Oleh:
Kelompok 2 :
Andrianto Dalekes, STh.
Gishela Lumintang, STh.
Fredrik Dandel, ST, STh.
1. Allah Ada
Apakah Allah benar-benar ada? Pertanyaan ini, menjadi suatu pertanyaan
yang sangat menggelitik, suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab dengan
mudah, namun seringkali menjadi pertanyaan yang selalu berulang dari masa ke
masa, mengingat didapati adanya manusia sebagai ciptaan Allah yang tidak
mempercayai bahwa Allah benar-benar ada. Raja Daud mengatakan bahwa hanya
orang bodoh yang berkata di dalam hatinya, “tidak ada Allah” (Mzm. 14:1).
Golongan yang menyangkal keberadaan Allah disebut sebagai Atheis. Atheis
sebenarnya terbagi atas dua, yaitu atheis teoritis dan atheis praktis. Atheis teoritis
menyangkal keberadaan Allah dengan menggunakan argumentasi-argumentasi
rasional. Sedangkan atheis praktis, menyangkal keberadaan Allah di dalam praktek
hidup mereka. Umumnya mereka hidup seolah-olah tidak ada Allah. (band. Maz.
10:4; 14:1; Ef. 2:12).
Sebagai tameng terhadap serangan dari pihak atheis ini, maka ada pihak yang
mau membuktikan keberadaan dengan menggunakan argumentasi-argumentasi
rasional, diantaranya :
b. Argumentasi Teologis ;
Di dalam alam semesta terdapat suatu keteraturan. Planet tidak bertabrakan,
dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa pasti ada sesuatu yang mengatur
keberadaannya, Tuhan diyakini sebagai pengatur alam semesta ini. Kelemahan
argumentasi ini adalah :
Masih belum dapat dibuktikan bahwa Tuhanlah yang mengaturnya.
Bagaimana terhadap kejahatan yang terjadi dalam dunia ini, yang
menimbulkan kekacauan ?
c. Argumentasi Ontologis ;
Di dalam diri setiap orang terdapat kesadaran tentang Allah, karena itu Allah
pasti ada. Kelemahan argumentasi ini adalah : Apa yang dipikirkan manusia belum
tentu ada. Contoh : tokoh Supermen atau Robinhood sang pahlawan yang menjadi
dambaan banyak orang, sebenarnya tidak pernah ada walaupun banyak orang
memikirkan tentang keberadaannya.
f. Berdasarkan Alkitab ;
Alkitab menyatakan dengan sangat jelas bahwa Allah ada. Dalam Kejadian 1 :
1 berkata : “Pada mulanya Allah …..”. selanjutnya dalam Roma 1 : 19-20 : “Karena
apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah
menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu
kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Dan masih
banyak ayat-ayat firman Tuhan dalam Alkitab yang menyatakan keberadaan Allah,
diantaranya Kel. 3:14; Kel. 20:2; Yes. 51:12; Ul. 32:39; Yes. 6:1-8; Yer. 1:4-10; Kis.
26:12-18, Ibr. 11:6 dll. Sesungguhnya Allah tidak memerlukan penjelasan mengenai
keberadaanNya. Allah tidak perlu membuktikan kebenaran Alkitab ataupun mau
berdebat dengan manusia tentang keberadaan-Nya. IA MENSAHKANNYA…. !!!
g. Berdasarkan Pengalaman Pribadi ;
Setiap orang orang Kristen memiliki kesaksian pribadi tentang pengalamannya
dengan Allah. Ini sebenarnya sudah cukup membuktikan bahwa Allah ada dan hidup.
Pengalaman-pengalaman tersebut diantaranya adalah :
1) Allah menjawab doa-doa. Kenyataan bahwa manusia berdoa dan doa-doanya
terjawab, membuktikan bahwa Allah ada.
2) Allah menyelamatkan jiwa orang berdosa. Banyak kesaksian orang yang
diubahkan oleh kuasa Tuhan, orang bertobat dan lahir baru.
3) Allah menyembuhkan orang sakit. Setiap kali terjadi mujizat, membuktikan
bahwa Allah ada dan berkuasa.
4) Manusia suka bersekutu dengan Allah. Orang mengalami kehadiran Allah
dalam peribadatan, jiwanya disegarkan melalui lawatan Roh Kudus.
2. Sifat-Sifat Allah
Memahami sifat-sifat Allah merupakan sesuatu hal yang sangat penting,
karena hal itu akan dapat mempengaruhi pandangan / sikap hidup kita terhadap Allah.
Contoh : Bangsa Israel tidak mau bergerak maju ke Kanaan karena mereka rupanya
memiliki suatu pandangan yang keliru tentang Allah (Ul. 1:26-27). Dengan
mengetahui sifat-sifat Allah, akan menuntun kita sehingga kita mau memuliakan dan
memuji Dia.
Memang sungguh mustahil bagi kita untuk mendefinisikan Allah secara
sempurna. Namun demikian kita dapat mendiskripsikan Allah berdasarkan Alkitab.
Alkitab menjelaskan kepada kita sifat-sifatNya. Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan melalui buku Tiessen, Arrington, Daniel Sampeliling serta Pengajaran
Dasar GBI, sifat-sifat Allah dapat digolongkan dalam tiga kategori, yakni sifat-sifat
non moral, sifat moral, dan sifat dalam kebesaran-Nya.
a. Sifat Non Moral
Sifat-sifat non moral adalah sifat-sifat yang tidak melibatkan hal-hal moral.
Sifat-sifat tersebut, yakni Mahahadir, Mahatahu, Mahakuasa dan Tidak Berubah.
Ketiga sifat Allah yang pertama merupakan kata majemuk yang dalam bahasa Latin
disebut Omni yang berarti “segala-galanya”.
b. Sifat Moral
Sifat-sifat moral adalah sifat-sifat yang mengandung unsur moral dalam
hakikat ilahi. Sifat-sifat tersebut, yakni Kudus, Benar dan Adil, Baik, Kasih, Murah
Hati dan Setia.
1) Allah adalah Kudus
Kekudusan merupakan sifat Allah yang paling utama dari sifat-sifat Allah
yang lain. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menghendaki diri-Nya dikenal sebagai
Allah yang kudus. (Im. 11:44-45; Yos. 24:19; I Sam. 6:20; Mzm. 22:4; Yes. 40:25;
Yeh. 39:7; Hab. 1:12).
Meskipun dalam Perjanjian Baru, kekudusan Allah tidak disebutkan sesering
dalam Perjanjian Lama, namun sifat ini juga dinyatakan (Yoh. 17:11; Ibr. 12:10; I
Pet. 1:15-16; Why. 4:8)
Tiga hal penting yang harus kita pelajari dari Kekudusan Allah yaitu :
a) Allah tidak dapat bersekutu dengan orang berdosa. Ada suatu jurang pemisah
antara Allah yang kudus itu dengan manusia yang berdosa. (Yes. 59:1-2; Hab.
1:13). Itulah sebabnya ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka Allah
mengusir manusia dari Taman Eden.
b) Karena Allah adalah kudus, maka Ia menghendaki umat-Nya yang
menghampiri-Nya juga kudus. Manusia yang telah berdosa dapat kembali
kepada Allah melalui penebusan dan pendamaian dalam Darah Yesus. Apa
yang dituntut oleh kekudusan Allah telah disediakan oleh kasih Allah yang
menyelamatkan. (Roma 5:6-8; Ef. 2:1-9; I Pet. 3:18).
c) Kita harus menghampiri Allah “dengan hormat dan takut”. (Ibr. 12:28).
2) Allah Benar dan Adil
Kebenaran dan keadilan Allah merupakan unsur kekudusan Allah yang
Nampak di dalam cara Allah menghadapi manusia ciptaan-Nya. (II Taw. 12:6; Ezr.
9:15; Neh. 9:33; Yes. 45:21; Dan. 9:14; Yoh. 17:25; II Tim. 4:8; Why. 16:5). Hukum
Taurat, khususnya Dasa Titah, mengungkapkan kehendak dan keadilan Allah. Hukum
itu menuntut ketaatan dan menghukum pelanggaran. Dalam keadilan-Nya, Allah
tidak terpisah dengan pengadilan-Nya dan memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya.
PENUTUP
Dari penjelasan sebagaimana diuraikan diatas, maka dapatlah disimpulkan
bahwa Roma 11:33 barangkali merupakan ayat ringkasan yang baik untuk
menjelaskan teologi proper : "Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan
dan pengetahuan Allah! Betapa tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tidak
terduga jalan-jalan-Nya!
.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Sampeliling (1995). Doktrin Tentang Allah. Diktat Sekolah Pekerja Kristus.
Pengurus Daerah Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia. Ambon.
Departemen Teologi Gereja Bethel Indonesia. (2011). Pengajaran Dasar Gereja Bethel
Indonesia : Cetakan Kelima. Penerbit Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.
Jakarta.
Hizkia Elfran Mawey, SE, M.Th. (2019). Pribadi Allah. Materi Kuliah STT RMK. Bitung.