Anda di halaman 1dari 27

DOGMATIKA

Ringkasan Buku Teologi Sistematika (Henry C. Thiessen) :

Pasal VIII s.d. Pasal XII (Hal 113 - 200)

TEOLOGI PROPER

Dibuat oleh : Group B


Baringin David Sianipar
Victor Situmorang
Emmy Kristina Purba

PROGRAM STUDI S2 TEOLOGI/PAK


STT PELITA KEBENARAN
2020

Page 1 of 27
PASAL VIII

I. Sifat Dasar Allah : Hakikat dan Sifat

Banyak ciri khas Allah sudah terungkap dalam penyelidikan sebelumnya tentang
penyataan Allah serta bukti akan adanya Allah. Namun ciri – ciri tersebut dibahas secara tidak
langsung dan secara tidak teratur, sementara beberapa fakta hampir tidak disinggung sama sekali.
Dalam topik ini akan dibahas lebih lengkap dan teratur. Pasal ini berkaitan dengan sifat – sifat
Allah, dengan rujukan kepada hakikat dan sifat – sifatnya.

Hakikat Allah, istilah “hakikat” zat praktis. Kedua istilah ini menunjuk kepada aspek dasar dari
sifat – sifat Allah. Bila tidak ada hakikat dan zat maka tidak mungkin ada sifat – sifat. Ketika kita
bicara mengenai Tuhan, berarti kita berbicara tentang suatu hakikat suatu zat dan bukan sekedar
suatu gagasan atau personifikasi gagasan tersebut, kekekalan merupakan pokok yang dimaksud.

A. Kerohanian
Allah merupakan zat akan tetapi Allah bukanlah zat bendawi melainkan zat rohani. Yesus
mengatakan “Allah itu Roh” (Yohanes 4 : 24) pernyataan ini menetapkan sifat dasar
Allah sebagi rohani.
1. Allah tidak berbadan atau berwujud (Lukas 24 : 39) 10 printah Allah, melarang
pembuatan semua jenis patung (Keluaran 20 : 4), dilandaskan bahwa Allah
tidak berbadan. Demikian juga segala peraturan yang melarang penyembahan
berhala. (Imamat 26 : 1; Ulangan 16 : 22)
2. Allah tidak dapat dilihat, dari ini dikatakan Allah kepada Musa, bahwa manusia tidak
akan dapat melihatnya dan tetap hidup (Keluaran 33 : 20). Yohanes juga menyatakan
tidak seorangpun dapat melihat Allah (Yohanes 1 : 18). Paulus juga menjabakan
Tuhan yang tidak dapat kelihatan (Kol 1 : 15; bnd Roma 1 : 20; 1 Timotius 1 :
17)serta menyatakan bahwa tidak ada orang yang telah melihat Allah.
3. Allah itu hidup sebagai Allah yang hidup (Yosua 3 : 10; Samuel 17 : 26; Mazmur
84 : 3; Matius 16 : 16; Timotius 3 : 15; Wahyu 7 : 2) hidup menandakan adanya
perasaan, kuasa dan kegiatan (Mazmur 115 : 3). Allah juga sebagai pemelihara

Page 2 of 27
kehidupan. Berhala ciptaan orang kafir, tidak mampu mendengar, melihat dan
mengasihi-Nya.
4. Allah itu berkepribadian
Roh manusia mempunyai kepribadian, maa pastilah Roh Illahi juga berkepribadian.
Hakikat kepribadian Allah mampu membuat keputusan sendiri dan ditampilakan
sebagai pembicara (Kejadian 1 : 3; Kejadian 11 : 5; HK 116 - 117)
B. Ada dengan Sendirinya
Walupun sumber keberadaan manusia diluar diiringi, sendiri, keberadaan Allah
tergantung pada apapun diluar dirinya sendiri.
Bahwa ada dengan sendirinya tersirat dalam kesaksiannya. “Aku adalah Aku” (Keluaran
3 : 14) dan Agama Kristus tentang dirinya sendiri (Yohanes 8 : 58; Yesaya 41 : 4; Wahyu
1 : 8)
C. Kebesaran yang Tak Terhingga
Sesungguhnya Allah melebihi tempat. Dengan jelas mengajarkan bahwa alkitab
kebesaran Allah yang tidak terhingga (1 Raja – raja 8 : 27; II Tawarikk 2 : 26; Yesaya
66 : 1; Yeremia23 : 24; Kisah 17 : 24 – 28) Karena sifat dasar Allah rohani tidak dapat
dibatasi. Allah Transenden dan Immanen.
D. Kekekalan
Allah juga tidak terbatas dalam ukuran waktu. Allah tidak memiliki awal atau akhir.
Allah bebas akan keterbatasan kurun waktu. Allah tanpa awal dan tanpa akhir (Kejadian
21 : 33; Mazmur 90 : 2; Mazmur 102 : 28) Allah yang mulia dan bersemayam selamanya
Yesaya 57 : 15.

Sifat – sifat Allah

Sifat Allah berbeda dengan zat atau hakikat Allah, merupakan sifat sifat yang terdapat
di dalam zat dan merupakan pemberian yang analitis dan lebih terperinci dari zat
tersebut. Semua sifat Allah harus dipandang secara nyata secara objektif dan bukan
hanya sekedar hasil pemikiran subjektif.

Page 3 of 27
Sebagaimana di dalam diri manusia terdapat zat jiwa. Inntelek dan kemauan, maka
demikian juga sifat – sifat Allah dapat dibagi pada bagian yang berkaitan dengan
hakikat-Nya dan kehendak Allah.

II. Sifat – Sifat Non Moral


Sifat – sifat non moral merupakan sifat – sifat Allah yang tidak melibatkan hal – hal
moral. Sifat – sifat tersebut ialah Maha Hadir, Maha Tahu, Maha Kuasa, dan tidak
berubah.
1. Maha Hadir
Tuhan hadir dimana – mana di sebuah alam semesta ciptaan-Nya, Allah tidak
dibatasi. Kebesaran-Nya tidak terhingga bahwa Allah melebihi segala ruang dan
batasan waktu.
Ajaran ini merupakan penghiburan kepeda orang percaya bahwa Allah senantiasa
hadir dan siap menolong kita (Ulangan 4 : 7; Mazmur 46 : 2; Matius 28 : 20)

2. Maha Tahu
Bukti ada pola tertentu di alam semesta dan akal ada di dalam diri manusia
merupakan bukti kemahatahuan Allah. Kehadiran juga turut membuktikan
kemahatahuan Allah (Mazmur 139 : 1 – 10; Amsal 15 : 3; Yeremia 23 : 23 – 25)
Bahwa tidak ada yang tersembunyi dari Tuhan. (Mazmur 147 : 5; Ibrani 4 : 13)

Lingkup pengetahuan Allah tidak terhingga

a. Allah mengenal diri-Nya sendiri secara sempurna karena tidak ada satu ciptaanpun
mengenal dirinya sendiri.
b. Allah Bapa, anak dari Roh Kudus
Saling mengenal secara sempurna (Matius 11 : 27)
Paulus menulis bahwa tidak ada yang tahu dalam diri Allah selain Roh Allah, 1 Korintus
2 : 11; Roma 8 : 27.
c. Allah mengetahui hal – hal yang benar. Termasuk juga ciptaan yang telah hidup, Mazmur
147 : 4.

Page 4 of 27
d. Allah mengetahui hal – hal yang mungkin terjadi kemahatahuan Allah jangan dibaurkan
dengan penyebab yang mendatangkan akibat.
e. Allah mengetahui masa depan. Dipandang dari sudut manusia maha pengetahuan Tuhan
tentang masa depan disebut pegetahuan. Namun bagi Allah, sudah mengetahui segala
sesuatu, dan sudah mengetahui secara umum sebelum terjadi. (Yesaya 46 : 9 – 10; Daniel
2 dan 7; Matius 24 : 25; Kisah 15 : 8)
3. Maha Kuasa
Tuhan Maha Kuasa adanya dan sanggup melakukan apa saja yang dilakukan-Nya.
Secara sempurna Alkitab dengan jelas menjajarkan tentang kemahakuasaan Allah
(Kejadian 17 : 1; Wahyu 4 : 8)
Setan – setan pun takut dan gentar pada kuasa Tuhan (Yakobus 2 : 19) karena
Allah Maha Kuasa (Matius 8 : 29)
4. Allah tidak berubah
Allah tidak mungkin berubah, karena Allah sempurna. Allah berada diatas segala
sesuatu yang ada.
Sifat Allah tidak berubah. Allah selalu melakukan hal yang benar dan senantiasa
berlaku secara adil dan benar atas seluruh makhluk – makhluk ciptaan-Nya.
Ancaman – ancaman Allah selalu bersyarat seperti mengecam akan kehancuran
Israel dan Niniwe (Keluaran 32 : 9 – 14; Yunus 1 – 4 )

III. Sifat – sifat Moral


Sifat – sifat moral Allah merupakan sifat – sifat yang mengandung unsur moral dalam
Illahi.
1. Kekuasaan. Allah itu sama sekali berbeda dan lebih agung dari segala makhluk
ciptaan-Nya.
Kekudusan tidaklah sederajat dengan sifat – sifat lainnya. Dalam arti kekudusan
di pandang sebagai keselarasan kekal dari diri Allah dan kehendak-Nya.
Ada 3 hal penting akan kekudusan Allah
a. Diantara Allah dan manusia ada jurang dosa.
b. Apabila manusia ingin menghampiri Allah hanya melalui Yesus Kristus.
c. Manusia harus menghampiri Allah dengan hormat dan takut.

Page 5 of 27
2. Kebenaran dan Keadilan
Kebenaran dan keadilan Allah yang nampak di dalam cara Allah menghadapi
ciptaan-Nya. Kebenaran dan keadilan Allah merupakan unsur kekudusan Allah
yang nampak di dalam cara Allah menghadapi ciptaan-Nya.
Bila hukum Allah dilanggar harus ada penghukuman baik secara pribadi ataupun
lewat pengganti. Keadilan menuntut penghukuman orang berdosa. Tetapi keadilan
juga bisa menerima pengorbanan seseorang.
3. Kebaikan
Kebaikan Allah meliputi semua sifat-Nya yang sesuai dengan gambaran kita
tentang seseorang yang sempurna. Maksudnya, kebaikan Allah meliputi sifat –
sifat kekudusan-Nya, keadilan dan kebenaran-Nya.
Kebaikan Allahberkaitan dengan keempat sifat yang dibutuhkan
a. Kasih Allah yang merupakan kesempurnaan.
b. Kemurahan Allah akibat kebaikan-Nya.
c. Bebas kasihan Allah, merupakan kebaikan-Nya yang dinyatakan kepada orang
– orang yang berada di dalam penderitaan dan keluhan.
d. Anugrah Allah atau kasih karunia.
4. Kebenaran
Kebenaran Allah kebenaran pengetahuan, pernyataan serta gambaran dan
lambang Allah secara kekal. Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah kebenaran
Yohanes menulis bahwa kita ada di dalam yang benar (1 Yohanes
5 : 20)
Kesetiaan Allah menepati semua janji-Nya baik yang diucapkan maupunyang
tersirat sungguh tak terselidiki keputusan – keputusan – Nya dan tak terselami
jalan-Nya (Roma 11 : 33, 36)
Sifat dasar Allah : Keesaan dan ketritungaalan

Page 6 of 27
PASAL IX

SIFAT DASAR ALLAH : KEESAAN DAN KETRITUNGGALAN

Keesaan dan ketritunggalan Allah juga berkaitan dengan sifat dasar atau watak
Allah yang menuntut pembahasan sendiri.
I. Keesaan Allah
Keesaan Allah berarti bahwa hanya ada satu Allah Bapa saja. Bahwa sifat
dasar atau watak Allah tidak dapat dipisah – pisahkan Allah Esa adanya
merupakan kebenaran sejati seperti tertulis di perjanjian lama (Ulangan 4 :
35; 2 Raja – raja 8 :60; Yesaya 45 : 5)
Kebenaran yang sama juga diajarkan di perjanjian baru (Markus 12 : 19 –
32; Yohanes 17 : 3; 1 Korintus 8 : 4-6 dan Timotius 2 : 5)
Allah bukan saja Esa, tetapi Allah satu – satunya. Karena itu Allah tunggal
adanya dan unik (Keluaran 15 : 11; Zakharia 14 :9)
II. Ketritunggalan Allah
Ajaran trinitas atau ketritunggalan Allah, bukanlah suatu kebenaran yang
diperoleh melalui akal budi atau yang dikenal dengan teologi natural,
tetapi kebenaran yang dapat diketahui melalui pernyataan Wahyu.
Dalam teologi Kristen, istilah “trinitas” atau tritunggal berarti bahwa ada
tiga okum kekal dalam hakikat Illahi. Masing – masing dikenal sebagai
Allah Bapa tida dapat dikatakan sebagai tiga kepribadian Allah. Allah
tritunggal merupakan keesaan hakikat maupun keesaan maksud dan
tujuan. Ketiga pribadi Allah tritunggal itu sehakekat.

A. PETUNJUK – PETUNJUK AWAL DALAM PERJANJIAN LAMA


Sekalipun hal terutama ditekankan dalam perjanjian lama adalah Keesaan Allah, namun
tidak kurang isyarat mengenai berbagai pribadi KeAllahan. Demikian juga tidak kurang
isyarat bahwa pribadi – pribadi ini merupakan satu krtritunggalan.
B. Ajaran tentang trinitas diuraikan dengan lebih jelas dalam perjanjian bru daripada
perjanjian lama

Page 7 of 27
Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan dua cara :
Melalui pernyataan – pernyataan dan kiasan umum dengan menunjukkanada tiga pribadi
keAllahan yang diukur sebagai Allah
1. Pernyataan – pernyataan dan kiasan – kiasan umum. Beberapa kali ketiga pribadi
tritunggal ditampilkan bersama.
2. Bapa dikenal sebagai Allah (Yohanes 6 : 27; Roma 1 : 7; Galatia 1 : 1)
3. Anak Allah dikenal sebagai Allah
Ajaran tentang kelahiran Kristus sangat penting bagi iman Kristen (Matius 16 : 15 :
22 : 42) Yesus adalah manusia luhur daripada manusia biasa.
Perjanjian baru menunjukkan bahwa Dia adalah Allah dengan berbagai cara
a. Sifat – sifat Illahi
Kristus memiliki khas sifat Illahi : Kekal, Maha Hadir, Maha Tahu, Maha
Kuasa,dan tidak berubah.
b. Jabatan – jabatan Illahi
Yesus sebagai pencipta (Yohanes 1 : 3; Kolose 1 : 16; Ibrani 1 : 10)
c. Hak Istimewa Allah
Kristus mengampuni dosa (Matius 9 : 2; Lukas 7 : 47 – 48)
d. Ia disamakan dengan Yosua dari perjanjian lama.
apa yang dalam perjanjian lama dikatakan mengenai Yekova dalam perjanjia
baru. Ia adalah pencipta (Mazmur 102 : 26 – 28; Ibrani 1 : 10 - 12)
e. Nama – nama Yesus yang menyatakan KeIllahian:
1. Yesus memakai beberapa kiasan yang mengisyaratkan Sifat adikodrati. Ia juga
memakai beberapa nama untuk keIllahian, “Akulah Alfa dan Omega yang
Awal dan yang Akhir” (Wahyu 22 : 13; Yohanes 11 : 25)
2. Yesus disebut Immanuel (Matius 1 : 22 – 23)
3. Untuk menekankan keIllahian-Nya istilah ‘Firman’ logo.
4. Nama yang disenangi Yesus, Anak Manusia (Kisah 7 : 56)
5. Kristus disebut sebagai Tuhan yang menunjuk kepada Allah Bapa (Matius 4 :
7; 11 : 25; Lukas 2 : 29)
6. Kritus disebut Anak Allah (Yohanes 10 : 36)

Page 8 of 27
7. Yesus disebut Allah sebanyak beberapa kali dalam perjanjian baru (Yohanes 1
: 1)
f. Beberapa hubungan membuktikan keillahian Yesus Kristus , Bapa dan Anak
disejajarkan satu sama lain dengan Roh Kudus dalam formula baptisan (Mat
28;19, 2 kor 13;13, yoh 10;30
g. Penyembahan yang dinyatakan kepada dan diterima oleh Yesus Kristus (Mat
14;33, Kel34;14, Yoh 5;23)
h. Kesadaran dan tuntutan Kristus sendiri merupakan bukti bahwa Ia adalah Allah
(Luk 2:49, Yoh 16;23-24)

4. Roh Kudus dikenal sebagai Allah


a) Roh Kudus berkepribadian bukan sekedar berpengaruh atau kuasa illahi.
Penetapan itu dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kata ganti orang dipakai untuk menunjuk kepada Dia (Yoh
14;26, 16; 13-14)
2. Roh Kudus dinamakan Penolong atau penghibur (Yoh 14;16)
3. Beberapa ciri khas kepribadian dikaitkan dengan Roh Kudus . Ia
memiliki 3 unsur kepribadian .( akal, perasaan , kehendak , 1 Kor
2;11, Rom 8;27, 1 Kor 12;11)
4. Roh Kudus melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa ia
berkepribadian.
1. Ia mengadakan kelahiran kembali
2. Mengajar
3. Bersaksi
4. Menginsafkan dosa
5. Menuntun ke dalam kebenaran
6. Memuliakan Kristus
7. Memanjatkan doa syafaat
8. Menyelidiki segala sesuatu
5. Roh Kudus berhubungan dengan Allah Bapa dan Allah Anak
sebagai pribadi (Mat 28:9)

Page 9 of 27
6. Roh Kudus sensitif terhadap perlakuan pribadi. Ia dapat dicobai
(Kisah 5;9,, diustai, didukakan , ditentang, dihina, dihujat
7. Dirinya dibedakan dari kuasaNya. ( Kis 10;38)
b. Dia itu Allah. Namun Dia bukan sekedar berkepribadian. Ia juga Allah.
Kenyataan ini dapa t ditunjukkan dalam beberapa cara
1. Sifat Allah juga dimilikiNya . Dia itu kekal (Ibr 9;14), maha tahu,
maha kuasa , maha hadir ( 1 Kor 2:10, Luk 1;35, Maz 139;7)
2. Pekerjaan Illahi dilakukanNya (penciptaan, kelahiran kembali,
pengilhaman alkitab, pembangkitan orang mati Kej 1;2, , Yoh
3;5, Rom 8;11)
3. Hubungannya dengan Allah Bapa dan Allah anak bukan saja
membuktikan bahwa Dia berkepribadian tetapi juga
keillahianNya seperti halnya dalam formula baptisan, berkat
rasuli, pembinaan gereja.
4. Sabda dan karya Roh dianggap sebagai sabda dan karya Allah
( Yes 6;9, Kel 16;17) Roh Kudus sendiri secara tegas disebut
Allah (Kis 5;3). Semua ayat ini mengatakan bahwa Roh
Kudus itu setara dengan Allah Bapa, Allah Anak dan bahwa
Ia adalah Allah. Kekristenan Ortodox berkeyakinan bahwa
Roh Kudus adalah
Allah . Konsili Konstantinopel tahun 381 mengesahkan ajaran ini
sebagaimana halnya Konsili Nicea tahun 325. Konsili Teledo
tahun 589 mengakui bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa
dan Anak (Yoh 15;26, Roma 8;9, Kis 16:17, Gal 4:6)

C. BEBERAPA PENGAMATAN DAN KESIMPULAN YANG DIDASARKAN PADA


PENELITIAN TENTANG TRINITAS
1) Ajaran ini tidak bertentangan dengan ajaran mengenai keesaan Allah. Ada
3 pribadi atau oknum di dalam satu hakikat. Akal manusia sanggup
berdialog dengan dirinya sendiri dan pada saat yang sama mampu

Page 10 of 27
memberi putusan terhadap apa yang dipertimbangkannya. Trinitas kira-
kira dapat disamakan dengan itu.
2) Perbedaan-perbedaan ini sifatnya kekal. Hal ini jelas dari ayat yang
menyatakan bahwa Yesus sudah ada bersama dengan bapa sejak dahulu
kala (Yoh 1:1, Fil 2:6, Kej 1:2
3) Ketiga oknum Trinitas sederajat. Sekalipun demikian, kenyataan di atas
tidak meniadakan penetapan urutan bahwa Allah Bapa adalah yang
pertama, Allah
Anak yang kedua, Allah Roh Kudus yang ketiga. Urutan ini bukanlah
perbedaan dalam kemuliaan, kuasa atau usia tetapi sekedar urutan. Roh
dan anak adalah sederajat dengan Bapa sekalipun Mereka tunduk kepada
Bapa. Sikap tunduk ini adalah sikap sukarela dan bukan terpaksa karena
keadaan (Fil 2:5
4) Ajaran ini memiliki nilai praktis yang tinggi
a) Ajaran ini membuka pintu bagi kasih abadi. Kasih sudah ada
sebelum alam diciptakan, namun masih memerlukan objek. Kasih
senantiasa mengalir diantara ketiga oknum trinitas.
b) Hanya Allah yang dapat menyatakan keadaan Allah. Dengan cara
Allah Bapa mengutus Allah anak maka Allah dapat dinyatakan.
c) Hanya Allah yang dapat mengadaka pendamaian karena dosa. Hal
ini dilakukanNya melalui penjelmaan Allah Anak.
d) Sulit memikirkan adanya kepribadian tanpa masyarakat. Jika tidak
ada trinitas maka takkan ada penjelmaan, tidak ada penebusan yang
objektif, dan karena itu tidak ada penyeleamatan, karena takkan ada
oknum yang mampu bertindak sebagai Pengantara antara Allah dan
manusia.

Page 11 of 27
X

KETETAPAN –KETETAPAN ALLAH

       I.            Defenisi Ketetapan-Ketetapan ALLAH

Ketetapan-ketetapan Allah dapat didefinisikan sebagai rencana atau rencana-rencana


abadi Allah yang dilandaskan pada pertimbangan Ilahi yang paling bijaksana. Allah telah
menetapkan ketetapannya baik secara efektif maupun permisif segala sesuatu yang akan terjadi.
Definisi ini mencakup beberapa hal:

a) Ketetapan-ketetapan itu merupakan rencana abadi Allah. Ia tidak mengubah rencananya


dan membuat rencana itu dalam kekekalan, dan rencananya tersebut tidak akan pernah
berubah (Maz 33:11 ; Yak 1:17).
b) Ketetapan-ketetapan tersebut didasarkan pada pertimbangan Allah yang paling bijaksana
dan kudus. Ia mengetahui yang terbaik dan Ia tidak mungkin merencanakan sesuatu yang
salah (Yes 48:11).
c) Ketetapan-ketetapan Allah bersumber pada kebebasan Allah (Maz 135:6 ; Ef 1:11).
d) Ia mahakuasa dan sanggup melakukan segala sesuatu yang dikehendakiNya (Dan 4:35).
e) Tujuan akhir dari ketetapan Allah ialah kemuliaanNya. Ketetapan itu diarahkan bukan
untuk mendatangkan kebahagiaan makhluk ciptaanNya, atau untuk menyempurnakan
orang kudus. Tetapi semua ketetapan ini dimaksudkan untuk kemuliaan Dia yang
mahasempurna (Bil 14:21 ; Yes 6:3).
f) Ada dua jenis ketetapan Allah, yang efektif dan permisif. Ada hal-hal yang yang
direncanakan Allah dan yang ditetapkanNya harus terjadi secara efektif, dan ada hal-hal
yang lain hanya sekedar diizinkan Allah terjadi (Rm 8:28). Dan dalam hal itu pun semua
mengarahkan bagi kemuliaan namaNya (Mat 18:7 ; Kis 2:23).
g) Ketetapan-ketetapan itu meliputi segala sesuatu di masa lampau, masa kini, dan masa
depan. Ketetapan-ketetapan yang diadakanNya secara efektif dan sekedar diizinkanNya
(Yes 46:10-11). Dengan kuasa dan kebijaksanaanNya yang tidak terbatas bagi segenap
kekekalan yang akan datang.

Page 12 of 27
    II.            Bukti Adanya Ketetapan-Ketetapan Allah

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta ini bukan sekadar peristiwa kebetulan
yang mengejutkan Allah, tetapi merupakan pelaksanaan maksud dan rencana Allah yang nyata
yang terarah, yang telah diajarkan oleh Alkitab:

Allah semesta alam, firmanNya, “sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah


akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana....itulah rancangan yang
telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.
Allah semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya yang
telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali? (Yes 14:24, 26-27).

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana
kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam
Kristus....di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula
ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya (Ef 1:9-11)”.

Ketetapan-ketetapan itu sering kali diketengahkan sebagai satu ketetapan saja:


“terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28, bandingkan dengan Ef 1:11). Sekalipun
ketetapan-ketetapan itu nampaknya terdiri dari atas banyak maksud, bagi Allah sebenarnya ada
satu maksud saja, yaitu satu maksud besar yang meliputi semuanya.

Selanjutnya, ketetapan-ketetapan dianggap sebagai  bersifat kekal, “sesuai dengan


maksud abadi yang telah dilaksanakanNya dalam Kristus Yesus Allah kita” (Ef 3:11), “telah
dipilih sebelum dunia dijadikan” (I Pet 1:20), “Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan” (Ef 1:4), “berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan
kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (II Tim 1:9), “berdasarkan
pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah
yang tidak berdusta” (Tit 1:2).

Page 13 of 27
 III.            Landasan Ketetapan-Ketetapan Allah

Apa yang ditetapkan Allah telah ditetapkanNya secara bebas dan sukarela dan ketetapan
yang telah dibuatNya tidak berdasarkan paksaan. Mungkin saja kadang-kadang Allah tidak
menjelaskan alasanNya ketika menetapkan sesuatu, namun kita dapat yakin bahwa sekalipun
tidak dijelaskan semua ketetapan mempunyai alasan (Ul 29:29). “Engkau akan mengertinya
kelak” (Yoh 13:7). Beberapa tokoh aliran determinisme yang ekstrem telah beranggapan bahwa
kehendak Allah itu mutlak adanya. Segala sesuatu adalah benar karena Allah telah
menghendakinya. Bila ini benar, maka kematian Kristus juga tidak ditentukan oleh suatu prinsip
di dalam diri Allah, tetapi sekadar oleh kehendak Allah, dan apabila Allah telah ingin untuk
menyelamatkan manusia tanpa kematian Kristus maka hal tersebut dapat dilaksanakanNya dan
tindakan itu tetap benar.

Lebih tepat bila dikatakan bahwa semua ketetapan Allah dilandaskan pada pertimbangan
Ilahi yang paling bijaksana dan kudus. Dan semua yang dilakukanNya yaitu hendak
menyelamatkan manusia maka Ia melandaskan segala rencanaNya atas segenap pengetahuan dan
pengertianNya. Dengan demikian, Allah tetap penuh kasih dan pada saat yang sama juga adil
(Maz 85:10). Jadi, atas dasar kebijaksanaan dan kekudusanNya Allah membuat segala ketetapan
itu, baik yang efektif maupun yang permisif.

 IV.            Tujuan Dari Ketetapan-Ketetapan Allah

Jelaslah bahwa tujuan Allah bukanlah terutama kebahagiaan atau pun kekudusan manusia
ciptaanNya. Allah memang menghendaki kebahagiaan manusia ciptaanNya. Paulus berkata
ketika berada di Listra, “dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti
jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai kebajikan,
yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi
kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan” (Kis 14:16,17). Allah memang
berusaha untuk membahagiakan umat manusia, bahkan memberikan kebahagiaan jasmaniah,
namun kebahagiaan tersebut adalah tujuan yang skunder, bukan tujuan primer.

Tujuan terakhir dan tertinggi dari semua ketetapan Allah ialah kemuliaanNya. Ciptaan
memuliakan Dia. Daud mengatakan “langit menceritakan kemuliaanNya dan cakrawala
menceritakan pekerjaan tanganNya” (Maz 19:2). Allah menyatakan bahwa Ia akan memurnikan

Page 14 of 27
Israel dalam perapian penderitaan, lalu ditambahkanNya, “Aku akan melakukannya oleh karena
Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan namaKu akan dinajiskan? Aku tidak akan
memberikan kemuliaanKu kepada yang lain!” (Yes 48:11). Dan kedua puluh emapat tua-tua
melemparkan mahkota mereka di depan takhta Allah sambil berkata, “Ya Allah Allah kami,
Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa, sebab Engkau telah menciptakan
segala sesuatu, dan oleh karena kehendak Mu semuanya itu ada dan diciptakan” (Wahyu 4:11).
Jadi, tujuan akhir dari segala sesuatu ialah kemuliaan Allah, dan hanya pada saat kita menerima
kenyataan ini sebagai tujuan akhir kehidupan kita juga maka barulah kita hidup pada tingkatan
yang paling tinggi dan paling selaras dengan kehendakNya.

    V.            Isi Dan Susunan Ketetapan-Ketetapan Allah

A.     Ketetapan Dalam Dunia Kebendaan dan Fisik

Allah telah menetapkan untuk menciptakan alam semesta ini serta manusia (Kej 1:26;
Maz 33:6-11; Ams 8:22-31; Yes 45:18). Allah telah menetapkan untuk menegakkan bumi (Maz
119:90-91). Ia juga telah menetapkan untuk tidak lagi menghancurkan penduduk bumi lewat air
bah seperti yang pernah dilakukanNya dulu (Kej 9:8-17). Selanjutnya Allah menetapkan
pembagian bangsa-bangsa (Ul 32:8). Allah juga menetapkan usia manusia (Ayub 14:5). Semua
peristiwa lain yang terjadi dalam dunia kebendaan dan fisik juga telah ditetapkan oleh Allah
sebelumnya sehingga termasuk dalam rencana dan tujuan Allah (Maz 104:3-4, Yes 14:26-27).

B.     Ketetapan Dalam Dunia Moral dan Rohani

Pada saat kita mengaitkan ketetapan-ketetapan Allah dengan dunia moral dan rohani, kita
diperhadapkan dengan dua masalah dasar yaitu adanya kejahatan dalam dunia dan kebebasan
manusia. Bagaiman mungkin Allah yang kudus dapat membiarkan begitu saja kejahatan-
kejahatan moral, dan bagaimana Allah yang berdaulat dapat membiarkan manusia tetap bebas?
Beberapa asumsi dan praduga harus dibuat lebih dahulu:

a) Allah bukanlah pencipta dosa.


b) Allah mengambil langkah pertama dalam menyelamatkan manusia.
c) Manusia bertanggung jawab atas tindakannya.

Page 15 of 27
d) Tindakan-tindakan Allah didasarkan pada pertimbangan Allah yang paling bijaksana dan
kudus.

Namun beberapa pendapat para teologi mengenai ketetapan Allah bahwa Allah telah
menetapkan:

1. Untuk menyelamatkan sebagian orang serta menolak yang lain.


2. Untuk menciptakan kedua golongan orang itu.
3. Untuk mengizinkan kedua golongan itu jatuh dalam dosa.
4. Mengutus Kristus untuk menebus orang-orang yang telah dipilih untuk diselamatkan.
5. Mengutus Roh Kudus untuk menerapkan karya penebusan itu pada orang-orang yang
telah dipilih atau diselamatkan.

Bahkan banyak pandangan-pandangan yang lain, sehingga timbul variasi yang


mengajarkan pendamaian tak terbatas, bahwa Allah telah menetapkan:

a. Untuk menciptakan manusia.


b. Untuk mengizinkan manusia jatuh dalam dosa.
c. Untuk menyediakan di dalam Kristus penebusan yang cukup bagi seluruh umat
manusia.
d. Memilih beberapa orang untuk diselamatkan dan membiarkan yang lain sebagaimana
adanya.
e. Untuk mengutus Roh Kudus agar memastikan bahwa penebusan itu diterima oleh
orang-orang yang telah dipilihNya.

Untuk lebih memahami tempat dosa serta pemberian keselamatan bagi orang berdosa, ada
empat hal yang perlu diperhatikan. 

1. Allah telah menentukan untuk mengizinkan dosa. Sekalipun Allah bukan pencipta


dosa (Yak 1:13-14), dan Allah tidak mengharuskan adanya dosa itu, namun
berlandaskan pertimbanganNya yang bijaksana dan kudus, Ia telah menetapkan
untuk mengizinkan terjadinya kejaAllah dan dosa. Ketetapan ini dibuatNya
karenna Ia mengetahui bagaimana sifat dosa itu, apa yang akan dilakukan oleh
dosa terhadap makhluk ciptaaanNya, dan apa yang harus dilakukanNya untuk
menyelamatkan manusia. Akan tetapi alasan-alasan yang bijaksana dan kudus,
Page 16 of 27
yang nampaknya belum sanggup kita pahami seluruhnya (Rm 11:33), Allah
memutuskan untuk mengizinkan dosa. 
2. Allah menetapkan untuk mengatasi dosa demi kebaikan. Ketetapan ini tidak
dapat dipisahkan dari ketetapan untuk mengizinkan dosa. Allah bukan saja
mengizinkan dosa, namun juga mengatasinya demi kebaikan. Pemazmur
mengatakan, “Allah mengagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan
rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana Allah tetap untuk selama-lamanya,
rancangan hatiNya turun-temurun” (Maz 33:10-11). Nampak jelas bahwa Dia
yang sebenarnya sanggup mencegah dosa memasuki kehidupan manusia, Ia juga
dapat mengatur dan menguasai pernyataan dosa itu. Allah membenci dosa (Yer
44:4, Amos 5:21-24); Allah tidak mengizinkan dosa merintangi tujuan-tujuanNya
untuk kekudusan, dosa harus dikalahkan demi kebaikan. 
3. Allah menetapkan untuk menyelamatkan dari dosa. Pada mulanya manusia
memiliki kebebasan dalam dua arti: kebebasan untuk melaksanakan hal-hal yang
sesuai dengan kodratnya dan kebebasan untuk bertindak bertolak belakang
dengan kodratnya. Manusia memiliki kemampuan untuk berbuat dosa dan
kemampuan untuk tidak berbuat dosa . (Kej 6:5; Ayub 14:4; Yer 13:23, 17:9).
Kini manusia hanya bebas, dalam arti mampu melakukan apa saja yang
dianjurkan oleh kodratnya yang telah rusak itu. Karena manusia kini tidak
mampu dan tidak berkeinginan untuk berubah, Allah turun tangan melalui kasih
karunia pendahuluan. Akibat adanya kasih karunia pendahuluan manusia mampu
memberikan suatu tanggapan awal terhadap Allah, dan Allah kemudian akan
memberikan kepadanya pertobatan dan iman (Yer 31:18; Kis 5:31; 11:18; Rm
12:3). Diakui bahwa kasih karunia umum itu diberikan kepada semau orang (Kis
14:17), karena Allah menginginkan agar jangan seorang pun binasa (II Pet 3:9). 
4. Allah menetapkan untuk memberi pahala kepada hamba-hambaNya serta
menghukum orang-orang yang tidak taat. Dalam kemurahanNya Allah bukan
sekadar menetapkan untuk menyelamatkan beberapa orang, tetapi juga memberi
pahala kepada mereka yang melayani Dia (Yes 62:11, Mat 6:4, 19-20; 10:41-42; I
Kor 3:8; I Tim 5:18). Yesus mengatakan, “Demikian jugalah kamu. Apabila
kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah

Page 17 of 27
kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna: kami hanya
melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10). Karena sifatNya yang adil
dan kudus, Allah juga telah menetapkan untuk menghukum orang-orang yang
fasik dan yang tidak taat. Kenyataan ini berlaku juga untuk iblis beserta
pasukannya (Kej 3:15; Mat 25:41; Rm 16:20), dan untuk manusia (Maz 37:20;
Yehezkiel18:4; Nahum 1:3).

C.  Ketetapan Dalam Dunia Sosial dan Politik

a) Keluarga dan pemerintahan manusia. Pada mulanya Allah mengatakan, “Tidak baik,


kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia” (Kej 2:18). Kenyataan bahwa Allah pada mulanya menciptakan
seorang laki-laki dan seorang perempuan saja dengan jelas menunjukan bahwa Allah
memaksudkan agar pernikahan bersifat monogami dan tidak dapat diceraikan (Mat 19:3-
9). Sepanjang Alkitab kekudusan pernikahan diakui (II Sam 12:1-15; Mat 14:3-4; Yoh
2:1-2; Ef 5:22-33; Ibr 13:4). Ketetapan pernikahan menyangkut ketetapan untuk
berkembang biak (Kej 1:27-28; 9:1,7; Maz 127:3-5) serta membangun rumah tangga (Ul
24:5; Yoh 19:27). Yang berkaitan erat sekali dengan ketetapan ini adalah ketetapan
pemerintahan manusia (Kej 9:5-6).
b) Tugas dan panggilan Israel. Allah memilih Israel untuk menjadi umatNya, untuk
menjadikan mereka imamat yang rajani, suatu bangsa yang kudus (Kel 19:4-6).
Ketetapan ini bukanlah terutama suatu ketetapan untuk memperoleh keselamatan, tetapi
suatu ketetapan untuk memperoleh kedudukan dan kehormatan lahiriah, lewat hukum
Taurat yang kudus serta pranata ilahi, akan menuntun kepada keselamatan serta ibadat
yang berkenan kepada Allah.
c) Pendirian dan tugas gereja. Sejak kekekalan Allah telah menetapkan pendirian dan
pembangunan gereja. Kenyataan bahwa Yesus mengatakan akan membangun gerejaNya
(Mat 16:18) menunjukan bahwa gereja waktu itu belum ada. Tujuan Allah sekarang ini
ialah memanggil suatu umat bagi namaNya dari antara bangsa-bangsa  bukan Yahudi
serta sisa umat Yahudi yang masih setia, menurut pilihan kasih karuniaNya (Kis 15:13-

Page 18 of 27
18; Rm 11:1, 30-31). Roh Kudus dan gereja merupakan dua sarana yang dipakai oleh
Allah untuk mencapai tujuanNya (Mat 28:19-20; Kis 1:8).
d) Kemenangan terakhir bagi Allah. Allah telah memutuskan untuk menyerahkan semua
kerajaan dunia kepada Kristus (Maz 2:6-9; Dan 7:13-14; Luk 1:31-33; Wahyu 11:15-17;
19:11; 20:6). Tahap pertama dalam kemenangan Allah atas bumi akan berlangsung
selama seribu tahun (Wahyu 20:1-6). Setelah pemberontakan terakhir iblis serta
penghakiman di hadapan takhta putih (Wahyu 20:7-15), akan datang langit yang baru,
dunia yang baru, dan Yerusalem baru (Wahyu 21:1 – 22:5). Kemudian Kristus akan
menyerahkan kerajaan kepada Bapa, dan kemudian Tritunggal: Bapa, Anak, dan Roh
Kudus akan memerintah sampai selama-lamanya (I Kor 15:23-28). Semuanya ini sudah
ditetapkan Allah dan pastilah suatu saat akan tergenapi.

Page 19 of 27
XI

KARYA- KARYA ALLAH : PENCIPTAAN

1.      Definisi Penciptaan

Istilah “menciptakan” dipakai dalam dua arti di dalam Alkitab: dalam arti penciptaan
langsung dan dalam arti penciptaan tidak langsung. Penciptaan langsung merupakan tindakan
bebas Allah tritunggal. Melalui tindakan ini Allah pada mulanya menciptakan segala sesuatu
yang nampak dan yang tidak nampak untuk kemuliaanNya sendiri tanpa memakai bahan yang
sudah ada sebelum dunia diciptakan atau tanpa sebab-sebab sekunder. Penciptaan tidak langsung
merupakan tindakan-tindakan Allah yang juga disebut “penciptaan”, namun tidak bermula dari
ketiadaan atau ex nihilo. Melalui tindakan-tindakan ini Allah membentuk, menyesuaikan,
menggabungkan atau mengubah bahan-bahan yang sudah ada. Hodge mengatakan, ketika
membandingkan penciptaan langsung dengan penciptaan tidak langsung, “penciptaan langsung
jadi seketika, penciptaan tidak langsung terjadi secara bertahap”.

2.      Bukti Adanya Penciptaan

Ilmu pengetahuan memang berusaha untuk menjawab masalah sekitar asal mula alam
semesta ini, namun karena ilmu pengetahuan bergerak dalam wawasan pengetahuan empiris saja,
maka penelitian terhadap asal mula alam semesta dan sebab-sebab pertama dengan sendirinya
sudah berada di luar bidangnya. Pemecahan terhadap teka-teki asal mula alam semesta ini harus
datang dari Alkitab dan harus diterima dengan iman (Ibr 11:3). Alkitab menyatakan bagaimana
dan mengapa terjadi keberadaan jasmaniah dan rohaniah.

A.             Kisah Penciptaan yang Diceritakan Musa

1.    Penciptaan langsung alam semesta. Kalimat pembukaan Alkitab menyatakan bahwa


“pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1). Menurut kata-kata tersebut, alam
semesta tidak kekal, juga tidak dibentuk dari bahan yang sudah ada sebelumnya, atau terjadi
karena prinsip penyebab yang universal, tetapi karena tindakan penciptaan langsung dari Allah.

2.        Penciptaan tidak langsung alam semesta masa kini. 

a. Apakah penciptaan kali ini bersifat langsung, tidak langsung ataukah


kombinasi dari keduanya? Matahari mungkin saja telah diciptakan sejak mula

Page 20 of 27
pertama dan terang itu (ayat 3-5) mungkin berasal dari matahari. Bibit-bibit
kehidupan tanaman mungkin saja masih bertahan dari suatu keadaan yang
primitif, sehingga Allah hanya memerintahkan bumi untuk “menumbuhkan
tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-
buahan yang menghasilkan buah yang berbiji” (ayat 11).
b. Apa yang termasuk dalam penciptaan yang langsung? Pastilah bukan hanya
langit, tetapi juga malaikat-malaikat yang ada di surga (Ayub 38:7; Nehemia
9:6), dan pasti juga bukan hanya bumi, tetapi juga semua air dan udara (Yes
42:5l; Kol 1:16; Wahyu 4:11). Beberapa sarjana mengetengahkan bahwa
mungkin beberapa dari malaikat-malaikat itu, di bawah pimpinan makhluk
yang kemudian dikenal dengan nama iblis, ditugaskan menguasai bumi (Luk
4:5-8).
c. Adakah Kejadian 1:2 melukiskan keadaan asli bumi ini atau suatu keadaan
akibat terjadinya suatu bencana yang dahsyat? Pertanyaan ini dijawab dengan
tiga cara:
(1) beberapa teori mengemukakan bahwa setelah penciptaan yang
mula-mula (ayat 1), iblis jatuh sehingga mengakibatkan
hukuman Ilahi menimpa bumi ini (ayat 2). Ayat-ayat berikutnya
menggambarkan penciptaan ulang bumi selama enam hari.
Selanjutnnya dikemukakan bahwa gambaran tiada bentuk,
kosong, gelap gulita (ayat 2).
(2) Ayat 2 menunjukkan hukuman yang ditetapkan Allah, tetapi
bagaimana dan mengapa terjadi hukuman ini tetap merupakan
rahasia. Mungkin kejaAllah iblis merupakan penyebab.
(3) Gambaran tentang keadaan yang tidak berbentuk, kosong, serta
gelap gulita tidak perlu menggambarkan hukuman, tetapi
menggambarkan keadaan kurang lengkap. Bumi ciptaan Allah
dimaksudkan untuk didiami (Yes 45:18). Kisah penciptaan ini
sama sekali tidak menaruh perhatian pada peristiwa kejaAllah
iblis, sekalipun demikian, pastilah kejaAllah iblis terjadi
sebelum Kejadian 3.

Page 21 of 27
d. Adakah enam hari penciptaan itu harus dianggap sebagai enam hari yang
berkenan dengan penyataan, masa-masa yang lama, ataukah enam hari yang
terdiri atas dua puluh empat jam? Beberapa sarjana beranggapan bahwa enam
hari itu merupakan enam hari dalam kehidupan Musa, dan bukan enam hari
penciptaan. Pandangan ini bertentangan dengan Keluaran 20:11, “sebab enam
hari lamanya Allah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh”. Banyak yang menafsirkan keenam hari
penciptaan itu sebagai enam hari yang dua puluh empat jam lamanya. Namun
apa arti kata “hari” menurut Alkitab? Kata ini dipakai di Alkitab dengan
berbagai arti: siang yang berbeda dengan malam (Kej 1:5, 16, 18), siang
(terang) dan malam (gelap) bersamaan (1:5).
e. Berapakah usia bumi? Standard Geological Column, yang dipakai oleh para
ahli geologi untuk menentukan usia lapisan tanah, telah dikembangkan dari
suatu penelitian tentang fosil-fosil (paleontologi) yang terdapat dalam
berbagai batuan endapan dan lapisan tanah. Standard Geological
Column, menentukan tanggal pembentukan bumi menurut beberapa era: era
Pra-Kambrium (dari 3.500 juta tahun yang lalu atau lebih), era Paleozoik (dari
600 juta sampai 225 juta tahun yang lalu), era Mesozoik (dari 225 juta sampai
65 juta tahun yang lalu), dan era Senozoik (dari 65 juta tahun yang lalu hingga
kini). Berbagai cara penentuan tanggal telah dipakai. Salah satu cara, dengan
mengukur pertambahan kadar sodium per tahun dalam samudera raya, dapat
ditentukan bahwa samudera baru berumur sekitar 100 juta tahun.

B.     Bukti-Bukti Lain di Alkitab Tentang Penciptaan

Beberapa ayat berbicara mengenai penciptaan langit dan bumi yang mula-mula (Yes
40:26; 45:18). Sebagian besar ayat berbicara soal penciptaan seluruh umat manusia oleh Allah
(Maz 102:19; 139:13-16; Yes 43:1). Banyak sekali ayat yang menerangkan bahwa Allah adalah
pencipta langit dan bumi beserta segala isinya (Yes 45:12; Kis 17:24; Rm 11:36; Ef 3:9; Wahyu
4:11). Ateisme, yang menolak adanya Allah, terpaksa harus membuat zat bersifat kekal atau
mencari suatu penyebab alamiah lainnya. Dualisme mengakui adanya dua prinsip kekal, yang
satubaik, dan yang lain jahat, atau dua oknum yang kekal, Allah dengan iblis atau Allah dengan

Page 22 of 27
zat. Agnossitisme mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat tahu tentang Allah atau
hasil ciptaanNya.

3.      Tujuan Allah Dalam Penciptaan

Alasan yang sama yang menyebabkan Allah merumuskan tujuan-tujuan dan ketetapan-
ketetapanNya juga telah mendorongNya untuk melaksanakan ketetapan-ketetapan itu.
Maksudnya, Ia menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaanNya sendiri. Pertama, Ia
menciptakan alam semesta ini untuk mempertunjukan kemuliaanNya. Alkitab menyatakan, “Ya
Allah, Allah kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi! (Maz 8:2). Kedua, Allah
menciptakan alam semesta untuk menerima kemuliaan. Alkitab memerintahkan, ”Berilah kepada
Allah kemuliaan namaNya “ (I Tawarikh 16:29). Alam semesta merupakan hasil karya Allah
yang diciptakan dengan tujuan untuk memperlihatkan kemuliaanNya. Seperti yang Paulus
nasihatkan, “jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan segala
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (I Kor 10:31).

Page 23 of 27
PASAL XII
KARYA-KARYA ALLAH : PEMERINTAHANNYA YANG BERDAULAT

Segala sesuatu bersumber pada ketetapan atau maksud Allah dan bahwa Allah telah menciptakan
seluruh alam semesta baik yang berupa benda maupun non benda. Allah berhak mutlak untuk
memerintah alam semesta ( Matius 20:15)

I. AJARAN ALKITAB TENTANG TINDAKAN PELESTARIAN

A.  Definisi tindakan pelestarian 


Definisi ini menyatakan secara  tak langsung bahwa tindakan pelestarian harus  dipisahkan
dari tindakan penciptaan, karena hanya  sesuatu itu yang sudah ada yang dapat dilestarikan.
Pelestarian  bukanlah tindakan yang sekadar menjaga agar apa yang telah diciptakan itu
tidak hancur,  tetapi bahwa Allah bekerja sehingga apa yang telah diciptakan Nya tidak akan
punah.

B.  Bukti ajaran tindakan pelestarian 


Tindakan pelestarian  dapat di dibuktikan menurut  akal maupun menurut Alkitab.  Alkitab
mengajarkan bahwa sekalipun Allah beristirahat setelah menyelesaikan penciptaan dan
menetapkan tatanan kekuatan kekuatan alam, Allah terus melanjutkan kegiatan Nya  untuk
menegakkan alam semesta serta kuasa kuasa yang ada di dalamnya( Kristus adalah perantara
yang melaksanakan tindakan pelestarian ini. Nehemia 9 ayat 6 . Kolose 1 ayat 17,”

C.  Cara melestarikan ciptaan


 Penganut teisme  mengaku bahwa Allah dengan  1 dan lain cara telah melestarikan  segala
sesuatu yang telah diciptakanNya 
1. Teori Deistik.   Deisme menjelaskan tindakan pelestarian  alam semesta dari segi hukum
alam. teori ini menyatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta lalu memberikan
kepadanya kuasa yang cukup,  sehingga alam semesta dapat memelihara keberadaannya
sendiri 

Page 24 of 27
2. Teori Penciptaan Berkesinambungan. Teori ini membaurkan penciptaan  dengan tindakan
pelestarian. pandangan Deistik menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada ditopang oleh
hukum alam, dan bahwa  dari saat ke saat Allah menciptakan alam semesta bersama
segala sesuatu yang ada. pandangan ini didasarkan pada pengertian bahwa segala
kekuatan itu merupakan kehendak Ilahi yang bekerja secara langsung   serta tidak
memberikan tempat sama sekali kepada kehendak manusia dan kegiatan yang tak
langsung dari kuasa sa dalam bentuk hukum alam. bahwa kegiatan yang biasa dalam
alam dijadikan pengulangan kegiatan penciptaan.  bahwa Allah dianggap sebagai
pencipta dosa dengan menjadikan semua kehendak makhluk. Bahwa manusia tidak
dianggap sebagai makhluk nyata yang ber moral yang menentukan nasib sendiri . bahwa
semua pertanggungjawaban moral ditiadakan.

3. Teori Persetujuan  teori ini sifatnya alkitabiah. beranggapan bahwa Allah  itu menyetujui
segala kegiatan zat dan pikiran kali pun kehendak Allah bukan satu-satunya kekuatan di
alam semesta ini.  

II. AJARAN ALKITAB TENTANG TINDAKAN PEMELIHARAAN

A. Definisi pemeliharaan

 Profidence   mendapat arti yang lebih  khusus lagi yaitu kegiatan berkesinambungan. Allah 
untuk menjadikan segenap peristiwa bidang fisik, mental, dan  melaksanakan rencana yang telah
ditetapkanNya 

B.  Bukti bukti  ajaran tindakan pemeliharaan


1. Sifat Allah dan alam semesta.  Allah bukan sekedar oknum yang berkepribadian,  tidak
terbatas kebijaksanaan, kemurahan dan kuasaNya Iya juga pencipta dan oleh karenanya
pemilik alam semesta,  maka dengan sendirinya dapat diharapkan bahwa iya akan
memerintah apa yang dimilikinya.  

Page 25 of 27
2. ajaran Alkitab  lebih Banyak berbicara tentang  pekerjaan Allah dalam memelihara
ciptaannya daripada tentang pekerjaan dalam penciptaan.  banyak ayat menunjukkan
bahwa Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat 

3. Allah berkuasa atas alam fisik. Alkitab menunjukkan bahwa Allah menguasai seluruh
alam fisik  Sinar matahari , angin kilat, hujan, guntur, air, hujan es, es, salju, serta embun
beku semuanya tunduk kepada perintahnya.  benda-benda angkasa seperti matahari dan
bintang bintang patuh pada kehendaknya . 
4. Allah berkuasa atas tata tanaman  dan hewan. setiap ciptaan hidup berada dalam tangan
Allah 
5. Mengawasi  dan menghakimi mereka  menetapkan batas-batas negara memakai bangsa-
bangsa dan penguasa mereka untuk melaksanakan apa yang dikehendakinya.
6. Allah berkuasa atas seluruh hidup manusia.  menyiapkan semua kebutuhan manusia .
menurunkan raja-raja  dan meninggikan orang- orang yang hina.

C. Tujuan   Tindakan Pemeliharaan  

   Allah memerintah  dunia dengan maksud untuk membahagiakan  makhluk ciptaanNya.


Kebaikan Allah mempunyai  tujuan yang penting, ya itu menuntun orang kepada pertobatan 
Roma 2 ayat 4 . Iya tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup  tidak bekerja Mazmur 84
Ayat 12. alat Allah juga memerintah dunia dengan tujuan  untuk pengembangan mental dan
moral umat manusia. 

E.   Teori-teori yang menentang  ajaran tindakan pemeliharaan  

1. Naturalisme.   menganggap  bahwa alam ini  merupakan seluruh realitas yang ada. 
Segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah hasil kerjanya hukum alam.

2. Fatalisme.  fatalisme  hendak dibedakan dari deterisme. fatalisme  Menganggap bahwa


semua peristiwa ditentukan oleh nasib  dan bukan oleh sebab sebab alamiah dan bahwa
manusia tidak mampu mengubah  peristiwa yang yang sudah ditetapkan nasib ini.

Page 26 of 27
3. panteisme.  kehendak  itu tidak  bebas dari segala sesuatu yang ada 

F.  Hubungan  antara tindakan pemeliharaan  dengan beberapa masalah khusus.


 Allah merupakan pelaku tunggal dalam alam semesta bahwa manusialah pelaku tunggal itu.   
1. Hubungan suatu tindakan pemeliharaan dengan kebebasan manusia.  Allah kadang
kadang mengizinkan manusia untuk melakukan apa yang dikehendakinya. iya tidak
mengekang  ketika manusia melaksanakan ke ke inginannya yang jahat .  
2. Hubungan antara tindakan pemeliharaan dengan doa . Kamu tidak memperoleh apa-apa  
karena kamu tidak berdoa (Yakobus 4 ayat 2.) .   Bila kita berdoa untuk sesuatu yang
bertentangan dengan kehendakNya, maka Dia menolak untuk mengabulkan doa kita.

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai