Anda di halaman 1dari 4

Nama : Evander Purba

NIM : 221010012
Mata kuliah : Misiologi
Program : Magister Filsafat Konsentrasi Etika Pastoral
Semester : III (tiga)
Dosen : Fiorensius Sipayung, Lic. S.Th.

Inti sari Ensiklik Bapa Suci Paus Yohannes Paulus II


tentang Amanat Misioner Gereja
(Redemptoris Missio)

Ensiklik Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II tentang amanat misioner Gereja
(Redemptoris Missio) dikeluarkan setelah dua puluh lima tahun setelah konsili ditutup dan
diterbitkannya dekrit tentang kegiatan misioner Ad Gentes dan lima belas tahun setelah
seruan apostolik Evangelii Nuntiandi yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI.
Tugas perutusan Kristus yang dipercayakan kepada Gereja belum menyentuh garis
akhir. Gereja berefleksi bahwa tugas perutusan hingga saat ini masih berada pada garis awal.
Untuk itu, Gereja harus melibatkan diri dalam tugas perutusan itu dan membiarkan Roh yang
menuntun kita dalam tugas itu. Gereja, melalui Konsili Vatikan II melihat bahwa kegiatan dan
kehidupan Gereja perlu diperbaharui agar sesuai dengan kebutuhan dunia masa kini.
Sebelumnya, konsili telah mengeluarkan dokumen tentang kegiatan misioner dan hasilnya
Gereja sangat mensyukuri akan keterlibatan Gereja-gereja setempat beserta dengan
pimpinannya dalam karya kerasulan. Juga kehadiran komunitas-komunitas kristiani yang
semakin berkembang dan menyebarluas ke berbagai bangsa yang sungguh membagikan
kehidupan rohani kepada semua orang yang mereka jumpai. Di sisi lain, para awam juga
semakin aktif terlibat dalam karya penginjilan dan Gereja-gereja partikular semakin
membangun relasi dan membentuk ekumenis dan dialog dengan anggota Gereja Kristen lain
dan agama-agama lain. Dengan kata lain bahwa kegiatan misioner merupakan perhatian
untuk semua orang beriman. Namun dalam perjalanan waktu, kegiatan misioner akhirnya
merosot. Muncul berbagai kesulitan baik dari dalam maupun dari luar Gereja yang
memperlemah daya dorong karya misi.
Melalui dokumen ini kita diajak untuk memperbaharui kegiatan misioner yang mulai
surut itu. Dokumen ini bertujuan untuk memperbaharui dari dalam yakni memperbaharui
iman dan kehidupan Kristen. Gereja dituntut untuk menghidupkan kembali iman dan identitas
Kristiani. Konsili melihat bahwa Gereja selama beberapa tahun setelah konsili telah kelelahan
memberi kepada orang lain, maka sudah waktunya kita kembali menghidupkan kembali iman
dan identitas kita. Selain itu, konsili juga melihat bahwa kegiatan misioner itu dapat
disumbangkan kepada setiap orang dan kepada semua umat manusia dalam dunia modern
yang mana manusia dalam dunia modern sudah mencapai banyak prestasi yang sungguh
mengagumkan namun tampaknya telah kehilangan kepekaannya terhadap realitas dan dirinya
sendiri. Beberapa tujuan lain yang tampak dari dokumen ini misalnya untuk memperkuat para
saudara dan saudari yang sudah membaktikan dirinya dalam karya misioner, membantu
perkembangan panggilan-panggilan misioner, mendorong para teolog untuk menerangkan
secara sistematis aspek-aspek karya misioner, memberikan dorongan dalam kegiatan misi,
mengutus dan menerima para misionaris, dan meyakinkan orang-orang non Kristen dan para
penguasa negeri bahwa semuanya ini adalah bentuk pelayanan. Kita melayani manusia
dengan menyingkapkan kepada mereka cinta Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus
Kristus.
Kegiatan misioner Gereja pertama-tama lahir dari iman akan Yesus Kristus. Kita
meyakini bahwa oleh kekuatan Roh Kudus, Bapa menjelma menjadi manusia melalui
perawan Maria. Dia turun dari surga demi manusia dan demi keselamatan kita. Peristiwa
penebusan membawa keselamatan kepada semua orang. Kristus yang menderita, wafat dan
bangkit adalah satu-satunya penyelamat yang mampu mewahyukan Allah dan menghantar
kita kepada Allah. Keselamatan itu memiliki nilai universal. Universalitas keselamatan itu
dengan tegas dinyatakan dalam seluruh Perjanjian Baru. Santo Paulus mengakui bahwa
Kristus yang bangkit adalah sebagai Tuhan (bdk. Kor 8:5-6). Dalam Injil Yohanes,
universalitas keselamatan dalam Kristus mencakup semua segi dari tugas perutusan rahmat,
kebenaran dan pewahyuan-Nya (bdk. Yoh 1:9). Pewahyuan Allah menjadi definitif dan penuh
melalui Putera-Nya yang Tunggal satu-satunya (Bdk. Ibr 1:1-2); Yoh 14:6). Dan kepenuhan
wahyu inilah yang menjadikan Gereja bersifat misioner. Gereja tidak dapat lepas dari
pewartaan Injil yang adalah kebenaran itu sendiri.
Paus Yohanes Paulus II melalui dokumen ini menerangkan beberapa aspek tentang
kerajaan Allah. Menurutnya kerajaan Allah dihadirkan oleh Kristus melalui kehadiran-Nya di
dunia, pembaptisan dan pelayanan-Nya di tengah orang-orang banyak. Ciri-ciri kerajaan
Allah dinyatakan melalui kata-kata, tindakan dan pribadi-Nya sendiri. Wujudnya dapat
dibuktikan melalui penyembuhan dan pengampunan. Kerajaan Allah juga nyata melalui
kebangkitan Yesus dari kematian. Dan kerajaan Allah erat kaitannya dengan Gereja sebab
Gereja adalah tubuh-Nya sendiri. Gereja sedang melayani kerajaan Allah. Hal ini tampak
melalui pewartaan-Nya menuju pertobatan. Gereja hadir di dunia dan menyebarluas guna
mewartakan kerajaan Allah dan Gereja hadir menyentuh aspek-aspek kehidupan manusia.
Paus menegaskan bahwa pelaku utama tugas perutusan ialah Roh Kudus. Tugas
perutusan ke mana pun dan kapan pun tak lain dan tak bukan ialah atas penyertaan Roh
Kudus. Roh mengarahkan tugas perutusan Gereja dan menjadikan Gereja bersifat misioner.
Roh itu hadir dan bergiat pada setiap waktu dan tempat sehingga kegiatan misioner itu
tampak secara baru terus menerus.
Paus juga menyebutkan kegiatan misioner dilaksanakan kepada semua bangsa.
Kegiatan misioner mencakup luas secara geografis juga menyentuh setiap golongan di muka
bumi. Bahkan kepada mereka yang menganut keragaman keyakinan yang dinamis. Dalam hal
ini, ada nilai-nilai tertentu yang menjadi keistimewaan Gereja yang melakukan misi baik
kepada mereka yang belum mengenal Kristus, kepada mereka yang sudah mengenal dan
mengimani (reksa pastoral) dan mereka yang mengenal Kristus namun sudah lama
kehilangan arah iman. Dalam melaksanakan kegiatan misioner, paus mengingatkan bahwa
akan ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi baik dari luar Gereja maupun dari dalam atau
anggota Gereja itu sendiri. Namun Gereja tetap didorong untuk melakukan pelayanan yang
intensif.
Dalam dokumen ini, diterangkan bahwa walaupun sebelumnya telah ditetapkan
bahwa kegiatan misioner untuk semua bangsa namun tetap juga dimungkinkan untuk
menentukan batas-batas wilayah tertentu yang kiranya kegiatan misi sangat relevan.
Pembatasan wilayah dikhususkan bagi penginjilan orang-orang yang tidak menjalankan iman
dengan baik. Sementara itu penginjilan untuk orang-orang yang belum mengenal Kristus
hendaknya tetap dilakukan tanpa mengenal batas sembari mengenal dan mempelajari situasi
masyarakatnya ntah sebagai minoritas atau masyarakat yang inklusif pada hal yang baru.
Selain itu, penginjilan yang terarah kepada mereka yang belum mengenal Kristus
pada abad modern ini kiranya mendapat pembaharuan. Situasi orang-orang dewasa ini telah
mendapat perhatian secara khusus mereka yang tinggal di kota dengan gaya hidup yang lebih
modern. Dengan tetap memperhatikan orang-orang terpencil, kita juga hendaknya membuka
mata kepada kaum muda yang begitu drastis pertambahan jumlahnya di negara-negara maju.
Hal yang perlu diperhatikan juga ialah terkait adanya pertukaran penduduk antar negara
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Maka perlulah kita mengenali dan
memahami sosio-kultural masyarakat yang kita hadapi. Sementara melakukan penginjilan,
kita tetap berpatokan pada Sang Pengutus, Yesus Kristus. dalam kondisi dan situasi apa pun,
kita harus setia kepada-Nya.
Dalam melakukan kegiatan misi, paus menyebutkan bahwa kesaksian hidup menjadi
hal yang penting ditunjukkan kepada orang-orang yang dijumpai. Kesaksian itu tampak
melalui perhatian, cinta terhadap orang-orang miskin dan menderita serta kerendahan hati.
Selain itu, walau berada dalam situasi politik atau kekuasaan ekonomi, Gereja dipanggil agar
dengan berani dan bersifat profetis menggunakan sumber penghasilannya sendiri untuk
melayani dan meniru kesederhanaan Kristus.
Dalam realitas tugas perutusan ini, inti pokok pewartaan ialah Kristus yang
disalibkan, wafat dan bangkit. Maka semua jenis kegiatan misi harus didasari oleh inti pokok
pewartaan tersebut dengan mengimplikasikannya pada kehidupan para bangsa. Adapun
tujuan dari kegiatan misioner ini ialah pertobatan dan pembaptisan. Dengannya, Gereja yang
baru akan terbentuk, pembangunan komunitas Kristen yang menandakan kehadiran Allah itu
sendiri. Maka pembentukan basis gerejani akan membantu memperluas kegiatan misioner.
Misalnya paroki. Dengan adanya komunitas Kristen di berbagai daerah tentu akan
berhadapan dengan berbagai kebudayaan setempat. Injil hendaknya dijelmakan dalam
kebudayaan melalui inkulturasi. Selain itu akan dihadapkan juga dengan saudara-saudara
yang berbeda keyakinan. Oleh karena itu Gereja harus hadir dan berdialog dengan mereka.
Dalam dokumen ini diterangkan para penanggung jawab dan pekerja dalam kegiatan
misioner. Pertama-tama yang bertanggung jawab ialah para rasul yang dipimpin oleh Petrus.
Namun sekarang, kepemimpinan diteruskan kepada para uskup yang dikepalai oleh pengganti
Petrus. Adapun para pekerja kegiatan misioner ialah para misionaris dan lembaga-lembaga
hidup bakti serta para imam praja. Selain itu, para lembaga-lembaga kontemplatif juga
diundang aktif dalam kegiatan misi dengan memberikan kesaksian hidup melalui karya-karya
cinta kasih. Peranan kaum awam secara umum juga penting dalam kegiatan misi yang
didasari oleh rahmat baptisan. Dan secara khusus dari antara kaum awam yang berkarya
sebagai katekis dan pelayan pastoral. Selain katekis-katekis, dibutuhkan juga kehadiran para
petugas Gereja lain seperti para pemimpin doa, kor, liturgi, para pemimpin komunitas basis
dan kelompok studi Kitab Suci, para pemimpin kerasulan, guru-guru agama dan awam
lainnya yang harus berperan aktif dalam hidup Gereja. Demi menjaga kesatuan dan
keselarasan kegiatan misioner, maka perlu adanya kongregasi penginjilan yang dipimpin oleh
konferensi-konferensi para uskup.
Dengan begitu luasnya lorong-lorong yang ditempuh dalam tugas perutusan dan juga
para utusan, pribadi maupun lembaga-lembaga, maka perlu adanya kerja sama dalam
kegiatan misioner. Bentuk kerja sama itu pertama-tama ialah kerja sama rohani. Kemudian,
selain kerja sama dalam bidang ekonomi, dalam situasi zaman sekarang dibutuhkan kerja
sama berupa partisipasi langsung. Selai itu pembinaan misionaris juga sangat diperlukan guna
memperkenalkan gaya dan cara bermisi serta tujuan yang mau dicapai. Hal ini umumnya
ditanggungjawabi oleh para imam, para pendidik dan kepada guru-guru. Dalam pelaksanaan
kegiatan misi hendaknya saling memberi dan terbuka satu dengan yang lain. hendaknya tidak
menjadi lembaga yang eksklusif dan terisolasi. Oleh karena itu, maka perlu menghidupi
spiritualitas misioner yakni membiarkan diri dituntun oleh Roh Kudus, menghayati misteri
Kristus, mencintai Gereja dan manusia, dan semangat untuk menuju kekudusan.

Anda mungkin juga menyukai