Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan

Pembenaran
Allah menerangkan bahwa kebenaran-Nya diberikan ke orang-orang berdosa yang
membutuhkan, dan yang dapat mereka terima dengan Iman. Kebenaran-Nya itu tidak tercela dan
sempurna, yang hanya diperoleh oleh Kristus atas anugerah-Nya kepada semua orang orang
percaya. Itulah yang dimaksud oleh Paulus tentang Kebenaran Allah di dalam Rm. 1:17.
Kemudian Luther menyebutkan bahwa “artikel yang menentukan berdiri atau runtuhnya gereja”
merupakan suatu doktrin pembenaran oleh iman. Selain itu juga Calvin menyebutkan bahwa
doktrin pembenaran oleh iman merupakan suatu engsel utama yang menyebabkan
berkembang/berputarnya agama. John Murray mengatakan pertanyaan yang dijawab oleh doktrin
pembenaran merupakan suatu pertanyaan yang paling penting sehingga tidak ada pertanyaan lain
yang dianggap penting atau ultimate selain pertanyaan itu. Luther mengatakan dalam kuliahnya
mengenai Mazmur 5 bahwasannya kualifikasi seorang teolog dilihat dari hidup, mati, dan berada
dibawah kutukan bukan atas kemampuannya dalam berpikir, membaca, ataupun berspekulasi
Studi Kata
Istilah membenarkan di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru makna katanya
hampir sama walaupun istilah tersebut menggunakan kata yang berbeda. Disebutkan didalam
Perjanjian Lama menggunakan kata Hitsdiq / Matsdiq yang artinya menjadikan benar, sesuai
hukum sedangkan didalam Perjanjian Baru menggunakan kata Dikaioō artinya menyatakan
sebagai benar.
Ajaran-ajaran alkitab tentang Pembenaran
Ada beberapa ayat di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang mengajarkan tentang
pembenaran. Ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama yang mengajarkan tentang pembenaran antara
lain: Kejadian 15:6; Kejadian 12:3; Mazmur 103:8-12; Yesaya 53:6; Yesaya 53:11. Sedangkan
ayat-ayat di dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan tentang pembenaran antara lain: Roma
3:21-28; Galatia 2:15-16; Filipi 3:3; dan juga Paulus x Yakobus.
Pandangan Katolik Roma tentang Pembenaran
Menurut Trent pembenaran yang disebutkan di dalam teologi Katolik Roma merupakan
perubahan di dalam natur rohani dan juga moral manusia atas akibat penanaman anugrah. Bukan
merupakan tindakan deklaratif yang mana Allah berikan kebenaran kepada Kristus.
Para teolog Katolik Roma berpendapat bahwasannya pemahaman tentang pembenaran
hanya sesuatu yang bersifat forensik/deklaratif, yaitu pembenaran merupakan salah satu sisi dari
keselamatan kita. Maka dari itu tidak berdampak pada perubahan apapun yang ada pada diri
manusia, yang mana mengakibatkan dosa yang ada pada diri manusia sama sekali tidak
mendapatkan keselamatan penuh. Pendapat tersebut juga dapat diartikan bahwa manusia hanya
diselamatkan oleh iman bukan oleh perbuatan.
Pembenaran di dalam Pengakuan-pengakuan Iman Reformed
i. Katekimus Heidelberg (1563). Katekimus yang ditulis atas perintah Fredrick II oleh
Zacharias Ursinus dan juga Caspar Olevianus. Uraian tentang pembenaran didalam
katekimus tersebut antara lain: Dengan adanya pengakuan atas dosa yang telah
dilakukan dan kecenderungan kita untuk berdosa mengakibatkan lahirnya penerimaan
pembenaran bagi diri manusia itu sendiri; pembenaran merupakan karunia anugerah
dari Allah, tetapi arti anugerah dari Allah disini merupakan suatu pengimputasian dan
kebenaran Kristus kepada orang berdosa yang percaya. Baik aspek negatif maupun
positif dari pembenaran dinyatakan, Allah telah mengampuni semua dosa kita yang
terdahulu ataupun sekarang karena Allah melihat diri kita seakan-akan kita telah
menaati dengan sempurna seperti halnya Kristus.
ii. Pengakuan iman Belanda (1561). Uraian tentang pembenaran menurut pengakuan
iman Belanda antara lain: kristus adalah kebenaran dari kita; imanlah yang
membenarkan kita bukan perbuatan; iman hanya suatu instrument

Sisi Positif dan Negatif Pembenaran


 Sisi negatif : Pembenaran itu merupakan berkat pengampunan dosa.
 Sisi positif : Pembenaran itu merupakan pengadopsian menjadi anak-anak Allah dan
penganugerahan hak atas hidup kekal.
Review
Pada Bab 11 ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Pembenaran. Di dahului dengan
arti doktrin pembenaran itu sendiri dari berbagai pandangan orang diantaranya Paulus, Martin
Luther, Calvin, dan juga John Murray. Inti dari doktrin pembenaran dari berbagai pandangan
tersebut adalah doktrin pembenaran merupakan sesuatu yang vital didalam agama maupun
gereja. Lalu di lanjutkan dengan studi tentang kata dan makna membenarkan. Di dalam
Perjanjian Lama menggunakan kata Hitsdiq / Matsdiq yang artinya menjadikan benar, sesuai
hukum sedangkan didalam Perjanjian Baru menggunakan kata Dikaioō artinya menyatakan
sebagai benar. Makna dari membenarkan di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
sama saja, yang intinya menuju sesuatu yang benar.
Lalu dilanjutkan dengan ajaran-ajaran alkitab berkaitan dengan pembenaran. Banyak ayat
yang menyinggung pembenaran di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Kemudian di
lanjutkan dengan pandangan katolik Roma tentang pembenaran. Penulis bersyukur atas
penerbitan buku yang dilakukan oleh Hans Kűng yang berjudul Justification : The Doctrine of
Karl Barth and a Catholic Reflection (1957). Karena sejak penerbitan buku tersebut munculah
keterbukaan antara Katolik Roma dan Protestan. Didalam buku itu terdapat penekanan penting
yang diberikan berkaitan tentang pemahaman Alkitab oleh kaum awam yang dilakukan oleh
Katolik Roma, dengan kemunculan buku itu menyebabkan berdampak kepada terbentuknya
teologi yang lebih alkitabiah
Kemudian subbab selanjutnya mengenai Bab 11 Pembenaran yang menurut penulis
penting untuk di review hubungan iman dengan pembenaran. Hubungan iman dengan
pembenaran di deskripsikan oleh Perjanjian Baru dengan 3 ungkapan kita dikatakan dibenarkan
"melalui iman" (ek pisteos) atau "oleh iman" (dia pisteos atau pistei). Ek pisteos, iman
ditekankan sebagai “instrumen” yang memberikan manfaat dari pembenaran. Sedangkan dia
pisteos atau pistei menunjukan pemikiran bahwa kita dibenarkan dengan saran iman.
Tanggapan Akademisi
Pembenaran adalah penggalan dari ciptaan penebusan Allah terhadap umat-Nya yang telah
Ia seleksi di dalam Yesus Kristus[ CITATION Lor32 \l 1033 ]. Setiap orang yang sudah dipilih
oleh Allah pasti akan dibenarkan karena pembenaran merupakan satu mata rantai dari agenda
penebusan-Nya [ CITATION GIW17 \l 1033 ]. Pada bagian yang memberitahukan bahwa
pembenaran dikaruniakan oleh Allah terhadap orang-orang yang telah dipilihnya merupakan
suatu kesaksian yang sangat bersifat doctrinal. Sedangkan menurut John Piper dalam bukunya
“Counted Righteous In Christ Should We Abandon the Imputation of Christ’s Righteousness?”
mengemukakan bahwa Pembenaran merupakan sesuatu yang lain dengan pemberkatan karena
pemberkatan membutuhkan suatu proses sedangkan pembenaran adalah sikap Allah yang
memperkirakan kebenaran Kritus secara langsung terhadap umat-Nya.
Menurut J. V. Fesko bahwa pembenaran tidak diperuntukan bagi semua orang, melainkan
hanya kepada orang pilihan[ CITATION JVF14 \l 1033 ]. Pada kalimat selanjutnya dijelaskan
bahwa pembenaran Allah yang dianugerahkan kepada umat pilihan-Nya tidak diberikan dengan
cara menginfuskan kebenaran tersebut di dalam diri mereka atau menjadikan orang-orang
percaya benar pada diri mereka sendiri, tetapi dengan cara memprediksi kebenaran dari luar,
yaitu kebenaran Kristus yang ditukarkan[ CITATION Rob11 \l 1033 ]. Berangkat dari konsep ini
dapat dilihat bahwa keadilan dan hukuman Allah kepada manusia tetap dijalankan dengan murka
yang sama pada waktu manusia memberontak kepada Allah [ CITATION RSc07 \l 1033 ].
Para teolog protestan berulang-ulang membuktikan bahwa rencana pembenaran pada
Kanon Trent tidak memberikan penjelasan yang menyeluruh dan jelas berkaitan kedudukan iman
dan perbuatan iman. Sproul mengatakan bahwasannya salah jika mengemukakan bahwa
pembenaran didapatkan oleh karena perbuatan baik, melainkan perbuatan baik merupakan hasil
atau tanda orang yang memiliki iman[ CITATION Spr00 \l 1033 ]. Jadi menurut pandangan
Sproul dalam memaknai iman menggambarkan produk dari perbuatan iman. Ada juga pandangan
yang mengemukakan bahwa iman dan perbuatan harus dilakukan secara bersama-sama untuk
menghasilkan iman yang sempurna. Peter David mengemukakan bahwasannya penjelasan
kebenaran yang sesungguhnya dalam Kejadian 22:12 memperlihatkan bahwa iman bukan
semata-mata ortodoksi, melainkan kepercayaan yang memusat ke perbuatan yang nyata.
Sehingga “iman merupakan suatu perpaduan dengan perbuatan-perbuatan dan iman menjadi
lengkap karena perbuatan-perbuatan itu” (Yak. 2:22)[ CITATION Pet13 \l 1033 ].
Leon Morris menerangkan bahwa iman merupakan tingkah laku seseorang dalam
membiarkan harapan pada segala usahanya sendiri untuk memperoleh
kesejahteraan[ CITATION Leo02 \l 1033 ]. Dalam Perjanjian Baru, iman lebih dimaksudkan ke
Yesus, yaitu meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan, dan meyakini Firman-Nya. Dalam kitab
Perjanjian Baru, iman bermakna mengamini dengan sepenuh kepribadian dan cara hidupnya,
bahwasannya Yesus telah menenangkan orang berdosa dengan Allah [ CITATION Leo02 \l 1033
]. Ellen G. White mengemukakan bahwa tanpa iman adalah mustahil untuk dapat memuaskan
Allah, sebab setiap orang yang berkunjung kepada Dia harus meyakini bahwasannya Dia adalah
Tuhan (Ibr. 11:6)[ CITATION Ell79 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA
Boettner, L. (1932). The Reformed Doctrine of Predestination. Grand Rapids, Michigan:
Christian Classics Ethereal Library.
Clark, R. S. (2007). Covenant, Justification, and Patoral Ministry: Essays by the Faculty of
Westminster Seminary California. Phillipsburg: P & R Publishing.
Fesko, J. V. (2014). The Theology of the Westminster Standards : Historical Context and
Theological Insights. Wheaton: Crossway.
Morris, L. (2002). Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Peter, H. D. (2013). Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Baru, terj. Fenny Veronica. Malang:
SAAT.
Shaw, R. (2011). The Reformed Faith: An Exposition of the Westminster Confession of Faith.
Coconut Creek: Puritan Publication.
Sproul, R. C. (2000). Faith Alone : The Evangelical Doctrine of Justification. electronic ed.
Grand Rapids: Baker Books.
White, E. G. (1979). Faith and Works. Washington DC: Ellen G. White Estate.
Williamson, G. I. (2017). Pengakuan Iman Westminster: Untuk Kelas Penelaahan. Surabaya:
Momentum.

Anda mungkin juga menyukai