NIM : 2213111060
KELAS : REGULER F
Imanensi Allah merujuk pada kehadiran Allah di dalam dunia, bahwa Ia dekat dengan
umat-Nya. Ia bukan Allah yang masa bodoh terhadap apa yang terjadi dalam dunia
ini, tetapi Ia terlibat dalam urusan keseharian manusia. Dia bertindak di dalam dunia
ini dan tinggal di antara umat-Nya. Dalam beberapa teks, gambaran tentang
transendensi dan imanensi disebut sekaligus (Ul 4:39; Ul 10:14-15; Yos 2:11 “sebab
TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah”). Logikanya,
jika Allah itu tidak terbatas, maka Ia juga mahahadir, termasuk di dalam kita dan di
dalam alam semesta. Dengan demikian, Allah adalah imanen. Inkarnasi Yesus Kristus
adalah wujud paling tinggi dari imanensi Allah. Allah menjadi manusia, diam di
antara kita dan peduli pada nasib kita.
Janji utama Allah kepada manusia menegaskan imanensi-Nya, yaitu “Aku menyertai
engkau” (Kej 26:28; 28:15, 20; 31:3; Kel 3:11-12; Yes 7:14; Mat 1:23). Janji ini
diulang-ulang dalam seluruh Alkitab (Ul 4:7; 7:6; 14:7; 26:18; 2Sam 7:24; 2Kor 6:18;
Why 21:7). Penegasannya jelas: Allah ada Allah kita dan kita adalah umat-Nya.
Keprihatinan, kepedulian dan keberpihakan Allah kepada umat-Nya juga dinyatakan
dalam Mzm 11:7 “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang
tulus akan memandang wajah-Nya.”
Jawab : Dapat kita ketahui bahwa alkitab adalah tulisan yang berisi tentang firman
yang yang disampaikan Allah kepada umat manusia. Maka dari itu alkitab dinyatakan
tepat dan ketanpasalahan karena alkitab memiliki kriteria tertentu yang membuktikan
dirinya sebagai Firman Allah, beberapa kriteria itu adalah
Satu, Alkitab (PL dan PB) adalah Firman Allah yang memiliki otoritas yang mutlak
artinya tidak gagal (infallibility) yang mengatur iman dan hidup orang percaya
(otoritas yang mutlak -infallible authority).
Pemazmur mengatakan: “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan
TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tidak
berpengalaman”(Maz 19:7). Alkitab yang berisi hukum dan peraturan adalah sabda
Allah. Seluruh perkataan dalam Alkitab adalah Firman Allah sehingga sebagai
konsekwensinya, seseorang yang tidak mempercayai dan tidak mentaati Alkitab
berarti tidak mempercayai dan tidak mentaati Allah. Selanjutnya Alkitab juga disebut
sebagai kitab suci, dengan sebuah makna bahwasanya Alkitab di dalam isi
pengajarannya menampilkan kekudusan Allah yang Mahatinggi. Alkitab menghakimi
dosa manusia tanpa pandang bulu-tanpa kompromi. Semua manusia dituntut untuk
hidup sesuai dengan kekudusan Allah atau yang tidak sesuai dengan tuntutannya
mereka akan menerima disiplin dan hukuman. Di sinilah letak kekuatan otoritas
Alkitab yang mengikat orang-orang percaya. Bernard Ramm sebagaimana dikutif
Milard J Erickson menyatakan: firman tertulis yang objektif, Alkitab yang
diinspirasikan, bersama dengan firman yang subyektif, penerangan batiniah (ilmunasi)
dan keyakinan dari Roh Kudus, mengandung otoritas bagi orang-orang Kristen.
Dua, Ketidaksalahan Alkitab (Innerancy).
Oleh karena pengawasan, pengaruh, secara supranatural dari Roh Kudus, maka
Alkitab dalam naskah aslinya tidak menegaskan apapun yang bertentangan dengan
fakta. Alkitab dalam keseluruhannya adalah tak berkesalahan (innerant), bebas dari
segala kesalahan, kepalsuan, atau tipu day[4]. Penulis Amsal menegaskan: “Semua
firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-
Nya. Jangan menambahi firman-Nya supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap
pendusta.” (Amsal 30:5,6).
Misalkan, kita menjumpai dua laporan yang berbeda di Alkitab, hal ini belum tentu
membuktikan kesalahan Alkitab, tetapi bisa dijelaskan berhubungan dengan
perspektif dua penulis sesuai dengan maksud dan tujuannya yang terlihat dalam
konteks dan juga berkaitan dengan keterbatasan informasi waktu itu.
Kaum Injili meyakini ineransi berarti Alkitab itu benar /tidak bersalah atas apa yang
diajarkan, bukan atas apa yang dilaporkan. Ineransi berarti Alkitab itu benar kalau
dilihat dari segi budaya di saat pernyataan itu dibuat. Ineransi berarti Alkitab itu
benar/tidak salah kalau dilihat dari maksud tujuan penulis. Dan ineransi itu berarti
Alkitab itu benar dalam melaporkan kejadian sejarah dan ilmiah dalam bahasa
fenomena dan tidak dalam bahasa ilmiah.
Konsekwensi dari ineransi Alkitab adalah; Satu, kekonsistenan teologi. Jika Allah itu
maha kuasa dan maha tahu, Ia pasti mengetahui segala sesuatu , termasuk kesalahan
dalam hal apapun , dan Ia sanggup mempengaruhi penulis Alkitab untuk menghindari
kesalahan itu; Dua, kepentingan epistemology[5], jika Alkitab terbukti bersalah dalam
hal-hal yang dapat kita periksa, apa yang membuat kita yakin bahwa Alkitab tidak
bersalah dalam hal-hal yang membutuhkan iman (tidak bisa kita periksa)?
Tiga, Alkitab adalah Jelas (Clarity-perspicuitas).
Alkitab ditulis dalam suatu cara tertentu sehingga pengajarannya dapat dimengerti
oleh orang yang membaca dengan mencari pertolongan Allah dan dengan kesediaan
untuk mengikuti ajarannya. Apalagi sekarang Alkitab sudah diterjemahkan dalam
berbagai bahasa, hal ini akan lebih memudahkan para pembacanya untuk mengetahui
maksud Allah di dalamnya. Alkitab juga sebagaimana dikatakan oleh para reformator
(abad 16) memiliki kualitas “perspicuitas” artinya memiliki kejelasan, tembus
pandang atau transparan. Kejelasan ini menunjuk kepada jalan keselamatan. Alkitab
begitu jelas menyatakan bahwa Yesus adalah kebenaran yang mutlak. Hal ini dapat
dimengerti sekalipun oleh orang yang tidak berpendidikan dan bahkan oleh anak-anak
kecil yang diterangi Roh Kudus. Meskipun demikian Alkitab tidak menjawab seluruh
keingintahuan kita akan segala sesuatu. Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN,
Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita
sampai selama-lamanya, …”(Ul. 29:29). Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
TUHAN (Saya Tidak tahu) dan hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita (Saya tahu).
Beberapa hal kebenaran sesungguhnya telah dinyatakan dan kita tidak tahu hal-hal
yang tidak dinyatakan. Hal-hal yang tidak dinyatakan merupakan rahasia bagi kita dan
rahasia itu ada pada Allah. Sebenarnya kita harus puas dengan mengetahui kehendak-
Nya bagi kehidupan kita di Alkitab. Oleh karena itu yang penting, kita harus taat pada
apa yang telah kita ketahui dalam firman-Nya[6].
Yang masih berkaitan dengan ini, Alkitab tentu saja menjadi bersifat sangat
diperlukan (Neccesity-neccessitas). Alkitab diperlukan untuk mengenal Injil, untuk
memelihara kehidupan rohani dan untuk mengetahui kehendak Allah. Rasul Paulus
menegaskan kepada Timotius: “ Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap
manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik “ ( 2 Tim.
3:16,17).
Empat, Alkitab sudah cukup (Sufficiency-sufficientia).
Alkitab sudah cukup dalam menjelaskan firman Tuhan yang dimaksudkan agar umat
manusia mengenal sejarah penebusan (redemptive history) dan Alkitab terdiri dari
firman Allah yang kita perlukan untuk masuk ke dalam rencana Allah dalam
keselamatan, untuk mempercayai Dia dengan sepenuhnya dan untuk mentaati Dia
dengan sepenuhnya.
Paulus mengingatkan Timotius : “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah
mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau
kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” (2 Timotius 3:15).
Yakobus kepada jemaat perantauan : “ Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah
menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu
menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” (Yakobus 1:18).
Dan Petrus kepada jemaat diaspora: “23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan
dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup
dan yang kekal. 24 Sebab: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala
kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, 25
tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan
Injil kepada kamu. (1 Petrus 1:23 -25).
Lima, Alkitab merupakan kesatuan (unitas).
Alkitab yang terdiri dari 66 kitab yang ditulis oleh sekitar 40 orang dengan latar
belakang yang berbeda, ditulis dalam jangkau waktu yang hampir 16 abad, akan tetapi
Alkitab memiliki satu sistem doktrin yang jelas, tidak bertentangan satu sama lain,
satu konsep moral yang sama, satu sistem keselamatan yang searah- keselamatan
hanya di dapat melalui korban Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak domba Allah, dan
Alkitab memiliki satu pusat yaitu Yesus Kristus (lambang dan bayangan) dalam
Perjanjian Lama menunjuk kepada Yesus Kristus yang menjadi pusat berita Perjanjian
Baru.
Enam, Ada banyak nubuatan dalam Alkitab yang sudah digenapi.
Nubuatan yang digenapi bisa disebutkan di sini antara lain; Nubuatan tentang
penghakiman bangsa Mesir dan penggenapannya (Kej. 15 ; Kel. 4-12; dan Yeh. 29-
30); Sejarah Israel dan perserakkannya merupakan penggenapan dari nubuat yang
terdapat dalam Ulangan 28; Nubuatan yang paling rinci digenapi adalah nubuatan
tentang Yesus Kristus; lahir dari seorang perawan (Yes. 7:14; Mat. 1:18-25; Benih
Abraham (Kej. 12:3, Mat. 1:1-2); Suku Yehuda (Kej. 49:10; Mat. 1:2); Keturunan
Daud (2 Sam. 7:12; Mat. 1:1,6); Lahir di Betlehem (Mikha 5:1, Mat.2.:1, Luk. 2:4-7);
Diurapi Roh Kudus (Yes. 11:1-2, Mat 3:16), Menunggang keledai masuk Yerusalem
(Zakh. 9:9, Mat. 21:1-7); dicelakai sahabat dekatnya (Maz.41:10, 55:13-15; Yoh.
13:18,21-26) ; dijual seharga 30 keping perak (Zakh. 11:12-13, Mat. 27:3-10);
ditinggalkan para murid-Nya, (Zakh. 13:7, Mat. 26:56b); kaki dan tangan-Nya di
tusuk (Maz. 22:17, Zak. 12:10); Tak sebuah tulangpun dipatahkan ( Kel.12:46, Zakh.
12:10, Yoh. 19:36-37); baju luarnya dibagi-bagi dan baju dalamnya diundi (Maz.
22:19, Yoh. 19:23-24); menderita karena dosa manusia (Yes.53:5-6, 1 Pet. 2:24);
ditinggalkan Allah (Maz. 22:2, Mat. 27:46); bangkit dari kematian (Maz. 16:10-11,
Kis. 2:24, 27-28, 30-32); naik ke sorga (Maz. 16:10-11, Ef. 4:8-10); duduk di sebelah
kanan Allah Bapa dan menaklukkan musuh-musuh-Nya di telapak kakiNya (Maz.
110:1, Kis. 2:33-35, Ef. 1:20-21). Artinya bahwa nilai Kebenaran Alkitab teruji
dengan tepat.
5. Terangkan hakikat motif dan dasar iman Katolik!
Jawab : Hakikat Iman menurut teologi Katolik dijelaskan bahwa iman adalah
keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang disingkapkan oleh Allah dalam Kitab
Suci dan Tradisi Suci yang diberikan Gereja kepada manusia dalam suatu bentuk
singkat di dalam keyakinan-keyakinannya.
Dasar dari iman katolik adalah Tradisi Suci dan Kitab Suci namun disamping itu ada
satu hal lagi yang menjadi dasar dari iman katolik yaitu magisterium. Tradisi suci
dalam iman katolik terjamin kebenarannya walaupun tidak secara tertulis, karena
dipelihara oleh Gereja yang adalah tiang Pondasi kebenaran. Contoh Tradisi Suci
adalah orang Katolik memegang tanda Salib Katolik. Yang kedua adalah Kitab Suci
atau pendalaman Alkitab Katolik yang menurut doktrin Katolik adalah penyampaian
Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan
berkarya di dalamnya (Kolose 3:16). Dan yang terakhir adalah magisterium.
Magisterium adalah wewenang kuasa mengajar Gereja Katolik. Salah satu produk
dari Magisterium adalah Katekismus Gereja Katolik (KGK). Magisterium juga adalah
sebuah tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu,
dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang
kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus.
Jawab : Pewahyuan diluar gereja ialah mewahyukan diri diluar kegiatan pelayanan
dalam ibadah gereja yaitu dengan cara membantu sesama tanpa harus membeda
bedakan sesama dan selalu bersikap jujur. jkita juga dapat mewahyjukan diri dengan
cara rajin membaca firman Tuhan , rajin bedoa dan selalu memnampilkan citra yang
baik sebagai umat ciptaan Yesus yang baik.
8. Apa kesimpulan anda tentang manusia menurut kitab kejadian pengajaran Yesus dan
Paulus. Dimana titik perjumpaan dan perbedaan ketiga konsep tersebut?
Jawab : Dapat disimpulkan melalui kitab kejadian, pengajaran Yesus dan Paulus bahwa
manusia sebagai gambar dan rupa Allah atau dalam arti lain manusia memiliki bentuk
tubuh yang diciptakan sama seperti Allah. Selain itu manusia memiliki sifat seperti Allah
= baik, penolong dan mengasihi. Serta manusia adalah makhluk Tuhan yang telah
ditebus, ketika percaya kepada Yesus maka Roh Allah ada dalam orang percaya dan Roh
itu yang akan menolong agar manusia baik tubuh, jiwa dan rohani semakin diperbaharui.
Sehinga kapan dan dimanapun manusia baru itu sangat penting. Manusia yang telah
diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan, di mana orang-
orang yang percaya kepada Kristus memiliki kedudukan baru yaitu dari kebinasaan
dipindahkan kepada hidup yang kekal dan manusia yang terus diperbaharui serta
dipersatukan dengan Kristus. Sebagai manusia baru di dalam Kristus, orang percaya tidak
lagi menjadi senjata-senjata kelaliman tetapi sebaliknya menjadi senjata-senjata
kebenaran dan hidup memuliakan Allah.
Jawab : Dalam Alkitab kita menemukan bahwa manusia diciptakan Allah segambar
dengan rupa Allah. Segambar dengan rupa Allah dalam Bahasa Latinnya disebut
sebagai Imago Dei. Makna kesegambaran Allah memiliki makna yang sangat dalam
untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, tugas dan tanggung jawab manusia
terhadap sesama dan alam. Manusia diciptakan menurut “Gambar dan Rupa“ Allah
(Ing: in His own image). Kata-kata yang digunakan untuk “Gambar dan Rupa“ di
dalam teks asli Alkitab Bahasa Ibrani adalah “teselem dan Demuth.” Tselem artinya
“gambar yang asli, patung atau model”, sedangkan Demuth artinya “copy, tembusan“.
Jawab :
Dasar Teologis Hak asasi manusia.
Pertama, HAM tidak pernah dilepaskan dari Hak Asasi Manusia. Hak
mengimplikasikan kewajiban, sebab hak hanya menjadi hak setelah kewajiban
terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga mengimplikasikan hak, sebab kewajiban hanya
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban
adalah kesewenang-wenangan , sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan.
Dalam etika Kristen (menurut Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya ETHICS)
menjelaskan bahwa “kebebasan” (hak) dan “ketaatan” (kewajiban) adalah dua sisi
dari satu mata uang, yaitu “tanggung jawab”. Tidak ada tanggung jawab tanpa
ketaatan, tetapi juga tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan.
11. Bagaimana posisi hak asasi manusia dalam pewartaan iman Katolik?
Jawab : Gererja mengakui HAM seb agai hak yang berasal dari Tuhan karena sudah dibawa
sejak lahir suatu hak yang mutlak di bawa sejak lahir dan besifat universal yang artinya tiap
tiap orang memiliki hak atas dirinya sendiri. Dalam kejadian 1 ayat 26-29 dikatakan bahwa
HAM adalah hak paling azasi yang di bawa sejak lahir. nah dari sini alkitab mengajarkan
bahwa umat katolik harus menghargai HAM. manusia diciptakan seganbar dan sserupa
dengan allah maka wajib menghargai dan menghargai HAM drenrgan cara menghargai
sesama tanpa melihat ras golongan dll dan harus diperjuangkan