Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rizol Markus Silaban

Ting/Jur : IV-D Teologia

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Lama II

Dosen : Dr. Jontor Situmorang

Menjelaskan Arti dan Makna Kehidupan Yang Tidak Sia-sia Menurut Kitab
Pengkhotbah

I. Pendahuluan
Hidup adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan, jika kita melihat
kehidupan ini, kita mendapati kehidupan ini seolah olah tidak mempunyai tujuan.
Semuanya terjadi dan terus terjadi karna kehidupan ini tidak dapat dihambat
apapun karena memang harus berjalan. Dalam kitab Amsal 6 seringkali dipakai
untuk memberi nasehat agar manusia belajar dari kerajinan semut dan menjahui
kemalasan para belalang. Semua pertanyaan yang muncul tentang kehidupan ini
tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Semua pemikiran kita itu sia-sia.
Semua kenikmatan tidak membuat kita puas. Semua kekayaan dan kesuksesan itu
hanya anugrah Allah dan kita harus tunduk dan taat kepada Allah.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Pengkhotbah
Pengkhotbah adalah salah satu kitab sastera hikmat yang terdapat
dalam kitab PL. Secara etimologi pengkhotbah berasal dari kata Ibr
Qohelet dengan akar kata qahal yang artinya sidang atau pertemuan,
sehingga pengkhotbah adalah orang yang berdiri di depan sidang/ jemaat
untuk mengajar atau memberitahukan jalan-jalan Tuhan. Ibrani kuno
awalnya memakai istilah “hossoperet”artinya: orang yang cerdas dan
pintar, sehingga orang yang berdiri di depan jemaat tersebut adalah orang-
orang yang cerdas dan pintar. Septuaginta memakai istilah ekklesia artinya
jemaat atau gereja. Sebagai pengajar yang bijaksana maka tujuan
pengajaran adalah memahami arti dan makna kehidupan. 1Sebenarnya kitab
ini tidak berisi khotbah, tetapi lebih kepada sebuah refleksi dari sang
Quhelet atau Pengkhotbah. Itu sebabnya, tidak seperti kitab amsal, kitab
1
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-Kitab Perjanjian Lama (Medan: Bina Media
Perintis, 2016), 155.
Pengkhotbah tidak berisi nashat-nasihat praktis yang dapat langsung
diterapakan dalam kehidupan ini sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
ada khotbah dalam kitab pengkhotbah.2 Jadi, meskipun nama kitab ini
Pengkhotbah, tapi bukan berarti kitab ini memuat atau berisi tentang
khotbah ataupun kata Pengkhotbah yang dimaksudkan berbeda dengan
para pengkhotbah-pengkhotbah sekarang ini yang memberitakan firman
Allah. Kitab Pengkhotbah dibaca pada pesta Pondok Daun, yaitu pesta
memperingati hari perjalanan di padang gurun. Ada dua pandangan
tentang penulis ini yang saling bertentangan satu sama lain. Yang pertama
yaitu pandangan bahwa Salomo adalah penulsnya yang kedua yaitu
pandangan bahwa bukan Salomo yang menulisnya.3
Kitab ini sesungguhnya menyatakan bahwa Allah mengetahui
apa yang sedang terjadi dan umatnya harus bergantung padanya serta
melayani Dia. Kitab ini pun memperingatkan agar berhati-hati dalam
hidup karena manusia harus mempertanggung jawabkan kepada Dia. Kitab
pengkhotbah merupakan semacam traktat perjanjian lama yang
diperuntukan bagi orang dunia. Penulis seakan-akan berkata “ marilah kita
melihat bagaimana rasanya hidup tanpa Allah? Apa yang akan diperoleh
jika hidup hanya oleh hal-hal duniawi? Hidup menjadi sia-sia dan hampa,
menjengkelkan dan penuh penderitaan. Namun, Allah bisa mengubah
semua itu.4
II.2. Tujuan Kitab Pengkhotbah
Kitab ini sesungguhnya menyatakan bahwa Allah mengetahui apa
yang sedang terjadi dan umatnya harus bergantung padanya serta melayani
Dia. Kitab ini pun memperingatkan kita untuk berhati-hati dalam hidup
karena kita akan mempertanggung jawabkan kehidupan kita kepada
Allah.5 Tujuan utama dari Qohelet adalah mengajar/ mendidik. Dia adalah
seorang pengajar hikmat yang berusaha menyampaikan kepada murid-
muridnya yang masih muda, berbagai manfaat konseptual maupun praktis

2
W.S Lasor, Pengantar Perjanjan Lama 2, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2007),145
3
Jeane Ch. Obadja, Survei Ringkas Perjanjan Lama,(Surabaya:Momentum,2014),101
4
Lukas Adi.S,, Smart Book Of Chirstianty:Perjanjian Lama, (Yogyakarta:Penertbit Andi,2015),84
5
Lukas Adi S., Smart Book Of Cristianity, (Yogyakarta: ANDI, 2015), 84.
yang telah dia peroleh selama bertahun-tahun melalui perenungan dan
pengalaman.6
Makna dari Qohelet bisa dipahami sebagian dengan melihat tiga ciri khas
pemikirannya:
1. Mencari kebahagiaan dan hikmat yang kekal
2. Kedaulatan dan pemeliharaan Ilahi
3. Mengambil jalan terbaik dalam tindakan/tingkah laku.
Maka Qohelet sampai pada kesimpulannya yang skeptis “kesia-siaan segala
sesuatu adalah sia-sia” ( 1:2; 12:8). Keyakinan yang dalam akan kedaulatan
dan pemeliharaan Allah.7
II.3. Pengertian Hidup

Hidup adalah bentuk atau kualitas eksistensi yang membedakan makluk hidup dari
benda mati. Karakteristik kehidupan yang dimiliki oleh semua organisme hidup adalah
pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, dan kemampuan untuk menanggapi rangsangan. 8
Hidup berarti masi terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya, bertempat tinggal,
menggalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu, selain itu hidup
meruapakan keberadaan spritual dianggap melampaui kematiann jasmani. 9 Makna hidup
adalah suatu tujuan kepada manusia ada dan kenapa kita ada. Sebab asumsinya adalah
manusa tidak selalu ada dan pernah tidak ada. Jadi kehadirannya dianggap membawa makna
tertentu. Kejadian 1:26-29 “berfirmanlah Allah kita menjadikan manusia itu seturut gambar
dan rupa kita,menurut gambar Allah diciptakannya dia, laki-laki dan perempuan
diciptakannya mereka. Allah memberkati mereka, lalu berfirma Allah kepada mereka
“beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah
atas ikan dilaut dan burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap dibumi.”10

II.4. Arti Dan Makna Hidup Menurut Pengkhotbah


II.4.1. Kesia-siaan Hidup

Dalam 1:12-2:11, Qohelet mulai menguji nilai hidup manusia serta segala
kesibukannya mencari hikmat (1:13-18), menikmati kesenangan (2:1-3), bekerja keras (2:4-
11). Setiap kali ia sampai pada kesimpulan, ini pun sia-sia (1:17,2:1-2,11). Qohelet

6
C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi, ( Malang: Gandum Mas, 2014), 247-248.
7
C. Hassel Bullock, Kitab-kitab Puisi,248-249.
8
Macmillan,Dictionary,(New York:Macmillan Publising,1977), 590.
9
Purwodarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1998), 355.
10
Ringen, Theologycal Dictionary Of The Old Testament vol IV,(Grand Repids Eerdmans,1980), 332.
mengujinya mulai dari hikmat. Hikmat tidak bisa meluruskan apa yang bengkok (1:15),
termasuk mengubah apa yang juga menjadi nasib binatang (3:19). Kematian adalah
penganggu terbesar yang meniadakan arti dan nilai dari setiap usaha manusia, juga yang tadi
masi dapat ditemukan dalam usaha mencari hikmat itu. Orang-orang bijak dan orang-orang
bodoh ditimpa oleh nasib kematian yang sama, dan juga oleh nasib bahwa mereka akan
terlupakan begitu saja. Keduanya sama-sama tidak dingat lagi. Munkin orang-orang bijak
bermimpi bahwa mereka kan diingat terus karena pepatah-pepatahnnya, bahwa tulisan
mereka akan menjadi suatu monument abadi. Tetapi Qohelet mengatakan tidak akan ada
kenangan-kenangan diantara mereka yang hidup kemudian (2:16,1:11). Hikmat tidak
mempunyai bobot yang tetap. 11

Kekayaan jerih payah ada artinya. Besok bisa saja orang kaya terimpa kecelakaan
atau kemalangan, sehingga ia lalu menjadi miskin harus menggalami banyak kesusahan
(6:12-16). Kehidupan masusia sia-sia dan tidak adil. Yang seorang berlelah-lelah, bekerja
dengan hikmat, dan menggalami banyak kesusahan, bahkan mengorbankan waktu tidurnya
tetapi yang lain menikmati hasilnya tanpa jerih payah sedikit pun.12 Sia-sia artinya terbuang
saja, tidak ada gunanya atau dapat juga berarti gagal atau tidak berhasil. Dan tema kitab ini
adalah kesia-siaan. Didalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru yang diterbitkan oleh
lembaga Alkitab Indonesia (ITB-LAI), kata sia-sia muncul sebanyak 86 kali dan kitab
Pengkhotbah saja, kata tersebut muncul sebanyak 15 kali. Dengan demikian, ungkapan
kesia-siaan dalam ktab Pengkhotbah kematian adalah sumber kecemasan dan bukti kesia-
13
siaan. Tetkala Qohelet memikirkan kesia-siaan hikmat dan jerih payahnya, Qohelet tiba-
tiba memberikan nasehat yang tampak positive, yaitu manusia sebaiknya menikmati
kesenagan-kesenangan yang masi diberikan kepadanya dalam hidup yang mengecewakan ini.
Penghargaan terhadap kesenangan hidup. Kesenagan atau sukacita memang adalah sia-sia
juga. Tetapi manusia boleh menikmati kesukaan, karena itu adalah pemberian Allah. Artinya
manusia boleh saja menikmati sukacita dengan apa yang mereka miliki, tetapi hal itu juga
sia-sia. Pemberian Allah yang menjadi sumber sukacita itu juga adalah sia-sia. Barang kali
secara logika, Qohelet merasa lebih baik menikmati sebelum ajal tiba, karena manusia tidak
pernah mengetahui kapan waktunya berakhir. Artinya peristiwa apapun didunia ini tidak
berada dalam tangan manusia, melainkan ditangan Allah.14 qohelet berarti orang yang

11
Eka Darmaputra,Merayakan Hidup,(Jakarta:BPK-GM2013),62
12
Eka Darmaputra,Merayakan Hidup,64
13
S.Wismoady Wahono,Disini Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2009),240
14
Barnabas Ludji,Pemahaman Dasar Perjanjan Lama 2,(Bandung:Bina Media Imformasi,2009),221
berbicara dalam satu sidang atau perkumpulan. 15Sebagaimana yang dijalani manusia, dimana
dalam kitab ini mengatakan bahwa tanpa Allah adalah sia-sia, tiada arti, tiada tujuan, kosong,
dan merupakan sebuah gambaran yang suram. Kehidupan ini tidak adil, bekerja itu tidak ada
gunanya, kesenangan tidak dapat memberi kepuasan, kehidupan yang baik dan pikiran yang
bijaksana menjadi sia-sia karena pada akhirnya menghadapi kematian. 16 Dalam pasal-pasal
pertama kitab Pengkhotbah, pernyataan demi pernyataan dari Pengkhotbah yang tidak biasa,
ia mengatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia (Pengkhotbah 1:2). Ungkapan kesia-siaan
ini mendominasi dan dapat ditemukan hampir di seluruh bagianpasal dalam kitab tersebut.
Dan bagi Pengkhotbah, segala sesuatu adalah kesia-siaan.17Kitab Pengkhotbah ini bukan
berisi khotbah agar pembaca meyakini hidup, bekerja, dan belajar adalah sia-sia. Tetapi
Pengkhotbah mengajak manusia untuk merenung dan menimbang secara kritis segala aspek
kehidupan ini, mulai dari tingkah laku manusia, termasuk makna dan tujuan hidup sendiri.
Pengkhotbah bergumul lalu menyadari bahwa semakin keras ia berusaha memaknai hidup,
semakin ia menyadari bahwa hal tersebut adalah sia-sia. Menurut Pengkhotbah, ternyata tidak
semuanya sia-sia. Ada satu yang tidak, yaitu Allah. Pengkhotbah mengajak orang untuk
menikmati hidup pemberian Allah. Pengkhotbah mengajak untuk tunduk kepada Allah
karena Allah-lah yang tahu segalanya dan hanya Dialah yang tidak sia-sia.18

II.4.2. Ketidak Adilan Dalam Hidup

Qohelet juga memberikan alasan dalam pasal18-23 terkait dengan betapa tidak
adilnya kehidupan, kalau semuanya sama-sama mati juga. Qohelet mengatakan hidup
manusia tidak baik-baik saja. dalam ayat 18 Qohelet mengatakan bahwa pada akhirnya
manusia adalah bintang atau tidak lebih baik daripada binatang. Dengan menyatakan ini,
Qohelet bukan sekedar ingin mengatakan bahwa diri manusia memang selalu ada nafsu atau
naluri kebinatangan. Bukan kelakuakan manusia yang ingn ditekankan Qohelet, melainkan
hekekat diri manusia tu sendiri. Ada satu kesamaan esensial antara manusia dan binatang,
yaitu keduanya sama-sama akan mati, makluk yang pana. Inilah yang hendak diperingati oleh
Qohelet, jadi sehebat apapun kemampuan atau potensi manusia, tetapi saja manusia adalah
debu yang ringkih. Seperti juga yang pernah dikatakan dalam kitab kejadian bahwa manusia
berasal dari debu tanah.19
15
Walter Brueggemann and Tod Linafelt, An Introduction to the Old Testament: The Canon and Cristian
Imagination, (Louisville: Westminster John Knox Press, 2012), 362.
16
Wim Van Der Weiden, Seni Hidup, (Yogyakarta:Kanisius, 1995), 271-272.
17
Diane Bergant, Robert J.Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 492.
18
Emanuel Gerrit Singgih, Hidup di Bawah Bayang-bayang Maut, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 212.
19
Eka Darmaputra,Merayakan Hidup,45-46
Qohelet tidak terlampau tertarik untuk membicarakan hidup kekal sebab itu baru
akan terjadi nanti. Bagi Qohelet, yang lebih menarik itu perhatiannya adalah bagaimana
kenyataan hidup disini, sekarang ini yang memang sama sekali tidak kekal, tetap fana.
Qohelet menyimpulkan bahwa hidup ini sebentar dan kejam. Itulah realita kehidupan yang
harus dihadapi. Meskipun begitu, hidup itu lebih baik daripada mati, menurut Qohelet,
pernyataan terkhir ini mungkin tampak bertentangan dengan apa yang dikatakan dalam
Pengkhotbah 4:2 bahwa orang mati, apa lagi yang sudah lama mati, lebih bahagia daripada
orang yang masi hidup. Namun, itu bukan bebrati Qohelet mati lebih baik daripada hidup,
melainkan karena orang mati atau orang yang sudah lama mati sudah tidak perlu lagi melihat
atau mengalami semua kejahatan yang ada didunia ini.20 Usaha terus menerus dilakukan oleh
manusia pun tidak memberikan hasil yang lestari. Kehidupan manusia yang rawan dan lemah
ditertawakan oleh sifat alam yang berputar dan yang secara terus menerus berulang itu
mengaris bawahi kesia-siaan keberadaan manusia, sehingga manusia tidak dapat berbuat apa-
apa untuk mengubah kedudukannya didalam alam.21 Harus diakui dunia ini memang tempat
yang paling tidak menyengkan bagi orang yang benar atau tempat yang mudah bagi orang
yang jujur. Semakin orang benar menegakkan kebenaran semakin banyak musuhnya. Dalam
keadaan seperti ini, mungkin memang orang yang sudah mati jauh lebih enak daripada yang
masi hidup, yang masi harus menggalami semua itu. Tetapi paling tidak enak, orang hidup
masi mempunyai kesadaran bahwa suatu ketika ia akan mati, sebaliknya, orang yang sudah
mati tidak mempunyai kesadaran atau perasaan-perasaan semacam itu. Namun betapapun
pahitnya realitas atau kenyataan hidup itu, Qohelet tetap mengajurkan menerimanya.22

II.4.3. Hidup Di Hadapan Allah

Mengenai dunia tempat hidup ini, Pengkhotbah mengatakan didunia ini tidak
dimungkinkan adanya penilaian moral, bahwa hikmat hanya berhasil sedikit saja, dan bahwa
kenikmatan hidup adalah satu-satunya pengalaman positive yang ada. Bahwa hidup itu selalu
bersedia dan anda adalah salah seorang dari sekian banyak orang yang oleh Allah diberi
23
kemampuan untuk menigmatinya. Dalam kitab Pengkhotbah dikenal dengan predestinasi
dimana kegiatan dan tingkah laku manusia mempunyai pola yang tetap dan sama dengan pola
kegiatan dan tingkah laku Allah, (3:1-8). Apa yang telah dibuat oleh Allah tidak dapat
berubah atau diubah dan tak ada hal baru yang dapat muncul serta dapat mengubah arah

20
Eka Darmaputra,Merayakan Hidup,47
21
S.Wismoady Wahono,Disini Kutemukan,233
22
S.Wismoady Wahono,Disini Kutemukan,247
23
Jan Cristian Dkk,Purwa Pustaka,(Jakarta BPK-GM,2017),239-240
keberadaan segala sesuatu. Kesusahan kedudukan manusia telah ditetapkan dan dimatraikan
oleh kenyataan bahwa Allahtelah menaruh sifat kekekalan didalam hati manusia. Dengan
kata lain manusia dibuat memang tidak puas dengan pemahamannya yang sepotong-sepotong
tentang dunia ini. Sekaligus ia tidak dimampukan untuk melengkapkan pemahamannya itu
dan ia memang ditakdirkan untuk bingung dan hampa sia-sia. Gambaran tentang dunia
bagaimana manusia hidup adalah gambaran kekacauan nilai-nilai moral yang memang
inheren dalam dunia itu. Dalam dunia itu sama sekali tidak ada batasan yang jelas yang jelas
nilai moral kabur, dan segala jenis ukuran moral bercampur aduk. Baik dan buruk bercampur,
buruk tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain (3:1-16). Kehidupan tidak mempunyai
aturan seperti yang disangkakan berlaku oleh ajaran ortodoks. Keadilan Allah yang disangka
berlaku oleh ajaran ortodoks ternyata tidak berlaku dalam kehidupan ini. Jadi kalau Allah
mencoba memaksakan satu ujian kepada manusia, maka ujian itu bukannlah ujian moral.
Ujian itu hanyalah bermaksud untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa manusia itu
tidak berbeda dari binatang. Keduanya mengalami kematian yang sama, dan mereka juga
sama-sama berasal dari debu dan kembali kepada debu.(3:19-22). 24

II.4.4. Hidup Anugerah Allah

Pergi makan dengan sukacita, dan minum anggur dengan hati yang gembira. Menikmati
UIhidup bersama yang dikasihi sepanjang hidup ini, hidup yang telah diberikan Tuhan
kepada kita dibawah matahari, (Pkh,9:7-9,2:24,3:12-13,5:19,8:15). Disini penulis mau
mengigatkan manusia agar menigmati hidupnya selagi bisa. Kemampuan menikmati hidup
adalah anugerah Tuhan, dan semua itu adalah pemberian dari tangan Tuhan, dan jika tanpa
dia siapa yang mendapatkan kesenangan? (Pkh. 2:24-25,8:15). Ketika manusia mengejar
kenikmatan itu, sebagai tujuan untuk kepentingan diri sendiri saja, itu akan mengarah kepada
rasa ketidakpuasan dan kekosongan. Namun ketika diterima sebagai hadiah dari Allah dan
digunakan bertanggungjawab dalam rasa takut akan Tuhan maka akan mendapatkan
kenikmatan yang luar biasa. Setiap orang dapat makan dan minum, dan menemukan
kepuasan dalam jerih payahnya. Ini adalah anugerah Tuhan. (Pkh,3:12-13). Menikmati hidup
bukan hanya pilihan manusia namun adalah anugerah Allah. Kenikmatan sejati adalah
karunia berdaulat dari rahmat Allah, dia memutuskan siapa harus memilikinya dan siapa yang
tidak. Manusia terjebak dalam situasi di mana mereka tidak memegang kendali, hanya Tuhan
yang berkuasa.25

24
S.Wismoady Wahono,Disini Kutemukan,(Jakarta:BPK-GM,2009),237
25
Martin Harun,Marilah Makanlah Hidanganku,(Jakarta:Lembaga Alkitab Indonesia,2010),188
II.4.5. Hidup Harus Takut akan Tuhan

Manusia sering mencari hikmat agar memiliki keuntungan dalam setiap


kegiatannya, namun kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa itu semua adalah sia-sia
(Pengkhotbah 1: 12-18). Segala sesuatu yang dipekerjakan adalah menyusahkan yang
diibaratkan dengan kegiatan mengejar angin. Bahkan kebahagiaan tidak menghasilkan
keuntungan apapun. Orang bijak maupun orang bodoh memiliki nasib yang sama
(Pengkhotbah. 2: 12-16), kekayaan juga tidak menghasilkan keuntungan karena kekayaan
akan turun kepada ahli waris (Pengkhotbah. 2: 17-26).26 Ada yang menarik dalam kitab
pengkhotbah bahasa Indonesia “Tuhan” dalam kitab pengkhotbah hanya digunakan sebanyak
satu kali. Namun dalam Teks Masora ( Bahasa Ibrani) ada sebanyak 40 kali digunakan kata
“Tuhan” (elohim) yang memiliki pernyataan lebih kepada takut akan Tuhan. Pada pasal 12:
1-7, penulis memulai kalimat “ingatlah akan penciptamu” dan diakhiri dengan kalimat “ roh
kembali kepada Allah”. Disini dapat disimpulkan bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup
adalah harus takut akan Tuhan dan mematuhi setiap perintah-perintahnya. Terdapat 29kali
kata “dibawah matahari” sehingga para kritikus memiliki pertanyaan yakni ada kehidupan
tidak “dibawah matahari”, yang tidak sia-sia.27

III. Refleksi Teologis


Dalam Kitab Pengkothbah pasal yang ke 7:2 berkata “ Pergi
kerumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta karena di rumah
dukalah kesudahan setiap manusia hendaknya orang yang hidup
memperhatikannya “ artinya disini di dalam kehidupan dunia ini
kebanyakan manusia beranggapan bahwa kematian itu adalah suatu yang
tidak menyenangkan mengapa demikian karena di dalamnya ada tangisan
serta kepahitan yang dirasakan namun akan tetapi pengkotbah berkata
bahwa kematian itu adalah suatu hal yang baik, dikarenakan hari kematian
adalah baik dari pada hari kelahiran. Karena hidup di dunia ini sangat lah
singkat dan sangatlah terbatas, dan dalam kehidupan manusia pergi ke
rumah pesta adalah hal yang paling menyenangkan karena disana

26
Bruce K. Walter, an Old Testament Theology, (America: Bibliografi, 2006), 959.
27
Ibid
mendapatkan kesenangan hati dan sukacita sehingga membuat manusia
lupa kepada Tuhan.Disinilah pengkotbah mengajak kita untuk
merenungkan bagaimana arti hidup yang sesungguhnya serta mengajarkan
kita untuk menyadari bahwa kehidupan ini hanyalah sementara dan hanya
membuat kita berfikir untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi dari pada
yang sebelumnya. Janganlah kita menjalani hidup dengan kesenangan
yang hanyalah sia-sia akan tetapi hendaklah kita menjalani hidup yang
menyatakan kemulian Allah itu ada pada diri kita dan kita menyerahkan
seluruh kehidupan kita hanya kepada Tuhan saja karena Anugerah Tuhan
senantiasa beserta kita dan setiap persoalan yang hendak kita hadapi itu
merupakan suatu pembuktian atas karya Allah dalam Hidup manusia dan
barang siapa yang percaya hanya kepada Tuhan tidak menjadikan kalau
hidup kita ini adalah sia-sia melainkan hidup kita ini sangat berarti bagi
Tuhan Yesus.
IV. Kesimpulan

Manusia memang tidak bisa memilih kehidupan yang lain, hanya kehidupan inilah
satu-satunya yang Allah berikan. Oleh karena itu yang bisa dilakukan oleh manusia alah
menerima dan memahaminya dalam kesadaran bahwa hidup ini adalah karunia (anugrah)
Allah. Melalui kitab pengkhotbah ini kita diajak untuk menikmati hidup pemberian Allah.
Setiap orang diajak untuk takut akan Tuhan. Manusia hanya dapat menikmati semua
hikmat dan pengetahuan dalam dunia ini untuk sementara waktu, pengkhotbah tidak
menganjurkan hidup yang sebebas bebasnya. Tetapi Allah mengajak manusia untuk
kembali kepadanya.

V. Daftar Pustaka
Brueggemann, Walter and Tod Linafelt, An Introduction to the Old
Testament: The Canon and Cristian Imagination, Louisville: Westminster
John Knox Press, 2012.
Bergant Diane, Robert J.Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama,
Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Bullock,C. Hassel Kitab-kitab Puisi. Macmillan,Dictionary, New
York:Macmillan Publising,1977.
Cristian Jan Dkk,Purwa Pustaka, Jakarta BPK-GM, 2017.
Darmaputra Eka, Merayakan Hidup,Jakarta:BPK-GM, 2013.
Harun Martin, Marilah Makanlah Hidanganku,Jakarta:Lembaga Alkitab
Indonesia,2010.
Imagination, Louisville: Westminster John Knox Press, 2012.
Lasor W.S, Pengantar Perjanjan Lama 2, Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2007.
Ludji Barnabas,Pemahaman Dasar Perjanjan Lama 2, Bandung:Bina
Media
Imformasi,2009.
Obadja,Jeane Ch. Survei Ringkas Perjanjan Lama,
Surabaya:Momentum,2014.
Purwodarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai
Pustaka,1998.
Ringen, Theologycal Dictionary Of The Old Testament vol IV, Grand
Repids Eerdmans,1980.
Saragih Agus Jetron, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-Kitab Perjanjian Lama
Medan: Bina Media Perintis, 2016.
Singgih Emanuel Gerrit, Hidup di Bawah Bayang-bayang Maut, Jakarta:
BPK-GM, 2001.
S Lukas Adi.,, Smart Book Of Chirstianty:Perjanjian Lama,
Yogyakarta:Penertbit Andi,2015.
Wahono,S.Wismoady Disini Kutemukan,Jakarta:BPK-GM,2009.
Weiden Wim Van Der, Seni Hidup, Yogyakarta:Kanisius, 1995.
Walter Bruce K., an Old Testament Theology, America: Bibliografi, 2006.

Anda mungkin juga menyukai