Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimana penjelasan tentang keTritunggalan Allah, dan bagaimana dengan pengajaran yang salah?

Jawab :
Pandangan standar di dalam iman Kristen itu adalah Allah Tritunggal berarti Allah ada Trinya dan
Tunggalnya. Jangan berpikir Allah Tritunggal itu adalah Allah tiga sekaligus satu atau satu sekaligus
tiga.
Tri = Tiga Pribadi-Nya (Bapa, Anak dan Roh Kudus)
Tunggal = Satu hakikat-Nya (sama hekikatnya atau sama dasarnya)
Pengertian dari hakikat adalah sebuah bentuk dari intisari maupun
kenyataan yang dimana pada dasarnya akan berasal dari benda maupun situasi.

Penting : Ada banyak ajaran yang salah karena menganggap bahwa Allah itu hanya satu pribadi
dengan tiga nama. Misalnya : Esra A. Soru hanya satu orang saja, di gereja seorang
pendeta, disekolah teologia seorang dosen, di rumah kepala rumah tangga tapi
orangnya satu. Begitu juga ada anggapan yang salah bahwa Allah itu satu pribadi
pada waktu perjanjian lama Dia menciptakan Dia menampilkan diri sebagai Bapa;
pada waktu penebusan Dia menampilkan diri sebagai Anak atau Yesus; lalu dalam era
gereja Dia menampilkan diri sebagai Roh Kudus; tapi itu sesuatu yang salah. Karena
saya misalnya sebagai suami atau orang tua di rumah, lalu dosen di sekolah teologia
lalu pendeta di gereja, bisa tidak tiga-tiganya ngobrol? Tidak bisa. Akan tetapi pada
khasus Yesus di babtis, Yesusnya yang keluar dari air, lalu ada Roh Kudus dalam
bentuk burung merpati kemudian ada suara Bapa dari langit menyatakan “lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan. (Matius 3:17). Berarti ketiga-tiganya bisa ngomong.

Allah Bapa dalam Kekristenan


Dalam Kekristenan, Allah disebut "Bapa" dalam pengertian yang tidak pernah dikenal sebelumnya, selain
sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, dan Pelindung bagi anak-anak-Nya, umat-Nya. Bapa dikatakan
mempunyai hubungan yang kekal dengan Anak Tunggal-Nya, Yesus. Hal ini menunjukkan
bahwa, Kristus adalah Anak Allah yang lahir dari Dia. Hal ini menyiratkan suatu hubungan yang eksklusif dan
akrab yang menjadi hakikat-Nya yang khas: "...tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak
seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya"
(Matius 11:27). Dalam teologi Kristen, ini adalah ungkapan dari pengertian tentang Bapa yang menjadi
hakikat sifat Allah, suatu hubungan yang kekal. Bentuk dominan dari teologi ini menyatakan bahwa hubungan
ini merupakan misteri Kristen yang disebut Tritunggal.
Roma 8 : 14 - 17, "Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak
menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang
menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama
dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Dari penggalan surat Paulus kepada jemaat di Roma
tsb, bahwa yang disebut anak Allah bukanlah semua orang, melainkan orang yang dipimpin Roh Allah. Jadi
orang yang disebut 'anak Allah', memperoleh status itu semata-mata karena kasih karunia Allah kepadanya,
bukan karena usaha atau kebaikan orang itu, melainkan hanya anugrah semata. Dia juga disebut Bapa,
karena Dia adalah sumber dan pemelihara dari orang Kristen.
Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan manusia adalah bagaikan seorang ayah dengan anak-
anaknya. Jadi, orang-orang yang terpilih oleh kasih karunia Allah disebut sebagai anak-anak
Allah (Bandingkan dengan 1Petrus2:9). Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan umat manusia
adalah laksana hubungan antara Pencipta dengan ciptaan-Nya, dan dalam hubungan itu, Ia adalah Bapa dari
semuanya. Dalam pengertian ini, Perjanjian Baru mengatakan bahwa gagasan tentang keluarga berasal dari
Allah Bapa (Efesus 3:15). Jadi, hubungan Allah dengan anak-anakNya adalah panutan dan model untuk
membina keluarga Kristen agar senantiasa bertumbuh di dalam iman perbuatan dan pengenalan takut akan
Allah.
Orang Kristen percaya bahwa mereka dijadikan partisipan di dalam hubungan rohani yang kekal antara Bapa
dan Anak, melalui Tuhan Yesus Kristus. Orang Kristen menyebut diri mereka anak-anak Allah melalui
pengangkatan:
Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan
dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum
Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah
menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Jadi kamu bukan lagi
hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh
Allah. (Galatia 4:4-7)
Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra,
begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah sama dengan
para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih dan karakter yang tidak dapat
terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang
sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan rupa
(duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni.
Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus. Juga perlu
diketahui, kehadiran Allah Bapa dan Allah Putra dan Roh itu adalah satu dan tidak terpisahkan. Ini adalah
misteri Alkitab.Bisa dibilang dalam hakikat dan hayat-Nya Bapa,Anak,dan Roh Kudus adalah sama. Bapa
adalah Anak adalah Roh Kudus itu yang telah disalurkan ke manusia tripartit yang
menerima Kristus sebagai Juruselamat.

Trinitarianisme dan konsep-konsep Kristen lainnya


Bagi orang Kristen trinitarian (yang selama berabad-abad merupakan mayoritas umat Kristen), Allah
Bapa bukanlah Allah yang terpisah dari Sang Anak (dalam hal ini, Yesus adalah penjelmaan-Nya) dan
dari Roh Kudus, yang ketiganya merupakan Allah yang esa. Orang Kristen trinitarian menggambarkan
ketiga pribadi ini sebagai Tritunggal atau Trinitas. Ini berarti mereka selalu hadir sebagai tiga "pribadi"
(Yunani: hypostases) yang berbeda, tetapi ketiganya adalah satu Allah, masing-masing mempunyai
identitas yang penuh sebagai Allah sendiri ("substansi" yang esa), "kepribadian ilahi" dan kuasa yang esa,
dan "kehendak ilahi" yang esa pula.
Namun sebagian orang Kristen lainnya ada yang menganut gagasan alternatif yang sangat berbeda.
Sebagian kecil menggambarkan Sang Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus masing-masing sebagai
Keberadaan yang berbeda, dan yang telah ada secara kekal (triteisme), atau sebagai "manifestasi" yang
berbeda dari Keberadaan yang tunggal (modalisme). Sebagian orang mencetuskan teori bahwa
hubungan antara Sang Bapa dan Sang Anak dimulai pada suatu titik yang mungkin berada di luar
"sejarah" yang biasa (Arianisme). Yang lainnya percaya bahwa Allah menjadi Bapa ketika Ia mengucapkan
Λογος ("logos" atau "firman")-Nya yang menciptakan. Logos atau firman ini adalah tatanan yang pertama
dan makhluk yang dengan-Nya Allah membina hubungan sebagai Bapa (pandangan sebagian gnostik).
Yang lainnya menemukan hubungan yang kuat dengan gagasan kafir tentang seorang penyelamat atau
pahlawan yang dilahirkan oleh dewata, sebuah gagasan tentang Bapa yang mirip
dengan Mithraisme atau penyembahan terhadap kaisar Romawi.
Bagi kebanyakan orang Kristen, pribadi Allah Bapa adalah yang paling tinggi, dan sesekali merupakan
alamat doa yang eksklusif, yang sering kali diucapkan dalam nama Yesus Kristus. Doa Bapa Kami,
misalnya, dimulai dengan kata-kata, "Bapa kami yang ada di surga..."
Dalam Perjanjian Baru, Allah Bapa mempunyai peranan khusus dalam hubungannya dengan Sang Anak.
Dalam hal ini Yesus diyakini sebagai Sang Anak dan warisnya (Ibrani 1:2-5). Menurut Pengakuan Iman
Nicea, Sang Anak (Yesus Kristus) "lahir dari Bapa sebelum segala abad". Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan Bapa-Anak mereka yang ilahi tidaklah terikat pada suatu peristiwa di dalam waktu atau
sejarah manusia. Lihat Kristologi.
Dalam teologi Ortodoks Timur, Allah bapa adalah "sumber" dari Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dalam
teologi Barat, ketiga hupostasis (zat) atau persona ini mempunyai asal-usulnya di dalam hakikat
keilahiannya. Para Bapa Kapadosia menggunakan pemahaman monarki Ortodoks Timur untuk
menjelaskan mengapa trinitarianisme bukan suatu triteisme: "Allah itu esa karena Sang Bapa itu esa,"
kata Basil Agung pada abad keempat. Pada abad ke-8, Yohanes dari Damsyik menulis panjang lebar
tentang peranan Allah Bapa:
Segala sesuatu yang dimiliki oleh Anak berasal dari Bapa, demikian pula halnya Roh berasal dari
Bapa, termasuk keberadaan-Nya. Dan bila Bapa tidak ada, maka Anak dan Roh pun tidak ada; dan
bila Bapa tidak memiliki sesuatu, maka Anak ataupun Roh pun tidak memilikinya. Lebih jauh, karena
Sang Bapa, artinya, karena Bapa itu ada, maka Anak dan Roh pun ada; dan oleh karena Sang Bapa,
Anak dan Roh pun memiliki segala sesuatu yang mereka miliki.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_Bapa)

HAKIKAT AJARAN KRISTEN MENURUT YESUS


"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,
yaitu jikalau kamu saling mengasihi”
(Yohanes 13:34,35)
2.

Anda mungkin juga menyukai