Anda di halaman 1dari 12

TEOLOGI PROPER

(Tugas Mata Kuliah Prolegomena Lanjutan)


Dosen Pengampu : Dr. David L. Araro, MTh.

Oleh:

Kelompok 2 :
Andrianto Dalekes, STh.
Gishela Lumintang, STh.
Fredrik Dandel, ST, STh.

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA


RUMAH MURID KRISTUS
PROGRAM STUDI MAGISTER TEOLOGI
BITUNG
05 November 2022
PENDAHULUAN
Teologi proper adalah studi tentang Allah dan sifat-sifat-Nya. Teologi proper
berfokus pada Allah Bapa. Paterologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani
yang berarti 'bapa' dan 'perkataan' -- yang digabung sehingga berarti 'studi tentang
Sang Bapa'. Teologi proper menjawab beberapa pertanyaan penting tentang Allah.
Teologi proper memberi kita pemahaman yang lebih lengkap tentang siapa Allah dan
apa yang Dia lakukan.
Dalam tulisan ini, sebagaimana tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Prolegomena Lanjutan, penulis mencoba merumuskan tentang Teologi
Proper yang dibagi dalam dua pokok bahasan, yang pertama adalah tentang Iktisar
(Apa yang diajarkan) dalam Teologi Proper, dan yang kedua adalah tentang Isu2
Penting / Deskripsi Singkat Teologi Proper. Dalam tulisan ini, kelompok 2 membahas
tentang Iktisar (Apa yang diajarkan) dalam Teologi Proper, sekaligus menjabarkan /
mendeskripsikan secara singkat hal-hal tersebut.

IKTISAR (APA YANG DIAJARKAN) DALAM TEOLOGI PROPER


Untuk memahami tentang teologi Proper atau doktrin tentang Allah, maka kita
harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diajarkan dalam Teologi Proper tersebut.
Hal-hal yang penting yang dibahas dalam teologi proper adalah mencakup, beberapa
pertanyaan penting, diantaranya tentang : apakah Allah ada, sifat-sifat Allah, nama-
nama Allah, serta Hakikat Allah Tritunggal.

1. Allah Ada
Apakah Allah benar-benar ada? Pertanyaan ini, menjadi suatu pertanyaan
yang sangat menggelitik, suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab dengan
mudah, namun seringkali menjadi pertanyaan yang selalu berulang dari masa ke
masa, mengingat didapati adanya manusia sebagai ciptaan Allah yang tidak
mempercayai bahwa Allah benar-benar ada. Raja Daud mengatakan bahwa hanya
orang bodoh yang berkata di dalam hatinya, “tidak ada Allah” (Mzm. 14:1).
Golongan yang menyangkal keberadaan Allah disebut sebagai Atheis. Atheis
sebenarnya terbagi atas dua, yaitu atheis teoritis dan atheis praktis. Atheis teoritis
menyangkal keberadaan Allah dengan menggunakan argumentasi-argumentasi
rasional. Sedangkan atheis praktis, menyangkal keberadaan Allah di dalam praktek
hidup mereka. Umumnya mereka hidup seolah-olah tidak ada Allah. (band. Maz.
10:4; 14:1; Ef. 2:12).
Sebagai tameng terhadap serangan dari pihak atheis ini, maka ada pihak yang
mau membuktikan keberadaan dengan menggunakan argumentasi-argumentasi
rasional, diantaranya :

a. Argumentasi Kosmologis (sebab akibat) ;


Dunia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Segala sesuatu dalam dunia ini
terjadi karena ada penyebabnya. Tuhan diyakini sebagai sebab yang pertama.
Kelemahan argumentasi ini adalah bahwa bila segala sesuatu ada sebabnya, maka
tentunya Tuhan juga ada sebabnya.

b. Argumentasi Teologis ;
Di dalam alam semesta terdapat suatu keteraturan. Planet tidak bertabrakan,
dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa pasti ada sesuatu yang mengatur
keberadaannya, Tuhan diyakini sebagai pengatur alam semesta ini. Kelemahan
argumentasi ini adalah :
 Masih belum dapat dibuktikan bahwa Tuhanlah yang mengaturnya.
 Bagaimana terhadap kejahatan yang terjadi dalam dunia ini, yang
menimbulkan kekacauan ?

c. Argumentasi Ontologis ;
Di dalam diri setiap orang terdapat kesadaran tentang Allah, karena itu Allah
pasti ada. Kelemahan argumentasi ini adalah : Apa yang dipikirkan manusia belum
tentu ada. Contoh : tokoh Supermen atau Robinhood sang pahlawan yang menjadi
dambaan banyak orang, sebenarnya tidak pernah ada walaupun banyak orang
memikirkan tentang keberadaannya.

d. Argumentasi Moral (Anthropological) ;


Di dalam diri setiap orang terdapat kesadaran moral (tahu membedakan antara
yang baik dan yang jahat. Darimana datangnya kesadaran itu? Tentu dari Tuhan.
Kelemahan argumentasi ini adalah : anggapan tentang norma-norma yang baik dan
jahat tidak selalu sama untuk setiap masyarakat/bangsa.

e. Argumentasi Congruity (Persamaan);


Jikalau kita memiliki anak kunci yang cocok dengan kuncinya, kita memiliki
kunci yang benar. Jika Allah ada, segala sesuatu yang berhubungan dengan
penciptaan, agama, alam dan sejarah manusia telah terjawab. Orang atheis
meninggalkan semua hal ini tanpa keterangan.

f. Berdasarkan Alkitab ;
Alkitab menyatakan dengan sangat jelas bahwa Allah ada. Dalam Kejadian 1 :
1 berkata : “Pada mulanya Allah …..”. selanjutnya dalam Roma 1 : 19-20 : “Karena
apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah
menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu
kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Dan masih
banyak ayat-ayat firman Tuhan dalam Alkitab yang menyatakan keberadaan Allah,
diantaranya Kel. 3:14; Kel. 20:2; Yes. 51:12; Ul. 32:39; Yes. 6:1-8; Yer. 1:4-10; Kis.
26:12-18, Ibr. 11:6 dll. Sesungguhnya Allah tidak memerlukan penjelasan mengenai
keberadaanNya. Allah tidak perlu membuktikan kebenaran Alkitab ataupun mau
berdebat dengan manusia tentang keberadaan-Nya. IA MENSAHKANNYA…. !!!
g. Berdasarkan Pengalaman Pribadi ;
Setiap orang orang Kristen memiliki kesaksian pribadi tentang pengalamannya
dengan Allah. Ini sebenarnya sudah cukup membuktikan bahwa Allah ada dan hidup.
Pengalaman-pengalaman tersebut diantaranya adalah :
1) Allah menjawab doa-doa. Kenyataan bahwa manusia berdoa dan doa-doanya
terjawab, membuktikan bahwa Allah ada.
2) Allah menyelamatkan jiwa orang berdosa. Banyak kesaksian orang yang
diubahkan oleh kuasa Tuhan, orang bertobat dan lahir baru.
3) Allah menyembuhkan orang sakit. Setiap kali terjadi mujizat, membuktikan
bahwa Allah ada dan berkuasa.
4) Manusia suka bersekutu dengan Allah. Orang mengalami kehadiran Allah
dalam peribadatan, jiwanya disegarkan melalui lawatan Roh Kudus.

2. Sifat-Sifat Allah
Memahami sifat-sifat Allah merupakan sesuatu hal yang sangat penting,
karena hal itu akan dapat mempengaruhi pandangan / sikap hidup kita terhadap Allah.
Contoh : Bangsa Israel tidak mau bergerak maju ke Kanaan karena mereka rupanya
memiliki suatu pandangan yang keliru tentang Allah (Ul. 1:26-27). Dengan
mengetahui sifat-sifat Allah, akan menuntun kita sehingga kita mau memuliakan dan
memuji Dia.
Memang sungguh mustahil bagi kita untuk mendefinisikan Allah secara
sempurna. Namun demikian kita dapat mendiskripsikan Allah berdasarkan Alkitab.
Alkitab menjelaskan kepada kita sifat-sifatNya. Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan melalui buku Tiessen, Arrington, Daniel Sampeliling serta Pengajaran
Dasar GBI, sifat-sifat Allah dapat digolongkan dalam tiga kategori, yakni sifat-sifat
non moral, sifat moral, dan sifat dalam kebesaran-Nya.
a. Sifat Non Moral
Sifat-sifat non moral adalah sifat-sifat yang tidak melibatkan hal-hal moral.
Sifat-sifat tersebut, yakni Mahahadir, Mahatahu, Mahakuasa dan Tidak Berubah.
Ketiga sifat Allah yang pertama merupakan kata majemuk yang dalam bahasa Latin
disebut Omni yang berarti “segala-galanya”.

1) Allah adalah Mahahadir (Omnipresent).


Omnipresent berarti bahwa Allah ada dimana-mana pada saat yang
bersamaan. Allah hadir dalam seluruh alam semesta yang Dia ciptakan, namun Allah
tidak pernah bisa dibatasi oleh alam semesta yang Dia ciptakan itu. Ia melebihi segala
ruang, dan tidak terbatas dalam ruang manapun juga. (Mazmur 139:7-12, Yer. 23:24,
Yes. 66:1, Kis. 7:48-49, |Kis. 17:24-28, Roma 10:6-8, dll.).

2) Allah adalah Mahatahu (Omniscient)


Omniscient artinya Allah sempurna dalam pengetahuan; Allah mengetahui
segala sesuatu; pengetahuan Allah tidak pernah terbatas; Allah mengenal diri-Nya
sendiri serta segala ciptaan-Nya secara sempurna sejak kekekalan. Mazmur 139:2,
Amsal 15:3, Ayub 11:7-8, Yes. 40:26-27, Yes. 46:9-10, Mat. 10:29-30, Kis. 15:18, I
Yoh. 3:20.
Lingkup pengetahuan Allah tak terhingga.
a) Allah mengenal diri-Nya sendiri secara sempurna. Tidak ada mahkluk ciptaan
yang mengenal dirinya sendiri secara menyeluruh dan sempurna seperti itu.
b) Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus saling mengenal secara sempurna. Yesus
mengatakan, “………….. tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa,
dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat. 11:27). Paulus
menulis, “………… tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di
dalam diri Allah selain Roh Allah.” (I Kor. 2:11; dan lihat juga Roma
8:27).
c) Allah mengetahui hal-hal yang benar-benar ada. (Maz. 147:4, Mat.
10:29, Maz. 33:11-15, Ams. 5:21, Kel. 3:7, dll). Satu hal yang Allah
tidak tahu, bahwa Allah tidak tahu Allah lain selain Dia sendiri.
d) Allah mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi. Contoh : Allah tahu
sebelumnya bahwa Kehila akan melaporkan tempat tinggal Daud kepada Saul
bila Daud tetap saja mendekam di kawasan tersebut (I Sam. 23:11-12).
e) Allah mengetahui masa depan. Allah telah mengetahui masa depan, sebelum
hal itu terjadi. (Yes. 46:9-10, Daniel 2 dan 7; Mat. 24,25; Kis. 15:18).

3) Allah adalah Mahakuasa (Omnipotient).


Omnipotient berarti Allah sempurna dalam kuasa; Kekuasaan Allah tidak
terbatas; Allah sanggup melakukan segala sesuatu yang mau dilakukan-Nya. Namun
kehendak Allah itu dibatasi oleh watak-Nya, sehingga Ia dapat melakukan segala
sesuatu yang sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Ada hal-hal yang tidak dapat
dilakukan oleh Allah karena bertentangan dengan watak-Nya, misalnya : Allah tidak
mungkin menyenangi kejahatan (Hab. 1:13), menyangkal diri-Nya (II Tim. 2:13),
berdusta (Tit. 1:2; Ibr. 6:18).

4) Allah tidak berubah (Imutable).


Allah tidak berubah artinya, hakikat, sifat-sifat, kesadaran dan kehendak Allah
tidak berubah. Semua perubahan kepada keadaan yang lebih baik atau yang lebih
buruk. Akan tetapi Allah tidak mungkin berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk,
karena Allah sangat sempurna.
Alkitab menyatakan bahwa di dalam Tuhan tidak ada perubahan atau
pertukaran (Yak. 1:17), Watak-Nya tidak berubah (Maz. 102:27-28, Mal. 3:6, Ibrani
1:12), kuasa-Nya tidak berubah (Maz. 33:11, Yes. 46:10), janji-Nya tidak berubah (I
Raja-Raja 8:56, II Kor. 1:20), Kasih dan kemurahan-Nya (Maz. 103:17) atau
keadilan-Nya (Kej. 18:25, Yes. 28:17).
Allah juga bersifat kekal. Kekekalan Allah berhubungan dekat dengan sifat
Allah yang tidak berubah. (Kel. 3:14, Maz. 90:2, Hab. 1:12).

b. Sifat Moral
Sifat-sifat moral adalah sifat-sifat yang mengandung unsur moral dalam
hakikat ilahi. Sifat-sifat tersebut, yakni Kudus, Benar dan Adil, Baik, Kasih, Murah
Hati dan Setia.
1) Allah adalah Kudus
Kekudusan merupakan sifat Allah yang paling utama dari sifat-sifat Allah
yang lain. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menghendaki diri-Nya dikenal sebagai
Allah yang kudus. (Im. 11:44-45; Yos. 24:19; I Sam. 6:20; Mzm. 22:4; Yes. 40:25;
Yeh. 39:7; Hab. 1:12).
Meskipun dalam Perjanjian Baru, kekudusan Allah tidak disebutkan sesering
dalam Perjanjian Lama, namun sifat ini juga dinyatakan (Yoh. 17:11; Ibr. 12:10; I
Pet. 1:15-16; Why. 4:8)
Tiga hal penting yang harus kita pelajari dari Kekudusan Allah yaitu :
a) Allah tidak dapat bersekutu dengan orang berdosa. Ada suatu jurang pemisah
antara Allah yang kudus itu dengan manusia yang berdosa. (Yes. 59:1-2; Hab.
1:13). Itulah sebabnya ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka Allah
mengusir manusia dari Taman Eden.
b) Karena Allah adalah kudus, maka Ia menghendaki umat-Nya yang
menghampiri-Nya juga kudus. Manusia yang telah berdosa dapat kembali
kepada Allah melalui penebusan dan pendamaian dalam Darah Yesus. Apa
yang dituntut oleh kekudusan Allah telah disediakan oleh kasih Allah yang
menyelamatkan. (Roma 5:6-8; Ef. 2:1-9; I Pet. 3:18).
c) Kita harus menghampiri Allah “dengan hormat dan takut”. (Ibr. 12:28).
2) Allah Benar dan Adil
Kebenaran dan keadilan Allah merupakan unsur kekudusan Allah yang
Nampak di dalam cara Allah menghadapi manusia ciptaan-Nya. (II Taw. 12:6; Ezr.
9:15; Neh. 9:33; Yes. 45:21; Dan. 9:14; Yoh. 17:25; II Tim. 4:8; Why. 16:5). Hukum
Taurat, khususnya Dasa Titah, mengungkapkan kehendak dan keadilan Allah. Hukum
itu menuntut ketaatan dan menghukum pelanggaran. Dalam keadilan-Nya, Allah
tidak terpisah dengan pengadilan-Nya dan memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya.

3) Allah itu Baik.


Kebaikan Allah mencakup semua sifat Allah yang sesuai dengan gambaran
kita tentang seseorang yang sempurna. Kebaikan Allah meliputi sifat-sifat seperti
kekudusan-Nya, keadilan-Nya, kebenaran-Nya, kasih-Nya, kemurahan-Nya, belas
kasihan-Nya dan anugerah-Nya.
Kebaikan Allah berkaitan dengan keempat sifat yang disebutkan paling akhir.
a) Kasih Allah. Kasih Allah merupakan kesempurnaan dari tabiat Allah yang
selalu mendorong Allah untuk menyatakan diri-Nya. Alkitab banyak kali
memberi kesaksian bahwa Allah itu kasih. (II Kor. 13:11; I Yoh. 4:8, 16; Yoh.
3:16; Ef. 2:4).
b) Kemurahan Allah. Kemurahan Allah dinyatakan dalam perhatian-Nya
terhadap kesejahteraan mahkluk-mahkluk ciptaan-Nya serta senantiasa
menyediakan apa yang diperlukan oleh mereka sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masing-masing (Ay. 39:3; Mzm. 104:21; 145:15; Mat. 6:26).
Kemurahan Allah berlaku atas semua orang, baik orang yang percaya maupun
orang yang tidak percaya. (Mat. 5:45; band. Kis. 14:17).
c) Belas kasihan Allah. Belas kasihan Allah merupakan kebaikan-Nya yang
dinyatakan kepada orang-orang yang berada di dalam penderitaan atau
kesukaran. Allah disebut sebagai “kaya dengan rahmat” (Ef. 2:4), “Tuhan
maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yak. 5:11), dan memiliki rahmat
yang besar (I Pet. 1:3).
d) Anugerah Allah. Anugerah atau kasih karunia Allah merupakan kebaikan
Allah yang ditunjukkan kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak
menerima kebaikan itu. (Ef. 1:6; Ef. 2:7: I Pet. 5:12).

c. Sifat Dalam Kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya.


Sifat Allah dalam kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya, yakni Allah sebagai Roh,
Allah sebagai Pribadi, Ia adalah Allah yang hidup dan Allah Itu Esa.
1) Allah Sebagai Roh
Allah bukanlah sesuatu yang bersifat fisik. Yesus sendiri bersabda bahwa,
“Allah adalah Roh” (Yoh. 4:24). Roh itu nyata tetapi tidak memiliki tubuh fisik
seperti kita. Gambaran-gambaran dalam Alkitab bahwa Allah seperti mempunyai
tangan, mata, dan sebagainya adalah merupakan bentuk theophani (penampakan diri
Allah yang bersifat sementara, band. Luk. 24:39).
Karena Allah adalah roh, maka Ia tidak terikat pada tempat (Yoh. 4:21, Kis.
17:24). Salah satu sifat Allah yang tak terbatas, hanya memungkinkan jika Ia adalah
Roh adanya. Karena Allah adalah roh, maka Ia harus disembah dalam roh, yang tidak
dibatasi oleh tempat, bentuk atau batasan-batasan yang lain, dan dalam kebenaran
sebagaimana dibedakan dari pengertian-pengertian yang palsu dan pengajaran-
pengajaran yang salah. Doktrin Alkitab tentang Allah sebagai roh sekaligus
merupakan bantahan terhadap praktek-praktek pemujaan berhala / alam (sebagai roh,
maka Allah tidak dapat digambarkan dengan objek-objek yang dapat dilihat secara
fisik).
2) Allah Sebagai Pribadi
Allah tidak kelihatan, tetapi Dia bukanlah uap atau kekuatan yang tidak
berpribadi. Allah adalah Roh yang berpribadi. Sebagai pribadi, maka Allah
mempunyai perasaan, kehendak, kesadaran, dapat memilih ataupun berhubungan
dengan pribadi yang lain (manusia).
Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa Allah adalah suatu pribadi, yakni
Allah mempunyai nama (Yahweh, Elohim, dll), sebagai pribadi Allah berpikir,
merasakan dan melaksanakan aktifitas-Nya sendiri. Pemazmur mengemukakan,
“…… Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya:. (Maz. 115:3). Dia merasa senang,
susah, dan marah ketika melihat umat-Nya. Pemazmur berkata : “Allah adalah Hakim
yang adil dan murka setiap saat”. (Maz. 7:21). Kisah dalam penciptaan manusia
bersaksi tentang kepribadian Allah. Allah menciptakan dalam citra-Nya sendiri. Allah
tanpa kepribadian tidak akan mampu menciptakan manusia.
3) Allah Yang Hidup.
Hidup adalah keberadaan Allah sendiri. Hidup Allah tidaklah berasal dari luar
diri-Nya, melainkan dari dalam diri-Nya sendiri. Yesus berbicara tentang Allah Bapa
yang mempunyai hidup dalam diri-Nya (Yohanes 5:26). Sebelum segala sesuatu ada,
Allah telah ada, Allah telah hidup. Bahkan semua yang telah ada di dalam dunia ini
menjadi memungkinkan untuk hidup karena berasal dari Allah yang hidup. Rasul
Paulus menjelaskan, “…….. yang memberikan hidup kepada segala sesuatu ….”. (I
Tim. 6:13). Tidak ada makhluk yang hidup dari dirinya sendiri, seluruh kehidupan
adalah karena karunia Allah.
Kehidupan fisik diteruskan dari Adam kepada kita. Namun Adam yang
terakhir, yaitu Yesus Kristus, adalah “……. Roh yang menghidupkan….. Dia yang
berasal dari Sorga:. (I Kor. 15:45, 48). Saat kedatangan-Nya yang pertama kali ke
dalam dunia, Kristus mati untuk kita dan kemudian dibangkitkan dari kematian.
Kebangkitan itulah yang membuktikan bahwa Ia hidup, dan kehidupan-Nya adalah
Kekal untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya, kita yang berada di dalam Yesus
Kristus diberikan kehidupan yang kekal itu. “…….. telah mematahkan kuasa maut
dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa:. (2 Tim. 1:10).
4) Allah Itu Esa.
Keesaan Allah adalah suatu kebenaran yang mutlak, yang tidak perlu lagi
dibantah. Dari awal hingga sampai akhirnya. Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada
satu Allah. “Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa !”. (Ul.
67:4). “Akulah Tuhan, allahmu, …… jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”.
(Kel. 20:2, 3). “Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak aka
nada lagi.” (Yes. 43:10).
Perjanjian Baru juga menegaskan hal yang sama. “Engkau percaya, bahwa
hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu
dan mereka gemetar. (Yak. 2:19). “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang
menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”. (I Tim.
2:5).

PENUTUP
Dari penjelasan sebagaimana diuraikan diatas, maka dapatlah disimpulkan
bahwa Roma 11:33 barangkali merupakan ayat ringkasan yang baik untuk
menjelaskan teologi proper : "Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan
dan pengetahuan Allah! Betapa tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tidak
terduga jalan-jalan-Nya!
.
DAFTAR PUSTAKA

Daniel Sampeliling (1995). Doktrin Tentang Allah. Diktat Sekolah Pekerja Kristus.
Pengurus Daerah Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia. Ambon.

Departemen Teologi Gereja Bethel Indonesia. (2011). Pengajaran Dasar Gereja Bethel
Indonesia : Cetakan Kelima. Penerbit Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.
Jakarta.

French L. Arrington. (2015). Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. ANDI.

Henry C. Tiessen. (2020). Teologi Sistematika: Vol. Kesepuluh (Vernon D. Doerksen,


Ed.). Penerbit Gandum Mas.

Hizkia Elfran Mawey, SE, M.Th. (2019). Pribadi Allah. Materi Kuliah STT RMK. Bitung.

Anda mungkin juga menyukai