Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

Pemahaman Misi Holistik

Yakob Tomatala mengutip pengertian misi menurut Bosch bahwa, istilah Misi

(Mission) berasal dari bahasa Latin “missio” yang diangkat dari kata dasar “mittere”,

yang berkaitan dengan kata “missum”, yang artinya “to send” (mengirim/mengutus).

Padanan dari kata ini dalam bahasa Yunani ialah “apostello” bukan “pempo”, di mana

istilah ini diartikan lebih kepada mengirim dengan otoritas. Jadi yang dikirim, diutus

dengan otoritas dari yang mengirim, untuk sebuah tujuan khusus yang hendak dicapai.1

Sedangkan arti kata holistik menurut Jemmy Suhardi adalah, saduran dari kata

bahasa Inggris yaitu “holistik” yang menekankan betapa pentingnya keseluruhan dan

saling keterkaitan dari bagian-bagiannya. Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka

pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka memiliki arti layanan yang

diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik fisik, mental, sosial, dan

spiritualnya mendapat perhatian yang merata atau ada keseimbangan. 2 Dengan

demikian, maka misi holistik dari sebuah gereja merupakan sebuah kegiatan yang tidak

hanya berfokus pada pelayanan dalam bentuk kegiatan yang berbau rohani saja, tetapi

juga pada pelayanan yang menyentuh kebutuhan jasmani. Tentu tujuannya adalah

pemberitaan Injil untuk menjangkau orang-orang yang masih terhilang di hadapan

Tuhan, namun gereja harus berupaya dengan berbagai metode untuk melaknasakan misi

Allah tersebut yang telah dipercayakan kepadanya. Gereja harus selalu sadar akan

tanggung jawab ini dan selalu bertanggung jawab untuk melakukannya. Senada dengan

itu, Missa mengatakan bahwa, oleh karna begitu pentingnya misi dari Allah yang telah

1
Yakob Tomatala, Teologi Misi Pengntar Misiologi: Suatu Dogmatika Alkitabiah Tentang Misi,
Penginjilan dan Pertumbuhan Gereja, (Jakarta: YT Leadership Foundation 2005), 16.

2
Jemmy Suhadi et al., “Formulasi Pastoral Holistik Melalui Pendampingan Pastoral: Sebuah Rujukan
Pelayanan Pastoral Yang Menjawab Kompleksitas Hidup,” Jurnal Teruna Bhakti 4, no. 1 (2021): 131–139.
3
4

ditugaskan kepada gereja-Nya, maka misi tidak boleh dibatasi hanya dalam bentuk

pemberitaan Firman saja. Misi harus holistik, utuh dan menyeluruh di segala aspek

hidup manusia.3 Jika pelayanan holistik dipahami sebagai pelayanan gereja secara utuh,

maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek. Senada dengan hal tersebut,

menurut Hengky Wijaya bahwa, “Jika pelayanan holistik dianggap sebagai pelayanan

gereja yang menyeluruh, maka pelayanan tersebut harus mencakup semua aspek

pelayanan,”4 dan hal tersebut sudah meliputi “unsur koinonia (persekutuan), marturia

(kesaksian), dan diakonia (pelayanan sosial), yang merupakan hal mutlak

menggerisbawahi penginjilan dan mendatangkan shalom (damai sejahtera, keselamatan)

yang dijanjikan Tuhan.”5 Yakob Tomatala pun memperjelas bahwa, hakikat misi

holistik dapat dijelaskan sebagai “satu yang menyeluruh” yang memiliki kesatuan

integral dengan aspek-aspek lengkap yang utuh. Pemberitaan Injil menyentuh aspek

pelayanan dasar empat dimensi yaitu: persekutuan (koinaneo), pelayanan (diakoneo),

kesaksian (martureo), dan pemberitaan(kerigma/kerusso).6

Menjangkau Yang Tidak Bergereja

Tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan Tuhan bagi gereja adalah

menjangkau jiwa-jiwa yang masih terhilang. Gereja memiliki tanggung jawab moral

dan spiritual untuk tidak hidup dalam zona nyaman menikmati keselamatan yang telah

diperolehnya tanpa memperhatikan orang-orang yang masih terhilang di sekitarnya. Hal

ini merupakan tugas dan panggilan utama yang tidak boleh diabaikan, bahkan pada

saatnya akan dipertanggung jawabkan. Fransiskus Irwan Widjaja mengatakan bahwa,


3
Antonius Missa, “Teologi Misi Holistik: Suatu Diskusi Perspektif Alkitabiah”, Indonesia Journal Of
Religious, vol.5 no. 1 (2022); 31.

4
Hengki Wijaya, Andrew Brake, “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi Theologi Jaffray
(Makassar : 2012);15.

5
Arie de Kuiper, Misiologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003), 74.

6
Yakob Tomatala, Teologi Misi: Pengantar Misiologi: Suatu dogmatika Alkitabiah Tentang Misi,
Penginjilan, dan Pertumbuhan Gereja, (Jakarta: YT Leadership Fondation, 2003), 61.
5

“Dari awal penciptaan manusia, panggilan Allah tidak pernah berubah. Sejak manusia

pertama jatuh dalam dosa, Allah terus berinisiatif mencari yang terhilang, dari

perjanjian lama sampai perjanjian baru bahkan diri-Nya sendiri diutus.” 7 Sebelum

Yesus naik ke Sorga kembali, Ia memberi tugas bagi gereja untuk melanjutkan dan

mengerjakan misi-Nya. Artinya, ada tujuan dan rencana Allah yang hendak dicapai

melalui kehadiran gereja-Nya di dunia ini. Kehadiran gereja adalah rencana Allah

untuk mencapai maksud-Nya. Itu sebabnya, John Stott mengatakan bahwa, “Kita akan

memahami gereja dan misinya ketika kita melihat gereja sebagai bagian dari rencana

dan maksud Allah untuk seluruh dunia”. 8 Dengan berperan aktif dalam pelayaan ini,

maka gereja mewujudkan misi sejati untuk menjadi kesaksian bagi dunia. Fakta yang

memprihatinkan bahwa di dalam gereja, ada orang-orang yang tidak bergereja,

sekalipun telah terdaftar sebagai anggota jemaat. Maka Gereja harus berupaya dengan

menggunakan berbagai-bagai bentuk pelayanan, baik secara rohani maupun jasmani

(holistik) untuk menjangkau mereka. Dalam pelayanan pastoral, anggota gereja yang

tidak bergereja sesungguhnya selalu menerima pelayanan rohani di rumahnya, seperti

kunjungan doa, dan kebaktian rumah tangga, namun orang-orang tersebut tetap tidak

datang bersekutu bersama jemaat lainnya untuk beribadah di gereja. Kemungkinan

besar bahwa orang-orang tersebut menerima pelayanan hanya sebatas sebagai

pengakuannya secara formalitas sebagai anggota gereja, tetapi sesungguhnya belum

diselamatkan. Anggota gereja yang tidak bergereja adalah domba yang hilang yang

harus dicari dan dibawa pulang ke kandang. Oleh sebab itu, maka gereja harus terus

menerus melanjutkan pelayanan rohani kepadanya, tetapi juga menjangkaunya dengan

cara yang lain, yakni dengan metode-metode yang diterapkan dalam pelayanan holistik.

7
Fransiskus Irwan Widjaja, dkk, “Teologi Misi Sebagai Teologi Amanat Agung”, THRONOS: Jurnal Teologi
Kristen, vol.1 no.1 (November 2019); 17-24.

8
John Stot, dkk, Misi menurut Perspektif Alkitab, (Jakata: Yayasan komunikasi Bina kasih 2018), 154.
6

Pentingnya menjangkau anggota jemaat yang tidak bergereja tidak bisa diabaikan dan

harus mendapat perhatian serius. Ketika anggota gereja yang tidak bergereja dijangkau

dengan kasih dan perhatian, mereka akan merasa didukung dan termotivasi untuk setia

beribadah, dan memperkuat ikatan dengan gereja dan sesama anggota jemaat lainnya.

Bahkan penjangkauan ini tidak hanya akan memperkuat pondasi iman jemaat,

tetapi juga menjadi peluang bagi pertumbuhan persekutuan sebagai sebuah komunitas

yang akan menjadi kesaksian lagi bagi oran-orang lain. Beberapa metode atau strategi

yang dapat dilakukan adalah:

Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan di mana gereja dapat

mengaktualisasikan misinya dengan tujuan menjankau orang-orang yang terhilang.

Melalui bidang pelayanan ini, gereja mencerminkan ajaran kristiani tentang kasih dan

pelayanan kepada sesama. Menurut Hengky Wijaya, “Misi dan pelayanan sosial adalah

dua hal yang saling berkaitan dalam mendukung amanat agung Tuhan Yesus.” 9 Mariam

Liku mengatakan bahwa, Gereja diperhadapkan kepada pelayanan yang dapat

menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia seutuhnya yaitu kehadiran gereja dalam

pelayanan sosial seharusnya dapat menyentuh aspek jasmani dan rohani sehingga tidak

hanya memikirkan hal jasmani tanpa mempedulikan aspek rohani dan sebaliknya. 10

Dalam Alkitab, ada begitu banyak contoh pelayanan sosial, diantaranya seperti yang

telah diperankan oleh Tuhan Yesus. Dalam Perjanjian Baru, “Yesus bertindak untuk

melaksanakan firman Allah dengan menerapkan pelayanan sosial, dengan cara:

penyembuhan, pemeliharaan, membangkitkan iman dan kerohanian, pembebasan dari

9
Hengki Wijaya, Andrew Brake, “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi Theologi Jaffray
(Makassar : 2012);1.

10
Maria Liku, “Misi Injili Gereja Sebagai Pelayanan Bagi Perubahan Spiritual”, diakses 26 September
2023, https://www.researchgete.net/publication/346996132-Misi-Injili-Gereja-Sebagai-Pelayanan-Bagi-
Perubahan-Spiritual-Dan-Sosial.
7

berbagai penyakit, kuasa setan, kemiskinan dan dosa.” 11 Gereja mula-mula pun telah

melakukan pelayanan sosial sebagai bagian yang tak terpisah dari misinya. Lebih lanjut

Santosa mengemukakan bahwa, “Tindakan dan pelayanan sosial di gereja mula-mula

begitu kuat dilaksanakan dan akhirnya menjadi ciri gereja sampai masa kini.”12

Pelayanan sosial dapat dilakukan oleh gereja, baik secara keluar maupun secara

kedalam. Gereja perlu keluar melaksanakan pelayanan sosial kepada masyarakat di

tempat-tempat yang direncanakan seperti dalam bentuk bakti sosial, pengobatan gratis,

dan lain sebagainya, tetapi juga dapat melakukan pelayanan sosial secara ke dalam

yakni kepada anggota-anggota gereja sendiri. Artinya, pelayanan sosial keluar tetap

dilaksanakan tanpa mengabaikan pelayanan sosial secara kedalam. Dalam pelayanan

sosial secara kedalam, gereja tidak perlu membeda-bedakan antara yang setia datang

bergereja dengan mereka yang tidak datang bergereja. Sejumlah orang mungkin saja

merasa tidak simpati sehingga menganggap tidak perlu memberi pelayanan sosial bagi

mereka yang tidak datang bergereja; Mereka hanya simpati dan hanya peduli kepada

orang-orang yang setia datang beribadah, namun hal tersebut adalah keliru dan perlu

diluruskan. Tujuan pelayanan sosial (secara ke dalam), tentu tidak hanya meringankan

beban orang yang dilayani, tetapi juga untuk menyentuh hati sanubarinya agar

memahami bahwa saudara-saudara seanggotanya di gereja peduli kepada mereka.

Dalam hal ini, gereja dan orang-orang percaya di dalamnya menjadi alat kesaksian

tentang kabar baik kepada mereka bahwa Tuhan mempedulikannya melalui gereja-Nya.

Harapan di balik pelayanan sosial bagi anggota gereja yang tidak bergereja bahwa

mereka akan bertobat karena tersentuh dan merasakan kepedulian Tuhan melalui gereja-

Nya. Berbagai bentuk pelayanan sosial yang dapat dilakukan oleh gereja, seperti yang

11
Nur Budi Santosa, “Pelayanan Sosial Sebagai Konteks Refleksi Aktivitas Misiologi”, Jurnal STT Intheos
(2013), 7-8.

12
Ibid, 8.
8

dikemukakan oleh Hengky Wijaya yang dikutip oleh Maria Liku bahwa, pelayanan

sisoal dapat diwujudkan dengan membantu korban bencana alam, kelaparan, kesehatan

dan kemiskinan seperti yang dilakukan para rasul pada zamannya (Kis 11:28-29). 13

Kesempatan melakukan pelayanan sosial bagi anggota gereja yang layak dibantu

termasuk bagi mereka yang tidak bergereja, merupakan kesempatan yang baik pula

untuk melakukan pelayanan rohani demi menguatkan imannya dan juga melakukan

pelayanan konseling bagi mereka yang tidak bergereja. Pada situasi di mana orang-

orang tersebut sedang membutuhkan dukungan dan gereja hadir menjawab pergumulan

mereka, maka kesempatan itu akan sangat efektif bagi gereja untuk melakukan

pelayanan rohani. Pelayanan gereja akan sangat bermanfaat jika timingnya tepat atau

sesuai kondisi dan juga tepat sasaran. Oleh karena itu, gereja perlu peka terhadap

kebutuhan-kebutuhan umatnya, sama seperti yang dikemukakan oleh Deflit Dujerslaim

Lilo bahwa, “Gereja yang mengemban misinya dalam bentuk-bentuk pelayanan kepada

umat perlu memperhatikan dengan seksama kebutuhan dari umat tersebut.”14

Pelatihan-Pelatihan

David Sills mengatakan bahwa, panggilan misi di dunia ini dilakukan dengan

ribuan metode.15 Pelatihan-pelatihan adalah salah satu dari berbagai metode yang dapat

dilakukan oleh gereja untuk menjangkau mereka yang tidak bergereja. Yang

dimaksudkan di sini, salah satunya adalah pelatihan yang berkaitan dengan profesi atau

kebutuhan jemaat yang tentu melibatkan para pelatih yang kompeten. Jika pelatihan

yang dilakukan sangat berkaitan dengan kebutuhannya, maka sangat besar pula

kemungkinannya untuk hadir di gereja mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan

13
Ibid.

14
Deflit Dujerslaim Lilo, “Misi Gereja: Menjangkau Yang Tidak Terjangkau Di Era Dan Lasca Pandemi
Covid 19”. Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi vol.3 no. 2 (Desember 2020); 210.

15
M. David Sills, Panggilan Misi, Menemukan Tempat Anda dalam Rancangan Allah bagi Dunia Ini,
(Surabaya: Momentum, 2015), 81.
9

dilakukan di gereja dan diawali dengan ibadah dan pemberitaan Firman Tuhan untuk

menyadarkan pentingnya keseimbangan jasmani dan rohani. Pelatihan ini bertujuan

untuk meningkatkan ekonomi jemaat tetapi dibaliknya ada misi pemberitaan Firman

dan pembiasaan untuk beribadah di gereja. Oleh karena itu pelatihan ini harus

dilakukan secara bertahap, bukan hanya satu kali tetapi berkali-kali dengan tujuan agar

target yang dimaksud berkali-kali juga datang ke gereja bahkan dengan harapan agar

setia datang bergereja. Mungkin saja straegi tersebut membutuhkan biaya yang tidak

sedikit, tetapi gereja yang bermisi harus berani berkorban demi pertumbuhan jemaatnya

dan khususnya demi jiwa-jiwa yang masih terhilang karena tidak bergereja. Strategi

atau model pelatihan lain yang dapat dilakukan gereja adalah pelatihan keterampilan.

Ketika membahas tentang strategi pembinaan warga gereja sebagai titik awal kelahiran

baru, Marbun mengemukakan salah satu model pelatihan yang dapat dilakukan oleh

gereja yaitu pelatihan keterampilan sesuai dengan kebutuhan warga jemaatnya. Marbun

memberi contoh misalnya pelatihan keterampilan memasak bagi jemaat wanita yang

ingin membuka usaha kuliner.16 Pelatihan selanjutnya, yang tidak kalah pentingnya

adalah pelatihan penginjilan (PI pribadi) kepada warga gereja. Tujuannya adalah agar

warga gereja tersebut dapat bersaksi kepada keluarganya yang tidak bergereja, tetangga

di sekitarnya, bahkan kepada siapa saja. Marintan Sitourus menegaskan bahwa, tugas

Penginjilan jangan hanya dimonopoli seorang gembala, melainkan harus melibatkan

anggota jemaat untuk melakukannya. Pelatihan penginjilan dapat menjadi program

penting dalam gereja.17 Sekaitan dengan itu, Selvira Atika Situmorang mengatakan

16
Ernauli Maharani Marbun, dkk. “Strategi dan Model Pembinaan Warga Gereja Sebagai Titik Awal
Kelahiran Baru”, Jurnal SEMNASPA vol.3 no. 2 (November 2022); 102.

17
Marintan Sitorus, Pelatihan Penginjilalan Dan Pertumbuhan Jemaat Berdasarkan Efesus 4:11-12.
(Sulteng: Feniks Muda Sejahtera, 2023), 1.
9

bahwa, “Gereja yang bertumbuh dikehendaki Allah apabila Gereja tersebut berperan

dalam misidan penginjilan. Strategi-strategi, metode, dan model dalam penginjilan


10

yang ada haruslah terus dikembangkan dalam kehidupan jemaat. Haruslah jemaat terus

diberikan motivasi, dorongan, melibatkan anggota jemaat dalam penginjilan dan misi

dan memenangkan jiwa baru bagi Tuhan.”18

Pengobatan Gratis

Tidak dapat dipungkiri kalau kesehatan merupakan kebutuhan utama semua

orang secara jasmani. Kesehatan bukan hanya tentang ketiadaan penyakit, tetapi juga

tentang kualitas hidup dan kesejahteraan, baik individu maupun komunitas. Pelayanan

kesehatan memberikan akses kepada setiap orang untuk mendapatkan perawatan medis

yang diperlukan, mengidentifikasi dan mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan juga

memiliki dampak ekonomi yang besar, karena kesehatan yang baik memungkinkan

seseorang menjadi produktif sehingga memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Maka pemeriksaan kesehatan atau pengobatan gratis merupakan salah satu strategi misi

yang dapat dilakukan gereja untuk menjangkau banyak orang. Gereja akan menjadi

kesaksian yang hidup melalui strategi ini, karena pelayanan kesehatan adalah

perwujudan dari nilai-nilai kemanusiaan dan empati kepada sesama. Program ini akan

menghasilkan manfaat besar kepada masyarakat serta merupakan peluang bagi gereja

untuk melakukan pelayanan rohani. Marsi Bombongan mengemukakan perlunya

pelayanan kesehatan sebagai salah satu strategi misi gereja. Menurutnya, pengobatan

gratis harus sering dilakukan kepada masyarakat karena pelayanan misi di sektor ini

dapat menjadi jalan untuk konseling dan pemberitaan Injil.19 .

Dalam pembahasan tentang strategi dan tantangan mendirikan jemaat,

Manullang mengemukakan perlunya pengidetifikasian terhadap kebutuhan masyarakat

18
Selvira Atika Situmorang, dkk. “Peran Gereja dalam Meningkatkan Peran Misi Penginjilan Jemaat”,
Jurnal Teologi Kontekstual Dan Pelayanan Kristen, vol. 2 no. 2, (November 2022); 147.

19
Marsi Bombongan Rantesalu, “Menelisik Problematika dan Strategi Pelaksanaan Misi Dalam Konteks
Indonesia”, Jurnal Teologi dan Musik Gereja vol. 2 no. 1 (Mei 2022); 41.
11

dan salah satunya adalah soal pelayanan kesehatan. 20 Dengan demikian maka pelayanan

kesehatan merupakan pelayanan yang sangat strategis untuk dikerjakan oleh gereja.

Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga medis, alat medis dan obat-obatan

yang diperlukan, serta tenaga konselor yang akan melakukan pelayanan. Gereja harus

memberi ruang terhadap pelayanan ini sebagai salah satu dari implementasi pelayanan

holostik untuk menjangkau orang-orang yang ada di sekitarnya. Strategi ini akan sangat

bermanfaat jika dipersiapkan dengan baik dan direalisasikan dengan baik.

Transportasi Gratis

Tidak dapat disangkal bahwa untuk mengikuti ibadah di gereja jaman sekarang,

jemaat memerlukan sarana transportasi. Berbeda dengan jaman dulu saat sarana

transportasi masih langka, berjalan kaki adalah pilihan satu-satunya berangkat dari satu

tempat ke tempat yang lain, sepeti ke gereja. Namun pada jaman sekarang, sejumlah

jemaat khususnya yang sudah lanjut usia sering beralasan tidak bergereja karena jarak

dari rumahnya ke gereja yang lumayan jauh. Untuk kasus seperti ini, gereja dapat

membuka cabang kebaktian di tempat-tempat stategis jika memungkinkan, bahkan

justru menjadi sarana untuk mengembangkan pelayanan. Namun salah satu alternatif

sebagai bagian dari pelayanan sosial yang bisa juga dilakukan adalah dengan

menyediakan transportasi gratis. Memang sangat disadari bahwa tidak semua gereja

sudah mampu mempersiapkan trasportasi gratis pada waktu-waktu ibadah di gereja.

Namun bagi gereja yang sudah mapan, strategi ini merupakan salah satu pilihan yang

tidak sulit dilakukan. Musi Teja menceritakan sebuah kisah di sebuah kota, di mana

seorang Pendeta sangat terkejut melihat mobil yang datang menjemput anggota gereja

yang digembalakannya untuk pergi beribadah di gereja yang lain dan mengakibatkan

20
Megawati Manullang, dkk,”Strategi Dan Tantangan Pendirian Jemaat Masa Kini”, Jurnal Pendidikan
Sosial dan Humaniora, vol. 2 no. 2, (Tahun 2023); 1017.
12

Pendeta tersebut berselisih dengan pendeta di gereja yang lain itu. 21 Dengan kata lain

bahwa ada gereja-gereja tertentu yang sudah memberikan layanan transportasi gratis

kepada jemaat untuk datang beribadah di gerejanya. Hal ini merupakan langkah maju

yang akan membuat jemaat semakin tidak sulit mengikutikegiatan ibadah di gereja.

Metode ini tentu sangat bermanfaat bagi anggota gereja yang tidak memiliki kendaraan,

atau tidak mempunyai cukup biaya untuk membayar transportasi setiap kali ibadah di

gereja. Keuntungan strategi ini adalah dapat menciptakan ikatan yang kuat dalam

komunitas gereja, menimbulkan solidaritas dan mempromosikan nilai-nilai

kebersamaan dan persaudaraan. Program ini juga akan menginspirasi dan memotivasi

lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan gereja, memperkuat hubungan sosial

dan spiritual jemaat. Beberapa cara bisa dilakukan oleh gereja dalam melaksanakan

strategi ini, seperti menyediakan mobil gereja, menyewa mobil pada hari-hari ibadah,

atau mengajak anggota jemaat yang memiliki kendaraan untuk melakukan jemputan

kepada anggota jemaat di sekitar, dan lain sebagainya. Intinya terletak pada kesiapan

dan konsistensi gereja melakukan strategi tersebut.

21
Musi Teja, “Perpindahan Jemaat dengan Jemputan”, Academia.edu, diakses 28 September 2023,
https://www.academia.edu/26006954/Perpindahan-Jemaat-dengan-Jemputan.
BAB III

KESIMPULAN

Amanat agung merupakan tugas utama yang telah dipercayakan oleh Tuhan

Yesus kepada gereja-Nya. Oleh karena itu, gereja harus bertanggung jawab untuk

memenuhi panggilannya menjangkau jiwa-jiwa yang masih terhilang. Berdasar dari

fakta bahwa masih ada anggota gereja yang tidak bergereja, dengan kata lain hanya

terdaftar sebagai anggota jemaat, maka misi gereja selain menjangkau orang-orang yang

ada di luar, juga harus menjangkau orang-orang yang ada di dalam yaitu anggota gereja

sendiri yang tidak bergereja. Gereja harus bermisi keluar tanpa melupakan misi secara

ke dalam. Sekalipun orang-orang yang tidak bergereja tersebut tidak terlepas dari

tanggung jawab pastoral, tetapi juga merupakan tanggung jawab misi gereja.

Menjangkau anggota gereja yang tidak bergereja adalah upaya yang sangat penting

dalam memperkuat hubungan gereja dengan semua anggotanya. Dengan membangun

hubungan yang inklusif dan memanfaatkan berbagai metode pendekatan, gereja dapat

memberikan dukungan, pembinaan, dan bimbigan spiritual untuk membawa orag-orang

yang tidak bergereja ke dalam komunitas persekutuan jemaat.

Pendekatan holistik merupakan suatu pendekatan yang diperlukan gereja untuk

melaksanakan tanggung jawab tersebut. Misi holistik diharapkan dapat membuahkan

hasil yang diharapkan selain dari pelayanan pastoral yang terus berjalan. Misi holistik

menekankan pentingnya pemahaman bahwa gereja tidak hanya mengajarkan dan

menekankan iman tetapi juga memberikan perhatian terhadap pelayanan sosial,

ekonomi dan emosional. Dengan demikian, kehadiran gereja berfungsi sebagai sarana

yang dipakai oleh Tuhan untuk memberi dampak positif yang akan dirasakan oleh

seluruh anggotanya bahkan kepada semua orang.

13
KEPUSTAKAAN

John Stot, dkk, Misi menurut Perspektif Alkitab. Jakata: Yayasan komunikasi Bina
kasih 2018.

Kuiper, Arie de Misiologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003.

Lilo, Deflit Dujerslaim. “Misi Gereja: Menjangkau Yang Tidak Terjangkau Di Era Dan
Lasca Pandemi Covid 19”. Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi vol.3 no. 2
Desember 2020.

Liku, Maria. “Misi Injili Gereja Sebagai Pelayanan Bagi Perubahan Spiritual”,
https://www.researchgete.net/publication/346996132-Misi-
Injili-Gereja-Sebagai-Pelayanan-Bagi-Perubahan-Spiritual-Dan-Sosial. diakses
26 September 2023.

Manullang, Megawati dkk. ”Strategi Dan Tantangan Pendirian Jemaat Masa Kini”,
Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, vol. 2 no. 2, Tahun 2023.

Marbun, Ernauli Maharani dkk. “Strategi dan Model Pembinaan Warga Gereja Sebagai
Titik Awal Kelahiran Baru”, Jurnal SEMNASPA vol.3 no. 2 November 2022.

Missa, Antonius “Teologi Misi Holistik: Suatu Diskusi Perspektif Alkitabiah.”


Indonesia Journal Of Religious, vol.5 no. 1 2022.

Powel, Ashley. “How to set up an outreach ministry for your church”.


https://www.subsplash.com/blog/how-to-set-up-an- diakses 16 September 2023.

Putranto, Bambang Eko. Misi Kristen Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia.


Yogyakarta: Yayasan Andi, 2017.

Rantesalu, Marsi Bombongan. “Menelisik Problematika dan Strategi Pelaksanaan Misi


Dalam Konteks Indonesia”, Jurnal Teologi dan Musik Gereja vol. 2 no. 1 Mei
2022.

Situmorang, Selvira Atika dkk. “Peran Gereja dalam Meningkatkan Peran Misi
Penginjilan Jemaat”, Jurnal Teologi Kontekstual Dan Pelayanan Kristen, vol. 2
no. 2, November 2022.

Sitorus, Marintan. Pelatihan Penginjilalan Dan Pertumbuhan Jemaat Berdasarkan


Efesus 4:11-12. Sulteng: Feniks Muda Sejahtera, 2023.

Santosa, Nur Budi. “Pelayanan Sosial Sebagai Konteks Refleksi Aktivitas Misiologi”.
Jurnal STT Intheos 2013.

Sills, M. David. Panggilan Misi, Menemukan Tempat Anda dalam Rancangan Allah
bagi Dunia Ini. Surabaya: Momentum, 2015.

14
15

Suhadi, Jemmy et al., “Formulasi Pastoral Holistik Melalui Pendampingan Pastoral:


Sebuah Rujukan Pelayanan Pastoral Yang Menjawab Kompleksitas Hidup,”
Jurnal Teruna Bhakti 4, no. 1 2021.

Tomatala, Yakob. Teologi Misi: Pengantar Misiologi: Suatu dogmatika Alkitabiah


Tentang Misi, Penginjilan, dan Pertumbuhan Gereja. Jakarta: YT Leadership
Fondation, 2003.

Teja, Musi. “Perpindahan Jemaat dengan Jemputan.”


https://www.academia.edu/26006954/Perpindahan-Jemaat- dengan-Jemputan.
diakses 28 September 2023.

Wijaya, Hengki Andrew Brake. “ Misi dan Pelayanan Sosial”, jurnal Sekolah Tinggi
Theologi Jaffray Makassar : 2012.

Widjaja, Fransiskus Irwan dkk, “Teologi Misi Sebagai Teologi Amanat Agung”,
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen, vol.1 no.1 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai