PEMBAHASAN
2.1 Siapakah allah ? Apakah Allah itu ? Bagaimana kita mengenal Allah ?
Siapakah Allah? – Fakta
Fakta tentang keberadaan Allah sangat nyata terlihat, baik melalui ciptaan-Nya maupun
melalui hati nurani manusia. Saking jelasnya, Alkitab menyebut orang yang memilih sebagai
ateis sebagai suatu “kebodohan” (Maz 14:1). Karenanya, Alkitab tidak pernah mencoba
membuktikan keberadaan Allah; melainkan menyatakan Allah itu ada dari sejak semula (Kej
1:1). Apa yang Alkitab lakukan ialah menyingkapkan sifat, karakter, dan pekerjaan Allah.
Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan
adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah
Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga).Menurut Katekismus Gereja
Katolik, Konsep Trinitas diuraikan sebagai berikut:
1. Tritunggal adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah
masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan
seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa;
dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan
kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera,
seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan
seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan
seluruhnya di dalam Putera.
2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan
asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh
Kudus yang dihembuskan.
3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal
asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan
timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera
dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah
satu, yaitu Allah.
Trinitas merupakan akar dan dasar dari iman kekatolikan yang bertumbuh selama ribuan
tahun dan terpelihara hingga kini. Dalam sejarah gereja beberapa kali konsep ini ditegaskan
untuk menghindari penyimpangan dan penyesatan yang dapat terjadi dalam perjalanan waktu.
Banyak kali memang dalam persfektif awam kita sulit menangkap maksudnya. Hal ini
pertama-tama juga disebabkan oleh rendahnya minat dalam mendalami dan memahami
kehidupan iman kekatolikan.
Trinitas menekankan Allah yang esa dalam 3 pribadi. Mengapa disebut demikian, sebab
Allah itu tunggal, utuh, dan sempurna. Tak dapat diandaikan sebagai bilangan satu
sebagaimana bilangan matematis, melainkan ditekankan pada Allah yang sempurna.
Kesempurnaan itu memiliki wujud yang tidak dapat begitu saja dinalar sebab Allah tentu saja
terlalu sederhana untuk dinalar. Disinilah peran misteri keallahan yang mewujud dalam iman
menjadi penting artinya.
Konsep Trinitas itu merupakan ajaran yang menyatakan Allah kita Satu dan terdiri dari 3
pribadi. Pribadi yang dimaksud adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Perlu
dipahami dengan baik bahwa ini bukan pernyataan bahwa Allah itu tiga melainkan satu
dalam 3 pribadi yang unik. Satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab satu sama lain
membangun kesempurnaan Allah yang Esa.
Sebagai sebuah pemahaman, hakekat kita sebagai manusia adalah sama untuk semua
umat manusia. Namun demikian kita sebagai manusia memiliki kepribadian yang
membedakan kita dengan yang lain. Fakta bahwa kepribadian yang unik dan berbeda diantara
manusia tak dapat mengabaikan bahwa kita seluruhnya adalah satu hakekat, manusia.
Begitupula hakekat bahwa Allah itu satu dan dilihat dalam 3 pribadi untuk membantu kita
melihat karya keselamatan Allah yang mewujud lewat Penebusan Kristus Yesus dan
pemeliharaan Roh Kudus sehingga karya itu dapat terus berlanjut sampai akhir zaman.
Hakekat Tuhan yang satu tidak mengabaikan bahwa ada 3 pribadi yang saling terkait
membentuk konsep keallahan kita.
Kesatuan Allah dalam 3 pribadi ini dalam Kitab Suci diungkapkan oleh Yesus sendiri. Ia
mengungkapkan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9) Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-
Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu,
sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Pada bagian ini
pernyataan keallahan Yesus ditegaskan oleh-Nya sendiri. Hal ini sejalan dengan sebutan
Anak yang terkasih oleh Allah Bapa saat Yesus menjalani pembabtisan di sungai Yordan.
Bersama dengan Roh Kudus kesatuan itu juga dibangun dalam relasinya dengan Allah Bapa.
Kristus menjanjikan Roh Kebenaran pada para murid sebagai Roh Kudus dan juga
merupakan Roh Kristus itu sendiri. (Yoh 15:26). Kesatuan ini semakin ditegaskan diakhir
hidupnya sebagai manusia sebelum Ia diangkat ke Surga. Pesan yang berbunyi “…Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan
Roh Kudus…”(Mat 28:18-20) menunjukkan bagaimana kita diajak menjadi bagian dalam
keutuhan Allah lewat 3 pribadi yang dimaksud.