Judul Buku:
APOLOGETIKA
“Sebuah Pembenaran bagi Kepercayaan Kristen”
Penulis:
John M. Frame
Penerbit:
Surabaya: Momentum, 2018
MATA KULIAH:
APOLOGETIKA KONTEMPORER
DOSEN PENGAMPU:
DR. R. HENDRY SIMAMORA
OLEH:
SILOAM KEVIN PAUL
Isi:
Apologetika diartikan sebagai cabang dari theologia Kristen yang berusaha memberikan
pembenaran rasional terhadap klaim-klaim kebenaran dari iman Kristen,
mengembangkan diri seseorang yang otentik untuk menyatakan imannya sedapt
mungkin kepada sesama. Sebuah usaha yang menyatakan bahwa kekristenan itu
masuk akal dan sekaligus meyakin kan orang Kristen bahwa iman mereka bukanlah
sesuatu yang bodoh, dan membersihakan hambatan yang menahan orang-orang tidak
percaya mempertimbangkan argumena-argumen dan bukti bagi kebenaran kekristenan.
Apologetika juga merupakan disiplin ilmu yang berurusan dengan pembelaan iman
Kristen yang rasional. Merangkul pandangan dunia ini secara cerdas dan dengan
demikian membawa kesaksian akan Kristus dengan kradibilitas.
Secara prespektif ketiga jenis apologetika ini saling berhubungan. Dapat dikatakan jika
salah satu dikerjakan secara benar dan lengkap, akan mencakup dua aspek lainnya.
Jadi masing-masing merupakan sebuah cara untuk melihat keutuhan dari usaha
berapologetika.
Ada empat hal yang paling penting untuk diingat tentang wawasan dunia Kristen:
Pertama, kepribadian Allah yang absolut, dalam pengertian bahwa Ia adalah pencipta
segala sesuatu dan demikian merupakan dasar dari segala realitas lain. Seperti yang
telah diketahui, Ia tidak membutuhkan keberadaan yang lain (Kis. 17:25) untuk
eksistensi-Nya sendiri. Ia Self Existent dan Self Sufficient. Tidak ada yang membawa
Dia kepada keberadaan; Dia selalu ada (Mzm. 90:2; 93:2; Yoh 1:1). Begitu pula tidak
ada yang dapat menghancurkan Dia; Dia akan selalu ada (Ul. 32:40; Mzm. 102:26-27; 1
Tim. 6:16; Ibr 1:10-12; Why 10:6). Eksistensi-Nya tidak dibatasi waktu, karena Ia adalah
Tuhan atas waktu itu sendiri (Mzm. 90).
Kedua, relasi pencipta dan ciptaan. Menurut kitab suci Allah itu transenden dan imanen.
Sifat transenden-Nya bisa dipastikan merupakan fakta bahwa secar radikal Ia berbeda
dengan kita. Ia adalah sang pencipta dan kita adalah ciptaan-Nya. Ia bersifat absolut
sedangkan kita tidak. Bahkan kepribadian-nya berbeda dengan kepribadian kita, karena
kepribadian-Nya adalah orisinal sedangkan kepribadian kita derivative. Allah adalah
personal secara keseluruhan dan tidak bergantung pada impersonal, sedangkan kita
bergantung pada materi (“debu” Kej. 2:7) dan kekuatan-kekuatan impersonal untuk
bertahan. Imanensi Allah adalah keterlibatan-Nya di dalam sebuah wilayah penciptaan.
Ketiga, Kedaulatan Allah. Penting bagi wawasan dunia Kristen bahwa Allah mengatur
segala sesuatu. Seperti yang terdapat di dalam Ef. 1:11 bahwa “Allah di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”. Dan juga dalam Rm. 8:28 “Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia”. Doktrin bahwa Allah telah menetapkan sebelumnya dan mengatur
semua peristiwa dianggap sebagai calvinisme. Berbeda dengan Arminian yang
menekankan “kehendak bebas” manusia, pilihan bebas manusia terutama kepentingan
rohani tidaklah ditetapkan atau ditentukan oleh Allah. Dengan cara demikian ia
menekankan doktrin tanggung jawab manusia. Tetapi Arminian juga mengakui bahwa
Allah mengetahui sebelumnya tentang masa depan secara sempurna. Tetapi pada
akhirnya predestinasi Allah tetaplah menjadi elemen kunci. Factor penentunya adalah
kreasi Allah yang mengetahui sebelumnya. Kreasi adalah apa yang mengatur seluruh
alam semesta di dalam gerakan.
Keempat, Trinitas. Allah Kristen adalah tiga di dalam satu. Ia adalah Bapa, Anak, Roh
Kudus. Hanya ada satu Allah (Ul. 6:4), tetapi Bapa adalah Allah (Yoh. 20:17), Anak
Adalah Allah (Yoh 1:1), dan Roh Kudus adalah Allah (Kej. 1:2; Kis 2). Mereka adalah
tiga dan mereka adalah satu. Yangs erring disebut dengan “satu Allah, tiga pribadi”.
Mereka adalah sama karena tidak ada superioritas atau inferioritas pada Allah. Menjadi
Allah berarti menjadi superior terhadap segala sesuatu.
Kekristenan adalah Injil kabar baik. Kitab suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan
menurut gambar Allah, tetapi manusia jatuh ke dalam dosa dan akhirnya melawan
Allah. Hari ini kita menanggung dosa pertama dari Adam (Kej. 3:1) dan dosa kita sendiri
terhadap Allah (Rm. 5:12-19). Oleh karena itu, masalah kita tidak sederhana, dan
penyelesaian bagi masalah ini bukan dengan kita menjadi Allah. Solusinya adalah dari
Allah sendiri yang menciptakan kita. Oleh karena kasih-Nya yang besar Allah mau
berkorban melalui kehadiran Yesus ke dunia dan kematian-Nya di atas kayu salib (Yoh.
3:16; Fil. 2:5-8). Yesus telah mati untuk dosa kita dan dibangkitkan untuk pembenaran
kita (Rm. 3:20; 8:11). Arahan Alkitabiah bukanlah supaya kita bekerja keras untuk
meraih perkenanan Allah (Rm. 3:20), melainkan menerima pengampunan Allah melalui
Kristus sebagai karunia yang Cuma-Cuma (Ef. 2:8-10).
Kitab Suci tidak hanya mengkalim sebagai Firman Allah. Ia juga memberi kita alasan-
alasan untuk menpercayai klaimnya tersebut. Ia menyampaikan klaimnya secara
kredibel. Dalam satu pengertian, kredibilitas seperti itu tidak perlu. Allah bisa saja
meletakan kata-kata “Kitab Suci adalh Firman Allah” di dalam Alkitab, dan kemudia
melalui kuasa yang persuasive dari Roh Kudus, meyakinkan dari pembaca pilihan
tentang kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi car Allah bukanlah dengan meyakinkan
orang-orang “secara magis” tentang kebenaran Firman-Nya.n Roh Kudus meyakinkan
kita untuk mempercayai konten rasional secara inheren. Karya Roh Kudus tidak untuk
meyakinkan kita tentang sesuatu yang tidak ada dasar rasionalnya, tetapi lebih
meyakinkan kita melalui mencerahkan dasar rasional yang mewajibkan kita untuk
percaya. Iman yang diciptakan Roh Kudus tidaklah “buta”.
Maka Kitab Suci tidak sekedar memberi kita pernyataan terbuka, “Yesus Kristus adalh
Tuhan”. Melainkan, Kitab Suci menyajikan Yesus dalam konteks drama historis yang
kaya dan kompleks. Yesus yang adalah pengharapan umat Allah melampaui beberapa
ribu tahun sebelum kelahiran-Nya. Yaitu pengharapan akan seorang pembebas yang
akan menyelamatkan mereka dari dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa.
Penutup:
Apologetika bukan hanya sebua pembelaan, tetapi juga penyerangan, yaitu serangan
oleh kaum Kristen melawan ketidakpercayaan pikiran dan tindakan. Sebagaimana yang
dikataka oleh Rasul Paulus, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan
setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan
akan Allah. Kami melawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus” (2 Kor.
10:5). Bahkan sebagaimana benar pad beberapa bidang lain “pertahanan terbaik
adalah suatu penyerangan yang baik”. Artinya dapat dikatakan bahwa penyerangan
adalah fungsi primer dari apologetika. Lagipula Allah tidak memiliki sesuatu yang harus
dibela. Yesus Kristus adalah penguasa yang perkasa atas langit dan bumi, jawara yang
tidak terkalahkan yang sedang berderap untuk mendatangkan kerajaan-Nya,
menaklukan setiap kuasa dan otoritas yang menentang Dia (Kol. 2:15).