Anda di halaman 1dari 4

Misi gereja GBKP :

1. menumbuhkan spiritualitas jemaat berbasis Alkitab.

2. menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Allah.

3. memperkuat semangat gotong royong antar sesama jemaat dan masyarakat

4. menggali dan menumbuhkebangkan potensi jemaat untuk bersekutu dan bersinergi

Kemudian, perbandingan misi gereja dengan misi-misi yang telah dipelari dalam mata kuliah
misiologi 2 saat ini:

Pertama, mengenai pendidikan multikultural. Dalam era digital saat ini, gereja GBKP Polonia
mulai memanfaatkan teknologi di era digital saat ini sebagai media untuk mendukung
pelayanan gereja. Sebab harus kita akui bahwa teknologi telah membuat banyak hal menjadi
lebih mudah dalam kehidupan ini, maupun dalam pelayanan gereja. Gereja pasti banyak
terbantu oleh adanya teknologi ini. Namun, tentunya sebagai sebuah “nilai” baru, ada banyak
hal yang baik, tapi ada juga yang kurang baik. Salah satu hal yang kurang mendukung dalam
pelayanan-pelayanan yang dilakukan dengan online adalah tidak semua jemaat mampu
mengikuti peribadahan secara online, apalagi bagi lansia yang rentan terhadap radiasi.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, misi gereja dalam mengabarkan Injil selalu disesuaikan
dengan konteks dan kebutuhan jemaat.

Kedua, misi dalam masyarakat pluralis. Dalam pemberitaan Injil kepada agama lain,
penginjil tidak diperkenankan untuk memberitakan Injil secara langsung atau menyebarkan
ajaran Alkitab, karena hal tersebut dapat menghasilkan penolakan atau bahkan bisa menjadi
sebuah konflik. Gereja GBKP Polonia dalam misinya tidak mengajarkan agar jemaatnya
memberitakan Injil kepada agama lain, tetapi gereja selalu mengajarkan kerukunan antar
suku, ras, umat beragama. Hal ini saya rasa sesuai konteks di era modern saat ini. Tidak perlu
keliling-keliling rumah dan menafsirkan ayat Alkitab kepada orang yang beda agama seperti
aliran yang menyebutnya dirinya Kristen, karena hal itu tidaklah sesuai konteks lagi saat ini.
Tetapi mungkin kita sebagai jemaat gereja, menjadi garam dan terang melalui perbuatan, dan
perkataan, serta menjalin persahabatan dengan mereka yang berbeda agama.

Ketiga, misi sebagai bentuk perjuangan keadilan. Tertarik dengan pandangan Bosch,
yang memaknai misi sebagai ciri keberadaan Kristen. Menurut Bosch, misi adalah pernyataan
diri Allah sebagai Dia yang mengasihi dunia, keterlibatan-Nya di dalam dan dengan dunia,
sifat dan inisiatif-Nya yang merangkul gereja dan dunia, di mana gereja mendapatkan
kesempatan istimewa untuk ikut serta di dalamnya. Misi terutama mengacu pada misi Allah
(missio Dei) yang memberitakan kabar baik bahwa Allah adalah Allah untuk manusia. Misi
juga berarti jawaban ‘ya’ Allah kepada dunia, misi merupakan partisipasi di dalam
keberadaan Allah di dalam dunia. Hal ini sesuai konteks dalam misi GBKP yang kedua, yaitu
menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Allah. Berbagai cara dilakukan
gereja untuk memperjuangkan keadilan, sebab hukum kasih dalam Alkitab berisi tentang
keadilan, dan dimana ada kasih maka disitu akan ada keadilan. Gereja GBKP Polonia
memperjuangkan keadilan sebagai keutuhan ciptaan Allah, dengan berbagai cara, yaitu
dengan kepedulian dan solidaritas gereja terhadap sesama. Keadilan diterapkan oleh gereja
dalam solidaritas terhadap orang yang kurang mampu. Dalam situasi saat ini, awal-awal
pandemi Covid-19, gereja memberikan bantuan sosial kepada jemaatnya yang membutuhkan,
dan juga kepada masyarakat luar yang membutuhkan, hal ini membuktikan sebagai contoh
bahwa gereja menegakkan keadilan dan sebagai misi bahwa gereja berpartisipasi di tengah-
tengah dunia. Kemudian, pola kooperatif. Dalam pola ini, gereja bersama-sama
memperjuangkan keadilan dengan masyarakat yang membutuhkannya dengan melakukan
langkah-langkah seperti mempelajari dengan baik persoalan hak-hak manusia, sehinggga
dapat menentukan dengan benar mana yang perlu dilindungi atau ditegasi, serat
memberdayakan korban ketidakadilan, sehingga mereka menyadari situasi yang dihadapi dan
kemudian sama-sama berjuang, serta bertindak tepat, memberi kesaksian hidup dengan
terlibat secara langsung. Salah satu contoh saya ambil yaitu peristiwa Sigi, Palu, yaitu
pembakaran rumah yang menewaskan beberapa orang Kriten. GBKP Polonia bersama-sama
berdoa untuk para korban dan keluarga. Tidak hanya itu, umat Muslim juga ternyata ikut
mendoakan korban pembantaian di Sigi. Gereja-gereja dan umat muslim juga meminta
pemerintah agar bertindak tegas untuk menangkap pelaku pembantaian. Hal ini membuktikan
adanya kesatuan dan keadilan terhadap sesama.
Keempat, misi sebagai penginjilan. Gereja sebagai mandataris Allah yang telah
menerima Amanat Agung memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada setiap
orang yang belum selamat. Gereja adalah pengemban tugas menyampaikan Amanat Agung
itu. Gereja diutus sebagai suatu subjek yang wajib membagikan keselamatan yang telah
diterimanya kepada dunia ini sebagai objek dari misi Allah tersebut. Dunia ini yang adalah
objek dari misi gereja berisi masyarakat luas dengan berbagai macam ragam perbedaan dan
kemajemukan didalamnya dan gereja tidak bisa dipisahkan dari hal-hal tersebut. Misi dan
penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang harus
dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus
sendiri. Jika misi dihubungkan dengan Amanat Agung dapat kita renungkan kesimpulannya
bahwa Yesus menginginkan tidak ada satupun dari manusia yang terlewati oleh Injil, baik
dari suku atau bangsa manapun juga. Kata semua bangsa ini menyangkut setiap orang, baik
itu laki-laki maupun perempuan, miskin-kaya, jadi artinya ialah bahwa Allah menginginkan
keselamatan yang holistic atas semua orang. Gereja GBKP Polonia terus mengemban amanat
agung yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Misi dan penginjilan yang dilakukan Gereja yaitu
salah satu contoh mengadakan ibadah dan penginjilan ke pelosok-pelosok, dengan tujuan
menyampaikan amanat agung, dan memperkenalkan Yesus sebagai Juruselamat kepada
orang-orang yang belum memiliki kepercayaan atau kepada orang yang masih mempercayai
dan terikat dengan kuasa gaib.
Kelima, misi sebagai kontekstualisasi. Situasi dunia historis sebagai panggung
aktivitas Allah, harus diikutsertakan sebagai suatu unsur pembentuk ke dalam pemahaman
tentang misi. Dalam melakukan misi-Nya di dunia ini, Yesus tidak membubung tinggi ke
langit melainkan menenggelamkan diriNya ke dalam keadaan-keadaan yang sama sekali riil
dari orang-orang miskin, tertawan, buta, tertindas dan termarjinalkan. Hal ini lah yang
dilakukan gereja-gereja. Khususnya gereja GBKP Polonia, yang harus berani memihak demi
kehidupan dan menentang maut, demi keadilan dan menentang penindasan, serta berkarya di
tengah-tengah masyarakat, hidup sebagai hamba, untuk membuktikan kasih Allah kepada
dunia. Budaya yang dimiliki juga menjadi ciri khas gereja GBKP khususnya GBKP Polonia,
untuk menyampaikan nilai-nilai budaya positif yang berhubungan dengan etika, moralitas,
sopan-santun, dan norma sosial. Hal ini menyatakan misi sebagai kontekstualisasi dalam
menyatakan kemulian Tuhan di tengah-tengah dunia.
Keenam, misi sebagai Teologi. Misi haruslah menjadi “tema dari semua teologi. Teologi juga
perlu melihat tugasnya sebagai pemberdayaan gereja bagi kesaksian yang adalah
panggilannya. Kalau demikian, setiap aspek dalam kurikulum teologi, baik dalam gereja
maupun dalam seminari harus mengalami perubahan sehingga kontribusinya menghidupkan
dan berguna bagi pelayanan gereja. Panggilan untuk berteologi secara demikian adalah
panggilan gereja. Selain itu, misiologi sendiri membuat sistematisasi dari perutusan Diri
Allah kepada dunia, seperti terjadi dalam telaah teologis mengenai “Missio Dei” yang
menjadi refleksi misiologi, juga dalam telaah teologis mengenai universalitas keselamatan
Allah, di mana gereja menjadi salah satu penyampaiannya. Dalam hubungannya dengan misi
gereja GBKP, hal ini memiliki hubungan dan kesesuaian konteks dengan misi GBKP yang
kelima yaitu menggali dan menumbuhkembangkan potensi jemaat untuk bersekutu dan
bersinergi. Tetapi selalu ada permasalahan dalam menjalankan misi tersebut. Khususnya
GBKP Polonia, yaitu kurangnya sumber daya manusia dan ketertarikan diri untuk terjun
dalam dunia pelayanan. Sehingga hal ini yang menghambat untuk menjalankan misi tersebut.
Salah satu masalah adalah kurangnya minat pemuda-pemudi dan warga jemaat untuk menjadi
guru sekolah minggu. Tetapi, walaupun setiap misi dan bidang-bidang pelayanan memiliki
permasalahan, selalu ada tujuan atau sasaran dan gereja selalu membaharui diri dan
mengembangkan misinya sesuai dengan konteks masa kini untuk menjawab kebutuhan
jemaat dan agar jemaat gereja menyadari tugas dan tanggung jawabnya dalam melakukan
misi Allah.

Anda mungkin juga menyukai