PEMBAHASAN
Yakob Tomatala mengutip pengertian misi menurut Bosch bahwa, istilah Misi
(Mission) berasal dari bahasa Latin “missio” yang diangkat dari kata dasar “mittere”,
yang berkaitan dengan kata “missum”, yang artinya “to send” (mengirim/mengutus).
Padanan dari kata ini dalam bahasa Yunani ialah “apostello” bukan “pempo”, di mana
istilah ini diartikan lebih kepada mengirim dengan otoritas. Jadi yang dikirim, diutus
dengan otoritas dari yang mengirim, untuk sebuah tujuan khusus yang hendak dicapai.1
Sedangkan arti kata holistik menurut Jemmy Suhardi adalah, saduran dari kata
bahasa Inggris yaitu “holistik” yang menekankan betapa pentingnya keseluruhan dan
saling keterkaitan dari bagian-bagiannya. Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka
pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka memiliki arti layanan yang
diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik fisik, mental, sosial, dan
demikian, maka misi holistik dari sebuah gereja merupakan sebuah kegiatan yang tidak
hanya berfokus pada pelayanan dalam bentuk kegiatan yang berbau rohani saja, tetapi
juga pada pelayanan yang menyentuh kebutuhan jasmani. Tentu tujuannya adalah
Tuhan, namun gereja harus berupaya dengan berbagai metode untuk melaknasakan misi
Allah tersebut yang telah dipercayakan kepadanya. Gereja harus selalu sadar akan
tanggung jawab ini dan selalu bertanggung jawab untuk melakukannya. Senada dengan
itu, Missa mengatakan bahwa, oleh karna begitu pentingnya misi dari Allah yang telah
1
Yakob Tomatala, Teologi Misi Pengntar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah Tentang Misi,
Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja, (Jakarta: YT Leadership Foundation 2005), 16.
2
Jemmy Suhadi et al., “Formulasi Pastoral Holistik Melalui Pendampingan Pastoral: Sebuah Rujukan
Pelayanan Pastoral Yang Menjawab Kompleksitas Hidup,” Jurnal Teruna Bhakti 4, no. 1 (2021): 131–139.
3
4
ditugaskan kepada gereja-Nya, maka misi tidak boleh dibatasi hanya dalam bentuk
pemberitaan Firman saja. Misi harus holistik, utuh dan menyeluruh di segala aspek
hidup manusia.3 Jika pelayanan holistik dipahami sebagai pelayanan gereja secara utuh,
maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek. Senada dengan hal tersebut,
menurut Hengky Wijaya bahwa, “Jika pelayanan holistik dianggap sebagai pelayanan
gereja yang menyeluruh, maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek
pelayanan,”4 dan hal tersebut sudah meliputi “unsur koinonia (persekutuan), marturia
yang dijanjikan Tuhan.”5 Yakob Tomatala pun memperjelas bahwa, hakikat misi
holistik dapat dijelaskan sebagai “satu yang menyeluruh” yang memiliki kesatuan
integral dengan aspek-aspek lengkap yang utuh. Pemberitaan Injil menyentuh aspek
Tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan Tuhan bagi gereja adalah
menjangkau jiwa-jiwa yang masih terhilang. Gereja memiliki tanggung jawab moral
dan spiritual untuk tidak hidup dalam zona nyaman menikmati keselamatan yang telah
ini merupakan tugas dan panggilan utama yang tidak boleh diabaikan, bahkan pada
4
Hengki Wijaya, Andrew Brake, “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi Theologi Jaffray
(Makassar : 2012);15.
5
Arie de Kuiper, Misiologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003), 74.
6
Yakob Tomatala, Teologi Misi: Pengantar Misiologi: Suatu dogmatika Alkitabiah Tentang Misi,
Penginjilan, dan Pertumbuhan Gereja, (Jakarta: YT Leadership Fondation, 2003), 61.
5
“Dari awal penciptaan manusia, panggilan Allah tidak pernah berubah. Sejak manusia
pertama jatuh dalam dosa, Allah terus berinisiatif mencari yang terhilang, dari
perjanjian lama sampai perjanjian baru bahkan diri-Nya sendiri diutus.” 7 Sebelum
Yesus naik ke Sorga kembali, Ia memberi tugas bagi gereja untuk melanjutkan dan
mengerjakan misi-Nya. Artinya, ada tujuan dan rencana Allah yang hendak dicapai
melalui kehadiran gereja-Nya di dunia ini. Kehadiran gereja adalah rencana Allah
untuk mencapai maksud-Nya. Itu sebabnya, John Stott mengatakan bahwa, “Kita akan
memahami gereja dan misinya ketika kita melihat gereja sebagai bagian dari rencana
dan maksud Allah untuk seluruh dunia”. 8 Dengan berperan aktif dalam pelayaan ini,
maka gereja mewujudkan misi sejati untuk menjadi kesaksian bagi dunia. Fakta yang
sekalipun telah terdaftar sebagai anggota jemaat. Maka Gereja harus berupaya dengan
(holistik) untuk menjangkau mereka. Dalam pelayanan pastoral, anggota gereja yang
kunjungan doa, dan kebaktian rumah tangga, namun orang-orang tersebut tetap tidak
diselamatkan. Anggota gereja yang tidak bergereja adalah domba yang hilang yang
harus dicari dan dibawa pulang ke kandang. Oleh sebab itu, maka gereja harus terus
cara yang lain, yakni dengan metode-metode yang diterapkan dalam pelayanan holistik.
7
Fransiskus Irwan Widjaja, dkk, “Teologi Misi Sebagai Teologi Amanat Agung”, THRONOS: Jurnal Teologi
Kristen, vol.1 no.1 (November 2019); 17-24.
8
John Stot, dkk, Misi menurut Perspektif Alkitab, (Jakata: Yayasan komunikasi Bina kasih 2018), 154.
6
Pentingnya menjangkau anggota jemaat yang tidak bergereja tidak bisa diabaikan dan
harus mendapat perhatian serius. Ketika anggota gereja yang tidak bergereja dijangkau
dengan kasih dan perhatian, mereka akan merasa didukung dan termotivasi untuk setia
beribadah, dan memperkuat ikatan dengan gereja dan sesama anggota jemaat lainnya.
Bahkan penjangkauan ini tidak hanya akan memperkuat pondasi iman jemaat,
tetapi juga menjadi peluang bagi pertumbuhan persekutuan sebagai sebuah komunitas
yang akan menjadi kesaksian lagi bagi oran-orang lain. Beberapa metode atau strategi
Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan di mana gereja dapat
Melalui bidang pelayanan ini, gereja mencerminkan ajaran kristiani tentang kasih dan
pelayanan kepada sesama. Menurut Hengky Wijaya, “Misi dan pelayanan sosial adalah
dua hal yang saling berkaitan dalam mendukung amanat agung Tuhan Yesus.” 9 Mariam
menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia seutuhnya yaitu kehadiran gereja dalam
pelayanan sosial seharusnya dapat menyentuh aspek jasmani dan rohani sehingga tidak
hanya memikirkan hal jasmani tanpa mempedulikan aspek rohani dan sebaliknya. 10
Dalam Alkitab, ada begitu banyak contoh pelayanan sosial, diantaranya seperti yang
telah diperankan oleh Tuhan Yesus. Dalam Perjanjian Baru, “Yesus bertindak untuk
9
Hengki Wijaya, Andrew Brake, “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi Theologi Jaffray
(Makassar : 2012);1.
10
Maria Liku, “Misi Injili Gereja Sebagai Pelayanan Bagi Perubahan Spiritual”, diakses 26 September
2023, https://www.researchgete.net/publication/346996132-Misi-Injili-Gereja-Sebagai-Pelayanan-Bagi-
Perubahan-Spiritual-Dan-Sosial.
7
berbagai penyakit, kuasa setan, kemiskinan dan dosa.” 11 Gereja mula-mula pun telah
melakukan pelayanan sosial sebagai bagian yang tak terpisah dari misinya. Lebih lanjut
begitu kuat dilaksanakan dan akhirnya menjadi ciri gereja sampai masa kini.”12
Pelayanan sosial dapat dilakukan oleh gereja, baik secara keluar maupun secara
tempat-tempat yang direncanakan seperti dalam bentuk bakti sosial, pengobatan gratis,
dan lain sebagainya, tetapi juga dapat melakukan pelayanan sosial secara ke dalam
yakni kepada anggota-anggota gereja sendiri. Artinya, pelayanan sosial keluar tetap
sosial secara kedalam, gereja tidak perlu membeda-bedakan antara yang setia datang
bergereja dengan mereka yang tidak datang bergereja. Sejumlah orang mungkin saja
merasa tidak simpati sehingga menganggap tidak perlu memberi pelayanan sosial bagi
mereka yang tidak datang bergereja; Mereka hanya simpati dan hanya peduli kepada
orang-orang yang setia datang beribadah, namun hal tersebut adalah keliru dan perlu
diluruskan. Tujuan pelayanan sosial (secara ke dalam), tentu tidak hanya meringankan
beban orang yang dilayani, tetapi juga untuk menyentuh hati sanubarinya agar
Dalam hal ini, gereja dan orang-orang percaya di dalamnya menjadi alat kesaksian
tentang kabar baik kepada mereka bahwa Tuhan mempedulikannya melalui gereja-Nya.
Harapan di balik pelayanan sosial bagi anggota gereja yang tidak bergereja bahwa
mereka akan bertobat karena tersentuh dan merasakan kepedulian Tuhan melalui gereja-
Nya. Berbagai bentuk pelayanan sosial yang dapat dilakukan oleh gereja, seperti yang
11
Nur Budi Santosa, “Pelayanan Sosial Sebagai Konteks Refleksi Aktivitas Misiologi”, Jurnal STT Intheos
(2013), 7-8.
12
Ibid, 8.
8
dikemukakan oleh Hengky Wijaya yang dikutip oleh Maria Liku bahwa, pelayanan
sisoal dapat diwujudkan dengan membantu korban bencana alam, kelaparan, kesehatan
dan kemiskinan seperti yang dilakukan para rasul pada zamannya (Kis 11:28-29). 13
Kesempatan melakukan pelayanan sosial bagi anggota gereja yang layak dibantu
termasuk bagi mereka yang tidak bergereja, merupakan kesempatan yang baik pula
untuk melakukan pelayanan rohani demi menguatkan imannya dan juga melakukan
pelayanan konseling bagi mereka yang tidak bergereja. Pada situasi di mana orang-
orang tersebut sedang membutuhkan dukungan dan gereja hadir menjawab pergumulan
mereka, maka kesempatan itu akan sangat efektif bagi gereja untuk melakukan
pelayanan rohani. Pelayanan gereja akan sangat bermanfaat jika timingnya tepat atau
sesuai kondisi dan juga tepat sasaran. Oleh karena itu, gereja perlu peka terhadap
Lilo bahwa, “Gereja yang mengemban misinya dalam bentuk-bentuk pelayanan kepada
Pelatihan-Pelatihan
David Sills mengatakan bahwa, panggilan misi di dunia ini dilakukan dengan
ribuan metode.15 Pelatihan-pelatihan adalah salah satu dari berbagai metode yang dapat
dilakukan oleh gereja untuk menjangkau mereka yang tidak bergereja. Yang
dimaksudkan di sini, salah satunya adalah pelatihan yang berkaitan dengan profesi atau
kebutuhan jemaat yang tentu melibatkan para pelatih yang kompeten. Jika pelatihan
yang dilakukan sangat berkaitan dengan kebutuhannya, maka sangat besar pula
13
Ibid.
14
Deflit Dujerslaim Lilo, “Misi Gereja: Menjangkau Yang Tidak Terjangkau Di Era Dan Lasca Pandemi
Covid 19”. Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi vol.3 no. 2 (Desember 2020); 210.
15
M. David Sills, Panggilan Misi, Menemukan Tempat Anda dalam Rancangan Allah bagi Dunia Ini,
(Surabaya: Momentum, 2015), 81.
9
dilakukan di gereja dan diawali dengan ibadah dan pemberitaan Firman Tuhan untuk
untuk meningkatkan ekonomi jemaat tetapi dibaliknya ada misi pemberitaan Firman
dan pembiasaan untuk beribadah di gereja. Oleh karena itu pelatihan ini harus
dilakukan secara bertahap, bukan hanya satu kali tetapi berkali-kali dengan tujuan agar
target yang dimaksud berkali-kali juga datang ke gereja bahkan dengan harapan agar
setia datang bergereja. Mungkin saja straegi tersebut membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, tetapi gereja yang bermisi harus berani berkorban demi pertumbuhan jemaatnya
dan khususnya demi jiwa-jiwa yang masih terhilang karena tidak bergereja. Strategi
atau model pelatihan lain yang dapat dilakukan gereja adalah pelatihan keterampilan.
Ketika membahas tentang strategi pembinaan warga gereja sebagai titik awal kelahiran
baru, Marbun mengemukakan salah satu model pelatihan yang dapat dilakukan oleh
gereja yaitu pelatihan keterampilan sesuai dengan kebutuhan warga jemaatnya. Marbun
memberi contoh misalnya pelatihan keterampilan memasak bagi jemaat wanita yang
ingin membuka usaha kuliner.16 Pelatihan selanjutnya, yang tidak kalah pentingnya
adalah pelatihan penginjilan (PI pribadi) kepada warga gereja. Tujuannya adalah agar
warga gereja tersebut dapat bersaksi kepada keluarganya yang tidak bergereja, tetangga
di sekitarnya, bahkan kepada siapa saja. Marintan Sitourus menegaskan bahwa, tugas
penting dalam gereja.17 Sekaitan dengan itu, Selvira Atika Situmorang mengatakan
16
Ernauli Maharani Marbun, dkk. “Strategi dan Model Pembinaan Warga Gereja Sebagai Titik Awal
Kelahiran Baru”, Jurnal SEMNASPA vol.3 no. 2 (November 2022); 102.
17
Marintan Sitorus, Pelatihan Penginjilalan Dan Pertumbuhan Jemaat Berdasarkan Efesus 4:11-12.
(Sulteng: Feniks Muda Sejahtera, 2023), 1.
9
bahwa, “Gereja yang bertumbuh dikehendaki Allah apabila Gereja tersebut berperan
yang ada haruslah terus dikembangkan dalam kehidupan jemaat. Haruslah jemaat terus
diberikan motivasi, dorongan, melibatkan anggota jemaat dalam penginjilan dan misi
Pengobatan Gratis
orang secara jasmani. Kesehatan bukan hanya tentang ketiadaan penyakit, tetapi juga
tentang kualitas hidup dan kesejahteraan, baik individu maupun komunitas. Pelayanan
kesehatan memberikan akses kepada setiap orang untuk mendapatkan perawatan medis
memiliki dampak ekonomi yang besar, karena kesehatan yang baik memungkinkan
Maka pemeriksaan kesehatan atau pengobatan gratis merupakan salah satu strategi misi
yang dapat dilakukan gereja untuk menjangkau banyak orang. Gereja akan menjadi
kesaksian yang hidup melalui strategi ini, karena pelayanan kesehatan adalah
perwujudan dari nilai-nilai kemanusiaan dan empati kepada sesama. Program ini akan
menghasilkan manfaat besar kepada masyarakat serta merupakan peluang bagi gereja
pelayanan kesehatan sebagai salah satu strategi misi gereja. Menurutnya, pengobatan
gratis harus sering dilakukan kepada masyarakat karena pelayanan misi di sektor ini
18
Selvira Atika Situmorang, dkk. “Peran Gereja dalam Meningkatkan Peran Misi Penginjilan Jemaat”,
Jurnal Teologi Kontekstual Dan Pelayanan Kristen, vol. 2 no. 2, (November 2022); 147.
19
Marsi Bombongan Rantesalu, “Menelisik Problematika dan Strategi Pelaksanaan Misi Dalam Konteks
Indonesia”, Jurnal Teologi dan Musik Gereja vol. 2 no. 1 (Mei 2022); 41.
11
dan salah satunya adalah soal pelayanan kesehatan. 20 Dengan demikian maka pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan yang sangat strategis untuk dikerjakan oleh gereja.
Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga medis, alat medis dan obat-obatan
yang diperlukan, serta tenaga konselor yang akan melakukan pelayanan. Gereja harus
memberi ruang terhadap pelayanan ini sebagai salah satu dari implementasi pelayanan
holostik untuk menjangkau orang-orang yang ada di sekitarnya. Strategi ini akan sangat
Transportasi Gratis
Tidak dapat disangkal bahwa untuk mengikuti ibadah di gereja jaman sekarang,
jemaat memerlukan sarana transportasi. Berbeda dengan jaman dulu saat sarana
transportasi masih langka, berjalan kaki adalah pilihan satu-satunya berangkat dari satu
tempat ke tempat yang lain, sepeti ke gereja. Namun pada jaman sekarang, sejumlah
jemaat khususnya yang sudah lanjut usia sering beralasan tidak bergereja karena jarak
dari rumahnya ke gereja yang lumayan jauh. Untuk kasus seperti ini, gereja dapat
justru menjadi sarana untuk mengembangkan pelayanan. Namun salah satu alternatif
sebagai bagian dari pelayanan sosial yang bisa juga dilakukan adalah dengan
menyediakan transportasi gratis. Memang sangat disadari bahwa tidak semua gereja
Namun bagi gereja yang sudah mapan, strategi ini merupakan salah satu pilihan yang
tidak sulit dilakukan. Musi Teja menceritakan sebuah kisah di sebuah kota, di mana
seorang Pendeta sangat terkejut melihat mobil yang datang menjemput anggota gereja
yang digembalakannya untuk pergi beribadah di gereja yang lain dan mengakibatkan
20
Megawati Manullang, dkk,”Strategi Dan Tantangan Pendirian Jemaat Masa Kini”, Jurnal Pendidikan
Sosial dan Humaniora, vol. 2 no. 2, (Tahun 2023); 1017.
12
Pendeta tersebut berselisih dengan pendeta di gereja yang lain itu. 21 Dengan kata lain
bahwa ada gereja-gereja tertentu yang sudah memberikan layanan transportasi gratis
kepada jemaat untuk datang beribadah di gerejanya. Hal ini merupakan langkah maju
yang akan membuat jemaat semakin tidak sulit mengikutikegiatan ibadah di gereja.
Metode ini tentu sangat bermanfaat bagi anggota gereja yang tidak memiliki kendaraan,
atau tidak mempunyai cukup biaya untuk membayar transportasi setiap kali ibadah di
gereja. Keuntungan strategi ini adalah dapat menciptakan ikatan yang kuat dalam
kebersamaan dan persaudaraan. Program ini juga akan menginspirasi dan memotivasi
lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan gereja, memperkuat hubungan sosial
dan spiritual jemaat. Beberapa cara bisa dilakukan oleh gereja dalam melaksanakan
strategi ini, seperti menyediakan mobil gereja, menyewa mobil pada hari-hari ibadah,
atau mengajak anggota jemaat yang memiliki kendaraan untuk melakukan jemputan
kepada anggota jemaat di sekitar, dan lain sebagainya. Intinya terletak pada kesiapan
21
Musi Teja, “Perpindahan Jemaat dengan Jemputan”, Academia.edu, diakses 28 September 2023,
https://www.academia.edu/26006954/Perpindahan-Jemaat-dengan-Jemputan.
BAB III
KESIMPULAN
Amanat agung merupakan tugas utama yang telah dipercayakan oleh Tuhan
Yesus kepada gereja-Nya. Oleh karena itu, gereja harus bertanggung jawab untuk
fakta bahwa masih ada anggota gereja yang tidak bergereja, dengan kata lain hanya
terdaftar sebagai anggota jemaat, maka misi gereja selain menjangkau orang-orang yang
ada di luar, juga harus menjangkau orang-orang yang ada di dalam yaitu anggota gereja
sendiri yang tidak bergereja. Gereja harus bermisi keluar tanpa melupakan misi secara
ke dalam. Sekalipun orang-orang yang tidak bergereja tersebut tidak terlepas dari
tanggung jawab pastoral, tetapi juga merupakan tanggung jawab misi gereja.
Menjangkau anggota gereja yang tidak bergereja adalah upaya yang sangat penting
hubungan yang inklusif dan memanfaatkan berbagai metode pendekatan, gereja dapat
hasil yang diharapkan selain dari pelayanan pastoral yang terus berjalan. Misi holistik
ekonomi dan emosional. Dengan demikian, kehadiran gereja berfungsi sebagai sarana
yang dipakai oleh Tuhan untuk memberi dampak positif yang akan dirasakan oleh
13
KEPUSTAKAAN
John Stot, dkk, Misi menurut Perspektif Alkitab. Jakata: Yayasan komunikasi Bina
kasih 2018.
Lilo, Deflit Dujerslaim. “Misi Gereja: Menjangkau Yang Tidak Terjangkau Di Era Dan
Lasca Pandemi Covid 19”. Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi vol.3 no. 2
Desember 2020.
Liku, Maria. “Misi Injili Gereja Sebagai Pelayanan Bagi Perubahan Spiritual”,
https://www.researchgete.net/publication/346996132-Misi-
Injili-Gereja-Sebagai-Pelayanan-Bagi-Perubahan-Spiritual-Dan-Sosial. diakses
26 September 2023.
Manullang, Megawati dkk. ”Strategi Dan Tantangan Pendirian Jemaat Masa Kini”,
Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, vol. 2 no. 2, Tahun 2023.
Marbun, Ernauli Maharani dkk. “Strategi dan Model Pembinaan Warga Gereja Sebagai
Titik Awal Kelahiran Baru”, Jurnal SEMNASPA vol.3 no. 2 November 2022.
Situmorang, Selvira Atika dkk. “Peran Gereja dalam Meningkatkan Peran Misi
Penginjilan Jemaat”, Jurnal Teologi Kontekstual Dan Pelayanan Kristen, vol. 2
no. 2, November 2022.
Santosa, Nur Budi. “Pelayanan Sosial Sebagai Konteks Refleksi Aktivitas Misiologi”.
Jurnal STT Intheos 2013.
Sills, M. David. Panggilan Misi, Menemukan Tempat Anda dalam Rancangan Allah
bagi Dunia Ini. Surabaya: Momentum, 2015.
14
15
Wijaya, Hengki Andrew Brake. “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi
Theologi Jaffray Makassar : 2012.
Widjaja, Fransiskus Irwan dkk, “Teologi Misi Sebagai Teologi Amanat Agung”,
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, vol.1 no.1 November 2019.