Anda di halaman 1dari 3

Nama : Martha Anzelina Butar-Butar

Nim : 4122111061

Kelas : ABT 1-B (malam)

BAB II
ALLAH DALAM KEPERCAYAAN KRISTEN
Banyak orang yang mempertanyakan ajaran tentang Trinitas, bahkan banyak orang yang bukan
Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentu saja hal ini tidak
benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana mungkin Allah yang
Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk memahami hal ini memang diperlukan keterbukaan hati
untuk memandang Allah dari sudut pandang yang mengatasi pola berpikir manusia. Jika kita
berkeras untuk membatasi kerangka berpikir kita, bahwa Allah harus dapat dijelaskan dengan
logika manusia semata-mata, maka kita membatasi pandangan kita sendiri, sehingga kehilangan
kesempatan untuk melihat gambaran yang lebih luas tentang Allah. Jika kita berpikir demikian,
kita bagaikan, maaf, memakai ‘kacamata kuda’: Kita mencukupkan diri kita dengan pandangan
Allah yang logis menurut pikiran kita dan tanpa kita sadari kita menolak tawaran Allah agar kita
lebih dapat mengenal DiriNya yang sesungguhnya.

Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas. Allah yang melampaui segala sesuatu. Allah
Yang Esa. Allah yang tidak ada bandingnya, dan Allah menyatakan diri sebagai Allah Tritunggal.
Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian lama maupun
Perjanjian Baru. Yang tidak muncul di dalam Alkitab secara istilah, bukan berarti bukan konsep
Alkitab. Sebaliknya, istilah yang muncul di dalam Alkitab jika ditafsir secara keliru menjadi
bukan kebenaran Firman Tuhan. Faktanya, konsep atau doktrin Tritunggal ini terus menerus
muncul di dalam Alkitab. Tritunggal berarti Tiga Pribadi di dalam Satu Allah, atau di dalam satu
esensi diri Allah, ada tiga Pribadi.

Doktrin Allah Tritunggal adalah doktrin Monotheisme (percaya hanya kepada Satu Allah), dan
bukan Politheisme (percaya kepada banyak Allah). Doktrin Allah Tritunggal termasuk
monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Dan Allah Yang Maha Esa itu
mempunyai Tiga Pribadi, bukan satu: Pribadi Pertama adalah Allah Bapa, Pribadi Kedua
adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi Ketiga adalah Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi bukan
berarti tiga Allah, dan satu Allah tidak berarti satu Pribadi. Tiga Pribadi itu mempunyai sifat
dasar atau esensi (Yunani: Ousia, Inggris: Substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah
Allah. Allah Anak adalah Allah, dan Allah Roh Kudus adalah Allah. Namun Ketiganya memiliki
Satu Ousia, yaitu esensi Allah. Maka Ketiga Pribadi itu adalah Satu Allah.

1. Allah Sang Pencipta

Dari manakah pembicaraan tentang Allah dimulai? Ada berbagai pendekatan dalam
pembicaraan tentang Allah. Pertama, ada yang memulai dengan 21 membicarakan kodrat dan
sifat-sifat-Nya, lalu dilanjutkan dengan karyakarya-Nya. Kedua, ada yang mulai dengan
membicarakan karya-karya-Nya lalu dilanjutkan dengan kodrat dan sifat-sifat-Nya. Pendekatan
kedua mungkin lebih berguna. Artinya melalui pembahasan tentang karya-karya (apa yang
dilakukan Allah), kita akan sampai kepada kodrat dan sifat-sifat-Nya. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa “Allah adalah apa yang Allah lakukan, tetapi apa yang Allah lakukan belum
seluruhnya menjelaskan tentang siapa Allah sesungguhnya.”

2. Allah Sang penyelamat

Dalam ajaran Kristen, ajaran tentang keselamatan dan Allah sebagai penyelamat khususnya
dalam Yesus Kristus mempunyai tempat yang sangat penting bahkan sentral. Sedemikian
sentralnya sehingga dalam Pengakuan Iman Rasuli, fakta Kristus, mulai dari praeksistensi-Nya,
kelahiran, pekerjaan, penderitaan, kematian, kenaikan ke surga, dan kedatangan-Nya kembali,
mengambil tempat yang sangat banyak

3. Allah Pembaharu Ciptaan-Nya

Pembaharuan itu tidak hanya menyangkut kepercayaan kita, tetapi menyangkut juga sifat dan
tabiat kita. Di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru. mengamati dan menafsirkan 2 Kor.5:17.
Sebagai ciptaan baru, yang lama telah lenyap dan yang baru telah terbit, termasuk sifat atau
watak kita. Itulah sebabnya Paulus menekankan bahwa kalau kita hidup oleh Roh, kita tidak
akan menuruti keinginan daging. Silakan Anda mengamati dan Sumber:
http://rhrenunganhidup.com/holy- 35 menafsirkan Gal. 5:16. Sebagai ganti perbuatan daging
(Gal. 5:19-21), kita akan menghasilkan buah Roh yakni “kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal. 5:22-
23).

Agama selalu berurusan dengan yang transenden atau dasar keberadaan yang mutlak. Karena
itu, semua agama mempunyai konsepnya sendiri-sendiri tentang yang transenden atau dasar
keberadaan yang mutlak itu. Dalam kekristenan, yang transenden itu adalah Allah atau Tuhan
yang menyatakan diri secara sangat kaya.Misalnya, Allah Sang Pencipta yang sering disebut
Bapa sebagaimana diajarkan dalam Doa Bapa Kami oleh Tuhan Yesus. Allah yang kita percayai
adalah juga Allah Penyelamat dalam Yesus Kristus. Rupanya kepercayaan ini mempunyai
tempat yang sentral dalam kepercayaan Kristen. Itulah sebabnya dalam Pengakuan Iman Rasuli,
Ia mempunyai tempat yang utama. Allah Penyelamat menyatakan hakikat-Nya sebagai kasih
yang berkorban, dengan menjelma menjadi manusia untuk dapat menanggung hukuman dosa
manusia. Karena itu, iman sebagai jawaban terhadap kasih Allah memanggil manusia untuk
mengasihi Allah melalui kasih kepada sesama dan makhluk ciptaan-Nya. Keselamatan yang
dikerjakan-Nya pada hakikatnya membawa manusia kepada hubungan yang baru dengan Allah
dan persekutuan yang benar dengan-Nya, tetapi juga pembebasan dari segala yang
menghalangi kita menghayati kemanusiaan kita secara penuh. Keselamatan merupakan
pengalaman masa kini tetapi juga masa yang akan datang. Keselamatan juga sangat
komprehensif dan holistik artinya tidak hanya bersifat spiritual, melainkan juga kesejahteraan
manusia kini dan di sini. Berita Injil yang diberitakan tidak hanya untuk keselamatan jiwa tetapi
juga pengalaman hidup yang bebas dari segala bentuk penindasan dan dominasi. Injil adalah
kabar baik yang menyeluruh untuk manusia seutuhnya. Kita memberitakan Injil yang utuh
untuk manusia yang utuh juga.

Kita menolak spiritualisasi keselamatan dalam arti bahwa keselamatan yang dikerjakan Kristus
hanya terbatas pada keselamatan jiwa, maupun pengertian bahwa keselamatan adalah
pengalaman nanti di seberang kematian. Allah juga menyatakan diri sebagai Roh yang
membaharui semua ciptaan dan juga setiap individu yang percaya agar dapat menjalani hidup
kekiniannya dengan sukacita, damai sejahtera, kasih, keadilan dan sebagainya sebagai dasar
dari karakter kristianinya. Selain itu, janji untuk membaharui semua ciptaan pada suatu kali
kelak menjadi dasar pengharapan yang merupakan daya penggerak sejarah untuk bekerjakeras
mewujudkan apa yang diharapkan dalam kekinian meskipun tak secara sempurna.

Anda mungkin juga menyukai