Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKLESIOLOGI DAN SAKRAMENTEOLOGI

DOSEN PENGAMPUH

Dr. Semuel Selanno, M,Pdk

Disusun Oleh :

Johanes Dondokambey

Intan Panauhe

Ira Ginoga

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya sehingga kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Ekklesiologi Dan Sakramenteologi” dengan
segala baik.

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari bapak Dr. Semel Selanno,
M.Pdk mata kuliah Dogmatika. Penulis mengharapkan dapat menjadi penambah wawasan
bagi pembaca serta bagi kelompok kami.

Kelompok kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kelompok mengharapkan kritikan serta saran demi kesempurnaan dari makalah
kami.
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Gereja Sebagai Lembaga

2.2 Pembangunan Gereja

2.3 Pelayanan Gereja

2.4 Sakramen Baptisan Kudus

2.5 Baptisan Anak-Anak

2.6 Baptisan Ulang Itu Dosa

2.7 Perjamuan Kudus

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pelayanan gereja merupakan aspek integral dari kehidupan gereja. Pelayanan gereja
mencakup berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rohani, sosial, dan
emosional anggota gereja dan masyarakat sekitarnya.

Gereja sebagai lembaga merupakan entitas yang memiliki struktur organisasi, fungsi,
dan peran tertentu dalam masyarakat. Sebagai institusi keagamaan, gereja berfungsi sebagai
tempat ibadah, pelayanan spiritual, dan komunitas umat beragama. 

Sakramen berasal dari bahasa latin, yaitu sacramentum yang dapat melukiskan
upacara-upacara tertentu dari iman Kristen. Secara harafiah, sacramentum dapat diartikan
sebagai “sumpah”. Sakramen adalah sebuah tanda lahiriah yang dengannya Allah
memateraikan pada hati nurani kita dengan janji-janji dari perkenan-Nya kepada kita, untuk
meneguhkan iman yang lemah, dan kita memberikan kesaksian timbal balik di hadapan-Nya,
demikian juga di hadapan manusia. Bahwa kita mengimani Dia adalah Allah. Dengan
demikian, sakramen merupakan tanda lahiria dan sarana untuk mempersatukan manusia
dengan Allah agar dapat diselamatkan.
PEMBAHASAN

A. GEREJA SEBAGAI LEMBAGA

Berikut adalah beberapa Lembaga Gereja yang ada:

• Struktur Organisasi Gereja: Gereja memiliki struktur organisasi yang terdiri dari
hierarki dan peran-peran yang terdefinisi dengan jelas. Struktur gereja dapat berbeda-beda
tergantung pada denominasi dan tradisi keagamaan yang dianut. Contoh struktur gereja
adalah Gereja Katolik Roma dengan hierarki keuskupan, imam, dan umat awam, serta gereja-
gereja Protestan yang memiliki struktur yang lebih fleksibel dan partisipatif.

• Fungsi Gereja: Gereja memiliki berbagai fungsi yang penting dalam masyarakat.
Fungsi utama gereja adalah sebagai tempat ibadah dan peribadatan umat beragama. Selain
itu, gereja juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tempat pembinaan spiritual,
pengajaran moral dan etika, dan pelayanan keagamaan bagi umatnya.

• Peran Gereja dalam Masyarakat: Gereja memainkan peran penting dalam masyarakat.
Gereja memiliki peran moral dan etika dengan menyebarkan ajaran agama dan nilai-nilai
keagamaan kepada umatnya. Selain itu, gereja juga terlibat dalam kegiatan sosial, seperti
memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, memperjuangkan keadilan
sosial, dan mendukung pembangunan komunitas.

• Perubahan dan Tantangan: Gereja sebagai lembaga juga menghadapi perubahan dan
tantangan dalam masyarakat modern. Perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan
kemajuan budaya dapat mempengaruhi peran dan relevansi gereja. Gereja perlu beradaptasi
dengan perubahan ini untuk tetap relevan dan memenuhi kebutuhan spiritual dan sosial
masyarakat.

Sekalipun demikian peraturan-peraturan Gereja adalah peraturan-peraturan yang


sesungguhnya, peraturan-peraturan yang harus ditaati. Dalam hal ini peraturan-peraturan
sebenarnya tidak berbeda dengan peraturan-peraturan lain. Tetapi dasar ketaatan itu adalah
kasih, bukan kekerasan, kebebasan, bukan paksaan!.

B. PEMBANGUNAN GEREJA

Pengertian Gereja adalah gedung tempat beribadah para penganut agama Kristen juga
merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dan tempat melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan lainnya, seperti sekolah minggu, ibadah pemuda, pemberkatan untuk
pernikahan dan sebagainya. Gereja merupakan gedung ibadah yang memerlukan ketenangan
untuk mencapai kekhususan dengan Allah. Arsitektur Gereja adalah seni bangunan gereja.
Arsitektur berasal dari bahasa Yunani: αρχή (arke) yang berarti permulaan dan τεχνή (tekne)
yang berarti seni pertukangan. Secara harafiah, arsitektur adalah seni pertukangan yang mula
atau dasar. Arsitektur dianggap holistik, yaitu menyangkut hal-hal yang sakral dan profan.
Jadi, arsitektur gereja adalah seni pertukangan dari bangunan gedung gereja, sehingga
pertimbangan pertama ditinjau dari tujuan dibangunnya gedung itu, yaitu untuk
ibadah.Karena gereja adalah perwujudan sejarah dari hidup Kristus, maka nilai-nilai di
dalamnya juga harus memiliki kesatuan dengan hati Yesus. Pentingnya sebuah rancangan
yang matang agar gereja benar-benar memperhitungkan aspek-aspeknya; teologis, filosofis
dan fisiknya. Pembangunan gereja sebagai fisik dan pembangunan pelayanan gereja
merupakan bagian integral dari peran gereja dalam masyarakat. Pembangunan gereja tidak
hanya bertujuan untuk memperluas ruang fisik, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan
yang nyaman, ramah, dan sesuai dengan kebutuhan komunitas gereja. Bangunan gereja dapat
menjadi simbol kehadiran rohani dan keberadaan gereja sebagai tempat yang suci dan sakral
bagi umatnya. Selain itu, pembangunan gereja juga melibatkan pengembangan fasilitas dan
program-program pendidikan, musik, pelayanan masyarakat, dan kegiatan keagamaan
lainnya.

C. PELAYANAN GEREJA

Pelayanan gereja adalah bagian integral dari misi gereja untuk melayani umat dan
masyarakat. Pelayanan gereja mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh gereja dan
anggotanya untuk memenuhi kebutuhan spiritual, sosial, dan praktis orang-orang di
sekitarnya. Konsep pelayanan gereja didasarkan pada ajaran Yesus Kristus tentang cinta
kasih dan pengabdian kepada sesama. Pelayanan gereja dapat terbagi menjadi beberapa jenis,
yang meliputi:
 Pelayanan Kebaktian: Merupakan pelayanan dalam rangka ibadah dan
perayaan agama. Ini mencakup kegiatan seperti pengajaran Alkitab, khotbah,
penyembahan, dan sakramen.
 Pelayanan Sosial: Melibatkan kegiatan sosial seperti pemberian bantuan
kepada yang membutuhkan, pengembangan komunitas, dan advokasi sosial.
Pelayanan sosial gereja dapat mencakup program-program seperti bantuan
makanan, perumahan, pendidikan, layanan kesehatan, dan bantuan dalam
situasi bencana.

 Pelayanan Pendidikan: Melibatkan kegiatan pendidikan agama, pengajaran


Alkitab, dan pembinaan iman. Gereja dapat menyelenggarakan kelas, seminar,
kelompok kecil, dan program pendidikan lainnya untuk memperdalam
pemahaman dan pertumbuhan rohani umat.
 Pelayanan Konseling dan Pendampingan: Menyediakan dukungan dan
konseling bagi individu atau kelompok yang membutuhkan. Pelayanan ini
bertujuan untuk memberikan bantuan dalam menghadapi masalah emosional,
perkawinan, keluarga, dan kehidupan spiritual.
 Pelayanan Misi: Melibatkan kegiatan pelayanan di luar gereja, baik dalam
bentuk penginjilan, misi medis, atau pelayanan bencana. Tujuan dari
pelayanan misi gereja adalah untuk membagikan kasih Kristus kepada mereka
yang belum mengenal-Nya dan memenuhi kebutuhan praktis mereka.
 Pelayanan gereja memiliki signifikansi yang mendalam dalam kehidupan umat
dan masyarakat. Pelayanan gereja membantu membangun komunitas yang
berhubungan dengan nilai-nilai spiritual dan etika yang mendalam. Selain itu,
pelayanan gereja juga memainkan peran penting dalam memperbaiki dan
memperkaya kehidupan individu dan masyarakat, serta memberikan harapan,
inspirasi, dan penghiburan dalam situasi sulit.
 Pelayanan gereja merupakan aspek integral dari kehidupan gereja. Pelayanan
gereja mencakup berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan rohani, sosial, dan emosional anggota gereja dan
masyarakat sekitarnya.

Pelayanan gereja memiliki signifikansi yang mendalam dalam kehidupan umat dan
masyarakat. Pelayanan gereja membantu membangun komunitas yang berhubungan dengan
nilai-nilai spiritual dan etika yang mendalam. Selain itu, pelayanan gereja juga memainkan
peran penting dalam memperbaiki dan memperkaya kehidupan individu dan masyarakat,
serta memberikan harapan, inspirasi, dan penghiburan dalam situasi sulit.

Kita masih mempunyai alat pembantu lain lagi bagi iman kita, yang dekat dengan
pemberitaan injil, yakni sakramen-sakramen. Sangatlah penting bagi kita bila mengenai
sakramen itu diberikan pengajaran yang tegas, supaya kita dapat belajar, apa tujuan
diadakannya sakramen-sakramen itu dan bagaimana pemakaiannya sekarang ini.

1. SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS

Baptisan adalah tanda bahwa kita diterima masuk ke dalam persekutuan Gereja.
Baptisan itu diberikan Allah kepada kita dengan tujuan yaitu pertama untuk membantu iman
kita dalam hubungan dengan Dia, selanjutnya untuk membantu pengakuan iman itu dalam
hubungan dengan manusia. Makna penetapan kedua tujuan itu akan kita uraikan berturut-
turut.

 Cara-cara baptisan membantu iman kita: baptisan menandakan penyucian


kita oleh darah Kristus

Baptisan diajukan Tuhan kepada kita sebagai tanda dan bukti tentang
pembersihan kita; atau, sebagai suatu surat bermaterai yang menegaskan kepada kita
bahwa segala dosa kita telah dihapuskan, dicoret dan ditiadakan sedemikian rupa
hinga tidak akan muncul dihadapan-Nya, dan tidak akan diingat atau diperhitungkan
kepda kita. Sebab, Dia menghendaki supaya semua orang yang percaya dibaptis untuk
pengampunan dosa mereka. Baptisan itu harus kita terima bersama dengan janjia
bahwa siapa yang percaya dan dibaptis, akan diselamatkan (Mrk. 16:16).

Baptisan itu tidak menjanjikan kepada kita penyucian yang lain dari yang
terjadi melalui pemercikan darah Kristus yang digambarkan oleh air karena sama-
sama membersihkan dan mencuci. Sehingga untuk menyanggah kesesatan orang-
orang yang menggangap semua itu disebabkan oleh karena kemanjuran air, kita
memperoleh alasan yang paling teguh dari arti baptisan itu sendiri. Sebab, baptisan itu
mengalihkan perhatian kita dari hal yang kelihatan yang ditampakkan pada mata kita
dan dari segala hal lain, untuk mengikat hati kita pada Kristus seorang.

 Kekeliruan orang-orang Kristen pada zaman Gereja lama

Kita juga tidak boleh beranggapaan bahwa baptisan itu hanyalah mengenai
masa yang sudah lampau, sehingga untuk dosa-dosa baru yang kita lakukan sesudah
baptisan itu harus dicari cara-cara lain untuk mengusahakan pendamaian, entah dalam
sakramen apa lagi, seakan-akan kekuatan baptisan itu sudah habis. Disebabkan oleh
salah paham ini, pada zaman dulu ada orang yang baru mau diterima sebagai anggota
melalui baptisan menjelang kematian mereka, atau bahkan dalam menghembuskan
nafas terakhir.

Kita perlu menyadari, kapan pun kita dibaptis, kita dimandikan dan
diibersihkan satu kali untuk seluruh hidup kita. Pelayanan baptisan hanyaa satu kali
terjadi, dan tampaknya merupakan kejadian masa lampau. Namun, kejadian itu tidak
ditiadakan oleh dosa-dosa yang dilakukan kemudian. Sebab, di dalamnya kita ditawari
kemurnian Kristus, dan kesucian itu tetap berlaku, tak dapat dikurangi oleh noda
apapun, tetap menutupi seluruh kekotoran kita dan menyekanya.

Hanya, hal ini tidak boleh dianggap memberi kita keleluasaan untuk berbuat
dosa kelak; sudah tentu sama sekali tidak diajarkannya kepada kita supaya kita
berbuat begitu nekad.

 Baptisan membantu iman kita karena merupakan tanda dimatikannya kita


ddan dibaruinya hidup kita di dalam Kristus

Masih ada buah lain yang dihasilkan oleh baptisan. Baptisan menunjukkan
kepada kita hal dimatikannya kita dalam Kristus dan kehidupan baru di dalam-Nya
pula. Sebab, seperti dikatakan rasul, “kita telah dibaptis dalam kematiian-Nya, telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam kematian, supaya kita akan hidup dalam
hidup yang baru” (Rm. 6:3). Dengan baptisan itu Kristus membuat kita ikut
mengambil bagian dalam kematian-Nya supaya kita diikutsertakan di dalamnya. Jadi,
pertama-tama kepada kita dijanjikan bahwa dosa kita akan diampuni dengan cuma-
cuma, dan bahwa kebenaran diperhitungkan kepada kita; selanjutnya dijanjikan
anugerah Roh Kudus yang akan membarui kita sehingga menempuh kehidupan yang
baru.
 Baptisan adalah tanda penyatuan kita dengan Kristus

Akhirnya, iman kita masih mendapat keuntungan lain dari baptisan. Kepada
kita dinyatakannya dengan pasti bahwa kita tidak hanya diikutkan dalam kematian
dan kehidupan Kristus, tetapi juga disatukan dengan Kristus sendiri sedemikian rupa,
hingga kita ikut mendapat bagian dalam semua harta-Nya. Sebab, baptisan itu
dikuduskan dan disucikan-Nya di dalam tubuh-Nya sendiri (Mat. 3:13), supaya itu
bagi Dia dan kita menjadi ikatan bersama, ikatan kesatuan dan persekutuan yang kuat
sekali yaang diadakan-Nya dengan kita menurut perkenanan-Nya.

 Baptisan dan dosa turunan

Maka, jelaslah sekarang, betapa salahnya pengertian bahwa oleh baptisan itu
kita dilepaskan dan dibebaskan dari dosa turunan dan dari kerusakan yang diteruskan
dari Adam ke seluruh keturunannya, dan bahwa olehnya kita dipulihkan dalam
kebenaran dan kemurnian tabiat yang sama seperti yang akan dimiliki Adam
sekiranya ia tetap bertahan dalam kebutuhan yang ada padanya ketika ia diciptakan.
Karena jenis orang yang mengajarkan pendapat itu tidak pernah mengerti apa dosa
turunan itu, apa kebenaran yang asli dan apa anugerah baptisan. Telah diuraikan
bahwa dosa turunan itu ialah keburukan dan kerusakan tabiat kita. Kerusakan ini
pertama-tama membuat kita bersalah sehingga harus menghadapi amarah Allah, dan
selanjutnya juga dalam diri kita menghasilkan perbuatan-perbuatan yang oleh Alkitab
dinamakan perbuatan-perbuatan daging (Gal. 5:19). Jadi, anggapan kita harus: kita
dibaptis untuk pematian daging kita, yang dimulai di dalam diri kita dengan baptisan,
dan yang setiap hari kita kejar; dan akan selesai bila kita pindah dari kehidupan ini ke
tempat Tuhan.

 Pembaptisan kita merupakan pengakuan iman kita terhadap orang-orang

Baptisan itu memang merupakan suatu tanda yang dengannya kita mengaku di
depan umum bahwa kita mau digolongkan di antara umat Allah. Dengan itu kita
memberi kesaksian bahwa bersama dengan semua orang Kristen, kita mau melayani
satu Allah, mau menganut agama yang sama, dan akhirnya dengan itu menegaskan
iman kita di depan umum, sehingga bukan hanya hati kita yang menafaskan pujian
Allah tapi juga lidah kita dan semua anggota tubuh kita memasyhurkan-Nya dengan
segala cara yang mungkin dipakainya. Maka dengannya kita harus memberi kesaksian
bahwa kepercayaan kita ada pada rahmat Allah dan bahwa kesucian kita terletak
dalam pengampunan dosa yang telah diperoleh untuk kita oleh Yesus Kristus, dan
bahwa kita masuk Gereja Tuhan untuk hidup sehati sepikir dengan semua orang
percaya dalam keselarasan iman dan kasih.

 Bagaaimana baptisan diselenggarakan dengan tepat

Bila ada orang yang harus dibaptis, sebaiknya ia diperkenalkan kepada jemaat
orang-orang percaya dan dipersembahkan kepada Allah semetara seluruh Gereja
menjadi saksi dan berdoa untuknya; pengakuan iman yang harus diajarkan kepadanya,
dibacakan;janji-janji yang terkandung dalam baptisan diberitakan;calon baptisan itu
dibaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus;akhirnya dia dilepas dengan dao
dan pernyataan syukur. Dengan demikian tidak akan ada yang terlupakan dari yang
pokok.

 Siapa yang berhak melayani baptisan

Dalam hubungan ini perlu kita ketahui pula bahwa salahlah bila orang yang
tidak memegang jabatan berani melayankan baptisan. Sebab, baik pelayanan baptisan
maupun pelayanan perjamuan kudus merupakan sebagian dari tugas pada pejabat
Gereja. Kristus tidak memerintahkan kaum wanita atau sembarang orang untuk
membaptis, tetapi perintah itu diberi-Nya kepada mereka yang telah diangkat-Nya
sebagai rasul.

2. BAPTISAN ANAK-ANAK

 Serangan orang-orang Anabaptis terhadap baptisan anak-anak

Mereka menyerang baptisan anak-anak dengan alasan bahwa baptisan anak-


anak, sama sekali tidak berdasarkan peraturan Allah tetappi hanya dimasukkan karena
ada orang yang nekad dan terlalu suka akan hal-hal baru. Betul, suatu sakramen kalau
tidak berdiri di atas landasan yang kuat yaitu Firman Allah, tidak mempuunyai
kekuatan.

 Pembelaan Calvin; baptisan mempunyai arti yang sama dengan sunat dalam
perjanjian lama
Sebelum baptisan ditetapkan, bagi umat Allah fungsinya ditempati oleh sunat.
Hendaklah kita menyelidiki mana perbedaan dan mana kesamaan yang terdapat antara
kedua tanda ini. Dari situ akan menjadi nyata apakah sifat tanda yang satu berlaku
juga pada tanda yang lain. Hasil yang kita peroleh ialah bahwa kepada para bapa
leluhur dalam sunat dinyatakan janji rohani yang sama seperti yang diberikan kepada
kita dalam baptisan. Sebab, bagi mereka sunat merupakan gambaran pengampunan
dosa dan pematian daging.

 Dulu anak-anak disunat, tetapi sekarang mereka patut dibaptis

Dia menyatakan dengan tegas: penyunatan bayi itu akan bagaikan meterai
untuk memeteraikan janji yang terkandung dalam perjanjian itu. Kalau perjanjian itu
tetap teguh dan pasti, maka itu berlaku bagi anak-anak orang Kristen sekarang ini.
Maka Tuhan, segera mengadakan perjanjian dengan Abraham, menyuruh
memeteraikannya di dalam anak-anak kecil melalui sakramen lahiriah (Kej. 17:12).

 Manfaat baptisan anak-anak

Anak-anak juga mendapat manfaat tertentu melaluii pembaptisannya. Mereka


dimasukkan ke dalam tubuh Gereja dan dengan demikian anggota-anggota lain lebih
merasa bahwa mereka dalam arti tertentu dipercayakan kepadanya. Selanjutnya, bila
mereka sudah dewasa, baptisan itu merupakan dorongan yang tidak kecil bagi mereka
untuk sungguh-sungguh berusaha memuja Allah, yang telah menerima mereka
sebagai anak-anak-Nya melalui tanda pengangkatan yang resmi.

3. BAPTISAN ULANG ITU DOSA

Kita melihat bahwa “baptisan air” hanyalah lambang dan yang penting adalah “apa
yang dilambangkan”, dan perjanjian baru tidak menjelaskan harus dipercik, masuk air
kemudian di guyur air atau diselam, jadi bisa dengan cara apapun selama “air”lah yang
digunakan dan yang terpenting dalam upacara itu benar-benar ada “iman, kesadaran akan
dosa dan mengakuinya, bertobat dan disertai pengharapan akan kebangkitan dalam kristus”.

Baptisan ulang dilakukan oleh aliraan-aliran yang menekankan selam lebih dari
percik, dan menekankan lambang lebih dari yang dilambangkan. Karena hanya lambang,
maka yang penting adalah “yang dilambangkan” dan karena dalam upacara pembaptisan
yang dilambangkan itulah yang diucapkan, yaitu “kepercayaan kepada Tuhan Yesus dan
pengharapan akan kebangkitan dalam Kristus” dan telah dilakukan dalam nama “Bapa, Putra
dan Roh Kudus”, maka mengulang baptisan berarti melecehakan pengakuan dan sakramen
dalam nama Allah tritunggal.

4. PERJAMUAN KUDUS

 Tanda dan hal yang ditunjuk oleh tanda itu

Tanda-tandanya ialah roti dan anggur, yang mewakili bagi kita makanan yang
tak kelihatan yang kita terima dari daging dan darah Kristus. Sebab, sebagaimana
kehidupan jasmani ini dipelihara dengan roti dan anggur, begitu pula Kristus menjadi
makanan bagi jiwa. Jadi, sudah kita lihat apa tujuan berkat yang tersembunyi ini, yaitu
untuk menegaskan kepada kita bahwa tubuh Tuhan pernah dikorbankan untuk kita
sedemikian rupa hingga sekarang dapat kita makan, dan bahwa darah-Nya pernah
ditumpahkan untuk kita supaya menjadi minuman bagi kita untuk selama-lamanya.

 Buah sakramen ini ialah kesatuan dengan Kristus

Maka hati orang-orang saleh dapat memperoleh sebagai buah dari sakramen
ini kepercayaan dan kenikmatan yang besar, oleh karena mereka mendapat kesaksian
bahwa kita telah tumbuh menjadi satu tubuh dengan Kristus, sehingga segala sesuatu
yang adalah kepunyaan-Nya boleh kita namakan kepunyaan kita.

Kesimpulannya ialah: kita boleh menjadi yakni bahwa kehidupan kekal yang
telah diwarisi-Nya menjadi milik kita, dan bahwa kerajaan sorga yang telah dimasuki-
Nya tak dapat luput dari kita sebagaimana tak dapat luput dari Dia. Dan kita boleh
yakin juga bahwa kita tidak dapat di hukum oleh dosa-dosa kita. Kita telah
dibebaskan oleh-Nya dari kesalahan yang merupakan akibat dosa-dosa itu, sebab Dia
menghendaki supaya dosa-dosa itu diperhitungkan kepada-Nya seakan-akan dosa-
Nya sendiri.

 Roti dan anggur menunjuk pada makanan dan minuman rohani

Mengenai semuanya itu kita di dalam sakramen ini mendapat kesaksian yang
teguh. Diajarkan-Nya bahwa tubuh dan darah itu lebih merupakan kepunyaan kita
daripada kepunyaan Dia; sebab tubuh dan darah itu telah ditinggalkan-Nya bukan
karena hal itu berguna bagi Dia, melainkan demi keselamatan kita.

Maka tubuh dan darah itu digambarkan kepada kita dengan roti dan anggur,
supaya kita belajar bahwa tubuh dan darah itu menjadi kepunyaan kita, bahkan
diperuntukkan bagi kita sebagai makanan kehidupan rohani. Dengan demikian, roti
sebagai lambang tubuh Kristus dan anggur sebagai lambang darah-Nya.

 Bagaimana dalam sakramen kita memiliki Kristus dan pemberian-Nya

Semuanya itu masih harus diterapkan supaya sampai pada kita. Hal ini terjadi
melalui injil dan juga dengan lebih jelas oleh perjamuan kudus tempat Dia
menawarkan diri-Nya kepada kita bersama seluru harta-Nya dan kita menerima Dia
melalui iman. Jadi, Kristus mulai menjadi roti kehidupan bukan baru oleh sakramen
itu. Tetapi, bila sakramen itu menjadikan kita ingat bahwa Dia telah dijadikan roti
kehidupan supaya kita makan, dan bila sakramen itu membuat kita merasakan
lezatnya dan harumnya roti itu, maka kita di buatnya merasakan kekuatan roti itu.
Sebab, dengan itu kepada kita dijanjikan bahwa segala sesuatu yang pernah dilakukan
dan diderita oleh Kristus, telah dilakukan supaya kita dihidupkan.

 Cara merayakan perjamuan kudus

Supaya perjamuan kudus dilayakan dengan cara yang paling khidmat.


Hendaklah itu dimulai dengan doa resmi; selanjutnya diadakan khotbah;lalu setelah
pendeta menaruh roti dan anggur di atas meja, hendaklah ia menuturkan bagaimana
perjamuan itu ditetapkan;lalu disebutnya janji-janji yang ditinggalkan bagi kita dalam
perjamuan itu. Sesudah itu hendaklah ia berdoa; selanjutnya hendaklah dinyanyikan
mazmur-mazmur, dan hendaklah orang-orang percaya dengan tertib yang sepantasnya
ikut dalam perjamuan yang mahakudus itu, sedangkan para pelayan memecah-
mecahkan roti dan membagikannya kepada hadirin. Sebagai penutup hendaklah
diucapkan syukur dan dinyanyikan pujian bagi Allah.
KESIMPULAN

Gereja merupakan sebuah lembaga yang memiliki struktur organisasi, hierarki, dan
tugas-tugas yang terkait dengan pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan rohani. Gereja
sebagai lembaga berperan dalam mengatur ibadah, mengembangkan doktrin, memimpin
jemaat, serta melakukan tugas-tugas administratif yang diperlukan. Gereja bukanlah
gedungnya tetapi gereja adalah diri kita sendiri, oleh karena itu kita harus menjaga tubuh kita
agar tetap setia kepada Tuhan dan terlebih mengikuti segala perintahnya agar menjadi
sempurna dihadapannya.

Baptisan diberikan supaya menjadi laksana pintu masuk ke Gereja dan pengakuan
percaya yang pertama;dan perjamuan kudus supaya menjadi bagaikan makanan yang tak
habis-habisnya yang diberikan Kristus sebagai makanan rohani kepada keluarga besar orang-
orang percaya yang merupakan milik-Nya. Oleh karena selain dua sakramen itu tidak ada
yang lain yang ditetapkan Allah, maka Gereja orang-orang percaya tidak boleh mengakui
sakramen lain selain itu. Sakramen tidak dapat ada tanpa janji akan keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

J.L.Ch. Abineno. (2018).Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Yohanes Calvin. (2011).Intitutio Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai