Anda di halaman 1dari 9

Seminar Jemaat GIII Minami Ibaraki,

Sabtu, 4 Mei 2019

Alkitab Adalah Firman Allah !


Teologi Biblika

2 Timotius 3:16-17
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik.”
“Semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan
yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia
supaya hidup menurut kemauan Allah. Dengan Alkitab itu orang yang melayani Allah dapat
dilengkapi dengan sempurna untuk segala macam pekerjaan yang baik.”
2 Timotius 3:16-17 BIMK
“All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for reproof, for
correction, for instruction in righteousness: That the man of God may be perfect, thoroughly
furnished unto all good works.”
2 Timothy 3:16-17 KJV

Pendahuluan

Alkitab adalah sebuah buku yang sangat unik. Mengapa disebut unik? karena Alkitab adalah
buku yang tidak pernah punah dari zaman kezaman. John McDowell dalam bukunya yang
berjudul apologetika menyebutkan keunikan Alkitab karena : (1) satu-satunya, tunggal; (2)
berbeda dari yang lain, tidak ada yang sepadan dengan Alkitab. Bahkan secara jelas, Alkitab
adalah sebuah karya Allah yang unik :
1. Ditulis selama kurun waktu sejak zaman Musa.
2. Ditulis dari generasi ke generasi, lebih 40 generasi.
3. Ditulis oleh orang-orang dari berbagai latarbelakang, lebih dari 40 orang dengan
latarbelakang berbeda.
4. Ditulis di berbagai tempat berbeda.
5. Ditulis dalam berbagai konteks namun berkaitan.
6. Ditulis dalam berbagi konteks suasana pada saat penulisan.
7. Ditulis dalam tiga bahasa, Ibrani, Yunani, Aramaik.
8. Ditulis dalam pengajaran dari nubuatan, sejarah, kepriadian yang tepat.
9. Alkitab diterjemahkan dengan berbagai macam bahasa Negara dan suku.
10. Dari sisi penjualannya, Alkitab adalah kitab yang dijual lebih dari 2,5 miliar
eksemplar.
11. Alkitab adalah kitab suci yang mampu bertahan menghadapi berbagai macam
tantangan dari zaman ke zaman.
12. Manuskrip Alkitab dari yang tertua ditemukan dan disusun serta dapat dilihat di
website https://www.schoyencollection.com/

Keunikan dari Alkitab inilah yang menjadi dasar bagi orang percaya untuk memperlajari
Alkitab. Ajaran/Doktrin Alkitab akan menarik dipelajari jika dimulai dengan satu pertanyaan
klasik, “Bagaimana manusia dapat mengenal Allah?” Allah yang didefinisikan sebagai satu
Pribadi yang Mahabesar pastilah tidak dapat dikenal oleh kemampuan manusia manapun.

1
Bagaimanakah mungkin manusia yang dipenuhi dengan kelemahan dapat mencapai
pengenalan akan Allah yang Mahabesar? Bukankah Allah penuh dengan kesempurnaan?
Maka tidaklah mungkin untuk mengenal Allah melalui akal budi kepintaran manusia.
Sebagaimana yang dituliskan John Calvin bahwa bijaksana sejati berasal dari pengenalan
akan Allah dan pengenalan akan diri. Tetapi seseorang tidak akan dapat mengenal dirinya
secara tepat sampai ia mengenal Allah dengan tepat dan apa yang Ia katakan tentang
manusia. Maka, pengenalan akan Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam iman
percaya kepada-Nya.

Satu-satunya cara yang mungkin untuk manusia dapat mengenal Allah adalah melalui
penyataan Allah kepada manusia. Dan satu-satunya waktu yang mungkin untuk manusia
dapat mengenal Allah adalah ketika Allah berkenan menyatakan diri-Nya kepada manusia.
Ketika seseorang berkenan untuk mengenal Allah, maka ia akan mencari segala pengetahuan
yang ia dapat ketahui tentang Allah. Tetapi, ia hanya dapat mencari segala pengetahuan
tentang Allah tersebut melalui akal budinya yang terbatas dalam kelemahan manusiawi.
Sedangkan ketika Allah berkenan untuk dikenal oleh seseorang, maka Ia dalam segala
kesempurnaan-Nya akan menganugerahkan pengetahuan tentang diri-Nya kepada manusia
yang terbatas tersebut. Maka manusia yang terbatas pun, akan dimampukan oleh Allah untuk
mengenal diri-Nya.

Pembahasan

I. Wahyu Allah
Kejadian penciptaan dunia dan segala isinya adalah sebuah kejadian yang begitu unik dan
tiada taranya. Jonathan Edwards mengatakan bahwa seharusnya hal yang paling pasti adalah
bahwa Allah, yang menciptakan dunia, semua manusia dan semua benda didalamnya, akan
menyatakan diri-Nya sendiri kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan suatu cara
sehingga mereka dapat mengertinya.

Wahyu adalah Suara Allah, yang menghilangkan semua keragu-raguan dan memetraikan
semua jawaban ke dalam kepastian. Para tokoh Theologia seperti Agustinus dan Calvin
menyatakan bahwa tidak mungkin bagi seseorang untuk mengerti wahyu pemikiran
menggunakan akal budi. Tetapi juga tidak mungkin untuk berpikir secara wajar tanpa wahyu,
yakni Firman Allah. E.H. Bancrof dalam Christian Theology berkata dalam kerangka babnya
bahwa sebuah wahyu Allah itu sangat memungkinkan, sangat menjanjikan, dapat dipercayai
dan penting. Tanpa penyataan diri Allah YHWH kepada umat-Nya, tidak mungkin umatnya
dapat mengenal dan menemukan-Nya. Disinilah kita dapat melihat bagaimana Allah
menyatakan diri-Nya melalui Wahyu.

Allah menyatakan diri-Nya kepada umat manusia melalui wahyu umum dan wahyu khusus.
Kedua sarana ini benar-benar cocok satu sama lain. Keduanya adalah wahyu dari Tuhan
untuk Allah menyatakan diri-Nya sendiri dan dengan demikian Ia memberikan kepastian
akan diri-Nya.

Wahyu Umum

Wahyu umum adalah sebuah wahyu yang penerimanya adalah semua ciptaan-Nya. Wahyu
umum tidak datang dalam komunikasi verbal sebab wahyu umum disampaikan kepada semua
manusia melalui alam, yakni dalam hal-hal yang Allah ciptakan. Alkitab mengajarkan bahwa
Allah Tritunggal menciptakan semua benda (Kej 1) dan ciptaan-Nya menyatakan ketuhanan-

2
Nya. Semua manusia mengetahui Allah yang benar melalui alam. Hal ini tidak mungkin
dihindari. Inilah berita yang disampaikan dalam Roma 1:18-21 dan Mazmur 19:1-6. Dengan
demikian setiap kenyataan dari tatanan yang diciptakan membuktikan kebenaran dan
keberadaan Allah Tritunggal dalam Alkitab. Hal ini senada dengan ungkapan dari James
Boice yang mengatakan
“Terdapat cukup bukti tentang Allah dalam sekuntum bunga untuk memimpin
seorang anak maupun seorang ilmuan untuk menyembah Dia. Terdapat cukup
bukti pada sebuah pohon, sebuah kerikil, sebutir pasir, sebuah sidik jari untuk
membuat kita memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.”
Segala sesuatu yang dipelajari seharusnya dalam sebuah pola pikir bahwa ia sedang
memperlajari wahyu umum.

Wahyu umum merupakan pembawaan lahir dalam pengertian akan eksistensi dan karakter
Allah yang dimiliki semua orang oleh natur mereka. Dalam Roma 2:14-15, rasul Paulus
mengajarkan doktrin wahyu umum yang dibawa sejak lahir. Terdapat pengetahuan yang
dibawa sejak lahir tentang Allah dalam setiap manusia. Pengetahuan tentang Allah yang
sudah tercipta dalam diri manusia sebagaimana juga yang telah dibuktikan secara ilmiah
dalam bidang Neurosains bahwa sejak mulanya manusia diciptakan bertumbuh untuk mencari
Allah.

Wahyu Khusus

Sepanjang sejarah pewahyuan dan penebusan yang bersifat progresif, Allah berbicara kepada
umat-Nya melalui bermacam-macam cara (Ibr 1:1-3), yang mana pewahyuan ini kemudian
dituliskan untuk kita. Wahyu khusus hanya ditemukan dalam Alkitab pada masa kini. Wahyu
khusus adalah bentuk komunikasi verbal. Ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia
melalui komunikasi verbal, maka Allah berbicara dengan bahasa anthropomorfis atau dengan
kata lain Allah berbicara dengan bahasa manusia karena kita adalah manusia dan hanya
bahasa manusialah kita dapat pahami. Sehingga dalam wahyu khusus ini Allah berbicara
dengan bahasa analogis untuk dapat memaham maksud dan tujuan komunikasi Allah
terhadap manusia.

Komunikasi Allah Bersifat Progresif


Dalam komunikasinya, Allah tidak berkomunikasi secara sekaligus kepada manusia, wahyu
khusus dikomunikasikan secara progress. Wahyu khusus ini diberikan kepada manusia secara
bertahap sedikit demi sedikit selama berabad-abad; sebagian kepada Adam, Abraham, Musa,
dst.

Dalam kitab perjanjian lama, kita melihat bermacam-macam konvenan (perjanjian) yang
diadakan dan ditetapkan Allah dengan umat-Nya. Perjanjian Eden, Adam, Nuh, Abraham,
Musa, Daud hingga konvenan baru dalam Yesus. Dalam masa perjanjian lama, Allah
berbicara dalam bentuk teofani (manifestasi Allah yang dapat dilihat, Kej 3:1;dll); mimpi-
mimpi (Kej 37:5,dst); suara yang dapat didengar (Ulangan 5:4); Urim Tumim (Bil 27:21,
Ezra 2:63); mujizat-mujizat (Kel 7-12;dst), dll. Itu semua bentuk komunikasi Allah terhadap
manusia, namun dalam kovenan yang baru, Allah tidak berkomunikasi dengan cara yang
lama melainkan dengan Yesus yang adalah Wahyu Allah/Firman Allah yang berinkarnasi
(Yoh 1:1-3,14). Mulai dari konvenan lama dalam kitab Kejadian hingga konvenan baru
dalam Yesus Kristus dalam kitab Wahyu, semuanya ada kesinambungan yang tidak dapat
dibatalkan.

3
Kanonisasi Alkitab
Kata kanon berarti ukuran/aturan atau tongkat pengukur. Kanonisasi terakhir terjadi pada
tahun 397 M pada konsili Karthago namun pada konsili Karthago kitab-kitab belum dibagi
dalam pasal-pasal dan ayat-ayat. Pembagian yang pertama terjadi pada tahun 1228 M dan
pembagian terakhir pada tahun 1551 M. Pada waktu itu ke 66 kitab (39PL dan 27PB)
disahkan sebagai totalitas Firman Allah. Hal ini tidak berarti bahwa manusia dalam Gereja
memiliki otoritas dalam menentukan Firman Allah atau bukan melainkan Gereja mensahkan
dan mengakui apa yang sudah merupakan Firman Allah.

Perjanjian Lama telah lengkap pada 400SM dan perjanjian baru pada 70 M. Sebagain besar
Perjanjian Lama telah disahkan zaman nabi Ezra abad ke 5 SM. Kemudian tahun 90 M,
sinode Jamia juga mengkonfirmasi kitab-kitab Perjanjian Lama. Perjanjian Baru mengutip
Perjanjian Lama sebanyak 209 dari 260 pasalnya (PB).

Gereja berpegang bahwa kanon Alkitab merupakan suatu koleksi dari kitab-kitab yang
diinsprirasikan. Dengan hamper tidak ada pernyataan para Reformator dari abad 16
mengesahkan kanon 397 M. Dan abad 17, ke 66 kitab ini diakui secara tidak diragukan oleh
Sidang Gereja (Konsili) Westminster.

Sata Gereja dalam proses pengambilan keseluruh Firman Allah, ada beberapa criteria yang
spesifik dalam penilaian secara kuantitatif. Perjanjian Lama sudah diterima karena :
1. Kepenulisannya bersifat Kenabian
2. Penerimaan oleh orang/agama Yahudi
3. Konsistensi Doktrin dalam keseluruhan kitab Perjanjian Lama
Hal ini juga sama dengan Perjanjian Baru yang diterima karena :
1. Kepenulisannya bersifat Kerasulan
2. Penerimaan diterima oleh Gereja mula-mula
3. Konsistensi Doktrin dalam keselarasan Alkitab.
Konsistensi ajaran masuk dalam pertimbangan kanonisasi. Sejumlah buku ditolak pada poin
ketiga. Sebagai contoh kitab-kitab apokrifa tidak pernah dipertimbangkan bagian dari kanon
karena tidak dikutip dalam Perjanjian Baru. Beberapa kitab bahkan tidak mengklaim inspirasi
untuk kitab itu sendiri dan banyak yang mengandung kesalahan-kesalahan, tahayul-tahayul,
ajaran tentang kebajikan, dll.; begitu juga dengan kitab-kitab pseudopigrafa.

Daftar Kanon
Perjanjian Lama:
1. 5 kitab taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
2. 12 kitab sejarah: Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, 1&2 Raja-raja, 1&2
Tawarikh, Ezra, Nehemia dan Ester.
3. 5 kitab puisi/syair: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah & Kidung Agung.
4. 5 kitab nabi-nabi besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel.
5. 12 kitab nab-nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos,Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zafanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.

Perjanjian Baru:
1. 4 kitab injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
2. 1 kitab sejarah: Kisah Para Rasul.
3. 21 surat-surat: Roma, 1&2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika,
1&2 Timotius,Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus,1,2&3 Yohanes dan Yudas.

4
4. 1 kitab nubuat: Wahyu.

Kitab-Kitab Apokrifa:
1. Kebijaksanaan Salomo (kira-kira tahun 30 sM)
2. Eklesiastikus (Sirakh) (132 sM)
3. Tobit (kira-kira tahun 200 sM)
4. Yudit (kira-kira tahun 150 sM)
5. 1 Esdras (kira-kira 150-100 sM)
6. 1 Makabe (kira-kira tahun 110 sM)
7. 2 Makabe (kira-kira 110-70 sM)
8. Barukh (kira-kira 150-50 sM)
9. Surat Nabi Yeremia (300-100 sM)
10. 2 Esdras (kira-kira tahun 100)
11. Tambahan pada Ester (140-130 sM)
12. Doa Azaria (abad kedua atau pertama sM) (Kidung Tiga Pemuda)
13. Susana (abad kedua atau pertama sM)
14. Dewa Bel dan Naga (kira-kira 100 sM)
15. Doa Manasye (abad kedua atau pertama sM)
Kumpulan kitab lainnya dikenal sebagai Psedepigrafa Perjanjian Lama (atau "kitab-kitab
yang ditulis dengan nama samaran"). Delapan belas kitab ini ditulis oleh para penulis Yahudi
antara tahun 200 sebelum Masehi dan tahun 200 Masehi. Kitab-kitab tersebut mula-mula
ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani, dan sudah dipelihara dalam bahasa Yunani,
Siria, Etiophia, Kupti, dan Armenia.

Kitab-Kitab Pseudepigrafa:
1. Kitab Yobel
2. Surat Aristeas
3. Kitab Adam dan Hawa
4. Yesaya Mati Syahid
5. 1 Henokh
6. Wasiat Dua Belas Patriarkh
7. Orakel dari Sibyl
8. Pengangkatan Musa ke Surga
9. 2 Henokh, atau Kitab Rahasia Henokh
10. 2 Barukh, atau Apokalips Siria dari Barukh
11. 3 Barukh, atau Apokalips Yunani dari Barukh
12. 3 Makabe
13. 4 Makabe
14. Aboth Pirke
15. Kisah Ahikar
16. Mazmur-mazmur Salomo
17. Mazmur 131
18. Fragmen Sebuah Karya Tulisan Orang Zadok

Otoritas Alkitab
Alkitab mengajarkan bahwa otoritas tertinggi yang bersifat mutlak. Hanya Alkitab
merupakan standart untuk mengevaluasi dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab
berdiri sebagai hakim dari segala sesuatu dan tidak pernah dihakimi oleh sumber lain apapun.

5
Keintegritasannya tidak diragukan karena Alkitab merupakan wahyu dari Allah yang Maha
Tinggi. Dengan sederhana ditegaskan bahwa Alkitab harus dipercaya dan diikuti karena
Alkitab merupakan Firman Allah yang mutlak dan benar. Alkitab kekal, isinya cukup untuk
mengenal dan memahami karya-Nya.

Inspirasi Penulisan Alkitab


Dalam 2Timotius 3:16 dituliskan bagaimana tulisan yang diilhamkan Allah. Dalam
terjemahan bahasa Yunani digunakan kata Theopneustos diartikan dihembuskan/dinafaskan
Allah. Roh Kudus, penulis Alkitab yang sebenarnya, memampukan para rasul dan para nabi
untuk mencatat wahyu Allah dengan suatu cara yang dapat dipercayai secara mutlak. Mereka
dipimpin oleh Roh Kudus sehingga tulisan-tulisan mereka tidak lebih dan tidak kurang
sebagai wahyu Allah yang tanpa kesalahan (2Petrus 1:20-21).

Bukti-Bukti Inspirasi
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti inspirasi berarti ilham. Yaitu ilham
yang datang pada pikiran manusia dan akhirnya melekat pada jiwa atau hati manusia, akan
tetapi inspirasi biasanya justru datang ketika ada rangsangan dari luar diri manusia.

Terdapat dua bukti yang dihubungkan dengan Alkitab. Bukti Internal (dalam Alkitab) dan
eksternal (diluar Alkitab) yang menegaskan kebenaran klaim-klaim Firman Allah.
Internal: Mujizat-Mujizat (Markus 2:1-12); penggenapan nubuat mengenai Yesus; sejarah
dunia, perubahan hidup orang-orang Kristen, ketidakterbatasan Alkitab dalam memenuhi
kebutuhan dan menyelesaikan masalah; sifat tidak dapat merusak (Yer 36:21-28), kesatuan
isi (Luk 24:27), dll. Menunjukan Alkitab benar-benar merupakan Inspirasi Roh Kudus.
Eksternal: tulisan-tulisan dari Gereja mula-mula dan sejarahwan, penemuan-penemuan
arkeologi, hasil-hasil sains merujuk kepada Alkitab.

Tetapi bahkan dengan fakta-fakta internal dan eksternal sebagaimana adanya, tanpa karya
Roh Kudus dalam hati, tidak seorangpun akan mengakui kebenaran Alkitab.
Dalampembelajarannya, pembuktian internal dan eksternal member kita suatu keyakinan
rasional tentang hal ini, tetapi Roh Kudus yang diam dalam hati memberikan kepada kita
“kepastian”.
Inerransi Alkitab
Inerransi didefinisikan sebagai kualitas bebas dari keselahan yang dimiliki Alkitab. Firman
Allah tidak dapat salah dan tidak menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta. Hal
ini bukan berarti berbicara mengenai salinan yang diterjemahkan saat ini tanpa kekeliruan
kata/terjemahan melainkan berbicara tentang manuskrip yang asli. Sehingga dalam membaca
terjemahan yang baik, sangat sedikit ditemukan kesalahan jika merujuk kepada teks aslinya.

Alkitab tidak pernah berkontradiksi dengan dirinya sendiri, sehingga sangat penting untuk
melihat dan memperlajari Alkitab sebagai Firman Allah yang cukup memberikan kepada
pembaca bagaimana karya Allah dikerjakan di dunia dan dalam diri.

Menyangkali inerransi berarti menjuliki Allah pembohong, tetapi Allah tidak dapat
berbohong (Titus 1:2). Rasul Paulus menyimpulkan hal ini dalam Roma 3:4. Waktu seorang
menolak Firman Allah sama artinya ia menolak Allah Firman tersebut.

II. Pandangan Mengenai Alkitab

6
Pandangan Liberal/Neo Liberal

Pandangan ini, seperti yang diperjuangkan oleh orang-orang seperti Rudolf Bultmann dan
para pengikutnya, tidak memperhatikan kesejarahan peristiwa-p existiwa Alkitab. Satu-
saumya aspek yang penting dan' Alkitab adalah beritanya. Pandangan ini berusaha mencari
inti kebenaran yang terkandung dalam Alkitab. Sebenamya, Bultmann berpegang bahwa
untuk mengerti secara tepat kebenaran Alkitab, seseorang harus melakukan “demitologisasi” 1
Perjanjian Baru mengenai Kristus. Kristus lebih dilihat sebagai tokoh mitos ketimbang
sebagai tokoh historis dalam Alkitab, dan mengasumsikan bahwa Alkitab memerlukan guatu
penerjemahan ulang yang bersifat “ilmiah” modern supaya dapat berguna.

Bagi Bultmann, yang penting adalah berita tentang Kristus, tetapi bukan kesejarahan-Nya.
Apakah peristiwa kelahiran melalui anak dara atau peristiwa kebangkitan benar-benar terjadi
atau tidak, tidaklah penting bagi “hermeneutika baru” ini; Pesan yang digambarkan diklaim
lebih penting.

Post-Bultmannian menyadari penolakan terhadap Yesus seperti ini adalah gnostik (suatu
bidat yang melepaskan dirinya dari sejarah yang nyata) dan memulai suatu penyelidikan baru
mengenai Yesus yang historis, tetapi hasil-hasil mereka masih tetap bersifat bidat.

Pandangan Neo-ortodoks

Suatu pandangan yang lain adalah pandangan dari Karl Barth dan aliran hermeneutika Neo-
Ortodoks. Menurut pandangan ini Alkitab berisi Firman Allah, tetapi Alkitab bukan benar-
benar Firman Allah. Barth menolak semua wahyu umum dan berpegang bahwa satu-satunya
wahyu Allah yang benar adalah Kristus sendiri.

Dengan kata lain, bahwa Allah tidak melengkapi ciptaan-Nya dengan kebenaran (wahyu
umum), atau bahwa Allah juga tidak menyampaikan suatu kebenaran melalui tulisan-tulisan
para nabiNya (wahyu khusus).

Barth beranggapan tidak pantas bagi Allah untuk menyampaikan Kristus yang transenden
melalui cara yang rendah, berupa proposisi-proposisi logis pada halaman-halaman yang
dicetak. Jadi menurut opininya, Alkitab hanya mengandung kesaksian tentang Kristus,
Alkitab tidak benar-benar perkataan Kristus. Ia percaya bahwa Allah berbicara kepada

1
Istilah yang digunakan oleh Rudolf *Bultmann untuk melukiskan suatu cara, yang dengannya kebenaran dasar Injil
menjadi dapat diterima oleh orang-orang modern. Dunia PB asing bagi kita, kita tidak dapat mempercayai campur tangan
Allah atau makhluk-makhluk supranatural dalam urusan-urusan kehidupan kita, dan jauh di masa lalu kita sudah membuang
kerangka kosmik pemikiran abad pertama dan abad-abad sesudahnya mengenai *surga, *bumi, dan *neraka. Adalah wajar
jika para penulis PB terikat untuk menggunakan kerangka budaya yang bermakna pada zamannya. Pertanyaannya adalah:
apakah Injil masih dapat dimengerti jika pandangan dunia telah berganti? Karya Bultmann dalam *kritik historis atas Injil-
injil telah menimbulkan pandangannya yang benar-benar skeptis terhadap apa yang diyakini sebagai sesuatu yang autentik,
namun sebagai seorang apolog *Kristen ia melihat hal ini sebagai keuntungan positif, *iman tidak harus disandarkan pada
fakta yang dapat dibuktikan Iman adalah keputusan untuk memilih kehidupan baru dalam Kristus. Pilihan ini diperhadapkan
kepada kita ketika pengkhotbah memberitakan Kristus yang *tersalib. Kehidupan baru ini dilukiskan oleh Bultmann dalam
terminologi filsafat eksistensialisme. Kehidupan lama dalam kejatuhan dan keterasingan kini diubah ke dalam autentisitas
dan integritas total. '*Mitos' adalah deskripsi peristiwa-peristiwa yang disebut supranatural dalam bahasa dunia ini, seperti
kelahiran melalui seorang *dara dan *kebangkitan. Cerita-cerita ini bukanlah sejarah, melainkan wahana yang dengannya
segi-segi makna *salib dapat disingkapkan. Injil mungkin masih merupakan '*batu sandungan', yang menimbulkan
perlawanan orang-orang modern, seperti yang terjadi di Korintus (1Kor. 1:23); namun, menurut Bultmann, Injil yang
demitologisasinya, paling tidak, menempatkan 'batu sandungan' tersebut di tempat yang benar. Para kritikus Bultmann
berpendapat bahwa ia kelewat bersemangat untuk menolak hampir seluruh pandangan dunia PB dengan menyingkirkannya
ke dalam pemikiran mitologis dan terlalu antusiastik menganut filsafat eksistensialis Martin Heidegger, kolega sezamannya.
http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=DEMITOLOGISASI

7
seorang pribadi (secara mistik) saat orang tersebut membaca Firman-Nya. Menurut
pengertian ini Alkitab menjadi Firman Allah bagi pembaca. Maka keseluruhan pemahaman
tentang kebenaran menjadi bersifat subyektif. Siapapun dapat mengklaim telah mendengar
“Kristus” berbicara kepadanya. Siapa yang dapat menegurnya?

Neo-ortodoks juga menolak pentingnya berpegang dengan kemutlakan kesejarahan Alkitab.


Akhinya, kepentingannya terletak pada pengalaman pribadi yang otentik tentang “Kristus”
dan yang bersifat mistik daripada dalam kata-kata Alkitab.

Pandangan Ortodoks

Yang berlawanan dengan teori-teori liberal, neo-liberal, dan neo-ortodoks adalah pandangan
yang bersifat historis dari eksegese ortodoks, bagi mereka Fimian Allah adalah kebenaran
absolut dan obyektif. Kebenaran Allah ditemukan dalam dokumen-dokumen yang tertulis itu
sendiri. Dokumen-dokumen ini (yakni, Alkitab) tersedia bagi semua!

John Murray menyatakan “Otoritas Alkitab adalah suatu fakta yang obyektif dan permanen
yang terletak pada kualitas inspirasi . Dua tiang iman yang sejati pada Alkitab sebagai Firman
Allah adalah saksi yang obyektif dan kesaksian yang bersifat internal.” Murray menunjuk
pada Firman Allah yang bersifat self-otentik dan kesaksian internal dari Roh Kudus yang
satu-satunya terus menyatakan kepada manusia bahwa Allah dan Firman-Nya adalah benar
(lKor 2:6-16).

III. Kesimpulan
Dengan demikian harus ditegaskan bahwa Alkitab mengklaim infallibilitas untuk dirinya
sendiri (2Tim 3:16,17; Yoh 10:35; Ams 30:5). Bukan hanya hal ini, tetapi Alkitab juga self-
otentik dari permulaan sampai akhir:
1. Terdapat koherensi internal. Ada suatu dasar yang menyatukan yang eksis, tema
perjanjian seluruhnya, tanpa suatu kontradiksi. Tidak ada literatur lain dalam sejarah
dunia yang mengklaim atribut sedemikian!
2. Terdapat sifat sorgawi dalam materi yang terdapat dalam “Kitab,” suatu kuasa yang
berlimpahan-limpah dan pemikiran yang mendalam yang dapat ditemui, dan juga
cukup sederhana untuk dimengerti oleh seluruhnya. Alkitab ini mengubah hidup dan
dunia.
3. Terdapat suatu unsur kuno dalam materi yang terdapat pada Audtab. Monoteisme
dinyatakan sebagai agama dari suatu bangsa kuno yang dipilih Allah.
4. Terdapat penggenapan nubuat. Lebih dari 300 nubuatan dalam Perjanjian Lama
digenapi dengan kedatangan Kristus dan zaman Perjanjian Baru. Allah
menyatakannya sebelum waktunya, dan lalu membuktikan Firman-Nya dengan
menggenapinya kemudian.
5. Terdapat banyak pembuktian self-otentik yang lain mengenai kebenaran Firman
Allah. Namun demikian, semua kesaksian lahiriah ini tidak akan pernah menyebabkan
seseorang setuju dengan Firman Allah. Hanya oleh karya batiniah dari Roh Kudus
Allah maka seseorang dapat datang pada pandangan ortodoks tentang Kitab Suci. Saat
seseorang dilahirbarukan oleh Roh Kudus Allah (Titus 3:5,6), maka ia benar-benar
dapat membaca dan memahami secara spiritual Firman Allah dan menundukkan
dirinya kepada Firman tersebut (lKor 2:6-16).

Kepustakaan :
Kevin J. Corner A Practical Guide To Christian Belief , Gandum Mas, Jawa Timur.

8
Taufik Pasiak, Tuhan Dalam Otak Manusia, Mizan, Bandung.
W. Gary Crampton, Verbum Dei (Alkitab : Firman Allah), Momentum, Surabaya
Referensi Tambahan :
David L. Baker, Satu Alkitab Dua Perjanjian, BPK, Jakarta
Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, BPK, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai