Anda di halaman 1dari 11

UJIAN HER DOGMATIKA I

Nama                      :    Inra Banjarnahor


NIM                        :    18. 3321
Sem/kelas               :    Semester VI
Dosen pengampu : Pdt. Ricardo S Turnip, M. Th

Soal
1. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi munculnya ilmu soterologi, jelaskan !
dan apa yang anda pahami dengan soterologi ?

Soteriologi dapat diartikan adalah suatu ajaran tentang keselamatan. Dikatakan ajaran
karena merupakan gabungan dari dua kata Yunani yaitu Soteria1 owrfp (sõtēr) dan kata logos
Aóyoç (lógos) Yakni firman, perkataan, Ajaran yang kemudian diartikan menjadi ilmu (logi).
Dengan kata lain soteriology adalah cabang ilmu teologi yang membahas ajaran tentang
keselamatan2. Dalam bahasa Yunani adalah σωτηρία soteria, yang artinya tindakan atau hasil
dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya, penyakit atau bahaya, keselamatan juga
mencakup kesehatan dan kemakmuran 3. Dalam pemakaian Alkitab kata soteria dapat
diartikan menjadi “suatu tindakan Allah dalam menyelamatkan manusia dari kematian yang
kekal menuju kehidupan yang kekal. inti dari keselamatan menurut Perjanjian Baru adalah
karya Allah dalam Tuhan Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari kematian kekal
kepada kehidupan kekal. Kematian dan kehidupan dalam konteks keselamatan bukan
berbicara tentang hidup yang sekarang ini, tetapi kehidupan masa yang akan datang.Jika kita
berbicara mengnai Soteriologi hal yang pertama yang dipikirkan berkaitan dengan dengan
“dosa”. Dimana keselamat ada pada manusia karena diawali dengan jatuhnnya manusia
kedalam dosa. Dimana hal yang berkaitan dengan dosa itu ialah masalah yang terjadi di
dalam hubungan manusia dengan Allah.
Sebelum lebih luas untuk membahasa tentang keselamatan ini. Keselamatan tidak
terlepas dari kedua perjanjian yang yang ada di dalam Alkitab yakni Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Dimana yang diawali dengan bagian perjanjian Lama di dalam bagian
Penciptaan yang dituliskan di dalam Kejadian I, Allah menciptakan bumi dan segala isinya,
dan yang terahir yang allah ciptakan adalah Manusia. Manusia adalah mahluk yang
1
Barclay M Neverman JR, Kamus Yunani- Indonesia untuk PB, (Jakarta, BPK : Gunung Mulia)
2
Christology.Soteriology.engl.7.2015 C.Roland Kleger hal 1
3
Douglas, J.D. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2. YKBK. Jakarta. 2008. Hal.375
diciptakan Allah menurut “gambar dan rupa-Nya” (Kej 1:26). Istilah gambar dan rupa Allah
memberikan suatu pengertian bahwa manusia memiliki perbedaan yang jauh dengan mahluk
ciptaan Allah yang lainnya. Charles Hodge mengatakan “ ketika Allah menciptakan manusia
enurut gambarNya, Allah menganugerahkan kepada manusia sifat-sifat yang dimiliki sebagai
roh”.4Dan sifat Allah yang manusia miliki ialah akal, budi, hati nurani, kehendak roh,
bersikap moral dll. Dan ketika manusia itu awal diciptakan Allah dan menusia itu memiliki
hubungan istimewa dengan manusia karena manusia adalah ciptaan yang paling istimewa dan
ciptaan yang berhak atas ciptaan lainnya. Dan ketika maunisa itu diberikan mandar untuk
memeliharan dan kuasa atas ciptaan lainnya, maka iblis menggoda manusia untuk jatuh
kedalam dosa. Dan akhirnnya manusia itupun juatuha kedalam dosa. Dan setalah manusia itu
jatuh kedalam dosa maka hubungan antara manusia dan Allah yang pada awalnnya memiliki
hubungan yang erat. Namun setelah manusia itu berdoasa maka semua hubungan anatara
manusia dan Allah rusak dan tidak lagi sama seperti awal. Dan sebagai hukumannya manusia
itu diusir dari taman Eden. Allah tidak lagi bisa berhadapan langsusng dengan manusia,
karena Allah adalah kudus dan manusia sudah kotor.

2. Ketika Allah telah berfirman, menyelamatkan manusia, tetapi justru manusia


tidak mengerti akan maksud dan tujuan kasih Allah. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan Allah telah mereposisikan diriNya dalam konsep Allah yang
Trinitatis !

Perlu dicatat setidaknya ada beberapa hal yang mendasari konsep keTritunggalan ini yakni
Allah itu mutlak dan utuh , namun Ia telah menyatakan diri-Nya sebagai tiga Pribadi yaitu
Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dia dikenal sebagai Dia yang berdiri di atas dan terpisah. Pada
saat yang sama, Dia adalah Pribadi yang berkonfrontasi dengan manusia dalam Yesus Kristus
sebagai isi obyektif dari wahyu. Dan Dia adalah Dia yang menangkap dan memiliki manusia
sehingga dia dapat menerima dan berpartisipasi dalam wahyu dan keselamatan akan hidup
baru yakni dalam wujud Roh Kudus yang adalah Tuhan dengan menjadi Roh dari Allah
Bapa dan Roh dari Yesus Kristus. Gereja kuno merumuskan doktrin hubungan antara Tiga
Pribadi sebagai berikut bahwa Tuhan adalah satu dan utuh namun terdiri dari tiga pribadi
yang masing-masing memilki perananNya namun satu dalam keselamatan yang didasarkan
sebagai tujuan atau misi Allah di dunia. Tidak berarti juga bahwa Tuhan ada tiga ataupun
satu, namun tiga dalam satu. Kebenaran bahwa ketiganya memiliki kualitas ilahi yang
memiliki atribut yang sama sebagai pernyataan diri Allah.
4
Hodge,Charles, Volume 2 Soteriology hal 300-301
Pemahaman Dasar Doktrin Allah yang Tritunggal (Paham Trinitatis)

Ajaran Trinitatis bukanlah ajaran yang dikembangkan dalam Perjanjian Baru, seperti yang
diyakini sebagian orang, melainkan telah diajrkan juga dalam Perjanjian Lama meskipun
secara tata bahasa ini, kata ini sama sekali tidak perbah dimuat secara langsung dalam
Alkitab. Namun ada beberapa gambaran yang dapat dilihat dalam Alkitab sebagai pengenalan
doktrin Trinitatis ini yakni :

1. Roh sudah dikenal jauh ketika Allah mencipta, dimana Roh itu sendiri berperan
penting dalam penciptaan Allah itu. Dan kaitannya dengan Anak bisa kita lihat
melalui Allah yang menggunakan kekuatan FirmanNya dalam mencipta. Yang
kemudian dalam Injil disebutkan bahwa firman itu adalah Yesus yang telah
menjelma menjadi manusia (daging), sehingga Yesus dipahami sebagai Firman yang
Hidup dari Allah itu sendiri ( Kej 3 : 1-3; Yoh 1 : 1-3) dan sebagai puncak
penegasan akan keTritunggalan ini ada pada amanat agung Yesus (bd. Mat 28 : 19).
2. Bapa adalah Allah Sejati. Istilah Bapa merupakan istilah khas dari Yesus yang
menamai Allah sang Pencipta untuk menegaskan hubunganNya yang intim dan
Illahi. Bahkan Yesus juga pernah menyebutkan secara langsung bahwa Dia ( yang
adalah Allah atau Bapa) adalah satu-satunya Allah yang benar ( bd. Yoh 17 : 3; Yoh
14 :6; 1 Kor 8 : 6). Dia adalah pribadi yang berbeda dengan AnakNya yang tunggal
( Yoh 3 : 16; Gal 4 : 4). Dan Dia juga berebda dengan Roh Kudus, karena Ia
mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan dengan kuat kuasa (bd. Kis 10 : 38). Bapa
sendiri tidak diperanakkan, namun memperanakkan Anak dari kekekalanNya. Bapa
juga yang mengutus Roh kebenaran melalui pribadi Yesus ( Yoh 15 : 26).
3. Anak adalah Allah Sejati. Dia ( Yesus) adalah Allah yang benar dan hidup yang
kekal ( 1 Yoh 5 : 20). Paulus juga menyebut bahwa Dia adalah Allah yang harus
dipuji sampai selama-lamanya (bd. Rom 9 :5). Dia tidak sekedar serupa ( homoi-
ousios) dengan Bapa , melainkan Dia sejajar dan sehakekat dengan Bapa ( homoi-
ousios). Maka dari itu semua orang harus menghormati Anak itu seperti kepada
Bapa. Namun, meskipun demikian Dia berbeda dengan Bapa dan dengan Roh
Kuduus yang disebutNya Penolong yang lain selain diriNya ( Yoh 14 : 16-17).
Bersama dengan Bapa, Dia mengutus Roh Kebenaran ( bd. Yoh 15 : 26). 5

5
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, ( Pematang Siantar : Akademi Lutheran Indonesia –ALI,
2012), hlm. 32-33
4. Roh Kudus adalah Allah Sejati. Petrus memeberitahu Ananias bahwa jika ia
mendustai Roh Kudus, ia juga telah mendustai Allah (bd. Kis 5 : 3-4). Bahkan
orang kristen disebut sebagai bait Allah karena Roh Kudus berdiam di dalam
mereka ( bd. 1 Kor 3 :16). Namun Ia berbeda dengan Bapa dan Anak karena dalam
Yoh 14 : 16, Kristus jelas memebedakan diriNy dengan Bapa dan penolong. Roh
Kudus tidak diperanakkan dan juga tidak memperanakkan, tetapi Dia berasal dari
Bapa dan Anak, dari kekekalan. Dia adalah Roh dari Bapa (bd. Mat 10 : 20) dan
juga dari Anak (Gal 4 : 6). Dia berasal dari Bapa dan serentak diutus oleh Anak
( Yoh 15 : 26; Yoh 20 : 22).
5. Tritunggal dalam kesatuan. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus
adalah Allah. Tetapi bukan beraryi menjadikan Allah itu ada tiga, tetapi Allah
hanya ada satu. Allah juga tidak terbagi menjadi tiga bagian , yang mungkin
diasumsikan bahwa setiap Pribadi menjadi sepertiga Allah, teatpi harus dipahami
bahwa ketiga Pribadi itu adalah kepenuhan Allah (bd. Kol 2 : 9). Jadi Bapa adalah
Allah yang benar dan satu-satunya (bd. Yoh 17 :3); Anak adalah Allah yang benar (
1 Yoh 5 : 20), dan Roh Kudus juga adalah Allah yang benar ( Kis 5 : 3-4).
Kedudukan dan kemulian ketiga Pribadi itu sama dan tak satupun menempati posisi
yang dianggap lebih agung dari yang lain ( bd. Yoh 10 : 30).
6. Allah kita adalah Allah yang Tak Terpahami. Allah kita tidak dapat dipahami di
dalam hakikatnNya, kita tidak tahu apa hakekatNya dan apa yang terkandung dalam
hakikat itu. Sifat Allah bukanlah suatu mutu yang melekat menjadi sifatNya
( inherent) dalam zat Illahi, melainkan sebagaimana Allah adalah Allah yang
sederhana dan tak terbagi-bagi, demikian pula hakikatNya satu yakni Allah adalah
Kasih ( 1 Yoh 4 :8). Tidak ada persamaan, kiasan, gambaran di dalam cakrawala
pemikiran kita yang dapat menejlaskan misteri yang sangat besar ini kepada kita.
Pikiran manusia yang terbatas tidaklah mungkin mampu melampaui Allah atau
objek yang Tidak terbatas itu.
7. Ajaran KeTritunggalan dari Allah sebagai pernyataan iman kristen yang paling
mendasar. Tidak dapat disangkal bahwa siapa saja yang hendak menerima
keselamatan haruslah terlebih dahulu mempercayai keTritunggalan Allah itu
sendiri.6

6
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen , ....., hlm. 34-35
3. Yesus sangat berhatihati untuk memperkenalkan diriNya, jelaskan maksudnya !
Serta Bagaimana Yesus memperkenalkan diriNya dalam hubugan dengan Bapa,
jelaskan !

Yesus sangat berhati-hati dalam menjelaskan dirinya sebagai Mesias karena ada
pemikiran konsep yang salah dalam benak orang Yahudi. Yang pertama sekali Yesus ajarkan
bukanlah tentang kebenaran Allah dan kebenaran agama semata, melainkan inti ajaranNya
ialah pengumuman mengenai diriNya sendiri sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia.
Yesus tidak pernah berbicara dengan menggunakan “Bapa kita” melainkan “Bapa Ku” (Mat
11: 27; Yoh 20: 17) atau “Bapa mu” (Mrk 11: 25-26), tidak ada seorangpun manusia yang
menyebutkan hubungan dirinya langsung dengan Allah seperti yang Yesus lakukan.

Di dalam mistik Jawa, kata "Rokh Suci' dapat dipergunakan untuk mengungkapkan "inti-pati
yang hakiki di dalam manusia" ataupun "jiwanya yang sejati" (Dr. Sumantri Hardjoprakoso,
Indonesisch mensbeeld, hlm. 21 dyb.). "Roh Suci" itulah yang merupakan batin manusia
yang paling dalam. Juga pengakuan Kristen mempergunakan kata "Roh Suci" atau lebih baik
Roh Kudus. Bagian-ketiga Pengakuan Iman Rasuli dimulai dengan pasal yang berbunyi:
”Aku percaya kepada Roh Kudus...” pengakuan tentang Roh Kudus ini tak ada sangkut-
pautnya sama sekali dengan "Rokh Suci", sebagaimana dimaksudkan di dalam mistik. Roh
Kudus adalah Allah sendiri, yang datang kepada kita dari luar (dari atas), yang menyatakan
diriNya kepada kita serta bertindak terhadap kita. Kesaksian tentang penyataan Allah ialah
Alkitab, Dan apa- bila di dalam Alkitab dibicarakan tentang Allah Bapa, maka dibicarakan
juga tentang Yesus Kristus dan tentang Roh Kudus. Demikianlah Allah menyatakan diriNya,
demikian la membuat kita mengenal Dia, yaitu dengan tiga nama yang menunjuk kepada tiga
"cara-berada'"Nya: sebagai “Allah Bapa'", sebagai Allah Anak" sebagai "Allah Roh Kudus".
Ketiganya ini bukanlah tiga Tuhan, melainkan adalah Allah yang satu dan esa,

Menurut susunan Pengakuan Iman Rasuli, dalam bagian pertama dikatakan, siapa dan
bagaimana Allah dalam diriNya sendiri; Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi .
Bagian kedua adalah mengenai Yesus Kristus, yang di dalamNya kita menemukan, siapa
dan bagaimana Allah itu bagi kita dan apa yang telah dilakukanNya bagi kita : oleh
kedatangan Kristus di bumi, oleh kematian serta kebangkitanNya, telah disediakanNya
Keselamatan bagi kita manusia. Bagian ketiga Pengakuan Iman itu ditegaskan, bahwa
secara langsung Allah mau bekerja di dalam diri kita, agar supaya benar-benar kita boleh
ambil bagian dalam keselamatan itu. Apabila orang berbicara tentang Allah, sebagaimana
secara langsung la mau bekerja di dalam diri kita, maka orang berbicara tentang Allah
sebagai Roh Kudus. Dengan perumusan lain : bagian-pertama Pengakuan Iman itu
berbicara tentang Allah di atas kita (Allah Bapa), bagian kedua tentang Allah beserta kita
(Yesus Kristus), bagian ketiga tentang Allah di dalam kita (Roh Kudus): dan Ketiganya
ini adalah esa. Jadi mengenai Roh Kudus dikatakan, bahwa la adalah Allah di dalam kita.
Roh Allah adalah Allah, bukan manusia dan bukan unsur rohani di dalam manusia, bukan
"intipati yang hakiki di dalam manusia", artinya : diadakanNya suatu hubungan yang
sebelumnya tidaklah terdapat antara manusia dengan Allah.

Maksud dan tujuan kesalehan secara mistik itu ialah untuk menghapuskan "batas semu"
antara hidup manusia dengan sumber hidupnya yang kekal-ilahi. Akan tetapi justru dalam
percaya kepada Allah, orang beriman itu insaf bahwa ia adalah manusia bukan Allah; dan
ia menyadari bahwa Allah adalah sungguh- sungguh Allah, bukan manusia. Batin
manusia tidaklah bersifat ilahi, dan Roh Kudus bukanlah merupakan bagian batin ataupun
sifat manusia. Kepercayaan Kristen bukannya ditujukan ke dalam, melainkan ke luar,
yaitu kepada Allah, "Yang lain sama sekali". Percaya ialah hubungan pribadi antara kita
dengan Allah, tetapi Allah sendirilah yang menciptakan hubungan ini : itulah pekerjaan
Roh Kuds, yang bersama dan Sang Anak adalah Allah yang satu dan Esa -sama dengan
Sang Bapa.

Di dalam Alkitab dengan jelas di beda-bedakan antara Kristus dengan Roh Kudus (1
Kor 12:4;2 Kor 13:13 ;1 Ptr 1:2). Yesus berdoa kepada Bapa mohon Roh Kudus bagi para
murid Nya (Yoh 14:16). Ada dikatakan, bahwa Bapa akan mengutus Roh Kudus (Yoh
14:26), tetapi juga bahwa Yesus sendiri akan mengutus Roh itu dari BapaNya (Yoh
15:26). Supaya Roh Kudus itu datang, haruslah Yesus sendiri pergi (Yoh 16:7
bandingkan Yoh 7:39). Jadi memanglah Roh Kudus harus dibedakan dari Kristus yang
sudah dipermuliakan itu. Akan tetapi pada pihak lain, haruslah segera ditambahkan
bahwa Kristus dan Roh Kudus tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Pekerjaan Roh
Kudus dicirikan oleh ke-EsaanNya dengan Kristus, Roh Kudus tidak berkata dari diriNya
sendiri (Yoh. 16:13). Roh itu bersaksi tentang Kristus (Yoh 15:26). Dengan perantaraan
Roh Kudus dan Alkitab, Kristus sendiri berbicara kepada kita. Roh Kudus dapat disebut
Roh Kristus (Gal 4:6 ;Rom 8:9; Flp 1:19; 1 Ptr 1:1). Yesus sendiri dapat berkata kepada
murid-muridNya 'Terimalah Roh Kudus! (Yoh 20:22). Di mana Roh Kudus bekerja, di
situ Kristus diberitakan dan dimuliakan. Demikianlah orang-orang beriman dapat
menguji segala roh dan membedakan antara Roh Kudus dan berbagai roh palsu. Roh
Kudus datang dari Kristus dan mau memimpin kita kepada Kristus (1 Yoh 4:1-3).

4. Pada awalnya kata Yunani "δογμα - dogma" mencakup pengertian perintah,


ketetapan, keputusan baik oleh masyarakat, kaisar, maupun pemimpin
kalangan tertentu. Pada perkembangannya kemudian, apa yang anda pahami
tentang pengertian Dogma ? Serta bagaimana pandangan Katolik dan Protestan
tentang Dogma, dan beri tanggapan saudara!

Sebelum sampai kepada padangan tentang dogma harus lebih dahulu di ketahui bahwa
Dogma adalah kata benda dari kata kerja dokein yang berarti menduga, atau mengira.
Didalam Alkitab terdapat juga perkataan mengenai dogma. Disitu dogma berarti: perintah,
atau hukum yag harus dilakukan/dijalankan. Dogma dapat didefinisikan sebagai hasil
penyelidikan orang percaya tentang Firman Tuhan yang ditentukan oleh Gereja dan
diperintahkan untuk dipercaya. Istilah “Dogmatika” juga berasal dari kata Yunani dogma
jamak nya ialah dogmata. Kata itu mula-mula berarti pendapat atau pandangan atau ajaran
pada lapangan filsafat. Selanjutnya kata dogma juga berrati keputusan atau apa yang sudah
diputuskan, baik oleh seseorang atau perseorangan. Oleh karena keputusan seperi ini
biasanya diumumkan maka arti kata Dogma menjadi suatu peraturan, perintah, pengumuman.
Kata kerjanya adalah dogmatizo,artinya meluruskan sesuatu pendapat atau dalil, ajaran,
mengumumkan sesuatu keputusan atau peritah.

Dogmatika tidak bisa dilepaskan dari dogma. Menurut Hendrikus Berkhof dalam
bukunya “introduction to the study of dogmatics”menguraikan bahwa setiap kata yang
diakhiri dengan ics (dogmatics) mengarah kepada penjelasan kata sebelumnya yaitu dogma.
Lanjutan ics menunjuk kepada sebuah kegiatan ilmiah. Karenanya dengan sederhana ia
menyimpulkan dpgmatika sebagi sebuah studi tentang dogma. Menurut kamus Yunani-
Belanda yang dikarang oleh F.Muller, kata dogma berarti, pendapat, azas, dogma, keputusan,
perintah, hukuman. Tetapi kata ini juga dipakai dalam arti peraturan. Dogma sebagai etos,
sebagai ajaran, sebagai penyampaian, dan sebagai doa.

Dogmatika adalah ilmu tentang dogma yang secara metodis mengadakan refleksi atas
dogma seperti terdapat dalam gereja dan sejarahnya. Dogmatik adalah cabang teologi yang
pokok dan ilmu iman yang artinya ilmu yang dilaksanakan dalam terang iman oleh orang
yang terlibat karena beriman.dengan demikian dogmatika haruslah merefleksikan iman
jemaat. Namun tidak berarti bahwa dogmatika menolak upaya-upaya penyelidikan,
penelitian, pertanyaan-pertanyaan, dan pemikiran kritis, maupun konstruktif. Dogmatika
justru mendorong kearah situ.

Demikian arti kata dogma itu lama kelamaan menjadi seperti artinya yang sekarang,
yakni suatu dalil-ajaran, suatu rumusan tentang sesuatu kebenaran keagamaan, suatu pasal
kepercayaan dari Gereja Kristen. Maka dari pengertian yang terakhir inilah berasal istilah
dogmatika dan kata sifatnya dogmatis (secara dogmatika). Jadi dapat dikatakan; bagian dari
ilmu theologia yang kita sebutkan “dogmatika” itu ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan
iman Gereja Kristen. Tugas dogma adalah mengatakan kebenaran yang di yakini,
mengatakan hal-hal yang harus dan wajib ia katakana, hal-hal yang merupakan jawaban
terakhir atas pertanyaan-pertanyaan manusia, hal-hal yang mungkin berbeda atau
bertentangan dengan keyakinan gereja dan tradisinya, hal-hal yang mungkin berbeda atau
bertentangan dengan pandangan orang banyak, hal-hal yang membuat manusia yang percaya
maupun yang tidak percaya, baik yang Kristen maupun non-Kristen hidup tidak terang dalam
kekeliruan dan penyelewengan mereka. dogmatika harus dengan jelas menhatakan kepada
kita mana firman Allah dan mana perkataan iblis, mana ajaran yang benar dan mana ajaran
palsu, mana keselamatan dan mana kebinasaan.

Pandangan saya tentang dogma kristen dan juga katotik yaitu sebuah kerangka
pemikiran dogmatis yang membicarakan tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan dua titik koordinat. Sebenarnya hampir serupa.
Antara kematian dan kebangkitan-Nya, gereja memikirkan masalah-masalah yang ditemui.
Kata “dogma” berasal dari bahasa Yunani. Pada masa kuno, kata ini tidak hanya digunakan
dalam konteks gereja, tetapi juga di luar gereja. Kata “Dogma” dalam bahasa Yunani klasik
mempunyai beberapa arti: “pendapat”, “perkiraan”, atau juga “gambaran”. Dalam tulisan-
tulisan Plato, “dogma” bersifat negatif. Orang yang berdogma adalah orang yeng mengira
(menduga). Menurut Plato, perkiraan bertentangan dengan pengetahuan. Jadi, “dogma”
bertentangan dengan “gnoosis”. Seseorang yang mengetahui, ia tidak mengira. Ketika
seseorang mengira sesuatu, ia tidak mengetahuinya.

Jika demikian, apakah yang dimaksud dengan “dogma” dan “dogmatika”?. Sebuah
Dogma dapat menjadi esoteric jikalau tidak berhasil menyentuh kehidupan sehari-hari. tidak
tidak berrati sebuah dogma harus “logis”. Kematian dan kebangkitan Kristus bukanlah suatu
hal yang “logis”. Jadi walaupun sebuah dogma harus dihubungkan dengan kehidupan
manusia, dogma itu tidak harus terbuka untuk ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, “ketuhanan
Yesus” sebagai pengakuan selalu terkait dengan konsep kekuasaan manusia (dan merupakan
kritik keras atas kekuasaan manusia), tetapi pengakuan itu tidak dapat diikuti dari sudut
pandang ilmu pengetahuan.

Dogmatika dapat dibatasi sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan
hal-hal yang dinyatakan dalam Kitab suci yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut. Objek
dogmatika bukanlah dogma-dogma gereja. Melainkan yang menjadi objek dogmatika adalah
keselurihan dari kitab suci. Dogma-dogma ialah rumusan-rumusan dari pengertian-pengertian
yang pokok dalam kitab suci. Dogmatika mencari isi-isi ini dan mencari juga kesatuan dari
segenap pernyataan kitab suci. Dogmatika atau ajaran Kristen tidak dapat disamaratakan
dengan teologi Alkitab, dengan sejarah dogma atau teologi Kristen, atau dengan filsafat
agama yang sebenarnya juga berbicara mengenai iman Kristen. Dogmatika atau ajaran Iman
Kristen merupakan seuatu displin yang berdiri sendiri, walaupun memberi uraian yang
bersifat sistematis, tidak dapat menyebutkan dirinya ilmu atau filsafat.

5. Apa yang anda pahami dengan istilah Penyataan Allah, dan jelaskan seluas
luasnya tentag Penyataan Umum !

Kata penyataan merupakan terjemahan dari kata kerja Latin revelare (kata bendanya
revelation, bahasa Inggrisnya adalah revelation). Dalam bahasa Indonesia lebih sering
diterjemahkan dengan kata “wahyu” (seperti halnya dengan kitab terakhir dalam PB yang
diterjemahkan nama “Wahyu”). Namun pemakaian kata wahyu ini dapat menimbulkan salah
pengertian. Sebab kata ini berasal dari kata kerja Arab, yang terutama berarti:
“mengilhami/membisikkan mengenai sesuatu”; “perasaan yang meyakinkan hati dan
mendorong untuk diikuti tanpa diketahui darimana datangnya”. Kata ini dapat menimbulkan
kerancuan dengan pengertian “wahyu ” dalam agama Islam, yaitu “ilham yang lebih tinggi”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ada dua arti dari kata “ilham”: (1) “Petunjuk yang
datang dari Tuhan yang terbit di hati”; (2) “Sesuatu yang menggerakkan hati (untuk
mengarang syair dsb.)”. Syeh Muhamad Abduh mengeartikan wahyu sebagai “pengetahuan
yang didapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan penuh bahwa pengetahuan itu
datang dari Allah.” Hampir semua agama menyatakan bahwa Allah telah menyatakan atau
memperkenalkan diriNya pada manusia melalui cara “wahyu” tersebut.7

Allah tampil dalam sejarah. Penyataan Allah yang khusus tersebut diberikan dalam bentuk
atau cara yang “manusiawi” atau anthropomorphism (antropomorfisme) (Yunani: anthropos –
7
Daniel Lukas Lukito, Pengantar Teologia Sistematika I, BPK GM, Jakarta, 53-76
manusia; dan morphe – bentuk), artinya berbicara tentang Tuhan seolah-olah Ia adalah
manusia. Bahasa antropomorfis (anthropomorphic) adalah semacam cara berbicara yang
dipakai Allah untuk membuat orang-orang mengerti Allah dengan lebih baik. Allah yang
tidak dapat dikenal oleh manusia karena Ia sama sekali berbeda dengan manusia, tetapi Ia
berkenan untuk menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya.

Gambar dan rupa yang diciptakan-Nya inilah yang dipakai Allah untuk menyatakan
diriNya kepada manusia. Allah dikatakan mempunyai mata (Maz 11:4), telinga (Maz. 86:1),
mulut (Ayub 11:5; Yes 58:14); tangan (Yos 4:24; Maz 31:6) dsb. Ia bersorak-sorak (Yes
65:19), berjalan (Kej 3:8), bergirang (Yes 65:19), jemu (Maz 95:10), menyesal (Kej 6:6) dsb.
Dengan cara demikian manusia dapat menangkap penyataan Allah. Allah menyatakan Diri-
Nya, “membuka” Diri, berkomunikasi dengan cara yang dapat diamati; menggunakan cara
yang dapat didengar, dapat dilihat dan menggunakan alat-alat indra lainnya dalam
berkomunikasi, sehingga manusia “mendengar suaraNya”, “melihat” sejumlah penampakan
diriNya atau “merasakan” gempa bumi pada saat keheadiranNya. Cari ini disebut
propositional revelation, artinya Allah berkomunikasi dengan cara yang biasa dipakai
manusia, yakni dengan membuat penyataan yang dapat dimengerti oleh manusia.8

Penyataan Allah yang khusus tidak sekedar “bisikan illahi” dan diterima secara
“subyektif” atau selalu hanya diterima secara perorangan. Di dalam Alkitab dapat dilihat
berbagai bentuk penyataan Allah, seperti:

- Penampakan-penampakan Allah (theofani), misalnya penampakan dengan tanda-


tanda semak-duri, tiang awan, tiang api, awan yang padat, suara guntur, malaikat
Tuhan dsb. (Kel 3:2; 13:21; 14:19; 19:16-20 dsb.)
- Perbuatan-perbuatan/karya/mijizat Allah, misalnya tulah-tulah di Mesir, hujan manna,
laut Tiberau yang terbelah menjadi dua, air yang keluar dari batu karang dsb. (Kel
7:14 dst.; 14:31 dsb.);
- Suara Tuhan, misalnya Yes 6:8 dsb;
- Tulisan Tuhan, misalnya dalam loh batu (Kel 32:15-19), di dinding (Daniel 5:1-17)
dsb.;
- Impian, seperti dalam Kej 28:12-15 dsb.;
- Penglihatan, seperti dalam II Raj 6:8-17; dsb. Yesus Kristus adalah puncak
penyataan/pewahyuan Diri Allah (Yoh 1:14, 18). Dengan kata lain Penyataan Allah

8
Miriam Santoso, Bibliologi, BPK GM, Jakarta, 1-3.
yang paling sempurna diberikan dalam Yesus Kristus. Ia sekaligus adalah Pewahyu
(pelaku), pewahyuan (proses aktif penyingkapan), dan isi wahyu itu sendiri. Injil
Yohanes adalah tulisan PB yang paling kaya memuat ajaran mengenai wahyu
(melalui kata-kata seperti kemuliaan, cahaya, tanda, kebenaran, saksi, sabda “Akulah
Dia”, dan terutama penjelmaan Sang Sabda). Alkitab menyatakan bahwa
penggenapan semua penyataan terdahulu terjadi dalam Diri, karya dan perkataan
Yesus Kristus (Ibrani 1:1-3).9

9
Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine, 11-15

Anda mungkin juga menyukai