Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

ALLAH TRITUNGGAL

Dosen Pengampu: Bambang Santoso, S.Si-Teol

Disusun Oleh:

Kerithya Lovellin N. Sihombing (11000123140809)

KELAS A

PRODI S-1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2023
Allah Tritunggal merupakan sebuah konsep dalam agama Kristen yang mengacu pada
satu Allah yang terdiri dari tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Meskipun istilah
"Tritunggal" tidak ditemukan dalam Alkitab, konsep tersebut dianggap sebagai landasan iman
Kristen. Menurut pandangan Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh Kudus memiliki esensi, wujud,
atau hakikat yang sama. Ketiga pribadi Trinitas selalu bekerja secara tidak terpisahkan, karena
selalu merupakan karya dari satu Allah. Meskipun konsep Trinitas sulit dipahami sepenuhnya
oleh manusia, namun penegasan sentral dan esensial iman Kristiani bahwa hanya ada satu
Juruselamat, yaitu Allah, dan satu keselamatan, dimanifestasikan dalam Yesus Kristus, yang
hanya dapat diakses melalui Roh Kudus.

Langkah pertama dalam mengerti hal ini adalah kita perlu memahami konsep Allah
Tritunggal dengan jelas dan benar. “Tiga pribadi tetapi satu esensi” merupakan kebenaran yang
berkaitan dengan doktrin Trinitas sesuai dengan ajaran Alkitab. Di sini, bentuk jamak selalu
mengacu pada tiga pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Sedangkan bentuk tunggal selalu
terikat pada satu esensi keilahian Allah. Bapa, Putra, dan Roh Kudus menunjukkan keunikan
masing-masing pribadi. Ini berarti bahwa Bapa adalah Bapa dan tidak pernah menjadi Anak atau
berstatus Roh Kudus. Demikian pula kedua pribadi, Putra dan Roh Kudus, tidak pernah berubah
dan tidak pernah bertukar identitas dengan dua pribadi lainnya. Mulai sekarang dan selamanya,
Putra tetaplah Putra dan Roh Kudus selalu sebagai Roh Kudus.

Oleh karena itu, jika ada ajaran yang menganggap Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanya
sekedar nama yang berbeda, maka itu mewakili tiga peran atau fungsi berbeda dari satu pribadi
yang sama. Maka ajaran ini menyesatkan dan menyimpang dari kebenaran Alkitab sehingga
harus ditolak. Alkitab menegaskan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang
berbeda. Hal ini terlihat jelas melalui peristiwa pembaptisan Yesus (Matius 3:13-17). Sama
pentingnya, Alkitab juga mengajarkan bahwa setiap pribadi mempunyai identitas sebagai Allah
(Yohanes 1:1, Kisah Para Rasul 5:3-4). Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai kodrat atau
sifat keilahian yang sama. Sifat-sifat Allah ini meliputi kemuliaan, kekudusan, keadilan,
kebenaran, kebaikan, ketidak-berubahan, kekekalan, kebijaksanaan, cinta, kesetiaan, kesabaran,
kemahatahuan, kemahakuasaan, kemahahadiran, keagungan, kedaulatan mutlak, berpikiran,
berperasaan, berkehendak dan masih banyak lagi sifat-sifat lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu-satu. Semua sifat-sifat ini merupakan karakter sejati pada Allah dari kekal sampai kekal.
Segala sifat keilahian tersebut merupakan satu kesatuan Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Perkembangan Pemikiran tentang Allah Tritunggal

Dalam sejarah perkembangan pemikiran tentang doktrin Allah Tritungal di antara Bapakbapak
gereja, pada umumnya dapat ditemukan adanya dua golongan pemikiran yang ekstrim. Golongan
yang menekankan Keesaan Allah sehingga melemahkan Ketritunggalan Allah. Dalam pandangan
ini Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dipandang hanya sebagai sifat atau cara keberadaan Allah
yang berbeda, dan merupakan satu pribadi saja, seperti misalnya:

a. Doketisme yang mengajarkan bahwa Kristus bukan manusia sejati

b. Ebionisme yang mengajarkan bahwa Kristus bukan Allah sejati.

c. Monarchianism yang secara umum dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu Dynamic
Monaschianism yang menyatakan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa yang pada akhirnya di
adopsi oleh Allah Bapa ketika dibaptis atau mungkin ketika kebangkitan. Aliran ini juga disebut
sebagai Adoptianism yang dipelopori oleh Paul of Samosota. Kedua, Modalictic Monarchianism,
yang menyatakan bahwa Allah berubah dalam keberadaannya di setiap masa. Praxeas
mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Roh. Maka sebagai Roh maka Ia disebut sebagai Bapa.
Allah Bapa ini kemudian mengenakan daging atau menjadi manusia yang disebut Anak atau
Yesus (dalam bentuk daging) dan Kristus (Roh-Nya = Bapa). Sebab itu pada waktu Yesus
disalibkan, Bapa juga turut menderita seperti Kristus (aliran ini juga disbut Patripassianime
artinya Bapa turut menderita). Pemikiran serupa seperti yang diajarkan oleh Sebellius
(Sabelianisme) menyatakan bahwa Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah penampakan satu
Allah dalam tiga bentuk PL sebagai Allah Bapa, PB sebagai Juruselamat (Anak) dan pada masa
Pentakosta sebagai Roh Kudus. Golongan yang menekankan Ketritunggalan Allah sehingga
melemahkan Keesaan Allah. Dalam kelompok ini Allah Bapa Anak dan Roh Kudus dipandang
berbeda satu dengan lainnya tanpa ada kesatuan (triteisme). Salah satu contoh dari golongan ini
adalah Arianisme yang mengajarkan bahwa Kristus adalah ciptaan Allah. Arius 250-336 M)
mengajarkan bahwa Yesus Kristus memiliki permulaan, jadi Ia bukanlah pribadi yang kekal.
Bagi Arius Kristus adalah pribadi ilahi tingkat dua (deoteros teos) yang diciptakan oleh Bapa.
Dengan demikian ia menolak subtansi yang sama. Aliran ini kemudian dinyatakan sebagai bidat
pada Konsili Nicea pada tahun 325 M. Pada masa kini pandangan yang menganggap Kristus
sebagai ciptaan Bapa ini dikembangkan dan dianut oleh kelompok Saksi Yehova. Pada akhirnya
pergumulan teologis tentang Allah Tritunggal dari Bapa-bapa gereja disahkannya sebagai
formulasi Allah Tritunggal yang disampaikan oleh Tertulianus.

Dari mana kita mengenal Allah Bapa?

Kita mengenal sosok Allah Bapa karena Yesus berulang kali menceritakan kepada para
murid-Nya dan para pendengar lain bahwa Ia memiliki Bapa dan ia diutus oleh Bapa (Matius 16:
27; 18: 10). Sosok ilahi ini bukan Bapa Yesus sendiri. Yesus menyebutkan Bapa-Nya sebagai
Bapa semua orang yang beriman (Matius 6: 9, 14-15, 18, 26, dan lain-lain). Karena itu, kita juga
menyebut sosok tersebut adalah Allah Bapa. Ada banyak teks Injil yang memberitakan Allah
Bapa sebagai Bapa Yesus dan Bapa semua orang beriman.
Lalu, dari mana kita mengenal Allah Putra?

Kita mengetahui Allah Putra karena Yesus sering mengatakan Ia adalah Anak dari Allah
Bapa yang mengutus diri-Nya (Yohanes 1:14, 18; 6:57; 8:42). Tidak sedikit teks injil yang
mengenakan kata Anak (dari Bapa) pada Yesus, sebutan tersebut entah berasal dari penulis injil,
entah dari Yesus sendiri.

Dan dari mana kita tahu bahwa terdapat Allah Roh Kudus yang patut kita sembah dan
imani juga?

Tatkala hampir merampungkan petualangan misinya di bumi, Yesus berpamitan kepada


para murid-Nya. Ia lantas berjanji kepada mereka Ia akan meminta kepada Bapanya untuk
mengirimkan seorang Penolong yang lain (Yohanes 14:16-17). Sosok ilahi itu ialah “Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa, Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa.” (Yohanes 15: 26, 16: 13).
Pribadi Allah Roh Kudus sering diberitakan teks Injil dan teks-teks lain. Bagian lain dari teks
Injil berkali-kali membeberkan rahasia ketiga pribadi Allah, “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”
(Matius 28:19).

Sebenarnya orang Kristen tidak kekurangan sumber untuk memahami dan meyakini
bahwa Allah di dalam satu kodrat memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Meski
demikian kita harus menerima bahwa kodrat Allah Tritunggal adalah sebuah misteri. Bila
masalah memiliki jawaban, misteri tidak memiliki jawaban. Selain itu, pengetahuan adalah
kekuasaan. Bila manusia sudah mengetahui Allah secara total, membungkus Allah di dalam
kotak intelektualitasnya, Allah tentu saja tidak lagi menjadi Allah. Yang menjadi Allah adalah
manusia. Karena dengan mengetahui tuntas tentang Allah, Allah tidak lagi mahakuasa atau
misterius untuk manusia. Allah sudah dikuasai oleh pengetahuan manusia. Maka, esensi Allah
memang harus tetap tidak terjangkau secara total oleh fitrah intelek manusia baik secara
ontologis maupun epistemologis. Allah tetap sebagai Allah bukan hanya karena manusia tidak
mampu memenjarakan Allah di dalam akalnya, tetapi memang akal dan bahasa terbatas untuk
mengungkapkan Allah tidak yang terbatas.

Konsep yang diwakili oleh kata “Tritunggal” dalam Alkitab:


1) Allah itu Esa terdapat (Ulangan 6:4; 1 Korintus 8:4; Galatia 3:20; 1 Timotius 2:5).

2) Tritunggal terdiri dari tiga Pribadi (Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16; 61:1;
Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14).
Untuk ayat-ayat dari Perjanjian Lama, pemahaman atas bahasa Ibrani sangatlah
menolong. Dalam Kejadian 1:1, kata “Elohim” merupakan bentuk jamak. Dalam Kejadian 1:26;
3:22; 11:7 dan Yesaya 6:8, kata jamak “kita” yang digunakan. Dalam bahasa Inggris hanya ada
dua bentuk kata, tunggal dan jamak. Dalam bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal,
dual dan jamak. Dalam bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan,
seperti mata, telinga dan tangan. Kata “Elohim” dan kata ganti “kita” dalam bentuk jamak- yang
jelas berarti lebih dari dua – dan merujuk pada tiga atau lebih dari tiga (Bapa, Putra, dan Roh
Kudus).

Dalam Yesaya 48:16 dan Yesaya 61:1, sang Putra berbicara dan merujuk pada Bapa dan
Roh Kudus. Bandingkan Yesaya 61:1 dengan Lukas 4:14-19 untuk melihat bahwa yang
berbicara adalah Putra. Matius 3:16-17, menggambarkan peristiwa pembaptisan Yesus. Dalam
peristiwa ini terlihat bahwa Allah Roh Kudus turun ke atas Allah Putra sementara pada saat
bersamaan Allah Bapa menyatakan bagaimana Dia berkenan dengan sang Putra. Lalu, Matius
28:19 dan 2 Korintus 13:14 adalah contoh ayat yang membahas mengenai tiga Pribadi berbeda
dalam Tritunggal.

3) Pribadi-pribadi dalam Tritunggal dibedakan dari satu dengan yang lainnya dalam berbagai
ayat. Dalam Perjanjian Lama, “TUHAN” berbeda dari “Tuhan” (Kejadian 19:24; Hosea 1:4).

TUHAN memiliki “Anak” (Mazmur 2:7; 12; Amsal 30:2-4). Roh Kudus dibedakan dari
“TUHAN” (Bilangan 27:18) dan dari “Allah” (Mazmur 51:12-14). Allah Putra dibedakan dari
Allah Bapa (Mazmur 45:7-8; Ibrani 1:8-9). Dalam Perjanjian Baru, Yohanes 14:16-17, Yesus
berbicara kepada Bapa tentang mengutus Sang Penolong, yaitu Roh Kudus. Hal ini menunjukkan
bahwa Yesus tidak memandang diriNya sebagai Bapa atau Roh Kudus.

4) Setiap Pribadi dalam Tritunggal adalah Allah. Bapa adalah Allah (Yohanes 6:27; Roma 1:7; 1
Petrus 1:2). Putra adalah Allah (Yohanes 1:1, 14; Roma 9:5; Kolose 2:9; Ibrani 1:8; Yohanes
5:20). Roh Kudus adalah Allah (Kisah Rasul 5:3-4; 1 Korintus 3:16). Yang mendiami adalah
Roh Kudus (Roma 8:9; Yohanes 14:16-17; Kisah Rasul 2:1-4).

5) Subordinasi dalam Tritunggal: Alkitab memperlihatkan bahwa Roh Kudus tunduk


(subordinasi) kepada Bapa dan Putra, dan Putra tunduk (subordinasi) kepada Bapa. Ini adalah
relasi internal dan tidak mengurangi atau membatalkan keilahian dari setiap Pribadi dalam
Tritunggal. Ini mungkin bagian dari Allah yang tidak terbatas yang tidak dapat dimengerti oleh
pikiran kita yang terbatas.

6) Pekerjaan dari setiap Pribadi dalam Tritunggal


Bapa adalah Sumber utama atau Penyebab utama dari a) alam semesta (1 Korintus 8:6;
Yohanes 1:3; Kolose 1:16-17); b) pewahyuan ilahi (Yohanes 1:1; Matius 11:27; Yohanes 16:12-
15; Wahyu 1:1); c) keselamatan (Yohanes 3:16-17); dan d) pekerjaan Yesus sebagai manusia
(Yohanes 5:17; 14:10). Bapa MEMULAI semua ini.

Putra adalah agen yang melalui diri-Nya Bapa melakukan karya-karya sebagai berikut: a)
penciptaan dan memelihara alam semesta (1 Korintus 8:6; Yohanes 1:3; Kolose 1:16-17); b)
pewahyuan ilahi (Yohanes 1:1; Matius 11:27; Yohanes 16:12-15; Wahyu 1:1); c) keselamatan (2
Korintus 5:19; Matius 1:21; Yohanes 4:42). Bapa melakukan semua ini melalui Putra yang
berfungsi sebagai agen Allah.

Roh Kudus adalah alat yang dipakai Bapa untuk melakukan karya-karya berikut ini: a)
penciptaan dan memelihara alam semesta (Kejadian 1:2; Ayub 26:13; Mazmur 104:30); b)
pewahyuan ilahi (Yohanes 16:12-15; Efesus 3:5; 2 Petrus 1:21); dan c) keselamatan (Yohanes
3:6; Titus 3:5; 1 Petrus 1:2); dan pekerjaan-pekerjaan Yesus (Yesaya 61:1; Kisah Rasul 10:38).
Bapa melakukan semua ini dengan kuasa Roh Kudus.

Tritunggal adalah satu misteri yang berada di luar jangkauan manusia, karenanya
manusia harus mengakui keterbatasan pikirannya dan mengakui kemahakuasaan Allah.
Tritunggal adalah pernyataan Allah sendiri, sehingga kita dapat mengetahui pernyataan ini
sejauh Allah menyatakannya di dalam Alkitab. Tak dapat disangkal, kebenaran ini jelas
dinyatakan dalam Alkitab dan bagaimana menjelaskan semua keberadaan Tritunggal ini, adalah
misteri bagi manusia dan hanya dapat diterima dan dipercayai dengan iman. Tidak ada ilustrasi-
ilustrasi yang dengan akurat bisa menjelaskan Tritunggal. Telur tidak tepat karena kulit telur,
putih telur dan kuning telur, semua adalah bagian dari telur dan bukan telur itu sendiri. Bapa,
Putra, dan Roh Kudus bukanlah bagian dari Allah namun setiap Pribadi ini adalah Allah. Ilustrasi
yang menggunakan air sedikit lebih bagus dalam menjelaskan Tritunggal, namun tetap tidak
memadai. Cairan, uap, dan es adalah bentuk-bentuk dari air. Bapa, Putra dan Roh Kudus
bukanlah bentuk-bentuk dari Allah, karena setiap Pribadi itu adalah Allah.

Anda mungkin juga menyukai