Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TUTORIAL 1 PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK

Dibuat Oleh :
Tiara Putri Yuanita
049322772
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Terbuka
2023
Soal Nomor 1

Pemimpin Gereja Katolik mengajarkan iman akan Tritunggal Maha Kudus menjadi dasar
pijak hidup beriman anggota Gereja Katolik seluruh dunia. Ajaran ini menegaskan bahwa
setiap anggota Gereja Katolik meyakini misteri Allah Tritunggal.

1. Deskripsikan pemahaman Anda mengenai Misteri Allah Tritunggal dengan analogi


yang menurut Anda tepat.
2. Jelaskan Misteri Allah Tritunggal dalam perspektif Kitab Suci (Perjanjian Baru dan
Perjanjian Lama!
3. Bagikan pengalaman Anda dalam menghayati dan mengimani Misteri Allah
Tritunggal.

Tuliskan jawaban Anda minimal 4 halaman (di luar gambar/ilustrasi) dengan disertakan
referensi pendukung, khususnya Kitab Suci. Anda dapat tambahkan jawaban dengan referensi
magisterium dan pendapat Ahli/pakar.

Jawab :

a. Deskripsikan pemahaman Anda mengenai Misteri Allah Tritunggal dengan analogi yang
menurut Anda tepat.

1. Allah itu Esa


Matius 11 : 27
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku q dan tidak seorangpun mengenal Anak
selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya
Anak itu berkenan menyatakannya. Segala sesuatu telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-
Ku.

Yohanes 20 : 17
Kata Yesus kepadanya: ”Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada
Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa
sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”
Dari dua kutipan ayat Alkitab di atas menunjukkan bahwa Yesus menyatakan diri sebagai
Putera Allah.

Yohanes 17 : 24
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama
dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang
kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku
sebelum dunia dijadikan.

Yohanes 16 : 28
Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan
pergi kepada Bapa.”

Yohanes 7 : 29
Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.

Yohanes 14: 8-14


Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi
kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun
engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;
bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau,
bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak
Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga
pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari
pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku
akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu
kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Di dalam kehidupan Yesus, ketiga Pribadi ini telah pernah tampil bersama. Ketika Yesus
dibaptis di sungai Yordan, Roh Kudus turun ke atas-Nya dan kedengaran suara Bapa:
“Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk. 1:10-11)
Bapa dan Putra dan Roh, Tiga Diri Satu Allah. Tiga Diri Ilahi mempunyai satu Ke-Allahan
yang sama, bukan identitas yang sama. Tiap Diri mempunyai kepribadian-Nya. Ke-Allahan
yang sama dan Ke-Pribadian Tiga Diri itu adalah dari kekal. Juga Karya Keselamatan Allah
Tritunggal adalah satu: ia bersumberkan pada Bapa, terlaksana melalui Putra dan diselesaikan
Roh Kudus demi kemuliaan Putra dan Bapa.

Bersama dengan umat Israel. Gereja mengakui, bahwa ada satu Allah yang Esa (Ulangan 6 :
4; 1 Korintus 8 : 4; Matius 6 : 24). Allah yang satu dan esa itu memperkenalkan Diri-Nya
sebagai Allah di-atas-kita (Allah Bapa), sebagai Allah di tengah-tengah kita (Yesus Kristus),
dan sebagai Allah di dalam-kita (Roh Kudus). Ketiganya tidak dapat dipisah-pisahkan satu
sama lain, namun dibeda-bedakan juga: Bapa mengutus Putra dan ‘Roh yang Kuutus dari
Bapa’ (Yohanes 15 : 26; 26 : 7). Itu dimaksudkan dengan pengertian Tritunggal.

2. Allah itu Cinta Kasih


Di dalam Putra-Nya, Bapa memandang kepenuhan kemuliaan Keallahan-Nya. Dalam
memandang Putra-Nya yang sehakikat dengan diri=Nya, Bapa berbahagia dan mengasihi
Putra-Nya dengan kasih yang ilahi. Sebaliknya, Putra memandang Bapa dan mengasihi-Nya
dengan kasih ilahi-Nya. Cinta ilahi melampau pengertian manusia. Cinta antara Bapa dan
Putra sesuai dengan pikiran manusia yang dapat dikatakan sebagai penghubung antara Bapa
dan Putra. Penghubung antara Bapa dan Putra berkodrat ilahi. Dialah Roh Kudus, Cinta
antara Bapa dan Putra.

Dalam Allah Tritunggal, Hidup Ilahi itu adalah hubungan cinta ilahi antara Ketiga Pribadi
Ilahi. Inti sari rahasia Allah Tritunggal adalah Kasih Ilahi antara Tiga Diri dengan tiap-tiap
kepribadian-Nya dan bersama-sama mempunyai kodrat ilahi yang sama.

Dalam Sakramen Permandian, Roh Kudus Allah menjadikan kita putra-putri Allah, sehingga
kita dapat mengambil bagian dalam interelasi dalam Allah Tritunggal. Misteri, bahwa
manusia adalah putra Allah dan dimasukkan ke dalam Hidup Allah Tritunggal merupakan
pilihan kita yang terbesar dan tanda kasih Allah yang tak terbatas kepada kita. Di situ
terpenuhi janji Kristus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mengasihi firman-Ku dan
Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama
dengan dia (Yohanes 14 : 23)

3. Doa Kita adalah Doa Trinitas


Orang Katolik biasa memulai doa-doanya dengan ucapan: “Atas nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus”. Artinya, atas nama Bapa yang telah menciptakan kita, dan Putra yang telah
menebus kita pada Salib, dan Roh Kudus yang sejak pembabtisan tidak henti-hentinya
menguduskan kita. Kemudian kita juga sering menyapa Allah Tritunggal dengan:
“Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu
dan sepanjang segala abad”. Doa Gereja yang resmi biasanya ditujukan kepada Baoa dan
diakhiri dengan rumusan ‘demi Yesus Kristus, Putra-Mu dan Pengantara kami yang hidup
dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus Allah sepanjang segala masa’.

Dengan itu kita mengenal Kristus secara mendalam, terpesona ole-Nya dan mengikuti Dia
sebagai murid-Nya, Yesus Kristus telah mengantar kita kepada Bapa-Nya dan menjadi anak-
Nya. Allah telah mencurahkan Roh-Nya ke dalam diri kita dalam Sakramen Permandian.
Yesus Kristus yang hidup di dalam Gerejaa menjadi kawan seperjalanan dalam hidup kita. Ia
memperkuat kita dengan Roh-Nya. Hidup ilahi yang telah kita terima dalam Sakramen
Permandian telah dipelihara dan ditumbuhkan-Nya dengan memberikan Tubuh dan Darah-
Nya dalam Ekaristi Kudus. Kita sudah mempunyai hidup kekal dalam diri kita. Oleh karena
itu, harus kita pelihara sedemikian rupa, sehingga selalu berkenan kepada Tuhan Yesus
Kristus penyelamat yang menjamin keselamatan kita di dunia ini sampai kepada hidup kekal
di surga, di rumah Bapa.

b. Jelaskan Misteri Allah Tritunggal dalam perspektif Kitab Suci (Perjanjian Baru dan
Perjanjian Lama!

Dalam Perjanjian Lama, rahasia Satu Allah Tiga Diri secara terselubung sudah diwahyukan:
penciptaan dalam Sabda, Hikmat itu ada pada Allah, dalah Roh di atas lautan purba; Nabi-
nabi menerima penglihatan-penglihatan dalam Roh. Dalam Perjanjian Baru, Yesus berbicara
tentang Diri-Nya sendiri, Putra Allah adanya. Ia berbicara tentang Bapa yang mengutus-Nya.
Ia berbicara tentang Roh Penghibur, Roh Kudus yang akan diutus-Nya kepada kita setelah Ia
kembali ke rumah Bapa (Yohanes 14 : 26).
c. Bagikan pengalaman Anda dalam menghayati dan mengimani Misteri Allah Tritunggal.

Saya dibabtis ketika SD kelas 6 dikala itu saya memiliki banyak pergumulan hidup. Ketika
itu saya mantap menjadikan diri saya sebagai putra Allah dengan mendapatkan Sakramen
Babtis.
Di lingkungan keluarga saya, hanya saya, kakek dan adik sepupu saya yang beragama
Katolik. Ketika saya dan adik saya akan makan atau doa bersama, kita membuat tanda salib
bersama sebagai bentuk bahwa kami mengimani Tritunggal.
Ketika saya masih SMP, teman saya yang beragama lain menanyakan “apakah Allah mu ada
tiga?” ada juga yang mengejek “Punya Tuhan kok tiga?”. Saya tidak membenci mereka,
karena hanya orang yang tidak melihat namun percaya yang dapat memahaminya, dan Allah
mengajari kita untuk mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Soal Nomor 2

Selain mengimani Misteri Allah Tritunggal, Gereja Katolik juga mengajarkan ciri-ciri Gereja
Katolik yang dalam sejarahnya dicoba merumuskan dengan berbagai rumusan, sehingga
melalui suatu sidang dijelaskan ciri-cirinya.

1. Menjelaskan ciri Gereja yang satu dalam konteks iman dan sekaligus dapat
menyebutkan teks pendukung dan ajaran/magisterium Gereja Katolik serta
menguraikan penghayatan iman pribadi dalam ciri Gereja yang satu.
2. Menjelaskan ciri Gereja yang kudus dalam konteksnya dan sekaligus dapat
menyebutkan teks pendukung dalam kitab suci dan ajaran/magisterium Gereja Katolik
serta menguraikan penghayatan iman pribadi dalam ciri Gereja yang kudus.
3. Menjelaskan ciri Gereja yang Katolik dalam konteksnya dan sekaligus dapat
menyebutkan teks pendukung dalam kitab suci dan ajaran/magisterium Gereja Katolik
serta menguraikan penghayatan iman pribadi dalam ciri Gereja yang katolik.
4. Menjelaskan ciri Gereja yang apostolik dalam konteksnya dan sekaligus dapat
menyebutkan teks pendukung dalam kitab suci dan ajaran/magisterium Gereja Katolik
serta menguraikan penghayatan iman pribadi dalam ciri Gereja yang apostolik.

Tuliskan jawaban Anda minimal 4 halaman (di luar gambar/ilustrasi) dengan disertakan
referensi pendukung (Kitab Suci, Masgiterium, atau pendapat pakar/ahli).
Jawab :

1. Gereja yang Satu


“ Allah telah berkenaan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi Umat
Allah (lihat 1 Petrus 2:5-10), dan membuat mereka menjadi satu Tubuh (lihat 1 Korintus
12:12) dan (AA 18). “Pola dan prinsip terluhur misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah
yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa, Putra dan Roh Kudus” (UR 2).
Landasan Hukum Gereja yang Satu dapat dilihat dalam Katekismus Gereja Katolik :
“Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang
satu, kudus, katolik, dan apostolik” (LG 8). Keempat sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan
satu dari yang lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak
memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu
satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya melaksanakan setiap sifat itu.
(KGK 811)

Gereja itu satu menurut asalnya. "Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah
tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus" (UR 2 §5). Gereja itu satu menurut
pendiri-Nya. "Sebab Putera sendiri yang menjelma... telah mendamaikan semua orang
dengan Allah, dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan sate tubuh"
(GS 78,3). Gereja itu satu menurut jiwanya. "Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman,
dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman
yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus,
sehingga menjadi prinsip kesatuan Gereja" (UR 2 §2). Dengan demikian, kesatuan termasuk
dalam hakikat Gereja: "Sungguh keajaiban yang penuh rahasia! Satu adalah Bapa segala
sesuatu, juga satu adalah Logos segala sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan saina di
mana-mana, dan juga ada hanya satu Bunda Perawan; aku mencintainya, dan menamakan dia
Gereja" (St. Klemens dari Aleksandria, Pad. 1,6,42:PG 8,300); (KGK 813).

2. Gereja yang Kudus

Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II, konstitusi Lumen Gentium pada bab
V. Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus,
yang mengikutsertakan Gereja dalam gerakan-Nya kepada Bapa oleh Roh Kudus.
Pada taraf misteri ilahi Gereja sudah suci: "Di dunia ini Gereja sudah ditandai oleh kesucian
yang sungguhnya, meskipun tidak sempurna" (LG 48). Ketidaksempurnaan ini menyangkut
pelaksanaan insani, sama seperti kesatuannya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah
bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya.

Kata "Suci" sebetulnya berarti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi yang pertama- tama
menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu,
barang yang dikhususkan bagi Tuhan, atau orang. Malahan sebenarnya harus dikatakan
bahwa "yang kudus" adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang, disebut
"kudus" karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan.

Kudus pertama-tama bukanlah termasuk kategori moral yang menyangkut kelakukan


manusia, melainkan kategori teologal (ilahi), yang menentukan hubungan dengan Allah. Ini
bukan berarti kelakuan moral tidak penting karena apa yang di khususkan bagi Tuhan, harus
"sempurna" (Im 1:3, Rm 6:19, 22). "Gereja itu suci dan sekaligus harus dibersihkan, serta
terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan "LG 8). Kesucian Gereja adalah
kesucian perjuangan, terus menerus.

3. Gereja yang Katolik

Di mana ada uskup, di situ ada jemaat, seperti di mana ada Kristus di situ ada Gereja Katolik
(ungkapan St. Ignatius dari Anthiokia). Yang dimaksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang
dipimpin oleh uskup, yang hadir bukanlah jemaat setempat, tetapi seluruh Gereja. "Gereja
katolik yang satu dan tunggal berada dalam gereja-gereja setempat dan terhimpun
daripadanya (L.G 23)".

Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja
setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal. Setiap Gereja
setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja.
Gereja tidak dapat dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja bagian".

Kata "Katolik" selanjutnya juga dipakai untuk menyebut Gereja yang benar, Gereja universal
yang dilawankan dengan sekte-sekte. Dengan demikian, kata "katolik" mendapat arti yang
lain :"Gereja disebut katolik, karena tersebar diseluruh muka bumi dan juga karena
mengajarkan secara menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama
manusia, yang mau disembuhkan secara menyeluruh pula" (St. Sirilius dari yerusalem).

Sejak itu kata "katolik" tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar ke seluruh dunia,
tetapi juga "menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan dengan ajarannya, serta "terbuka"
dalam arti tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke-5 masih ditambahkan bahwa Gereja tidak
hanya untuk segala bangsa, tetapi juga untuk segala zaman.

Pada zaman reformasi, kata "katolik" muncul lagi untuk menunjuk pada Gereja yang tersebar
di mana-mana, dibedakan dengan Gereja-gereja Protestan. Sejak itu pula kata "katolik" secara
khusus dimaksudkan umat kristen yang mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja Universal,
tetapi dalam syahadat kata "katolik" masih mempunyai arti asli "universal" atau "umum".
Ternyata universal pun mempunyai dua arti, yang kuantitatif dan kualitatif.

Konsili Vatikan II tidak lagi memusatkan Gereja sebagai kelompok manusia yang terbatas,
melainkan kepada Gereja sebagai sakramen Roh Kristus. "Kekatolikan" Gereja berarti bahwa
pengaruh dan daya pengudus Roh tidak terbatas pada para anggota Gereja saja, melainkan
juga terarah kepada seluruh dunia. Sifat "Katolik" dimaksudkan bahwa Gereja mampu
mengatasi keterbatasannya sendiri karena Roh yang berkarya di dalamnya. Oleh karena itu,
yang "katolik" bukanlah hanya Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab di
dalam jemaat hadirlah seluruh Gereja.

4. Gereja yang Apostolik

Kata "apostolik" atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang
teguh pada kesaksian iman mereka. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul
dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja
perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14), tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru
disebut akhir abad ke-4. Dalam perjanjian Baru, kata "rasul" tidak hanya dipakai untuk kedua
belas rasul yang namanya disebut dalam Injil (lih Mat 10:1-4). Hubungan historis itu tidak
boleh dilihat sebagai macam "estafet", yang di dalamnya ajaran benar bagaikan sebuah
tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang. Yang disebut
"apostolik" bukanlah para uskup. melainkan Gereja. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja
sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul, di mana
hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai
kelangsungan iman dan pengakuan.

Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang apa yang sejak dulu kala sudah
diajarkan dan dilakukan di dalam gereja. Keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan
hidup, tergerak oleh Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai
norma imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa
yang menjadi inti hidup iman. Karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja
dan setiap anggotanya perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya.
Sumber referensi :
BMP MKWU4102

Anda mungkin juga menyukai