Anda di halaman 1dari 38

Pertanyaan: Apakah atribut-atribut Allah? Bagaimanakah Allah itu?

Jawaban: Kabar baik bagi kita, dalam kita berusaha menjawab pertanyaan ini, adalah bahwa
banyak yang dapat kita ketahui mengenai Allah! Anda yang membaca penjelasan ini mungkin
akan lebih jelas kalau Anda membaca seluruh penjelasan ini lebih dahulu dan kemudian
mengulangi mempelajari bagian-bagian Alkitab yang disebutkan supaya mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas. Referensi-referensi Alkitab mutlak diperlukan karena tanpa
otoritas Alkitab apa yang dikatakan di sini tidak lebih dari sekedar opini manusia yang sering
salah mengerti Tuhan (Ayub 42:7). Kita tidak pernah dapat mengatakan dengan cukup betapa
pentingnya bagi kita untuk mencoba mengerti siapa Tuhan itu! Kegagalan kita mengerti siapa
Tuhan akan menyebabkan kita membentuk, mengikuti dan menyembah illah yang salah yang
berlawanan dengan kehendakNya (Keluaran 20:3-5).
Kita hanya dapat mengetahui apa yang Allah sendiri ungkapkan. Salah satu dari atribut atau
qualitas Allah adalah terang, yang artinya hanya Dia sendiri yang dapat mengungkapkan
informasi mengenai diriNya (Yesaya 60:19; Yakobus 1:17). Fakta bahwa Allah telah
mengungkapkan pengetahuan mengenai diriNya sendiri tidak boleh diabaikan begitu saja,
supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan
masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. (Ibrani 4:1). Ciptaan, Alkitab dan Sang
Firman yang telah menjadi daging (Yesus Kristus) akan menolong kita untuk mengenal
bagaimanakah Tuhan itu.
Mari kita mulai dengan memahami bahwa Tuhan Allah adalah Pencipta kita dan kita adalah
bagian dari ciptaanNya (Kejadian 1:1; Mazmur 24:1). Tuhan berfirman bahwa manusia
diciptakan menurut gambarNya. Manusia melampaui segala ciptaan dan diberikan kuasa atas
ciptaan lainnya (Kejadian 1:26-28). Ciptaan telah dikotori oleh kejatuhan namun tetap
memberikan gambaran mengenai karya Tuhan (Kejadian 3:17-18; Roma 1:19-20). Dengan
mempertimbangkan luasnya ciptaan Tuhan, kompleksitasnya, keindahan dan keteraturannya,
kita dapat membayangkan keluarbiasaan Tuhan.
Beberapa nama Tuhan berikut ini dapat menolong kita dalam usaha kita mengerti seperti
apakah Tuhan itu.
Elohim Yang kuat, illahi (Kejadian 1:1)
Adonai Tuhan, mengindikasikan hubungan antara Majikan dan hamba (Keluaran 4:10, 13)
El Elyon Yang Mahatinggi, Yang paling perkasa (Yesaya 14:20)
El Roi Yang kuat Yang melihat (Kejadian 16:13)
El Shaddai Allah yang Mahakuasa (Kejadian 17:1)
El Olam Allah yang kekal (Yesaya 40:28)
Yahweh TUHAN yang adalah Aku, artinya Allah yang berada dengan sendirinya dalam
kekekalan (Keluaran 3:13,14)
Mari kita melanjutkan mempelajari atribut-attibut lainnya dari Allah. Allah itu kekal, berarti
Dia tidak berawal dan keberadaanNya tidak akan pernah berakhir. Dia kekal, tak terbatas
(Ulangan 33:27; Mazmur 90:2; 1 Timotius 1:17). Allah itu tidak berubah, dan ini berarti Allah
dapat dipercaya dan diandalkan (Maleakhi 3:6; Bilangan 23:19; Mazmur 102:26, 27). Allah
tak terbandingkan, artinya tidak ada satupun yang seperti Dia dalam karya atau keberadaan;
Dia tak ada taranya dan sempurna adanya (2 Samuel 7:22; Mazmur 86:8; Yesaya 40:25;
Matius 5:48). Allah itu melampaui segala pengertian, artinya Dia tidak dapat diselami dan
tidak dapat dipahami secara sempurna (Yesaya 40:28; Mazmur 145:3; Roma 11:33,34).

Allah itu adil, artinya Dia tidak membeda-bedakan seorang dengan yang lain (Ulangan 32:4;
Mazmur 18:31). Allah Mahakuasa, artinya Dia berkuasa atas segalanya, Dia dapat melakukan
apa saja yang dikehendakiNya, namun apa yang dilakukanNya senantiasa sesuai dengan
karakterNya (Wahyu 19:6; Yeremia 32:17, 27). Allah Mahahadir, artinya Dia senantiasa hadir
dan Dia hadir di mana-mana, namun tidak berarti segalanya adalah Tuhan (Mazmur 139:713; Yeremia 23:23). Allah Mahatahu, artinya Dia mengetahui masa dulu, sekarang dan akan
datang, bahkan segala yang kita pikirkan. Karena Dia mengetahui segala sesuatu, keadilannya
selalu ditegakkan (Mazmur 139:1-5; Amsal 5:21).
Allah itu Esa, artinya bukan saja tidak ada Allah lain, tapi juga berarti hanya Dia yang dapat
memenuhi kebutuhan hati kita yang paling dalam, dan hanya Dia satu-satunya yang layak
untuk kita sembah dan puja (Ulangan 6:4). Tuhan itu benar adanya, artinya Dia tidak bisa dan
tidak akan membiarkan kesalahan. Karena kebenaran dan keadilanNya maka Yesus harus
menanggung hukuman Tuhan karena dosa-dosa kita sehingga dosa-dosa kita dapat diampuni
(Keluaran 9:27; Matius 27:45-46; Roma 3:21-26).
Allah berdaulat, artinya Dia adalah Pemegang kekuasaan tertinggi. Semua ciptaanNya, sadar
atau tidak sadar, tidak dapat merusak rencana-rencanaNya (Mazmur 93:1; 95:3; Yeremia
23:20). Allah itu Roh, artinya Dia tidak kelihatan (Yohanes 1:18, 4:24). Allah adalah Allah
Tritunggal, artinya tiga tapi satu, sama secara substansi, setara dalam kuasa dan kemuliaan.
Perhatikan bahwa dalam Matius 28:19, dalam bahasa Inggris, nama adalah dalam bentuk
tunggal sekalipun dipakai untuk tiga pribadi berbeda-Bapa, Anak, Roh Kudus (Matius
28:19; Markus 1:9-11). Allah adalah kebenaran, artinya Dia tidak pernah bertentangan
dengan diriNya sendiri, dan tidak dapat melakukan yang tidak benar dan tidak berbohong
(Mazmur 117:2; 1 Samuel 15:29).
Allah suci, artinya Dia tidak dapat bercampur dengan segala kerusakan moral dan menentang
segala yang berdosa. Allah melihat kejahatan dan marah karenanya. Sering kali Alkitab
menyebutkan api bersama-sama dengan kesucian. Allah dilukiskan sebagai api yang
menghanguskan (Yesaya 6:3; Habakuk 1:13; Keluaran 3:2,4,5; Ibrani 12:29). Allah itu penuh
anugrah hal ini termasuk kebaikan, kemurahan, belas kasihan dan kasih semua kata ini
menggambarkan arti dari kebaikan Tuhan. Kalau bukan karena anugrah Tuhan, segala atribut
Tuhan akan membuat kita terpisah daripadaNya. Kita bersyukur bahwa bukan demikian
halnya karena Dia ingin mengenal setiap kita secara pribadi (Keluaran 22:27; Mazmur 31:20;
1 Petrus1:3; Yohanes 3:16; 17:3).
Ini adalah suatu usaha yang sederhana untuk menjawab sebuah pertanyaan besar. Kiranya
Anda terus bersemangat untuk lebih mengenal Dia (Yeremia 29:13).
Pertanyaan: Apakah Allah ada? Apakah ada bukti mengenai keberadaan Allah?
Jawaban: Apakah Allah ada? Saya merasa tertarik melihat begitu banyak perhatian yang
diberikan kepada perdebatan ini. Survei terbaru mengatakan 90% masyarakat dunia percaya
akan keberadaan Allah atau kuasa lain semacamnya. Namun demikian, tanggung jawab untuk
membuktikan keberadaan Tuhan dilemparkan pada orang-orang yang percaya bahwa Tuhan
ada. Menurut saya seharusnya terbalik.
Namun demikian, keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Alkitab bahkan

mengatakan bahwa kita harus menerima keberadaan Allah dengan iman. Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia
harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguhsungguh mencari Dia (Ibrani 11:6). Jikalau Allah menghendaki, Dia bisa muncul begitu saja
dan membuktikan pada seluruh dunia bahwa Dia ada. Namun jikalau Dia melakukan hal itu,
tidak diperlukan iman. Kata Yesus kepadanya: `Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yohanes
20:29).
Tidak berarti bahwa tidak ada bukti keberadaan Allah. Alkitab menyatakan Langit
menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari
meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada
malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka
terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi (Mazmur 19:1-4).
Saat memandang bintang-bintang, kala memahami luasnya alam semesta, ketika mengamati
keajaiban alam dan menikmati keindahan matahari terbenam semua ini menunjuk pada
Allah sang Pencipta. Jikalau semua ini masih tidak cukup, di dalam hati kita masih ada bukti
keberadaan Allah. Pengkhotbah 3:11 memberitahu kita, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Jauh di dalam diri kita ada suatu pengenalan bahwa ada sesuatu yang
melampaui hidup dan dunia ini. Kita dapat secara intelektual menolak pengenalan ini, namun
kehadiran Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita akan terus ada. Sekalipun demikian,
Alkitab memperingatkan kita bahwa beberapa orang akan terus menyangkal keberadaan
Allah, Orang bebal berkata dalam hatinya: `Tidak ada Allah." (Mazmur 14:1). Karena lebih
98% orang-orang sepanjang sejarah, dalam semua kebudayaan dan peradaban, di semua
benua, percaya akan adanya semacam Allah, pastilah ada sesuatu (atau seseorang) yang
menyebabkan kepercayaan semacam ini.
Selain argumentasi Alkitab mengenai keberadaan Allah, ada pula argumentasi logis. Pertamatama adalah argumentasi ontologis. Bentuk argumentasi ontologis yang paling populer pada
dasarnya menggunakan konsep keTuhanan untuk membuktikan keberadaan Allah. Hal ini
dimulai dengan mendefinisikan Allah sebagai, sesuatu yang paling besar yang dapat
dipikirkan. Dikatakan bahwa ada itu lebih besar dari tidak ada; dan karena itu keberadaan
yang paling besar haruslah ada. Kalau Allah tidak ada, maka Allah bukanlah keberadaan
terbesar yang dapat dipikirkan namun hal ini akan berlawanan dengan definisi mengenai
Allah. Argumentasi ke dua adalah argumentasi teleologis. Argumentasi teleologis
mengatakan karena alam semesta mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, pastilah
ada seorang desainer Illahi. Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh beberapa
ratus mil dari matahari, bumi ini tidak akan mampu mendukung kehidupan seperti yang ada
sekarang ini. Jikalau unsur-unsur alam di atmosfir kita berbeda beberapa persen saja dari apa
yang ada, semua mahluk hidup di atas bumi ini akan binasa. Kemungkinan untuk sebuah
molekul protein terbentuk secara kebetulan adalah 1:10243 (yaitu angka 10 yang diikuti oleh
243 angka nol). Sebuah sel terdiri dari jutaan molekul protein.
Argumentasi logis ketiga mengenai keberadaan Allah disebut argumentasi kosmologis. Setiap

akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil.
Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu
yang tidak disebabkan yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang tidak
disebabkan itu adalah Allah. Argumentasi keempat dikenal sebagai argumentasi moral.
Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis hukum/peraturan. Setiap orang
memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir
selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau
bukan dari Allah yang suci?
Sekalipun demikian, Alkitab memberitahu kita bahwa orang-orang akan menolak
pengetahuan yang jelas dan tak dapat disangkal mengenai Allah, dan percaya kepada
kebohongan. Roma 1:25 berseru, Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan
dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus
dipuji selama-lamanya, amin. Alkitab juga memproklamirkan bahwa manusia tidak dapat
berdalih untuk tidak percaya kepada Allah, Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya,
yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Roma 1:20).
Orang-orang menolak untuk percaya kepada Tuhan karena tidak ilmiah atau karena tidak
ada bukti. Alasan sebenarnya adalah begitu orang mengaku bahwa Allah itu ada, orang sadar
bahwa mereka harus bertanggung jawab untuk segala sesuatu yang dilakukan. Kalau Allah
tidak ada, maka kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan tanpa takut kepada Tuhan
yang akan menghakimi kita. Saya percaya inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang
dalam masyarakat kita yang berpegang teguh pada evolusi, yaitu untuk memberi orang-orang
alternatif untuk tidak percaya kepada Allah sang Pencipta. Allah ada dan pada akhirnya setiap
orang tahu bahwa Allah ada. Bahkan fakta bahwa ada orang yang begitu sengitnya berusaha
menolak keberadaan Allah pada dasarnya adalah merupakan bukti keberadaanNya.
Izinkan saya untuk memberikan argumentasi terakhir mengenai keberadaan Allah.
Bagaimana saya bisa tahu bahwa Allah ada? Saya tahu Allah ada karena saya berbicara
kepadaNya setiap hari. Saya tidak mendengar suaraNya berbicara kepada saya, namun saya
merasakan kehadiranNya, saya merasakan pimpinanNya, saya mengenal kasihNya, saya
merindukan anugerahNya. Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya tidak dapat dijelaskan
selain dari Tuhan. Dengan cara yang begitu ajaib Dia menyelamatkan saya dan mengubah
hidup saya sehingga mau tidak mau saya harus mengakui dan mensyukuri keberadaanNya.
Tidak ada satupun argumentasi ini yang secara sendirinya dapat meyakinkan seseorang yang
terus menolak mengakui sesuatu yang sudah begitu jelas. Pada akhirnya, keberadaan Allah
harus diterima melalui iman (Ibrani 11:6). Iman kepada Tuhan bukanlah iman yang buta,
namun adalah melangkah dengan aman ke dalam ruangan yang terang di mana 90% orang
sudah menanti.
Pertanyaan: Apakah Tuhan betul-betul ada? Bagaimana saya tahu bahwa Tuhan itu
betul-betul ada?

Jawaban: Kita tahu bahwa Tuhan betul-betul ada karena Dia telah menyatakan diriNya
kepada kita dengan tiga cara: dalam penciptaan, melalui firmanNya dan dalam diri AnakNya,
Yesus Kristus.
Bukti paling dasar dari keberadaan Tuhan adalah apa yang telah Dia ciptakan. Sebab apa
yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat
nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka [orang-orang
yang tidak percaya] tidak dapat berdalih (Roma 1:20). Langit menceritakan kemuliaan
Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2).
Kalau saya menemukan sebuah jam tangan di tengah lapangan, saya tidak akan menganggap
bahwa jam tangan tsb muncul begitu saja, atau memang sudah ada dengan sendirinya.
Berdasarkan desain dari jam tangan tsb saya mengasumsikan bahwa ada orang yang
mendesain jam tangan itu. Namun saya melihat ada desain dan ketepatan yang lebih agung
dalam dunia sekitar kita. Cara kita menghitung waktu bukan berdasarkan pada jam tangan,
namun berdasarkan karya agung Tuhan, perputaran bumi (dan kandungan radioaktif dari
atom Cesium-133). Alam semesta menyatakan desain yang luar biasa, dan semua ini
memperlihatkan adanya sang Desainer Agung.
Jikalau saya menemukan berita yang disandikan, saya akan mencari seorang pemecah sandi
untuk memecahkan kode berita itu. Asumsi saya adalah bahwa pasti ada seorang pengirim
berita, seseorang cerdas yang menciptakan kode itu. Bagaimana kompleksnya kode DNA
dalam setiap sel tubuh kita? Bukankah kompleksitas dan tujuan dari DNA menyatakan
adanya Penulis kode yang berakal budi?
Bukan saja Tuhan telah menciptakan dunia yang begitu kompleks dan teratur, Dia juga telah
menanamkan rasa kekekalan dalam diri setiap insan (Pengkhotbah 3:11). Umat manusia
memiliki naluri yang tajam bahwa hidup ini bukan hanya yang kelihatan saat ini saja; bahwa
ada suatu keberadaan yang melampaui apa yang ada di bumi ini. Naluri kekekalan kita
menyatakan diri dalam paling sedikit dua hal: hukum dan penyembahan.
Setiap peradaban dalam sejarah memiliki aturan-aturan hukum tertentu yang secara
mengejutkan memiliki kesamaan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Contohnya kasih
dihargai di mana-mana, sementara kebohongan dicela secara universal. Ini adalah moralitas
umum, suatu pengertian global mengenai benar dan salah, yang menunjuk pada Dia, Pribadi
yang Bermoral Tertinggi, yang memberikan perasaan benar dan salah seperti itu kepada kita.
Demikian pula orang-orang di seluruh dunia, tanpa memandang budaya, selalu memiliki
sistim penyembahan. Obyek penyembahan itu sendiri mungkin berbeda, namun perasaan
adanya kuasa yang lebih tinggi adalah merupakan bagian yang tak dapat disangkal dalam
diri manusia. Kecenderungan kita untuk menyembah adalah sesuai dengan fakta bahwa
Tuhan menciptakan kita dalam gambarNya (Kejadian 1:27).

Tuhan juga telah mengungkapkan diriNya kepada kita melalui FirmanNya, Alkitab. Dalam
Alkitab, keberadaan Allah dipelakukan sebagai fakta yang sudah jelas (Kejadian 1:1;
Keluaran 3:14). Ketika Benjamin Franklin menuliskan Autobiography-nya, dia tidak
menghabiskan waktu untuk membuktikan bahwa dia ada. Demikian pula Tuhan tidak
menghabiskan waktu untuk membuktikan keberadaanNya dalam kitab yang ditulisNya.
pribadiAlkitab yang mampu mengubah hidup, integritasnya, dan mujizat penulisannya
seharusnya cukup untuk membuat kita menaruh perhatian pada Alkitab.
Cara ketiga Tuhan menyatakan dirinya adalah melalui anakNya, Yesus Kristus (Yohanes
14:6-11). Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, (Yohanes 1:1,
14). Di dalam Yesus Kristus, berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan
(Kolose 2:9).
Dalam kehidupan Yesus yang luarbiasa, Dia memelihara seluruh hukum Perjanjian Lama
dengan sempurna dan menggenapkan nubuat-nubuat mengenai Mesias (Matius 5:17). Dia
melakukan begitu banyak karya yang menyatakan belas kasihannya, Dia mengerjakan
mujizat-mujizat di depan umum yang mengesahkan berita yang disampaikannya dan
membuktikan keillahianNya (Yohanes 21:24-25). Kemudian, tiga hari setelah penyalibanNya,
Dia bangkit dari orang mati, sebuah fakta yang diteguhkan oleh ratusan saksi-saksi mata (1
Korintus 15:6). Catatan sejarah dipenuhi dengan bukti mengenai siapakah Yesus itu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus, Perkara ini tidak terjadi di tempat yang
terpencil (Kisah 26:26).
Kita sadar bahwa selalu ada orang yang sulit percaya, orang-orang yang punya ide sendiri
mengenai Tuhan dan menafsirkan bukti-bukti dengan semaunya. Dan akan ada pula sebagian
orang yang bukti sebanyak apapun tidak akan dapat meyakinkan mereka (Mazmur 14:1).
Pada akhirnya semuanya adalah iman (Ibrani 11:6).
Pertanyaan: Apa ajaran Alkitab mengenai Tritunggal?
Jawaban: Hal yang paling sulit dalam konsep Kristiani mengenai Tritunggal adalah tidak
adanya penjelasan yang cukup untuk itu. Tritunggal adalah konsep yang tidak mungkin dapat
dimengerti secara penuh oleh manusia apalagi untuk dijelaskan. Allah jauh lebih besar dan
agung dari kita karena itu jangan berharap bahwa kita dapat memahami Dia secara penuh.
Alkitab mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah
Allah. Alkitab juga mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. Meskipun kita memahami
beberapa hal mengenai hubungan antar Pribadi dalam Tritunggal, pada akhirnya kita tetap
tidak dapat mengerti secara keseluruhan. Namun demikian, tidak berarti bahwa Tritunggal
tidak benar atau bukan berdasarkan ajaran Alkitab.
Ketika mempelajari topik ini kita perlu ingat bahwa kata Tritunggal (Trinitas) tidak
digunakan dalam Alkitab. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu

Allah yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Haruslah
dimengerti bahwa ini TIDAK berarti ada tiga Allah. Tritunggal berarti satu Allah yang terdiri
dari tiga Pribadi. Tidak ada salahnya menggunakan istilah Tritunggal atau Trinitas walaupun
istilah ini tidak ditemukan dalam Alkitab. Lebih gampang mengucapkan Tritunggal atau
Trinitas daripada mengatakan Allah yang Esa yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada
bersama dalam kekekalan. Jikalau Anda keberatan dengan ini, coba pertimbangkan: kata
kakek juga tidak ada dalam Alkitab walaupun kita tahu bahwa dalam Alkitab ada banyak
kakek. Abraham adalah kakek dari Yakub. Jadi jangan kandas pada istilah Tritunggal itu
sendiri. Apa yang penting adalah bahwa konsep yang DIWAKILI oleh kata Tritunggal ada
dalam Alkitab. Setelah pendahuluan ini, kita akan melihat ayat-ayat Alkitab yang
mendiskusikan Tritunggal.
1) Allah itu Esa: Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:4; Galatia 3:20; 1 Timotius 2:5
2) Tritunggal terdiri dari tiga Pribadi: Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16; 61:1;
Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14. Untuk ayat-ayat dari Perjanjian Lama,
pemahaman Bahasa Ibrani sangatlah menolong. Dalam Kejadian 1:1, kata Elohim adalah
dalam bentuk jamak. Dalam Kejadian 1:26; 3:22; 11:7 dan Yesaya 6:8, kata jamak kita
yang digunakan. Dalam Bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, tunggal dan jamak.
Dalam Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dual HANYA
digunakan untuk dua. Dalam Bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang
berpasangan, seperti mata, telinga dan tangan. Kata Elohim dan kata ganti kita adalah
dalam bentuk jamak- jelas lebih dari dua dan menunjuk pada tiga atau lebih dari tiga (Bapa,
Anak, Roh Kudus).
Dalam Yesaya 48:16 dan 61:1 sang Anak berbicara dan merujuk pada Bapa dan Roh Kudus.
Bandingkan Yesaya 61:1 dengan Lukas 4:14-19 untuk melihat bahwa yang berbicara adalah
Anak. Matius 3:16-17 menggambarkan peristiwa pembaptisan Yesus. Dalam peristiwa ini
kelihatan bahwa Allah Roh Kudus turun ke atas Allah Anak sementara pada saat bersamaan
Allah Bapa menyatakan bagaimana Dia berkenan dengan sang Anak. Matius 28:19 dan 2
Korintus 13:14 adalah contoh mengenai tiga Pribadi berbeda dalam Tritunggal.
3) Pribadi-Pribadi dalam Tritunggal dibedakan dari satu dengan yang lainnya dalam berbagai
ayat. Dalam Perjanjian Lama, TUHAN berbeda dari Tuhan (Kejadian 19:24; Hosea 1:4).
TUHAN memiliki Anak (Mazmur 2:7; 12; Amsal 30:2-4). Roh Kudus dibedakan dari
TUHAN (Bilangan 27:18) dan dari Allah (Mazmur 51:12-14). Allah Anak dibedakan
dari Allah Bapa (Mazmur 45:7-8; Ibrani 1:8-9). Dalam Perjanjian Baru, Yohanes 14:16-17,
Yesus berbicara kepada Bapa tentang mengutus Sang Penolong, yaitu Roh Kudus. Hal ini
menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang diriNya sebagai Bapa atau Roh Kudus.
Perhatikan pula saat-saat lain dalam kitab-kitab Injil ketika Yesus berbicara kepada Bapa.
Apakah Dia berbicara kepada diri sendiri? Tidak. Dia berbicara kepada Pribadi lainnya dalam
Tritunggal, - Sang Bapa.
4) Setiap Pribadi dalam Tritunggal adalah Allah. Bapa adalah Allah: Yohanes 6:27; Roma 1:7;

1 Petrus 1:2. Anak adalah Allah: Yohanes 1:1, 14; Roma 9:5; Kolose 2:9; Ibrani 1:8; Yohanes
5:20. Roh Kudus adalah Allah: Kisah Rasul 5:3-4; 1 Korintus 3:16 (Yang mendiami adalah
Roh Kudus Roma 8:9; Yohanes 14:16-17; Kisah Rasul 2:1-4).
5) Subordinasi dalam Tritunggal: Alkitab memperlihatkan bahwa Roh Kudus tunduk
(subordinasi) kepada Bapa dan Anak, dan Anak tunduk (subordinasi) kepada Bapa. Ini adalah
relasi internal dan tidak mengurangi atau membatalkan keillahian dari setiap Pribadi dalam
Tritunggal. Ini mungkin adalah bagian dari Allah yang tidak terbatas yang tidak dapat
dimengerti oleh pikiran kita yang terbatas. Mengenai Anak, lihat Lukas 22:42; Yohanes 5:36;
Yohanes 20:21; 1 Yohanes 4:14. Mengenai Roh Kudus lihat Yohanes 14:16; 14:26; 15:26;
16:7, dan khususnya Yohanes 16:13-14.
6) Pekerjaan dari setiap Pribadi dalam Tritunggal: Bapa adalah Sumber utama atau Penyebab
utama dari a) alam semesta (1 Korintus 8:6; Yohanes 1:3; Kolose 1:16-17); b) pewahyuan
illahi (Yohanes 1:1; Matius 11:27; Yohanes 16:12-15; Wahyu 1:1); c) keselamatan (Yohanes
3:16-17); dan d) pekerjaan Yesus sebagai manusia (Yohanes 5:17; 14:10). Bapa MEMULAI
semua ini.
Anak adalah agen yang melaluiNya Bapa melakukan karya-karya sbb: 1) penciptaan dan
memelihara alam semesta (1 Korintus 8:6; Yohanes 1:3; Kolose 1:16-17); 2) pewahyuan
illahi (Yohanes 1:1; Matius 11:27; Yohanes 16:12-15; Wahyu 1:1); 3) keselamatan (2
Korintus 5:19; Matius 1:21; Yohanes 4:42). Bapa melakukan semua ini melalui Anak yang
berfungsi sebagai Agen Allah.
Roh Kudus adalah alat yang dipakai Bapa untuk melakukan karya-karya berikut ini: 1)
penciptaan dan memelihara alam semesta (Kejadian 1:2; Ayub 26:13; Mazmur 104:30); 2)
pewahyuan illahi (Yohanes 16:12-15; Efesus 3:5; 2 Petrus 1:21); dan 3) keselamatan
(Yohanes 3:6; Titus 3:5; 1 Petrus 1:2); dan pekerjaan-pekerjaan Yesus (Yesaya 61:1; Kisah
Rasul 10:38). Bapa melakukan semua ini dengan kuasa Roh Kudus.
Tidak ada ilustrasi-ilustrasi yang sering dipakai yang dapat dengan akurat menjelaskan
Tritunggal. Telur (atau apel) tidak tepat karena kulit telur, putih telur dan kuning telur, semua
adalah bagian dari telur dan bukan secara sendirinya telur. Bapa, Anak dan Roh Kudus
bukanlah bagian dari Allah namun setiap mereka adalah Allah. Ilustrasi yang menggunakan
air sedikit lebih bagus dalam menjelaskan Tritunggal, namun tetap tidak cukup. Cairan, uap
dan es adalah bentuk-bentuk dari air. Bapa, Anak dan Roh Kudus bukanlah bentuk-bentuk
dari Allah, setiap Pribadi itu adalah Allah. Dengan demikian, walaupun ilustrasi-ilustrasi ini
memberi gambaran mengenai Tritunggal, gambaran yang diberikan tidak selalu akurat. Allah
yang tidak terbatas tidak dapat digambarkan secara penuh dengan ilustrasi yang terbatas.
Daripada menfokuskan diri pada Tritunggal, cobalah fokuskan diri pada kebesaran Allah dan
bahwa Dia jauh lebih agung dari kita. O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan
pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak
terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah
yang pernah menjadi penasihat-Nya? (Roma 11:33-34).

Pertanyaan: Mengapa Tuhan mengijinkan hal-hal yang tidak baik terjadi pada orang
baik?
Jawaban: Mengapa hal-hal tidak baik terjadi pada orang baik? Ini adalah salah satu
pertanyaan yang sulit dijawab. Allah adalah kekal, tak terbatas, maha tahu, maha hadir, maha
kuasa, dll. Bagaimana mungkin kita manusia (yang tidak kekal, terbatas, tidak maha tahu,
tidak maha kuasa atau tidak maha hadir) dapat mencoba memahami jalan-jalan Tuhan secara
sepenuhnya? Kitab Ayub membicarakan soal ini. Tuhan mengijinkan Iblis melakukan apa
saja terhadap Ayub, asal jangan membunuh dia. Bagaimana reaksi Ayub? Lihatlah, walaupun
Ia hendak membunuh aku, aku hendak berharap kepadaNya (Ayub 13:15 terjemahan dari
NIV) "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan
kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!" (Ayub 1:21). Ayub tidak memahami mengapa Tuhan mengijinkan semua yang
terjadi, namun dia tahu bahwa Tuhan itu baik dan karena itu dia tetap percaya kepadaNya.
Pada akhirnya itu seharusnya juga menjadi sikap kita. Allah itu baik, adil, pengasih dan
pemurah. Sering kali kita tidak bisa mengerti hal-hal yang terjadi. Namun demikian, daripada
meragukan kebaikan Tuhan, kita seharusnya percaya kepadaNya. Percayalah kepada
TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3:5-6).
Barangkali pertanyaan yang lebih baik adalah, Mengapa hal-hal yang baik terjadi pada
orang jahat? Tuhan itu suci (Yesaya 6:3; Wahyu 4:8). Umat manusia berdosa adanya (Roma
3:23; 6:23). Anda mau tahu bagaimana Tuhan memandang manusia? Seperti ada tertulis:
"Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak
berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur
yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka
penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan
dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa
takut kepada Allah tidak ada pada orang itu." (Roma 3:10-18). Setiap manusia di bumi ini
pantas untuk dilempar ke dalam neraka pada saat ini juga. Setiap detik yang kita hidupi itu
adalah karena anugrah Tuhan. Bahkan kesengsaraan yang paling mengerikan yang kita alami
dalam dunia ini masih ringan dibanding dengan apa yang kita pantas dapatkan, neraka lautan
api untuk selama-lamanya.
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk
kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Tanpa menghiraukan kejahatan dan pribadidosa
dari orang-orang dalam dunia ini, Allah tetap mengasihi kita. KasihNya cukup untuk
membuat Dia mati untuk menanggung hukuman dosa-dosa kita (Roma 6:23). Yang kita perlu
lakukan hanyalah percaya kepada Yesus Kristus (Yohanes 3:16; Roma 10:9) supaya
memperoleh pengampunan dan janji rumah surgawi (Roma 8:1). Apa yang kita pantas dapat
adalah neraka. Apa yang kita diberikan adalah hidup kekal di surga asal kita bersedia untuk
percaya. Dikatakan bahwa dunia ini adalah satu-satunya neraka yang dialami oleh orang-

orang percaya dan dunia ini adalah satu-satunya surga yang akan dinikmati oleh orang-orang
yang tidak percaya. Lain kali waktu kita bertanya, Mengapa Tuhan mengijinkan hal-hal
yang tidak baik terjadi pada orang baik? mungkin kita lebih baik bertanya, Mengapa Tuhan
mengijinkan hal-hal yang baik terjadi pada orang jahat?
Pertanyaan: Siapa yang menciptakan Allah? Dari mana datangnya Allah?
Jawaban: Bertrand Russell, seorang ateis, menulis dalam bukunya Mengapa Saya Bukan
Seorang Kristen bahwa kalau benar bahwa segala sesuatu perlu penyebab, maka Allah juga
perlu ada penyebab. Dari sini dia menyimpulkan bahwa jika Allah perlu ada penyebab, maka
Allah bukan Allah (dan jikalau Allah bukan Allah, maka berarti tidak ada Allah). Pada
dasarnya ini hanyalah suatu bentuk yang sedikit lebih tinggi dari pertanyaan anak-anak,
Siapa yang membuat Allah? Bahkan anak kecilpun tahu bahwa apa yang ada tidak berasal
dari yang tidak ada, jadi jikalau Allah adalah sesuatu maka pasti ada yang menyebabkan
Allah, begitu bukan?
Pertanyaan ini menjebak karena di dalamnya terselip asumsi yang salah bahwa Allah pasti
berasal dari sesuatu dan kemudian bertanya dari mana datangnya Allah. jawabannya adalah
bahwa pertanyaan seperti itu sama sekali tidak masuk akal. Pertanyaan seperti itu sama
dengan mempertanyakan, Bagaimana bau warna biru? Biru bukan termasuk sesuatu yang
punya bau, sehingga dengan demikian pertanyaan itu sendiri mengandung kesalahan.
Demikian pula, Allah tidak termasuk dalam kategori sesuatu yang diciptakan atau yang
memiliki asal usul. Allah tidak memiliki penyebab dan tidak diciptakan Allah berada begitu
saja.
Bagaimana kita mengetahui hal ini? Kita tahu bahwa dari tidak ada, tidak ada yang menjadi
ada. Jadi kalau suatu saat, segala sesuatu betul-betul tidak ada, maka tidak ada sesuatu
apapun yang akan menjadi ada. Tapi ternyata ada sesuatu yang berada. Karena tidak mungkin
sama sekali tidak ada apa-apa, maka ada sesuatu yang harus selalu ada. Sesuatu yang selalu
ada itu adalah yang kita sebut Allah.

Apakah Tuhan masih berbicara kepada


kita pada zaman sekarang?

Pertanyaan: Apakah Tuhan masih berbicara kepada kita pada zaman sekarang?
Jawaban: Alkitab mencatat bahwa Allah berulang kali berbicara dengan cara yang dapat
didengar kepada bermacam-macam orang (Keluaran 3:14; Yosua 1:1; Hakim-Hakim 6:18; 1

Samuel 3:11; 2 Samuel 2:1; Ayub 40:1; Yesaya 7:3; Yeremia 1:7; Kisah Rasul 8:26; 9:15 ini
hanya beberapa contoh saja). Pada zaman ini, tidak ada alasan Alkitabiah mengapa Tuhan
tidak bisa atau tidak mau berbicara kepada seseorang dengan cara yang dapat didengar. Dari
ratusan kali Allah berbicara sebagaimana dicatat dalam Alkitab, kita perlu mengingat bahwa
itu terjadi dalam kurun waktu 4000 tahun sejarah manusia. Allah berbicara secara kedengaran
adalah kekecualian, bukan kebiasaan. Bahkan saat Alkitab mengatakan Tuhan berbicara,
tidaklah jelas apakah itu adalah dengan suara yang kedengaran, dalam hati atau kesan yang
muncul dalam pikiran.
Allah masih tetap berbicara kepada orang-orang pada zaman sekarang ini. Pertama-tama,
Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya (2 Timotius 3:16-17). Yesaya 55:11
memberitahu kita, Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali
kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan
berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yesaya 55:11). Alkitab mencatat kata-kata
Tuhan kepada kita dalam segala hal yang kita perlu ketahui untuk diselamatkan dan untuk
menghidupi kehidupan Kristiani kita. 2 Petrus 1:3-4 mengatakan, Karena kuasa ilahi-Nya
telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh
pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang
sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Petrus 1:3-4).
Kedua, Allah berbicara melalui kesan, kejadian dan pikiran. Allah menolong kita untuk
membedakan yang benar dari yang salah melalui hati nurani kita (1 Timotius 1:5; 1 Petrus
3:16). Allah sementara bekerja menyamakan pikiran kita dengan pikiranNya (Roma 12:2).
Allah mengijinkan kejadian-kejadian dalam hidup kita untuk mengarahkan kita, mengubah
kita dan menolong kita bertumbuh secara rohani (Yakobus 1:2-5; Ibrani 12:5-11). 1 Petrus
1:6-7 mengingatkan kita, Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika
harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk
membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana,
yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan
dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1:6-7).
Akhirnya, ya, Tuhan kadang-kadang berbicara secara kedengaran kepada orang. Namun
sangat diragukan bahwa hal ini terjadi sesering yang diakui oleh sebagian orang. Sekali lagi,
bahkan di dalam Alkitab, Allah berbicara dengan bersuara sebagai suatu kekecualian, bukan
kebiasaan. Jika ada orang yang mengakui bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya,
bandingkan dengan apa yang Alkitab katakan. Jikalau Allah berbicara saat ini, kata-katanya
akan sesuai dengan yang apa yang telah dikatakanNya dalam Alkitab. Allah tidak
berkontradiksi dengan diriNya sendiri. 2 Timotius 3:16-17 mengatakan, Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiaptiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:1617).
Pertanyaan: Apa artinya Allah adalah kasih?
Jawaban: Apa artinya Allah adalah kasih? Pertama-tama kita perlu melihat bagaimana
Firman Tuhan, Alkitab, menggambarkan kasih, dan kemudian kita akan melihat beberapa

cara pengajaran ini diterapkan pada Allah. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak
cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti;
pengetahuan akan lenyap (1 Korintus 13:4-8).
Ini adalah cara Allah menggambarkan kasih. Allah adalah seperti yang digambarkan itu, dan
orang Kristen perlu menjadikan ini sebagai tujuan mereka (walaupun selalu dalam proses).
Ekspresi yang paling utama dari kasih Allah dikomunikasikan kepada kita dalam Yohanes
3:16 dan Roma 5:8. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Akan tetapi Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa (Roma 5:8). Dari ayat-ayat ini kita bisa melihat bahwa Allah sangat
menginginkan kita bersama-sama dengan Dia dalam rumahNya yang kekal, Surga. Dia telah
membuka jalan dengan membayar harga dosa-dosa kita. Dia mengasihi kita karena Dia
memilih untuk melalukan hal itu. Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit
serentak (Hosea 11:8). Kasih mengampuni. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah
setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan (1 Yohanes 1:9).
Kasih (Allah) tidak memaksakan diri pada orang lain. Orang-orang yang datang kepadaNya,
datang kepadaNya sebagai respons terhadap kasihNya. Kasih (Allah) menyatakan kemurahan
pada semua orang. Kasih (Yesus) berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang bulu.
Kasih (Yesus) tidak cemburu pada apa yang orang lain miliki, hidup sederhana tanpa
mengeluh. Kasih (Yesus) tidak membesar-besarkan diri sekalipun Dia dapat mengalahkan
semua orang lain. Kasih (Allah) tidak menuntut ketaatan. Allah tidak menuntut ketaatan dari
sang Anak, namun sang Anak secara sukarela menaati BapaNya di surga. Dunia tahu, bahwa
Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan
Bapa kepada-Ku (Yohanes 14:31). Kasih (Yesus) selalu memperhatikan kepentingan orang
lain.
Gambaran singkat mengenai kasih ini mengungkapkan hidup yang tidak mementingkan diri
sendiri, sesuatu yang bertentangan dengan hidup mementingkan sendiri dari dunia ini. Yang
luar biasa, Tuhan telah memberikan kepada mereka yang menerima AnakNya, Yesus, sebagai
Juruselamat mereka dari dosa, kemampuan untuk mengasihi sebagaimana Dia mengasihi. Dia
memberikan ini melalui kuasa Roh Kudus (lihat Yohanes 1:12; 1 Yohanes 3:1, 23, 24). Suatu
tantangan dan hak istimewa yang luarbiasa!
Pertanyaan: Mengapa dalam Perjanjian Lama Allah begitu berbeda dengan dalam
Perjanjian Baru?

Jawaban: Saya percaya bahwa pada pertanyaan ini didasarkan pada salah pengertian yang
mendasar mengenai apa yang Perjanjian Lama dan Baru ungkapkan mengenai pribadi Allah.
Cara lain untuk mengekspresikan pemikiran yang sama adalah waktu orang mengatakan,
Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang murka sedangkan Allah Perjanjian Baru adalah
Allah yang mengasihi. Fakta bahwa Alkitab adalah penyataan diri Allah secara progressif
melalui peristiwa-peristiwa sejarah dan cara Allah berhubungan dengan manusia sepanjang
sejarah memungkinkan terjadinya salah pengertian terhadap Allah dalam Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Namun ketika orang membaca baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru langsung jelas bahwa Allah tidak berbeda dan bahwa murka dan kasih Allah
diungkapkan dalam kedua Perjanjian.
Contohnya, dalam Perjanjian Lama Allah dikatakan sebagai penyayang dan pengasih,
panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya (Keluaran 34:6; Bilangan 34:6; Ulangan
4:31; Nehemia 9:17; Mazmur 86:5; 15; 108:4; 145:8; Yoel 2:13), dan di dalam Perjanjian
Baru kasih setia dan kemurahan Allah dinyatakan dengan lebih jelas dalam pernyataan,
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Dalam Perjanjian Lama kita juga menemukan bahwa
Allah memperlakukan Israel dengan cara yang sama seperti seorang ayah yang pengasih
terhadap anak-anaknya. Saat mereka secara sengaja berdosa kepadaNya dan menyembah
berhala, Tuhan akan menghukum mereka, namun setiap kali mereka bertobat dari
penyembahan berhala, Tuhan menolong dan membebaskan mereka. Allah juga bersikap
demikian terhadap orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Ibrani 12:6
memberitahu kita, Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak" (Ibrani 12:6).
Demikian pula dalam Perjanjian Lama kita melihat penghakiman dan murka Tuhan
dicurahkan atas orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat. Dalam Perjanjian Baru kita
melihat bahwa Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman
manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (Roma 1:18). Bahkan sekalipun kita
hanya membaca Perjanjian Baru secara sekilas, kita akan melihat dengan jelas bahwa Yesus
berbicara lebih banyak mengenai neraka daripada mengenai surga. Jadi jelas bahwa dalam
Perjanjian Lama Allah tidak berbeda dengan dalam Perjanjian Baru. Berdasarkan naturnya,
Allah tidak dapat berubah dan walaupun dalam ayat-ayat Alkitab tertentu aspek tertentu dari
natur Allah lebih ditekankan dari aspek-aspek lainnya, Allah sendiri tidak pernah berubah.
Ketika seseorang betul-betul membaca dan mempelajari Alkitab, nyata dengan jelas bahwa
dalam Perjanjian Lama dan Baru Allah tidak berbeda. Dan sekalipun Alkitab terdiri dari 66
kitab yang bebeda, ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa, dalam kurun waktu sekitar 1500
tahun, oleh lebih dari 40 penulis (dari berbagai latar belakang), Alkitab tetap merupakan satu
kesatuan dari awal sampai akhir tanpa kontradiksi. Dalam Alkitab kita menemukan
bagaimana Allah dengan kasih, kemurahan dan keadilan memperlakukan orang-orang
berdosa dalam berbagai situasi. Alkitab benar-benar adalah surat cinta Allah pada umat

manusia. Kasih Allah kepada ciptaanNya, khususnya umat manusia, nyata dalam Alkitab.
Dalam Alkitab kita menemukan Allah dengan kasih dan murah hati menarik manusia ke
dalam hubungan yang khusus dengan diriNya, bukan karena manusia pantas
mendapatkannya, namun karena Allah itu penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasih dan setiaNya. Namun kita juga melihat Allah yang suci dan benar, Allah
yang adalah Hakim bagi semua yang tidak taat kepada FirmanNya dan menolak menyembah
Dia dan memilih menyembah allah yang mereka ciptakan sendiri, menyembah berhala dan
illah-illah lain dan bukan menyembah Allah yang esa dan sejati (Roma 1).
Karena karakter Allah yang adil dan suci, semua dosa, baik dari masa lalu, sekarang dan masa
depan harus dihakimi. Namun demikian Allah dalam kasihNya yang tidak terbatas telah
menyediakan pembayaran bagi dosa dan jalan pendamaian supaya orang berdosa dapat bebas
dari murkaNya. Kita melihat kebenaran yang indah ini dalam ayat-ayat seperti 1 Yohanes
4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita
(1 Yohanes 4:10). Dalam Perjanjian Lama Allah menyediakan sistim korban persembahan di
mana dosa dapat ditebus; namun sistim ini hanya sementara dan untuk mengantisipasi
kedatangan Yesus Kristus yang akan mati di salib untuk benar-benar menggantikan dan
menebus dosa-dosa kita. Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama diungkapkan
dengan lebih jelas dalam Perjanjian Baru dan puncak pernyataan kasih Allah, yaitu
pengutusan Anaknya Yesus Kristus diungkapkan dengan segala kemuliaan. Baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru diberikan menuntun engkau kepada keselamatan (2
Timotius 3:15) dan ketika kita mempelajarinya dengan teliti, nyata dengan jelas bahwa Allah
dalam Perjanjian Baru tidak berbeda dengan Allah dalam Perjanjian Lama.

Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Pertanyaan: Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?


Jawaban: Pada mulanya bisa saja kelihatan sepertinya jika Allah menciptakan segala
sesuatu, berarti kejahatan juga diciptakan oleh Allah. Namun demikian, di sini ada asumsi
yang perlu dijernihkan. Kejahatan bukanlah sebuah benda seperti batu atau listrik. Anda
tidak dapat memiliki satu kaleng kejahatan! Sebaliknya, kejahatan adalah sesuatu yang
terjadi, seperti berlari. Kejahatan tidak berada secara sendirinya, kejahatan adalah tidak
adanya hal-hal yang baik. Misalnya, lubang itu riil, tapi hanya ada dalam sesuatu yang lain.
Kita bisa katakan tidak adanya tanah sebagai sebuah lubang, tapi lubang tidak bisa dipisahkan
dari tanah. Jadi waktu Allah menciptakan, semuanya itu baik. Salah satu hal baik yang
diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih
yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus mengijinkan sesuatu yang
berbeda dengan yang baik supaya bisa ada pilihan. Karena itu Allah mengijinkan para
malaikat dan manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Ketika hubungan

yang tidak baik terjadi di antara dua hal, kita sebut itu kejahatan, namun tidak berarti itu
adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
Mungkin ilustrasi berikut dapat menolong menjelaskan. Misalnya saya bertanya kepada
orang, Apakah dingin itu ada? kemungkinan besar mereka akan menjawab ya. Namun
sebenarnya ini salah. Dingin itu tidak ada. Yang dinamakan dingin adalah tidak adanya panas.
Demikian, tidak ada kegelapan. Kegelapan adalah saat tidak adanya terang. Demikian pula
kejahatan adalah tidak adanya kebaikan, atau yang lebih tepat, kejahatan adalah tidak adanya
Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan, namun Dia mengijinkan hilangnya kebaikan.
Perhatikan Ayub dalam Ayub 1-2. Iblis ingin menghancurkan Ayub, dan Tuhan mengijinkan
Iblis berbuat apa saja, kecuali membunuh Ayub. Tuhan mengijinkan ini untuk membuktikan
kepada Iblis bahwa Ayub adalah orang benar karena dia mencintai Tuhan, bukan karena
Tuhan telah memberkati dia dengan berlimpah. Tuhan berdaulat dan mengontrol segala
sesuatu yang terjadi. Iblis tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendapatkan ijin dari Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kejahatan, namun Dia mengijinkan kejahatan. Jikalau Tuhan tidak
mengijinkan kejahatan, manusia dan malaikat melayani Tuhan sebagai keharusan dan bukan
karena pilihan. Tuhan tidak menghendaki robot yang melakukan apa saja yang Dia
inginkan karena diprogram dengan cara demikian. Tuhan membuka kemungkinan untuk
kejahatan supaya kita dapat memiliki kehendak bebas dan memilih apakah kita mau melayani
Dia atau tidak.
Pada akhirnya, pertanyaan seperti ini tidak ada jawaban yang betul-betul dapat kita mengerti.
Kita, sebagai manusia yang terbatas tidak pernah dapat secara penuh memahami Tuhan yang
tidak terbatas (Roma 11:33-34). Kadang-kdang kita berpikir kita dapat memahami mengapa
Tuhan melakukan sesuatu hanya untuk kemudia mendapatkan bahwa maksud Tuhan sama
sekali berbeda dengan apa yang sebelumnya kita pikirkan. Tuhan melihat segala sesuatu dari
perspektif kekekalan. Kita melihat segalanya dari perspektif duniawi. Mengapa Tuhan
menempatkan manusia di bumi ini walaupun Dia tahu bahwa Adam dan Hawa akan berdosa
dan sebagai akibatnya membawa kejahatan, kematian dan penderitaan pada umat manusia?
Mengapa Tuhan tidak saja menciptakan kita dan membiarkan kita di Surga di mana kita
menjadi sempurna dan bebas dari penderitaan? Jawaban yang paling baik yang dapat saya
berikan adalah: Tuhan tidak menghendaki sebuah ras robot yang tidak punya kehendak bebas.
Tuhan mengijinkan kemungkinan terjadinya kejahatan supaya kita bisa betul-betul memilih
mau menyembah Tuhan atau tidak. Jika tidak pernah menderita dan mengalami yang jahat,
dapatkah kita betul-betul mengetahui betapa indahnya surga? Tuhan tidak menciptakan
kejahatan, Dia mengijinkannya. Jikalau Tuhan tidak mengijinkan kejahatan, kita akan
menyembah Dia secara terpaksa dan bukan karena kita memilih dengan kemauan sendiri.

Apa artinya memiliki takut akan Allah?

Pertanyaan: Apa artinya memiliki takut akan Allah?


Jawaban: Bagi orang yang tidak percaya, takut akan Allah adalah takut kepada penghakiman

Allah dan kematian kekal, yang merupakan pemisahan untuk selama-lamanya dari Allah
(Lukas 12:5; Ibrani 10:31). Bagi orang percaya, takut akan Allah adalah sesuatu yang sama
sekali berbeda. Rasa takut dari orang-orang percaya adalah rasa hormat kepada Allah. Ibrani
12:28-29 adalah gambaran yang baik untuk hal ini. Jadi, karena kita menerima kerajaan
yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah
menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah
api yang menghanguskan. Rasa hormat dan takjub inilah artinya takut akan Allah bagi
orang-orang Kristen. Inilah faktor yang memotivasi kita untuk berserah pada sang Pencipta
alam semesta.
Amsal 1:7 mengatakan, Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, . Kecuali
kalau kita memahami siapakah Allah itu, dan mengembangkan rasa takut yang penuh hormat
kepadaNya, kita tidak akan memiliki kebijaksanaan yang sejati. Ulangan 10:12, 20-21
mencatat, "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh
TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan
yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu. Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepadaNya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau
bersumpah. Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di
antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu
sendiri. Takut akan Allah adalah dasar dari kita mengikuti jalanNya, melayani Dia, dan, ya,
mengasihi Dia.
Banyak yang memiliki kecenderungan untuk memperkecil takut akan Allah bagi orang
percaya sebagai sekedar menghormati Allah. Walaupun rasa hormat jelas termasuk dalam
konsep takut akan Allah, namun takut akan Allah adalah lebih dari itu. Bagi orang percaya,
rasa takut akan Allah yang Alkitabiah adalah termasuk memahami betapa besar kebencian
Allah terhadap dosa, dan takut akan penghakimanNya terhadap dosa juga dalam hidup
orang percaya. Ibrani 12:5-11 menggambarkan disiplin Allah bagi orang percaya. Sekalipun
hal itu diakukan dalam kasih (Ibrani 12:6) hal itu tetaplah menakutkan. Hal yang sama juga
berlaku dalam hubungan kita dengan Allah. Kita perlu takut akan disiplin dariNya, dan
karena itu berusaha menghidupi kehidupan kita dengan cara yang berkenan kepadaNya.
Orang-orng percaya tidak merasa ketakutan kepada Allah. Tidak ada alasan bagi kita untuk
merasa ketakutan kepadaNya. Kita memiliki janjiNya bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat
memisahkan kita dari kasihNya (Roma 8:38-39). Kita memiliki janjiNya bahwa Dia tidak
akan pernah meninggalkan kita atau mengabaikan kita (ibrani 13:5). Takut akan Allah berarti
memiliki rasa hormat yang sedemikian rupa sehingga berdampak kepada cara hidup kita.
Takut akan Allah adalah menghormati Dia, tunduk kepada disiplinNya, dan menyembah Dia
dengan takjub.
Pertanyaan: Apakah Allah mengasihi semua orang atau hanya orang Kristen?
Jawaban: Dalam pengertian tertentu Allah mengasihi semua orang di seluruh dunia
(Yohanes 3:16, 1 Yohanes 2:2; Roma 5:8). Kasih ini bukan kasih yang bersyarat kasih ini
berdasarkan fakta bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8, 16). Kasih Allah pada semua
umat manusia mengakibatkan Allah menunjukkan kemurahanNya dengan tidak segera
menghukum mereka karena dosa mereka (Roma 3:23; 6:23). Kalau Allah tidak mengasihi
semua orang, kita semua akan ada dalam neraka saat ini juga. Kasih Allah kepada dunia ini

dimanifestasikan dengan memberi kesempatan kepada orang untuk bertobat (2 Petrus 3:9).
Namun demikian, kasih Allah akan dunia ini tidak membuat Dia mengabaikan dosa. Allah
juga adalah Allah yang adil (2 Tesalonika 1:6). Dosa tidak akan dibiarkan untuk selamalamanya (Roma 3:25-26).
Perbuatan kasih kekal yang paling utama dinyatakan dalam Roma 5:8, Akan tetapi Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa. Siapapun yang mengabaikan kasih Allah, yang menolak Kristus sebagai
Juruselamat, yang menolak Juruselamat yang sudah membeli dia (2 Petrus 2:1) orang itu
akan mengalami murka Allah untuk selama-lamanya (Roma 1:18), bukan kasihNya (Roma
6:23). Allah mengasihi semua orang secara tanpa syarat dengan menunjukkan kemurahanNya
kepada semua orang. Secara bersyarat Allah mengasihi hanya mereka yang beriman kepada
AnakNya untuk keselamatan (Yohanes 3:36). Hanya mereka yang percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan mengalami kasih Allah untuk selama-lamanya.
Apakah Allah mengasihi semua orang? Ya. Apakah Allah mengasihi orang-orang Kristen
lebih daripada orang bukan Kristen? Tidak. Apakah Allah mengasihi orang-orang Kristen
dengan cara yang berbeda dari orang-orang bukan Kristen? Ya. Allah mengasihi semua orang
secara setara dalam pengertian Dia bermurah hati kepada semua orang. Allah hanya
mengasihi orang-orang Kristen dalam pengertian bahwa orang-orang Kristen mendapatkan
anugrah dan kemurahanNya selama-lamanya janji kasihNya untuk selama-lamanya di
Surga. Adalah kasih Allah pada semua orang yang harusnya menarik kita untuk menerima
kasihNya yang kekal.
Pertanyaan: Apakah Allah mengasihi semua orang atau hanya orang Kristen?
Jawaban: Dalam pengertian tertentu Allah mengasihi semua orang di seluruh dunia
(Yohanes 3:16, 1 Yohanes 2:2; Roma 5:8). Kasih ini bukan kasih yang bersyarat kasih ini
berdasarkan fakta bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8, 16). Kasih Allah pada semua
umat manusia mengakibatkan Allah menunjukkan kemurahanNya dengan tidak segera
menghukum mereka karena dosa mereka (Roma 3:23; 6:23). Kalau Allah tidak mengasihi
semua orang, kita semua akan ada dalam neraka saat ini juga. Kasih Allah kepada dunia ini
dimanifestasikan dengan memberi kesempatan kepada orang untuk bertobat (2 Petrus 3:9).
Namun demikian, kasih Allah akan dunia ini tidak membuat Dia mengabaikan dosa. Allah
juga adalah Allah yang adil (2 Tesalonika 1:6). Dosa tidak akan dibiarkan untuk selamalamanya (Roma 3:25-26).
Perbuatan kasih kekal yang paling utama dinyatakan dalam Roma 5:8, Akan tetapi Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa. Siapapun yang mengabaikan kasih Allah, yang menolak Kristus sebagai
Juruselamat, yang menolak Juruselamat yang sudah membeli dia (2 Petrus 2:1) orang itu
akan mengalami murka Allah untuk selama-lamanya (Roma 1:18), bukan kasihNya (Roma
6:23). Allah mengasihi semua orang secara tanpa syarat dengan menunjukkan kemurahanNya

kepada semua orang. Secara bersyarat Allah mengasihi hanya mereka yang beriman kepada
AnakNya untuk keselamatan (Yohanes 3:36). Hanya mereka yang percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan mengalami kasih Allah untuk selama-lamanya.
Apakah Allah mengasihi semua orang? Ya. Apakah Allah mengasihi orang-orang Kristen
lebih daripada orang bukan Kristen? Tidak. Apakah Allah mengasihi orang-orang Kristen
dengan cara yang berbeda dari orang-orang bukan Kristen? Ya. Allah mengasihi semua orang
secara setara dalam pengertian Dia bermurah hati kepada semua orang. Allah hanya
mengasihi orang-orang Kristen dalam pengertian bahwa orang-orang Kristen mendapatkan
anugrah dan kemurahanNya selama-lamanya janji kasihNya untuk selama-lamanya di
Surga. Adalah kasih Allah pada semua orang yang harusnya menarik kita untuk menerima
kasihNya yang kekal.
Pertanyaan: Apakah Allah laki-laki atau perempuan?
Jawaban: Dalam meneliti Alkitab ada dua fakta yang menjadi jelas: Pertama, Allah itu Roh,
dan tidak memiliki karakteristik atau keterbatasan manusia; kedua, bahwa semua bukti dalam
Alkitab sepakat bahwa Allah mengungkapkan diriNya kepada manusia dalam wujud lakilaki. Pertama-pertama, natur sejati Allah haruslah dipahami. Allah adalah pribadi, hal ini jelas
karena Allah menyatakan semua karakteristik dari sebuah kepribadian: Allah memiliki
pikiran, kehendak, intelek dan perasaan. Allah berkomunikasi, memiliki relasi, dan tindakantindakan Allah secara pribadi nyata dalam seluruh Kitab Suci.
Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes 4:24, Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah makhluk rohani,
Allah tidak memiliki karakteristik fisik secara manusia. Namun demikian, kadang-kadang
bahasa kiasan dalam Alkitab menggunakan karakteristik manusia kepada Allah untuk
memungkinkan manusia memahami Allah. Penggunaan karakteristik manusia untuk
menggambarkan Allah disebut antropomorfisme. Antropomorfisme adalah sekedar wahana
Allah (makhluk rohani) untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai natur diriNya
kepada manusia, makhluk jasmaniah. Karena manusia adalah makhluk jasmaniah, manusia
terbatas dalam perngertiannya akan hal-hal yang melampaui dunia fisik, dan di dalam Kitab
Suci antropomorfisme digunakan untuk menolong manusia memahami siapakah Allah itu.
Beberapa kesulitan terjadi saat meneliti fakta bahwa manusia diciptakan dalam gambar Allah.
Kejadian 1:26-27 mengatakan, Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya [sendiri],
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Yang dimaksudkan adalah baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dalam gambar Allah,

yaitu mereka lebih agung dari semua ciptaan lainnya karena, sama seperti Allah, mereka
memiliki pikiran, kehendak, intelek, perasaan dan kemampuan moral. Binatang tidak
memiliki kemampuan moral, dan tidak memiliki komponen bukan-materi sebagaimana
dimiliki oleh manusia. Kejadian memnberitahukan kita bahwa ketika manusia diciptakan
Allah, Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya sendiri. Gambar Allah adalah
komponen rohani yang hanya dimiliki oleh manusia. Allah menciptakan manusia untuk
memiliki hubungan dengan Dia; manusia adalah satu-satunya ciptaan yang didesain untuk
tujuan tsb.
Namun demikian, laki-laki dan perempuan hanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah
mereka tidak bukan duplikat dari Allah, dan bahwa ada laki-laki dan perempuan tidaklah
mengharuskan Allah itu memiliki ciri-ciri laki-laki dan perempuan. Ingat, diciptakan menurut
gambar Allah tidak ada sangkut pautnya dengan karakteristik fisik.
Kita tahu bahwa Allah adalah makhluk rohani dan tidak memiliki karakteristik fisik. Namun
hal ini tidaklah membatasi bagaimana Allah menyatakan diriNya kepada umat manusia. Kitab
Suci mengandung semua wahyu yang diberikan Allah kepada manusia mengenai diriNya
sendiri, dan merupakan satu-satunya sumber informasi yang obyektif mengenai Allah.
Memperhatikan apa yang diberitahukan oleh Alkitab ada beberapa pengamatan mengenai
bagaimana Allah menyatakan diri kepada umat manusia.
Sebagai awal, Alkitab mengandung hampir 170 rujukan pada Allah sebagai Bapa.
Seseorang disebut bapa hanyalah kalau dia adalah seorang laki-laki. Kalau yang ingin
dikomunikasikan adalah Allah memilih untuk menyatakan diri kepada manusia dalam wujud
perempuan, maka kata yang akan dipakai pastilah ibu dan bukan bapa. Baik dalam
Perjanjian Lama dan Baru kata ganti maskulin digunakan berulang-ulang untuk Allah.
Yesus Kristus berkali-kali merujuk pada Allah sebagai Bapa, dan pada kesempatankesempatan yang lain menggunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah. Dalam
kitab-kitab Injil saja, Kristus menggunakan istilah Bapa hampir 160 kali untuk secara
langsung merujuk pada Allah. Yang perlu diperhatikan adalah pernyataan Kristus dalam
Yohanes 10:30. Di sana Dia mengatakan, Aku dan Bapa[Ku] adalah satu." Jelaslah bahwa
Yesus Kristus datang dalam wujud seorang laki-laki untuk mati di salib untuk membayar dosa
dunia, dan sama seperti Allah Bapa, dinyatakan kepada manusia dalam wujud laki-laki.
Alkitab mencatat berbagai contoh lainnya di mana Kristus menggunakan kata benda dan kata
ganti maskulin untuk merujuk pada Allah.
Surat-surat Perjanjian Baru (dari Kisah Rasul sampai Wahyu) juga mengandung hampir 900
ayat di mana kata theos kata benda maskulin dalam Bahasa Yunani digunakan sebagai
rujukan langsung pada Allah. Dalam Bahasa Inggris kata ini kebanyakan diterjemahkan
sebagai God (Allah).
Dalam begitu banyaknya rujukan kepada Allah dalam Kitab Suci, jelas kelihatan ada
konsistensi di mana Allah disebut dengan menggunakan gelar-gelar, kata benda dan kata

ganti maskulin. Walaupun Allah bukanlah manusia, tapi Roh, Dia memilih wujud maskulin
untuk mengungkapkan diriNya kepada umat manusia. Sama halnya, Yesus Kristus, yang
secara terus menerus diperkenalkan dengan gelar-gelar, kata benda dan kata ganti maskulin,
mengambil wujud seorang laki-laki saat Dia berjalan di bumi ini. Para nabi Perjanjian Lama
dan para Rasul Perjanjian Baru merujuk pada Allah dan Yesus Kristus dengan nama dan gelar
maskulin. Allah memilih untuk mengungkapkan diri dalam wujud semacam ini untuk
memudahkan manusia memahami siapakah Allah itu. Menuntut bahwa Allah memilih wujud
perempuan untuk menyatakan diri kepada manusia adalah bertentangan dengan pola yang
diperlihatkan dalam Kitab Suci. Sekali lagi, kalau saja Allah memilih wujud feminin, akan
ada bukti-buktinya dalam Alkitab. Bukti itu sama sekali tidak ada. Sekalipun Allah memberi
kelonggaran untuk menolong manusia memahami diriNya, adalah penting untuk tidak
berusaha mengurung Allah dengan membatasi Dia dengan apa yang tidak pantas untuk
natur diriNya.
Pertanyaan: Apakah Allah masih berbuat mujizat? Mengapa Allah tidak terus
melakukan mujizat sebagaimana yang dilakukanNya dalam Alkitab?
Jawaban: Ketika Allah melakukan mujizat-mujizat yang ajaib dan dahsyat bagi orang-orang
Israel, apakah semua itu mengakibatkan mereka menaati Dia? Tidak, orang-orang Israel tetap
saja tidak taat dan memberontak melawan Allah sekalipun mereka telah melihat semua
mujizat tsb. Orang yang sama yang melihat Allah membelah Laut Merah kemudian
meragukan apakah Allah mampu menaklukkan para penghuni Tanah Perjanjian. Bacalah
perumpamaan dalam Lukas 16:19-31. Dalam kisah ini si orang di dalam neraka meminta
kepada Abraham supaya dia mengirim Lazarus kembali dari antara orang mati untuk
memberi peringatan kepada saudara-saudaranya. Abraham memberitahukan orang itu, Jika
mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau
diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." (Lukas 16:31).
Yesus melakukan tak terhitung banyaknya mujizat, namun mayoritas yang amat besar tetap
tidak percaya kepadaNya. Jikalau Allah melakukan mujizat-mujizat pada jaman sekarang
sebagaimana yang dilakukannya di masa lalu, hasil yang sama akan pula terjadi. Orang akan
terkagum-kagum dan percaya Allah untuk waktu yang singkat. Iman mereka dangkal dan
akan menghilang begitu sesuatu yang tidak diharapkan atau yang ditakuti terjadi. Iman yang
berdasarkan mujizat bukanlah iman yang dewasa. Allah melakukan mujizat yang terbesar
sepanjang sejarah dengan datang ke dalam dunia dalam diri Manusia Yesus Kristus untuk
mati di salib untuk dosa-dosa kita (Roma 5:8) supaya kita dapat diselamatkan (Yohanes
3:16). Allah masih melakukan mujizat hanya saja banyak di antaranya terjadi tanpa
mendapatkan perhatian atau sama sekali disangkali. Namun demikian, kita tidak
membutuhkan lebih banyak mujizat. Yang kita perlukan adalah percaya pada mujizat
keselamatan melalui iman dalam Yesus Kristus.
Konsep penting lain yang perlu dipahami adalah fakta bahwa tujuan dari mujizat adalah
untuk meneguhkan identitas dari sang pembuat mujizat. Kisah 2:22 menyatakan, Hai orang-

orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang
yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan
mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di
tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Hal yang sama dikatakan mengenai para
Rasul, Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan
di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasakuasa (2 Korintus 12:12). Saat ini kita memliki kebenaran mengenai Yesus sebagaimana
tercatat dalam Kitab Suci. Kita memiliki tulisan dari para Rasul dalam Kitab Suci. Yesus dan
para Rasul, sebagaimana dicatat dalam Kitab Suci, adalah batu penjuru dan dasar iman kita
(Efesus 2:20). Dalam pengertian ini mujizat tidak lagi perlu karena berita dari Yesus dan para
RasulNya telah dibuktikan dan dicatat secara akurat dalam Kitab Suci. Ya, Allah masih
melakukan mujizat. Pada saat yang sama kita tidak perlu mengharapkan mujizat terjadi pada
jaman sekarang ini dengan cara yang sama yang terjadi dan dicatat dalam Alkitab.
Pertanyaan: Apakah Allah/Alkitab seksis?
Jawaban: Seksisme adalah salah satu jender, biasanya laki-laki, mendominasi jender lainnya,
biasanya perempuan. Alkitab mengandung banyak referensi pada perempuan yang dalam
pemikiran modern kita terkesan diskriminatif terhadap kaum perempuan. Apakah ini berarti
Allah, dan karena itu Alkitab, seksis? Kita harus mengingat bahwa Alkitab ketika
menggambarkan tindakan tidak berarti Alkitab mendukung tindakan tsb. Alkitab
menggambarkan laki-laki memperlakukan perempuan tidak lebih dari sebagai barang
kepunyaan, namun ini tidak berarti Alkitab menyetujui tindakan itu. Bahkan dalam contohcontoh di mana Alkitab memberi perintah yang berhubungan dengan perlakuan terhadap
perempuan, hal itu tidak merupakan suatu indikasi dari standar yang dikehendaki Allah.
Alkitab lebih berfokus pada memperbaharui jiwa kita daripada masyarakat kita. Allah
mengetahui bahwa perubahan hati akan menghasilkan perubahan tingkah laku.
Pada masa Perjanjian Lama seluruh dunia bersifat patriakal. Status sejarah tsb sangatlah jelas
bukan hanya di dalam Kitab Suci, namun juga dalam peraturan sosial yang mengatur
kebanyakan masyarakat di dunia. Berdasarkan sistim nilai modern dan pandangan manusia
duniawi, hal itu disebut seksis. Allahlah yang menentukan keteraturan dalam masyarakat,
bukan manusia, dan Dialah Sumber dari berlakukan prinsip-prinsip otoritas. Namun
demikian, sama seperti semua yang lain, manusia yang berdosa telah mengacaukan
keteraturan ini. Hal ini mengakibatkan ketidaksetaraan dalam posisi laki-laki dan perempuan
sepanjang jalannya sejarah. Pengabaian dan diskriminasi yang kita dapatkan dalam dunia
bukanlah sesuatu yang baru. Hal itu adalah akibat dari kejatuhan manusia dan masuknya dosa
yang adalah pemberontakan melawan Allah. Oleh karena itu kita dapat dengan benar
mengatakan bahwa istilah dan praktik seksisme adalah akibat dari produk dari dosa
umat manusia. Pewahyuan Alkitab secara progresif mengarahkan kita pada penyelesaian
untuk seksisme, dan juga untuk semua kebiasaan berdosa dari umat manusia.
Untuk mendapatkan dan mempertahankan keseimbangan rohani antara posisi otoritas yang

telah ditetapkan Allah, kita perlu melihat kepada Alkitab. Perjanjian Baru adalah
penggenapan dari Perjanjian Lama, dan di dalamnya kita mendapatkan prinsip-prinsip yang
memberitahukan kita jalur otoritas yang benar dan penyelesaian untuk dosa, penyakit dari
seluruh umat manusia, dan hal itu meliputi diskriminasi berdasarkan jender.
Salib Kristus adalah penyeimbang yang agung. Yohanes 3:16 mengatakan, Barangsiapa dan
ini adalah sebuah pernyataan yang meliputi semuanya dan tidak mengabaikan seorangpun
berdasarkan posisinya dalam masyarakat, kemampuannya berpikir atau jender. Kita juga
mendapatkan bagian Alkitab dalam surat Galatia yang memberitahukan kita kesempatan yang
sama bagi kita untuk keselamatan. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman
di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis (diidentifikasikan) dalam Kristus,
telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus. (Galatia 3:26-28). Di salib tidak ada seksisme.
Alkitab bukan seksis. Karena Alkitab dengan tepat menggambarkan akibat dosa. Alkitab
mencatat segala jenis dosa: perbudakan dan perhambaan serta kegagalan dari para pahlawan
yang agung. Namun Alkitab juga memberi jawaban dan penyelesaian untuk dosa-dosa
melawan Allah dan aturan-aturan yang ditetapkanNya. Jawaban itu? Hubungan yang benar
dengan Allah. Perjanjian Lama memandang ke depan kepada pengorbanan yang paling
agung, dan setiap kali suatu pengorbanan untuk dosa dilakukan, hal itu mengajarkan perlunya
pendamaian dengan Allah. Dalam Perjanjian Baru, Anak Domba yang mengangkut dosa isi
dunia dilahirkan, mati, dikuburkan dan bangkit kembali dan kemudian naik ke tempatNya di
surga, dan di sana Dia berdoa syafaat untuk kita. Melalui percaya kepadaNyalah penyelesaian
untuk dosa ditemukan dan hal itu termasuk dosa seksisme.
Tuduhan seksisme terhadap Alkitab adalah berdasarkan ketidakpengertian akan Kitab Suci.
Ketika laki-laki dan perempuan menempati tempat yang telah Allah tetapkan bagi mereka dan
hidup sesuai dengan Demikianlah Firman TUHAN, maka akan ada keseimbangan yang
indah antara jender. Keseimbangan itulah yang dimulai oleh Allah dan akan diselesaikan
Allah. Ada banyak perhatian yang tidak pantas yang diberikan kepada berbagai produk dosa
dan bukannya pada akar dosa. Hanya ketika ada pendamaian pribadi dengan Allah melalui
TUHAN Yesus Kristus maka kita mendapatkan kesetaraan yang sejati. Kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32)
Adalah juga penting untuk memahami bahwa perbedaan peranan yang diberikan Alkitab
kepada laki-laki dan perempuan bukanlah seksisme. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa
Allah menginginkan para lelaki untuk berperan sebagai pemimpin dalam gereja dan keluarga.
Apakah ini membuat perempuan lebih rendah? Sama sekali bukan. Apakah perempuan
kurang pintar, kurang mampu dan dipandang lebih rendah dalam pandangan Allah? Sama
sekali tidak! Yang dimaksudkan adalah bahwa dalam dunia yang sudah dinodai dosa ini,
haruslah ada aturan dan otoritas. Allah telah menetapkan fungsi otoritas demi kebaikan kita.
Seksisme adalah penyalahgunaan dari peranan-peranan itu bukan soal adanya perananperanan itu.

Pertanyaan: Apakah Allah mendengar/menjawab doa-doa orang berdosa/tidak


percaya?
Jawaban: Yohanes 9:31 menyatakan, Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orangorang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Juga
dikatakan bahwa satu-satunya doa yang Allah dengar dari orang berdosa adalah doa untuk
diselamatkan. Sebagai akibat dari bagian Kitab Suci ini, sebagian orang percaya bahwa
Allah tidak mendengar dan/atau tidak akan pernah menjawab doa-doa dari orang yang tidak
percaya. Ayat-ayat Alkitab berikut ini menggambarkan bahwa Allah mendengar dan
menjawab doa-doa orang yang tidak percaya. 1 Yohanes 5:14-15 memberitahukan kita bahwa
Allah menjawab doa-doa kita berdasarkan apakah yang diminta itu sesuai dengan
kehendakNya atau tidak. Prinsip ini, mungkin, dapat diterapkan pada orang-orang tidak
percaya. Jika seorang tidak percaya berdoa kepada Allah sesuai dengan kehendakNya, tidak
ada yang menghalangi Allah menjawab doa tsb sesuai dengan kehendakNya.
Dalam menganalisa ayat-ayat ini kebanyakan ada hubungannya dengan doa. Dalam satu atau
dua peristiwa kita melihat Allah menjawab jeritan hati (tidak dikatakan apakah seruan itu
diarahkan kepada Allah atau bukan). Dalam beberapa kasus kelihatannya doa itu
dikombinasikan dengan penyesalan. Namun dalam kasus lainnya, doa tsb. hanyalah
merupakan doa minta berkat atau kebutuhan jasmani, dan Allah menjawabnya, baik karena
kasihan maupun sebagai jawaban atas permintaan yang tulus atau iman dari orang itu. Berikut
ini adalah beberapa bagian Alkitab yang berhubungan dengan doa dari orang yang tidak
percaya.
Orang-orang Niniweh; Yunus 3:5-10; agar Niniweh luput dari bencana.
Hagar dan Ismael; Kejadian 21:14-19; bukan sekedar doa, namun suatu jeritan hati demi
anaknya yang hampir mati.
Ahab, 1 Raja-Raja 21:17-29; khususnya ayat 27-29; Ahab berpuasa dan meratapi nubuat Elia
mengenai keturunannya. Allah menjawab dengan tidak menimpakan malapetaka pada zaman
Ahab.
Wanita dari daerah Tirus dan Sidon; Markus 7:24-30; supaya Yesus melepaskan anaknya dari
roh jahat.
Kornelius, seorang perwira Roma; Kisah Rasul 10, apa yang didoakan tidak disebut (Kisah
10:30) namun dia ditunjukkan jalan keselamatan.
Allah sudah membuat suatu janji yang berlaku untuk semua orang (baik yang sudah
diselamatkan atau yang belum) seperti dalam Yeremia 29:13: Apabila kamu mencari Aku,
kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati. Inilah
yang terjadi dengan Kornelius dalam Kisah 10:1-6. Namun ada banyak janji yang

berdasarkan konteks dari ayat-ayat tsb. hanya berlaku bagi orang-orang Kristen. Karena
orang-orang Kristen telah menerima Yesus, kita dinasihati untuk dengan berani datang ke
tahta anugrah untuk menerima pertolongan pada saat kita membutuhkannya (Ibrani 4:14-16).
Kita diberitahu bahwa ketika kita meminta berdasarkan kehendak Allah, Dia mendengar dan
memberi apa yang kita minta (1 Yohanes 5:14-15). Ada begitu banyak janji lainnya bagi
orang Kristen yang juga berhubungan dengan doa (Matius 21:22; Yohanes 14:13; 15:7). Jadi,
ya, ada contoh-contoh di mana Allah tidak menjawab doa dari orang yang tidak percaya. Pada
saat yang sama, dalam anugrah dan kemurahanNya, Allah juga dapat campur tangan dalam
kehidupan orang-orang yang belum percaya untuk menjawab doa-doa mereka.
Pertanyaan: Apa artinya bahwa Allah itu adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5;
Ulangan 4:24)? Saya pikir cemburu itu salah (Galatia 5:20).
Jawaban: Adalah penting untuk memahami bagaimana kata cemburu digunakan.
Penggunaan kata ini untuk melukiskan Allah dalam Keluaran 20:5 adalah berbeda dari
penggunaannya untuk menggambarkan dosa kecemburuan (Galatia 5:20). Ketika kita
menggunakan kata cemburu, kita menggunakannya dalam pengertian iri terhadap seseorang
yang memiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Seseorang merasa cemburu atau iri kepada
orang lain karena orang itu memiliki mobil atau rumah yang bagus (barang kepunyaan). Atau
iri kepada orang lain karena kemampuan atau keterampilan orang itu (misalnya kemampuan
atletik). Contoh lain adalah seseorang yang cemburu atau iri pada orang lain karena
ketampanan atau kecantikan orang itu.
Ketika kita mengamati ayat ini, kita mendapatkan bahwa Allah bukan cemburu atau iri karena
seseorang mempunyai sesuatu yang Allah tidak miliki. Keluaran 20:4-5 mengatakan, Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di
bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah
kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, . Perhatikan bahwa dalam ayat ini Allah berbicara mengenai cemburu karena
orang mengambil apa yang menjadi milikNya dan memberi kepada yang lain.
Dalam ayat-ayat ini Allah berbicara mengenai orang-orang membuat patung dan sujud
menyembah kepada patung-patung ini dan bukannya menyembah Allah sebagaimana
layaknya.
Penyembahan dan pelayanan adalah bagi Tuhan semata. Adalah dosa (sebagaimana yang
dinyatakan Allah dalam perintah ini) untuk beribadah aau melayani apapun selain dari Dia.
Karena itu, secara ringkas, adalah merupakan dosa ketika kita mengingini, atau kita iri, atau
kita cemburu pada seseorang karena dia memiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Ketika Allah
mengatakan Dia adalah Allah yang cemburu, di sini kata cemburu digunakan secara berbeda.
Apa yang Allah cemburui adalah apa yang memang merupakan milik kepunyaanNya; ibadah
dan pelayanan adalah milikNya semata-mata, dan hanya boleh diberikan kepadaNya.

Mungkin contoh praktis berikut ini dapat membantu kita memahami perbedaannya. Jikalau
seorang suami melihat pria lain bersikap genit dan main mata dengan istrinya, dia berhak
untuk merasa cemburu karena hanya dia yang boleh bersikap genit terhadap istrinya.
Cemburu seperti ini bukanlah dosa. Bahkan sebaliknya, ini adalah sesuatu yang pantas.
Cemburu untuk apa yang merupakan milik Anda adalah baik dan pantas. Cemburu adalah
dosa ketika itu merupakan keinginan untuk apa yang bukan merupakan milik Anda. Ibadah,
pujian, hormat dan penyembahan adalah milik Allah semata-mata karena hanya Dia yang
layak untuk itu. Karena itu adalah hak Allah untuk cemburu ketika ibadah, pujian, hormat
atau penyembahan diberikan kepada berhala-berhala. Inilah kecemburuan yang digambarkan
oleh Rasul Paulus dalam 2 Korintus 11:2, Sebab aku cemburu kepada kamu dengan
cemburu ilahi.
Pertanyaan: Dapatkah monoteisme dibuktikan?
Jawaban: Definisi monoteisme Monoteisme berasal dari kata mono (tunggal) dan
teisme (kerpercayaan pada Allah). Khususnya monoteisme adalah kepercayaan pada satu
Allah yang sejati yang adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan juga Hakim dari segala
makhluk. Monoteisme berbeda dari henoteisme yang adalah kepercayaan pada bermacam
allah dengan satu allah yang lebih utama dari semua allah yang lain. Monoteisme juga
bertolak belakang dengan politeisme yang adalah kepercayaan pada adanya banyak allah.
Ada banyak argumen yang mendukung monoteisme, termasuk di dalamnya pewahyuan
khusus (Alkitab), pewahyuan alam (filosofi), dan juga antropologi sejarah. Berikut ini
semuanya akan diuraikan secara amat singkat walaupun penjelasan ini tidak boleh dianggap
sebagai penjelasan yang menyeluruh.
Argumen Biblika untuk monoteisme Ulangan 4:35, Engkau diberi melihatnya untuk
mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. Ulangan 6:4,
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Maleakhi 2:10a,
Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita? 1
Korintus 8:6, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus
Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Efesus 4:6, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di
dalam semua. 1 Timotius 2:5, Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus. Yakobus 2:19, Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan
hal itu dan mereka gemetar.
Jelas bahwa bagi banyak orang tidaklah cukup untuk mengatakan bahwa hanya ada satu
Allah karena Alkitab mengatakan demikian. Ini adalah karena tanpa Allah tidak ada cara
untuk membuktikan bahwa Alkitab benar-benar adalah FirmanNya! Namun demikian, orang
bisa saja mengatakan bahwa karena Alkitab memiliki bukti supranatural yang paling dapat

diandalkan yang menguatkan apa yang diajarkan, ini dapat menjadi dasar yang meneguhkan
monoteisme. Argumen yang serupa adalah kepercayaan dan pengajaran Yesus Kristus yang
membuktikan bahwa Dia adalah Alah (atau paling sedikit Dia diperkenankan Allah) melalui
kelahiranNya yang merupakan mujizat, kehidupanNya, dan mujizat kebangkitanNya. Allah
tidak dapat berdusta atau ditipu; karena itu apa yang dpercayai dan diajarkan Yesus adalah
benar adanya. Karena itu, monoteisme, sebagaimana yang dipercayai dan diajarkan Yesus,
adalah benar adanya. Argumen ini mungkin tidak akan berkesan dalam bagi mereka yang
tidak mengenal bukti supranatural Alkitab dan Kristus, namun ini merupakan suatu
permulaan yang baik bagi mereka yang memahaminya.
Argumen historis untuk monoteisme Argumen yang berdasarkan popularitas sangat perlu
dicurigai, namun adalah menarik melihat betapa monoteisme mempengaruhi agama-agama
dunia. Teori yang terkenal mengenai perkembangan agama secara evolusi berasal dari
pandangan mengenai realita secara umum, dan anggapan mengenai antropologi evolutionis
yang memandang kebudayaan-kebudayaan primitif sebagai wakil dari tahapan awal
perkembangan agama. Namun ada beberapa masalah dengan teori evolusi semacam ini: (1)
Perkembangan yang dilukiskan tidak pernah diamati bahkan kenyataannya kelihatannya
tidak ada peningkatan ke arah monoteisme dari kebudayaan manapun yang terjadi malah
kebalikannya. (2) Metode antropologi mendefinisikan primitif dengan menyamakannya
dengan perkembangan tehnologi, namun ini bukanlah kriteria yang memuaskan karena dalam
suatu budaya terdapat begitu banyak komponen.
(3) Tahapan-tahapan yang dimaksud sering hilang atau dilangkahi. (4) Akhrnya, kebanyakan
budaya politeistik memperlihatkan sisa-sisa monoteisme dari tahap awal perkembangan
mereka. Apa yang kita temukan adalah Allah yang monoteistik ini merupakan suatu pribadi,
maskulin, tinggal di langit, memiliki pengetahuan dan kuasa yang luar biasa, menciptakan
dunia, sumber dari moralitas yang harus kita taati, namun kita langgar dan sebagai akibatnya
kita terbuang, namun jalan pendamaian sudah disediakan. Bisa dikata semua agama
mengandung variasi dari Allah semacam ini pada dulunya sebelum kemudian merosot pada
kacaunya politeisme, animisme dan sihir bukan sebaliknya (Islam adalah kasus yang amat
jarang, di mana Islam berbalik 360 derajat kembali kepada kepercayaan monoteistik). Namun
sekalipun dengan pergerakan seperti ini, politeisme sering kali merupakan monoteistik atau
henoteistik fungsional. Jarang ada agama politeistik yang tidak memiliki salah satu dari dewa
dewi sebagai allah yang berkuasa di atas allah-allah lainnya, di mana allah-allah lainnya ini
bertindak hanya sebagai pengantara.
Argumen filosofis/teologis untuk Monoteisme Ada banyak argumen filosofis mengenai
ketidakmungkinan untuk adanya lebih dari satu Allah. Banyak dari argumen ini bergantung
pada posisi metafisik seseorang dalam soal natur dari realita. Dalam artikel yang begitu
pendek ini adalah tidak mungkin untuk menjabarkan semua pandangan dasar metafisik ini
dan kemudian memperlihatkan pandangan mereka mengenai monoteisme, tapi percayalah
bahwa ada dasar-dasar filosofis dan teologis dari kebenaran-kebenaran ini yang sudah beribu
tahun lamanya (dan kebanyakan tidak perlu dijelaskan lagi). Secara singkat, berikut ini
adalah tiga argumen yang seseorang dapat pilih untuk diteliti (mulai dari yang kurang sulit):

1. Kalau ada lebih dari satu Allah, maka alam semesta akan kacau karena ada bermacam
pencipta dan penguasa, tapi kenyataannya alam semesta tidak kacau; karena itu hanya ada
satu Allah.
2. Karena Allah adalah makhluk yang sempurna, maka tidak mungkin ada Allah yang kedua
karena keduanya pasti akan ada perbedaan, dan untuk berbeda dari yang sempurna berarti
kurang sempurna dan bukan Allah.
3. Karena Allah ada secara tidak terbatas, maka Allah tidak bisa terbagi-bagi (karena bagian
tidak dapat dijumlahkan untuk menjadi tidak terbatas). Kalau keberadaan Allah bukan hanya
merupakan bagian dari diriNya (sebagaimana lazimnya bagi segala sesuatu baik yang ada
maupun tidak ada), maka Allah haruslah memiliki memiliki keberadaan yang tidak terbatas.
Oleh karena itu tidak mungkin ada dua makhluk yang tidak terbatas karena yang satu
haruslah berbeda dari yang lainnya, dan berbeda dari keberadaan yang tidak terbatas berarti
tidak ada sama sekali.
Orang mungkin bisa berargumen bahwa banyak argumen ini tidak menyingkirkan allahallah tingkat yang lebih rendah, dan itu bisa saja diterima. Walaupun kita tahu bahwa ini
tidaklah benar secara Alkitabiah, secara teori sama sekali tidak ada salahnya. Dengan kata
lain, Allah bisa saja mencipta allah-allah tingkat lebih rendah, namun kenyataannya Dia
tidak melakukan hal itu. Kalau Dia melakukannya, bukan saja allah-allah ini merupakan
makhluk ciptaan yang terbatas, mungkin sangat mirip dengan para malaikat (bdk. Mazmur
82). Hal ini tidak akan merusak monoteisme yang tidak pernah mengatakan bahwa tidak ada
makhluk rohani lainnya hanya saja tidak ada Allah lainnya.
Pertanyaan: Apakah salah mempertanyakan Allah?
Jawaban: Yang menjadi soal bukanlah apakah pantas bagi kita untuk mempertanyakan
Allah, tapi dengan sikap apa dan dengan alasan apa kita mempertanyakan Dia. Pada
dirinya sendiri bertanya kepada Allah tidaklah salah. Nabi Habakuk bertanya kepada Allah
mengenai waktu dan cara pelaksanaan rencana Allah. Bukannya ditegur, Habakuk justru
dijawab dengan sabar, dan sang nabi mengakhiri kitabnya dengan nyanyian pujian kepada
Tuhan. Banyak pertanyaan diajukan kepada Allah dalam kitab Mazmur (Mazmur 10, 44, 74,
77). Semua ini adalah jeritan dari mereka yang teraniaya, yang sangat mengharapkan campur
tangan dan keselamatan dari Allah. Sekalipun Allah tidak selalu menjawab pertanyaan kita
dengan cara yang kita ingini, dari bagian-bagian Alkitab ini kita menyimpulkan bahwa
pertanyaan yang tulus dari hati yang sungguh-sungguh diterima baik oleh Allah.
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak tulus, atau pertanyaan-pertanyaan dari hati yang munafik
adalah merupakan soal yang berbeda. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan
kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada,
dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani
11:6) Setelah Raja Saul tidak menaati Allah, pertanyaan-pertanyaannya tidak dijawab (1
Samuel 28:6). Adalah berbeda sekedar ingin tahu mengapa Allah mengizinkan peristiwaperistiwa tertentu dan secara langsung mempertanyakan kebaikan Allah. Meragukan adalah
berbeda dari menanyakan kedaulatan Allah dan menyerang karakter Allah. Dengan kata lain,

pertanyaan yang jujur bukanlah dosa, tapi hati yang pahit, tidak percaya atau memberontak,
itu adalah dosa. Allah tidak takut dengan pertanyaan-pertanyaan. Allah mengundang kita
untuk menikmati persekutuan yang dekat dengan Dia. Ketika kita bertanya kepada Allah
itu harus dari hati yang rendah dan pikiran yang terbuka. Kita dapat bertanya kepada Allah,
tapi jangan berharap untuk mendapat jawaban kecuali kalau kita betul-betul tertarik pada
jawabanNya. Allah mengetahui hati kita, dan mengetahui apakah kita dengan sungguhsungguh mencari Dia untuk menerangi kita. Sikap hati kita adalah yang menentukan apakah
benar atau salah untuk bertanya kepada Allah.
Pertanyaan: Pernahkah orang melihat Allah?
Jawaban: Alkitab mengatakan bahwa tidak seorangpun pernah melihat Allah (Yohanes 1:18)
kecuali Tuhan Yesus Kristus. Dalam Keluaran 33:20, Allah menyatakan, "Engkau tidak tahan
memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." (Keluaran
33:20) Ayat-ayat Alkitab ini sepertinya bertentangan dengan bagian Alkitab lainnya di mana
bermacam-macam orang melihat Allah. Misalnya, Keluaran 33:19-23 menggambarkan
Musa berbicara kepada Allah muka dengan muka. Bagaimana mungkin Musa berbicara
dengan Allah muka dengan muka kalau tidak seorangpun dapat melihat wajah Allah dan
tetap hidup? Dalam contoh ini, kalimat muka dengan muka adalah kalimat figuratif yang
mengindikasikan bahwa mereka berada dalam persekutuan yang amat dekat. Allah dan Musa
berbicara satu kepada yang lain sepertinya mereka itu dua orang manusia yang bercakapcakap secara akrab.
Dalam Kejadian 32:30 Yakub melihat Allah menampakkan diri sebagai seorang malaikat
Dia tidak betul-betul melihat Allah. Orangtua Simson ketakutan ketika mereka menyadari
bahwa mereka telah melihat Allah (Hakim-Hakim 13:22), namun mereka hanya melihat Dia
dalam penampakannya sebagai seorang malaikat. Yesus adalah Allah dalam wujud manusia
(Yohanes 1:1, 14) sehingga ketika orang-orang melihat Dia, mereka melihat Allah. Jadi, ya,
Allah dapat dilihat dan banyak orang telah melihat Allah. Pada saat yang sama, tidak
seorangpun pernah melihat Allah dalam segala kemuliaanNya. Dalam kondisi kita sebagai
manusia yang jatuh, jika Allah benar-benar menyatakan diri kepada kita secara penuh, kita
akan habis binasa. Karena itu Allah menutup diriNya dan menampakkan diri dalam rupa yang
dapat kita lihat. Namun demikian, ini tidak sama dengan melihat Allah dalam segala
kemuliaan dan kekudusanNya. Orang-orang mendapat penglihatan tentang Allah, gambar
Allah, dan penampakan diri Allah namun tidak seorangpun pernah melihat Allah dalam
kesempurnaanNya (Kejadian 33:20).
Pertanyaan: Apakah Allah mengubah pikiranNya?
Jawaban: Maleakhi 3:6 menyatakan, Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu,
bani Yakub, tidak akan lenyap. Demikian pula Yakobus 1:17 memberitahukan kita, Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan
dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Makna dari Bilangan 23:19 amatlah jelas, Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta,

bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya,
atau berbicara dan tidak menepatinya? Tidak, Allah tidak mengubah pikiranNya. Ayat-ayat
ini menegaskan bahwa Allah tidak berubah dan tidak dapat diubah.
Namun ini nampaknya bertolakbelakang dengan apa yang diajarkan dalam ayat-ayat lain,
seperti misalnya Kejadian 6:6, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan
manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Demikian pula Yunus 3:10 yang
mengatakan, Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik
dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah
dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya. Keluaran 32:14
juga mengatakan, Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya
atas umat-Nya. Ayat-ayat ini bebicara mengenai Tuhan menyesali sesuatu, dan kelihatan
bertolakbelakang dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah tidak berubah. Namun
demikian, analisa lebih dalam dari ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa ini bukanlah indikasi
yang sebenarnya bahwa Allah dapat berubah. Dalam bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan
menyesal adalah ungkapan dalam bahasa Ibrani yang berarti berbelas kasihan. Merasa
kasihan untuk sesuatu hal bukan berarti ada perubahan yang terjadi, hal itu hanya menyatakan
kesedihan untuk sesuatu yang telah terjadi.
Pertimbangkan Kejadian 6:6 bahwa, menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan
manusia di bumi. Ayat ini selanjutnya mengatakan, dan hal itu memilukan hati-Nya.
Ayat ini mengatakan bahwa Allah menyesal telah menciptakan manusia. Namun jelas bahwa
Dia tidak mengubah keputusanNya. Sebaliknya, melalui Nuh Dia mengijinkan manusia tetap
ada. Kenyataan bahwa kita masih hidup sekarang ini adalah bukti nyata bahwa Allah tidak
mengubah pikiranNya soal menciptakan manusia. Juga konteks dari ayat ini adalah gambaran
mengenai keadaan manusia yang hidup dalam dosa, dan dosa manusialah yang memicu
kesedihan Allah, bukan keberadaan manusia. Pertimbangkan apa yang dikatakan oleh Yunus
3:10, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap
mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya. Kata menyesal di sini adalah kata yang sama
dalam Bahasa Ibrani yang berarti berbelas kasihan. Mengapa Allah berbelas kasihan
kepada orang-orang Niniwe? Karena mereka bertobat, dan sebagai hasilnya, mereka berubah
dari tidak taat kepada ketaatan. Allah sama sekali konsisten. Allah akan menghukum Niniwe
karena kejahatan mereka. Namun Niniwe menyesal dan mengubah cara hidup mereka.
Sebagai hasilnya Allah berbelas kasihan kepada Niniwe, semua ini tetap konsisten dengan
karakterNya.
Roma 3:23 mengajar kita bahwa semua orang sudah berdosa dan tidak mencapai standar
Allah. Roma 6:23 mengatakan bahwa konsekwensi dari semua ini adalah kematian (rohani
dan jasmaniah). Jadi penduduk Niniwe pantas untuk dihukum. Setiap kita juga menghadapi
situasi yang sama karena pilihan manusia untuk berdosalah yang memisahkan kita semua dari
Allah. Manusia tidak dapat meminta Allah bertanggung jawab untuk kesulitannya. Karena itu
adalah berlawanan dengan karakter Allah kalau Dia tidak menghukum penduduk Niniwe saat
mereka terus berdosa. Namun orang-orang Niniwe berbalik menjadi taat, dan karena itu Allah
memilih untuk tidak menghukum mereka sebagaimana yang semula direncanakan. Apakah

perubahan dari orang-orang Niniwe mewajibkan Allah tetap melakukan apa yang
direncanakan? Sama sekali tidak! Allah tidak punya kewajiban kepada manusia. Allah baik
dan adil, dan Dia memilih untuk tidak menghukum orang-orang Niniwe karena pertobatan
mereka. Paling sedikit ayat ini sebetulnya justru menunjukkan bahwa Allah tidak berubah
karena kalau Allah tidak menyelamatkan orang-orang Niniwe, hal itu justru bertentangan
dengan karakter Allah.
Ayat-ayat Alkitab yang menggambarkan Allah sepertinya mengubah pikiranNya adalah
upaya manusia untuk menjelaskan tindakan Allah. Allah mau melakukan sesuatu, namun
sebaliknya Dia justru melakukan yang lain. Bagi kita, hal ini sepertinya berubah. Namun bagi
Allah yang Mahakuasa dan berdaulat, itu bukanlah perubahan. Allah selalu tahu apa yang Dia
mau lakukan. Allah juga tahu apa yang Dia harus lakukan untuk membuat manusia
melakukan apa yang Dia ingin mereka lakukan. Allah mengancam untuk menghancurkan
Niniwe, Dia tahu bahwa hal itu akan mengakibatkan Niniwe bertobat. Allah mengancam
untuk menghancurkan Israel, dan Dia tahu bahwa Musa akan berdoa syafaat bagi mereka.
Allah tidak menyesali keputusanNya, namun sedih karena respon dari sebagian orang
terhadap keputusan-keputusanNya. Allah tidak mengubah pikiranNya, namun bertindak
konsisten sesuai dengan FirmanNya sebagai respon terhadap tindakan kita.
Pertanyaan: Mengapa Allah mengijinkan bencana alam, misalnya gempa bumi, angin
topan, dan tsunami?
Jawaban: Mengapa Allah mengijinkan gempa, angin tornado, topan, tsunami, taifun,
longsor, dan bencana alam-bencana alam lainnya? Tragedi tsunami yang menimpa Asia pada
akhir tahun 2004, topan Katrina pada tahun 2005 di bagian Tenggara Amerika Serikat, dan
pada tahun 2006 longsor di Filipina membuat banyak orang mempertanyakan kebaikan Allah.
Memang menyusahkan ketika bencana alam disebut sebagai tindakan Allah/acts of God
padahal Allah tidak dipuji pada saat untuk bertahun-tahun, atau berabad-abad cuaca bagus.
Allah menciptakan seluruh alam semesta dan hukum-hukum alam (Kejadian 1:1).
Kebanyakan bencana alam adalah akibat dari hukum-hukum alam ini. Topan, taifun and
tornado adalah akibat dari bertumbuknya pola cuaca yang berbeda. Gempa bumi adalah
akibat dari bergesernya lempengan bumi. Tsunami diakibatkan oleh gempa bumi di bawah
permukaan laut.
Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus menyatukan seluruh alam semesta (Kolose 1:1617). Dapatkah Allah mencegah bencana alam? Sudah tentu! Apakah kadang-kadang Allah
mempengaruhi cuaca? Ya, lihat Ulangan 11:17 dan Yakobus 5:17. Apakah kadang-kadang
Allah menggunakan bencana alam sebagai hukuman atas dosa? Ya, lihat Bilangan 16:30-34.
Kitab Wahyu menggambarkan banyak peristiwa yang jelas-jelas dapat digambarkan sebagai
bencana alam (Wahyu 6, 8 dan 16). Apakah setiap bencana alam merupakan hukuman Allah.
Sama sekali tidak!
Sama halnya dengan Allah mengijinkan orang jahat melakukan kejahatan, Allah mengijinkan
bumi memperlihatkan konsekwensi dari dosa terhadap ciptaan. Roma 8:19-21
memberitahukan kita, Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anakanak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan
oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi

dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan
kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Kejatuhan umat
manusia dalam dosa berdampak pada segala sesuatu, termasuk alam semesta yang kita huni.
Segala yang ada dalam ciptaan ini takluk kepada kesia-siaan dan kebinasaaan. Dosa
adalah penyebab utama dari bencana alam-bencana alam sama seperti dosa mengakibatkan
kematian, penyakit dan penderitaan.
Jadi kita kembali ke awal. Kita dapat memahami bagaimana bencana alam terjadi. Yang tidak
dapat kita pahami adalah mengapa Allah mengijinkan itu terjadi. Mengapa Allah mengijinkan
tsunami membinasakan lebih dari 225.000 orang di Asia? Mengapa Allah mengijinkan topan
Katrina menghancurkan rumah dari ratusan ribu orang? Apa yang kita tahu adalah Allah
itu baik! Ada banyak mujizat yang ajaib dalam berbagai bencana alam yang mencegah
hilangnya lebih banyak nyawa. Bencana alam mengakibatkan jutaan orang mengevaluasi
kembali prioritas hidup mereka, Ratusan juta dikirimkan untuk membantu orang-orang yang
menderita. Pelayanan-pelayanan Kristen memiliki kesempatan untuk membantu, melayani,
memberikan konsultasi, berdoa dan memimpin oran kepada iman keselamatan di dalam
Kristus! Allah mampu dan Allah menghasilkan hasil yang baik dari tragedi-tragedi yang
menyedihkan (Roma 8:28).
Pertanyaan: Adakah hidup kekal?
Jawaban: Alkitab menunjukan jalan yang jelas untuk mendapatkan hidup kekal. Pertama,
kita perlu mengakui bahwa kita telah berdosa kepada Tuhan: Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Kita semua telah
melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan dan pantas menerima hukuman. Karena
pada dasarnya semua dosa kita adalah kepada Tuhan yang kekal, maka hanya penghukuman
kekal yang pantas kita terima. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23).
Namun demikian, Yesus Kristus, Anak Allah yang kekal dan tanpa dosa (1 Petrus 2:22) telah
menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14) dan mati untuk membayar hukuman kita. Akan tetapi
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika
kita masih berdosa. (Roma 5:8). Yesus Kristus mati di salib (Yohanes 19:31-42), dan
menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung (2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian,
Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4), menyatakan kemenanganNya atas
dosa dan kematian. Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh
kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh
pengharapan (1 Petrus 1:3).
Dengan iman kita harus meninggalkan dosa kita dan berbalik kepada Kristus untuk
mendapatkan keselamatan (Kisah Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kita kepadaNya,
percaya kepada kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, kita akan
diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam
hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan. (Roma 10:9). Hanya iman di dalam karya Yesus yang telah diselesaikan di
atas salib yang merupakan satu-satunya jalan kepada hidup kekal! Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu

bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9).
Jikalau Anda ingin menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, berikut ini adalah
sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan
menyelamatkan Anda. Hanya dengan percaya kepada Yesus yang dapat menyelamatkan Anda
dari dosa. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan
berterima kasih kepadaNya untuk menyediakan keselamatan Anda. Tuhan, saya tahu saya
telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah mengambil
hukuman yang sepantasnya saya tanggung supaya melalui iman kepadaNya saya bisa
diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku.
Terima kasih untuk anugrah dan pengampunanMu yang ajaib, untuk anugrah hidup kekal!
Amin!
Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di
sini? Jika demikian, klik pada tombol Saya telah menerima Kristus pada hari ini di bawah.
Pertanyaan: Saya seorang Muslim, mengapa saya perlu mempertimbangkan untuk
menjadi seorang Kristen?
Jawaban: Mungkin aspek terpenting dalam hubungan antara Islam dan keKristenan adalah
apa yang dikatakan oleh Quran mengenai Yesus. Quran mengatakan bahwa Allah mengutus
Yesus dan mendukungNya dengan Roh Kudus (Sura 2:87), bahwa Allah mempermuliakan
Yesus (Sura 2:253), bahwa Yesus benar adanya dan tidak berdosa (sura 3:46; 6:85; 19:19),
bahwa Yesus dibangkitkan dari antara orang mati (Sura 19:33-34), bahwa Allah
memerintahkan Yesus untuk mendirikan agama (Sura 42:13), dan bahwa Yesus naik ke Surga
(sura 4:157-158). Karena itu, orang-orang Muslim yang sejati perlu mengenal dan memahami
pengajaran-pengajaran Yesus dan menaatinya (sura 3:48-49; 5:46).
Pengajaran-pengajaran Yesus dicatat oleh para muridNya secara terperinci dalam kitab-kitab
Injil. Sura 5:111 mengatakan bahwa para murid diwahyukan oleh Allah untuk percaya pada
Yesus dan beritaNya. Sura 61:6,14 menunjuk Yesus dan para muridNya sebagai penolongpenolong Allah. Sebagai penolong-penolong Allah, para murid Yesus pastilah mencatat
pengajaran Yesus dengan akurat. Quran menginstruksikan orang-orang Muslim untuk
menjunjung tinggi dan menaati Taurat dan Injil (Sura 5:44-48). Jikalau Yesus sama sekali
tidak berdosa, segala yang diajarkanNya adalah sepenuhnya benar. Jikalau para murid Yesus
adalah penolong-penolong Allah, mereka pasti mencatat pengajaran Yesus dengan akurat.
Melalui Muhammad, Allah, dalam Quran menginstruksikan orang-orang Muslim untuk
mempelajari Injil. Allah tidak akan memberi instruksi semacam itu jikalau Injil telah dikorup.
Karena itu, salinan-salinan Injil pada zaman Muhammad adalah akurat dan dapat dipercaya.
Ada salinan-salinan Injil yang mendahului zaman Muhammad sampai 450 tahun lamanya.
Sebetulnya ada ribuan naskah-naskah Injil. Dengan membandingkan salinan-salinan yang
paling kuno, dengan salinan dari zaman Muhammad, dan salinan dari zaman sesudah
Muhammad dapat dilihat dengan jelas bahwa semua salinan Injil adalah konsisten dalam apa
yang dikatakan mengenai Yesus dan pengajaran-pengajaranNya. Sama sekali tidak ada bukti
bahwa Injil telah dikorup. Karena itu kita dapat yakin bahwa semua pengajaran Yesus adalah

benar adanya, bahwa pengajaranNya dicatat dengan akurat dalam Injil, dan bahwa Allah
memelihara keakuratan Injil.
Apakah yang dicatat oleh Injil mengenai Yesus? Dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata, Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku (Yohanes 14:6). Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan
kepada Allah. Dalam Matius 20:19 Yesus berkata bahwa Dia akan disalibkan, mati dan akan
bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Injil dengan jelas mencatat bahwa
semua ini terjadi persis sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan oleh Yesus (Matius 27-28;
Markus 15-16; Lukas 23-24; Yohanes 19-21). Mengapa Yesus, nabi agung dari Allah,
mengijinkan diriNya dibunuh? Mengapa Allah mengizinkannya? Yesus mengatakan Tidak
ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13). Yohanes 3:16 berkata bahwa kasih Allah kepada kita
cukup besar untuk mengirim Yesus untuk menjadi kurban menggantikan kita.
Mengapa kita memerlukan Yesus untuk mengorbankan hidupNya untuk kita. Ini adalah
KUNCI perbedaan antara Islam dan keKristenan. Islam mengajarkan bahwa Allah
menghakimi kita berdasarkan apakah perbuatan baik kita lebih berat dari kejahatan kita.
KeKristenan mengajarkan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu memiliki kebaikan yang
lebih dari kejahatan mereka. Bahkan jika sekalipun ada kemungkinan untuk perbuatan baik
lebih berat dari kejahatan, Allah begitu sucinya sehingga Dia tidak dapat mengijinkan
seseorang masuk Surga kalau orang itu telah melakukan satu saja dosa. Hal ini meninggalkan
kita dengan jalan ke neraka sebagai satu-satunya tempat untuk melewatkan kekekalan.
Kesucian Allah menuntut penghakiman kekal bagi dosa. Itu sebabnya Yesus harus berkorban
untuk kita.
Sebagaimana diajarkan oleh Quran, Yesus sama sekali tidak berdosa. Bagaimana mungkin
seseorang dapat hidup sepanjang hidupnya tanpa berdosa satu kalipun? Tidak mungkin.
Kalau begitu, bagaimana Yesus dapat mencapainya? Yesus lebih dari sekedar manusia. Yesus
sendiri mengatakan bahwa Dia dan Allah adalah satu (Yohanes 10:30), Yesus mengumumkan
diriNya sebagai Allah dari Taurat (Yohanes 8:58). Injil dengan jelas mengajarkan bahwa
Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:1, 14). Allah tahu bahwa kita semua
telah berbuat dosa dan karena itu tidak dapat masuk Surga. Allah tahu bahwa satu-atunya cara
untuk dosa kita diampuni adalah kalau hutang dosa kita dilunasi. Allah tahu bahwa hanya Dia
yang dapat membayar harga yang begitu tak terbatas. Allah telah menjadi manusia Yesus
Kristus hidup secara sama sekali tak berdosa (Sura 3:46; 6:85; 19:19), mengajarkan berita
yang sempurna, dan mati menggantikan kita, untuk membayar hukuman dosa kita. Allah
melakukan ini karena Dia mengasihi kita, karena Dia ingin kita melewatkan kekekalan
bersama dengan Dia di Surga.
Jadi apa artinya ini bagi Anda? Yesus adalah kurban yang sempurna untuk dosa-dosa kita.
Allah menawarkan pengampunan dan keselamatan kepada kita semua jikalau kita mau
menerima hadiahNya ini (Yohanes 1:12), percaya pada Yesus sebagai Juruselamat yang telah
menyerahkan hidupNya untuk kita sahabat-sahabatNya. Jikalau Anda percaya pada Yesus

sebagai Juruselamat Anda, Anda akan memiliki jaminan hidup kekal di Surga. Allah akan
mengampuni dosa-dosamu, membersihkan jiwamu, memperbaharui rohmu, memberi Anda
hidup yang berkelimpahan dalam dunia ini, dan hidup kekal di dunia yang akan datang.
Bagaimana mungkin kita menolak hadiah yang begitu berharga ini? Bagaimana mungkin kita
berbalik dari Tuhan yang mengasihi kita sedemikian sehingga mengorbankan diriNya untuk
kita?
Jikalau Anda tidak pasti apa yang Anda percaya, kami mengundang Anda untuk
mengucapkan doa ini kepada Allah: Ya Allah, tolonglah saya untuk mengetahui apa yang
benar. Tolong saya untuk membedakan yang salah. Tolong saya untuk mengenal jalan yang
benar kepada keselamatan. Allah selalu menghargai doa semacam ini.
Jikalau Anda ingin menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda, berbicaralah kepada Allah,
baik secara bersuara atau tak bersuara, dan katakan padaNya bahwa Anda menerima karunia
keselamatan melalui Yesus. Jikalau Anda ingin berdoa, berikut ini adalah sebuah contoh doa:
Allah, terima kasih untuk kasihMu kepadaku. Terima kasih untuk pengorbananMu bagiku.
Terima kasih untuk menyediakan pengampunan dan keselamatan bagiku. Saya menerima
karunia keselamatan melalui Yesus. Saya percaya Yesus sebagai Juruselamatku. Saya
mengasihi Engkau, ya Tuhan dan menundukkan diriku kepadaMu. Amin!
Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di
sini? Jika demikian, klik pada tombol Saya telah menerima Kristus pada hari ini di bawah.
Pertanyaan: Bagaimana saya menerima pengampunan dari Tuhan?
Jawaban: Kisah Rasul 13:38 menyatakan, Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena
Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.
Apa itu pengampunan dan mengapa saya membutuhkannya?
Kata mengampuni berarti menghapus sampai bersih, memaafkan, membatalkan hutang.
Ketika kita bersalah terhadap seseorang, kita minta pengampunan dari orang tsb. supaya
relasi kita dapat dipulihkan kembali. Pengampunan bukan diberikan karena orang yang minta
ampun pantas untuk diampuni. Tidak seorangpun yang pantas untuk diampuni. Pengampunan
adalah tindakan kasih, kemurahan dan anugerah. Pengampunan adalah keputusan untuk tidak
mendendam untuk apapun yang orang lakukan terhadap diri Anda.
Alkitab memberitahukan kita bahwa kita semua membutuhkan pengampunan dari Tuhan.
Kita semua telah berdosa. Pengkhotbah 7:20 mengatakan, Sesungguhnya, di bumi tidak ada
orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa! 1 Yohanes 1:8
mengatakan, Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri
dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Semua dosa pada dasarnya adalah pemberontakan
terhadap Tuhan (Mazmur 51:6) Akibatnya, kita sangat membutuhkan pengampunan dari

Tuhan. Jikalau dosa-dosa kita tidak diampuni, kita semua akan melewatkan kekekalan dalam
penderitaan sebagai konsekwensi dari dosa-dosa kita (Matius 25:46; Yohanes 3:36).
Pengampunan Bagaimana saya mendapatkannya?
Kita bersyukur, Tuhan adalah Pengasih dan Pemurah, rindu untuk mengampuni dosa-dosa
kita. 2 Petrus 3:9 mengatakan, Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya
jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tuhan ingin
mengampuni kita, maka Dia menyediakan jalan pengampunan bagi kita.
Satu-satunya hukuman yang adil untuk dosa-dosa kita adalah kematian. Bagian pertama dari
Roma 6:23 menyatakan, Sebab upah dosa ialah maut Kematian kekal adalah upah dari
dosa-dosa kita. Tuhan, dalam rencanaNya yang sempurna, datang menjadi manusia, Yesus
Kristus (Yohanes 1:1,14). Yesus mati di salib menanggung hukuman yang kita seharusnya
tanggung kematian. 2 Korintus 5:21 mengajar kita, Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Yesus
mati di salib untuk menggantikan kita menerima hukuman yang seharusnya kita terima!
Sebagai Allah, kematian Yesus menyediakan pengampunan dosa bagi seluruh dunia. 1
Yohanes 2:2 memproklamirkan, Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan
untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Kebangkitan Yesus
memproklamirkan kemenanganNya atas dosa dan kematian (1 Korintus 15:1-28). Puji Tuhan,
melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, bagian kedua dari Roma 6:23 menjadi
nyata, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Maukah Anda menerima pengampunan untuk dosa-dosa Anda? Apakah Anda merasakan
perasaan bersalah yang tidak kunjung lenyap? Pengampunan atas dosa-dosa Anda tersedia
jika Anda menaruh iman percaya anda pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda. Efesus
1:7 mengatakan, Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu
pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya. Yesus membayar hutang dosa
kita supaya kita bisa diampuni. Satu-satunya yang perlu Anda lakukan adalah memohon
pengampunan kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus, percaya bahwa Yesus sudah mati untuk
membayar harga pengampunan, dan Tuhan akan mengampuni Anda. Yohanes 3:16-17 berisi
berita yang indah ini, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam
dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Pengampunan semudah itu?
Benar, semudah itu. Anda tidak dapat melakukan apa-apa untuk mendapatkan pengampunan.
Anda tidak dapat membeli pengampunan dari Allah. Anda hanya dapat menerimanya, dengan
iman, melalui anugrah dan kemurahan Tuhan. Jika Anda mau menerima Yesus Kristus
sebagai Juruselamat Anda dan menerima pengampunan dari Tuhan, Anda dapat berdoa
dengan doa ini. Doa ini, atau doa apapun, tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya

kepada Yesus Kristus yang menyediakan pengampunan dosa. Doa ini hanyalah cara untuk
mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan untuk berterimakasih kepadaNya untuk
pengampunan yang diberikan kepada Anda. Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa
kepadaMu dan saya pantas dihukum. Namun Yesus telah menanggung hukuman yang
seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya
berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk
anugrah dan pengampunan dariMu! Amin!
Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di
sini? Jika demikian, klik pada tombol Saya telah menerima Kristus pada hari ini di bawah.
Pertanyaan: Apa itu orang Kristen?
Jawaban: Kamus Webster mendefinisikan orang Kristen sebagai orang yang mengaku
percaya kepada Yesus sebagai Kristus, atau percaya kepada agama yang berdasarkan
pengajaran Yesus. Walaupun ini adalah titik tolak yang bagus dalam memahami apa itu
orang Kristen, sebagaimana banyak definisi sekular lainnya, definisi ini kurang dapat
menjelaskan kebenaran Alkitab mengenai apa artinya menjadi seorang Kristen.
Kata Kristen digunakan tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kisah Rasul 11:26; 26:28; 1 Petrus
4:16). Para pengikut Yesus Kristus pertama kali digelari Kristen di Antiokhia (Kisah Rasul
11:26) karena kelakuan mereka, kegiatan dan kata-kata mereka yang seperti Kristus. Pada
mulanya istilah ini dipakai oleh orang-orang tidak percaya di Antiokhia sebagai ejekan dan
penghinaan terhadap orang-orang Kristen. Secara harafiah istilah tsb berarti menjadi bagian
dari kelompok Kristus atau pengikut Kristus, yang mirip artinya dengan definisi dalam
Kamus Wesbter.
Sayangnya, setelah sekian waktu lamanya, kata Kristen telah kehilangan sebagian besar
dari maknanya dan sering dipergunakan untuk seseorang yang beragama atau yang memiliki
nilai-nilai moral yang tinggi, dan bukan dipakai untuk pengikut Yesus Kristus yang sudah
betul-betul lahir kembali. Banyak orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus
menganggap mereka orang-orang Kristen hanya karena mereka ke gereja atau karena mereka
tinggal di negara Kristen. Pergi ke gereja, membantu orang-orang yang kurang beruntung,
menjadi orang baik, semua itu tidak menjadikan Anda orang Kristen. Seperti dikatakan oleh
seorang penginjil, Pergi ke gereja tidak membuat orang jadi orang Kristen, sama seperti
masuk ke garasi tidak membuat orang jadi mobil. Menjadi anggota gereja, mengikuti
kebaktian secara teratur dan menyumbang untuk gereja tidak membuat Anda menjadi orang
Kristen.
Alkitab mengajarkan kita bahwa perbuatan-perbuatan baik kita tidak dapat membuat kita
diterima oleh Tuhan. Titus 3:5 mengatakan, bukan karena perbuatan baik yang telah kita
lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan
yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Jadi orang Kristen adalah seorang yang sudah dilahirkan

kembali oleh Allah (Yohanes 3:3; 3:7; 1 Peter 1:23) dan yang telah menempatkan iman dan
percaya mereka di dalam Yesus Kristus. Efesus 2:8 mengatakan, Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Seorang
Kristen yang sejati adalah seseorang yang telah meninggalkan dosa-dosanya dan
menempatkan iman dan percayanya hanya kepada Yesus Kristus. Kepercayaannya bukanlah
kepada agama atau ajaran-ajaran moral, atau apa yang boleh dan tidak boleh.
Seorang Kristen yang sejati adalah seorang yang telah menempatkan iman dan percayanya
kepada Yesus Kristus, dan bahwa Dia telah mati di salib sebagai pembayaran dosa, dan
bangkit kembali pada hari ketiga untuk mendapatkan kemenangan atas kematian dan
memberi hidup kekal kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Yohanes 1:12
memberitahu kita, Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Seorang Kristen
yang sejati sesungguhnya adalah seorang anak Allah, anggota dari keluarga Allah, dan
seorang yang telah diberikan hidup baru di dalam Kristus. Tanda dari orang Kristen yang
sejati adalah kasihnya kepada sesamanya dan ketaatannya kepada Firman Tuhan (1 Yohanes
2:4; 1 Yohanes 2:10).
Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di
sini?
Jika demikian, klik pada tombolhttp://www.gotquestions.org/Indonesia/Kristen-lahirkembali.html Saya telah menerima Kristus pada hari ini di bawah.

Anda mungkin juga menyukai