Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kaspar Indar Cahayadi Waruwu

NIM : FT-4317
MK : Surat-surat Paulus
Dosen P. : Antonius Galih Arga W, Aryanto, MA. STD

I. Apa konsep teologi pembenaran dalam Galatia, latar belakang dan argumen utamanya?
Latar belakang
Surat Galatia adalah surat dari Paulus yang berdasar pada perasaan, ide dan gagasannya
sendiri. Pada bagian isi diuraikan makna iman kepada Kristus yang merupakan pembenaran yang
sesungguhnya dan menggenapi hukum dan persyaratan hukum Musa. Konsep pembenaran ini
dilatarbelakangi oleh masalah hidup beriman umat Galatia yang menambahkan tradisi religius
lainnya untuk memperkuat iman dan kerekatan mereka akan Kristus (1:7), di mana Paulus menyebut
hal tersebut sebagai suatu pengkhianatan, pengabaian iman dan kebenaran akan Kristus (5:5).

Kristus, pencipta kebebasan kita.


Paulus menegaskan bahwa pewartaan Injil tidak berasal dari manusia, tetapi dari Allah (1:11-
12), kemudian Injil tersebut dibenarkan karena iman, bukan karena pelaksanaan hukum (2:16). Isinya
dibentuk oleh pembenaran oleh iman kepada Kristus dan bukan oleh perbuatan hukum. Rencana
penyelamatan Allah mencapai kepenuhan dalam pribadi Kristus. Ia adalah keturunan yang dijanjikan
kepada Abraham (3:16). Di dalam Dia orang kristiani memiliki kebebasan dari perbudakan (2:4-5;
3:13; 4:7-9). PadaNya kebebasan kita menjadi penuh, definitif (5:1,13), karena itu perlu memiiki
keterlibatan dalam diriNya dan karyaNya. Paulus berkata, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau
bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku
dan aku bagi dunia” (Gal 6:14).

Pembenaran melalui iman kepada Kristus dan Posisi Hukum Taurat (2:14b-21)
Keterlibatan dalam pribadi dan karya Kristus diungkapkan dengan kata “iman” (Gal 2:19-20).
Iman berarti keterbukaan pada inisiatif keselamatan Allah yang diwujudkan dalam Kristus.
Melaluinya, orang kristiani mendapatkan pembenaran (Gal 2:16). Paulus bermaksud untuk
menegaskan kembali Injilnya dibentuk atas dasar pembenaran iman akan Kristus dan bukan oleh
perbuatan hukum (Hukum Taurat). Rencana penyelamatan Allah mencapai kepenuhan dalam diri
Kristus, Ia adalah Yang dijanjikan (3:16). Pembenaran dalam bahasa biblis adalah proses melaluinya
manusia memperoleh keadilan/pembenaran, yakni menjadi benar, sahabat Allah. Hanya dengan
melekatkan diri pada Kristus melalui iman seseorang dibebaskan dari dosa dan masuk pada
persekutuan dengan Allah. Iman menghasilkan cinta (Gal 5:6).

Karya Roh dalam hati orang beriman


Nyatalah bahwa orang Kristiani adalah anak-anak Allah karena Roh, dan bukan lagi budak
dari pelaksanaan hukum. Roh membuat mereka percaya akan pewartaan (Gal 3:2-3). Orang percaya
yang menyambut Injil ini dipanggil untuk hidup dalam kehidupan yang sesuai dengannya, dalam
kebebasan dari sunat dan dari hukum, tetapi di bawah bimbingan Roh untuk dapat mengasihi (Gal
3:4-5). Oleh bimbingan Roh, orang beriman mengalami Allah sebagai Bapa (Gal 4:6), dan berjalan
menuju Allah bukan lagi menuruti keinginan daging (5:16-26).
II. Apa konsep teologi Katolik Roma tentang pembenaran?

Pembenaran adalah suatu perpindahan dari keadaan berdosa yang melibatkan pengampunan
dosa ke keadaan berada dalam kasih karunia. Pembenaran mencakup dua kondisi setelah dosa asal:
(1) pengampunan dosa dan (2) berdiamnya Allah Tritunggal, yang tanpanya tidak akan ada
pengampunan dosa. Inilah yang dimaksud dengan konversi. Pembenaran merupakan suatu proses,
yang mengarah kepada baptisan, yang diartikan sebagai kelahiran kembali berkat pahala Kristus
(Konsili Trente). Ini menyangkut masing-masing manusia individual. Namun demikian sebagaimana
dikatakan Paulus dalam Rom 3:24, pembenaran itu diarahkan kepada seluruh umat manusia berkat
penebusan Kristus. Pembenaran meliputi sejarah seluruh karya keselamatan Allah dalam Kristus.
Maka refleksi mengenai pembenaran harus ditempatkan dalam seluruh karya keselamatan Allah atau
dalam keseluruhan penebusan Kristus.
Katekismus Gereja Katolik menegaskan, “melalui pembenaran: iman, pengharapan dan kasih
dicurahkan ke dalam hati kita umat beriman, dan ketaatan pada kehendak ilahi dikaruniakan kepada
kita” (KGK 1991). Sebuah aspek yang mencolok dari pengajaran katekismus tentang pembenaran
adalah penekanan yang diberikan kepada Roh Kudus, yakni (a) “kasih karunia Roh Kudus kita
memiliki kuasa untuk membenarkan kita”, (b) “melalui kuasa Roh Kudus kita mengambil bagian di
dalam sengsara Kristus dan di dalam kebangkitan-Nya”, dan (c) “Karya pertama dari kasih karunia
Roh Kudus adalah pertobatan”.
Dalam Katekismus, pengajaran tentang pembenaran didahului dengan bagian tentang hukum.
Akan tetapi, bukan hukum sebagai bagian dari Injil seperti dalam Lutheran (yang menggunakan
hukum sebagai tuntutan dan tuduhan). Sebaliknya, bagian Katekismus tentang hukum dimulai dari
hukum moral alamiah hingga hukum yang diwahyukan dalam Perjanjian Lama, yang secara tepat
dirangkum dalam Sepuluh Perintah Allah. Umat beriman yang telah dipanggil dan diberdayakan
untuk menjalani sebuah kehidupan bermoral, dibimbing oleh sepuluh Perintah Allah sebagaimana
diterangi oleh Yesus dan pengajaran-Nya.
Pemahaman tentang hukum taurat dalam Katekismus ini sangat membantu untuk memahami
nasihat Paulus di bagian akhir surat ini untuk “saling menanggung beban dan dengan demikian
menggenapi hukum Kristus” (Gal 6:5). Frasa “Hukum Kristus” yang diartikan sebagai Hukum Taurat
yang ditafsirkan dan dihidupi oleh Yesus. Ini adalah hukum Musa yag ditafsirkan melalui perintah
“cinta kasih” dan dicontohkan oleh kehidupan Yesus yang mengorbankan diri-Nya demi orang lain.
Di sini hukum tarurat juga digenapi dengan tanggung jawab bersama, yaitu tanggung jawab anggota
komunitas untuk saling menopang, mendukung, dan jika perlu memulihkan satu sama lain. Artinya
mereka yang dibenarkan dipanggil untuk memberikan pelayanan (koinonia) melalui efek
pemebenaran itu. Berdasarkan referensi kepada koinonia ini, kita telah sampai pada lingkaran penuh
dalam analisis singkat tentang pembenaran dalam Galatia.
Ajaran Katolik tentang pembenaran menyoroti selain pengampunan dosa, aspek-aspek
transformatif dari tindakan penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus - tidak terkecuali pembaharuan
hidup melalui karunia Roh Kudus. Analisis di atas mengenai Surat Galatia telah berfokus pada empat
aspek yang saling berkaitan yang menyatu dengan banyak hal yang ditemukan dalam Katekismus
Gereja Katolik mengenai pembenaran: keutamaan peran Yesus termasuk kesetiaan-Nya samapai
mati, karunia Roh Kudus, pemberdayaan Roh Kudus untuk menghidupi jalan kasih Yesus yang
memberi diri-Nya, dan pentingnya komunitas iman.

Anda mungkin juga menyukai