itu sendiri. Pengalaman hidup
berkomunitas yang ditumbuhkan , direfleksikan, dalam pertemuan dan dari refleksi
dicarikan perwujudannya dalam komunitas.
3. Katekese Umat mengamalkan kesederajatan. Katekese Umat dapat membantu semua
anggota komunitas memahami dan mempraktekan kepemimpinan partisipatif yang
menjadi sentral dalam membangun komunitas. Dengan kepemimpinan partisipatif dan
karakter-karakternya yang sarat dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, terutama nilai
kesetaraan dan keberpihakan pada kaum miskin dan lemah, komunitas basis dapat
berkembang dengan baik.

REFRENSI

https://komkat-kwi.org/category/artikel/pkki/
http://petrussatria.blogspot.com/2015/10/pkki-vii-viii-ix-katekese-umat-kbg.html?m=1
https://komkat-kwi.org/2014/02/26/pertemuan-kateketik-antar-keuskupan-se-indonesia-
ke-vi/
https://komkat-kwi.org/2014/02/26/pertemuan-kateketik-antar-keuskupan-se-indonesia-
ke-vii/

Anda mungkin juga menyukai