Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR SEMESTER

Kemahakuasaan Allah: Sebuah Wujud Kasih dan Cinta


Terhadap Manusia
(Tugas ini dibuat untuk memenuhi nilai ujian mata kuliah “Allah Tritunggal”)

Dosen Pengampu :
Dr. P. C. Edi Laksito

OLEH:
GABRIEL GALLILEO
700119002

INSTITUTUM THEOLOGICUM
IOHANNIS MARIAE VIANNEY SURABAYANUM
2020
Pengantar

Sebagai umat beriman Kristiani kita senantiasa diajak untuk semakin mengerti,
menyelami dan kemudian memahami siapakah Allah bagi hidupku. Sejak dibaptis kita
diangkat menjadi anak-anak Allah, dengan itu kita meyakini dengan penuh iman dan
kepercayaan bahwa Allah adalah Bapa kita. Iman dan kepercayaan tersebut tidak hanya
berhenti pada peristiwa itu saja, melainkan senantiasa kita hidupi dan kita wartakan dalam
kehidupan setiap hari. Pengenalan akan Allah sebagai Bapa kita tidak hanya berhenti pada
tingkatan iman kita semata, melainkan sungguh-sungguh dapat kita pahami dan kita ketahui
dalam kehidupan konkrit setiap hari juga melalui pencarian akal budi kita.
Sebagai anak-anak Allah yang dipersatukan bersama seluruh umat Kristiani melalui
pembaptisan, tentu kita memiliki pengalaman kebersamaan dengan Allah sebagai Bapa kita
yang sangat berbeda satu sama lain. Hal itu kita alami dan kita rasakan dalam setiap
perjumpaan dalam realitas hidup setiap hari, baik relasi kita dengan sesama maupun dengan
Alam semesta bahkan dengan Allah secara tidak langsung di dalam batin kita. Setiap
perjumpaan yang kita alami tersebut menyiratkan suatu makna yang sungguh mendalam bagi
hidup kita, sebab melalui pengalaman-pengalaman tersebut kita semakin mengenal siapakah
Allah yang sekaligus adalah Bapa kita.
Pengenalan kepada Allah yang adalah Bapa kita perlahan-lahan membuat kita semakin
mengerti dan memahami bagaimana sifat-sifat-Nya, sikap-sikap-Nya dan bahkan teladan
hidup seperti apa yang hendak Ia bagikan kepada kita anak-anak-Nya. Melalui hal tersebut,
baik secara langsung atau tidak kita alami, secara sadar atau tidak kita rasakan, Allah telah
meyatakan diri-Nya kepada kita, menunjukkan bagaimana sifat, sikap maupun keteladanan
hidup sebagai seorang Kristiani. Sebagai seorang anak tentu kita diajak untuk pertama-tama
mensyukuri rahmat kasih yang telah Ia curahkan kepada kita sebagai seorang Bapa yang baik
hati, serta berusaha meneladan hidup-Nya untuk menjadi seorang Kristiani yang sejati dan
penuh semangat mewartakan kabar kasih dan kebaikan Allah yang adalah Bapa yang baik
hati.
Melalui berbagai macam pengenalan akan sifat-sifat Allah, penulis hendak menyelami
lebih dalam terkait dengan sifat Allah yang adalah Bapa “Yang Mahakuasa”. Oleh karena itu
melalui pengenalan tersebut, penulis hendak menunjukkan sifat kemahakuasaan Allah
sebagai Bapa. Dengan demikian penghayatan iman kita sebagai anak-anak Allah tidak
berhenti hanya pada dimensi spiritual saja, melainkan semakin mengerti dan memahami
bagaimana Allah yang adalah Bapa kita sungguh menyatakan kasih dan kuasa-Nya dalam
kehidupan konkrit yang kita alami setiap hari.
1
Allah : Bapa yang Mahakuasa

Allah sebagai Bapa yang Mahakuasa di atas segala sesuatu memberikan suatu
penekanan yang cukup mendalam bagi penghayatan iman kita akan Allah. Sebagai “Bapa”,
Allah mengemban tugas dan tanggungjawab yang besar layaknya seorang bapak
memberikan seluruh dirinya dengan penuh perhatian terhadap anak-anaknya. Begitu juga
dengan Allah yang secara total memberikan diri secara tulus untuk menuntun, menyertai
serta mengerti apa yang menjadi kebutuhan kita. Seperti yang diungkapakan dalam Injil
Matius;

“Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga
tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Mat. 6:32)

Hal ini menunjukkan bagaimana peran serta seorang ‘Bapa’ dalam memenuhi segala sesuatu
yang menjadi kebutuhan kita anak-anak-Nya. Itu semua menjadi bukti sebuah perhatian
yang begitu besar dari Allah sebagai Bapa bagi kita semua anak-Nya. Kemahakuasaan Allah
sebagai Bapa kita tidak hanya terbatas bagi umat Kristiani semata, melainkan melingkupi
seluruh dunia yang menjadi bagian dari karya ciptaan-Nya. Kasih dan kuasa Allah
dinyatakan kepada semua orang, sebab Allah sungguh berkenan dan menyanggupinya.
Lebih daripada itu, karena Allah adalah Mahakuasa dan kuasa-Nya melampaui segala
sesuatu bahkan ciptaan-Nya sendiri. Dengan demikian ke-Mahakuasaan Allah semakin
nyata dirasakan oleh semua dan mereka yang merasakan dan yang mendengar bahkan
mengerti pewartaan ini menyadari kemudian mempercayai bahwa Allah adalah Bapa yang
Mahakuasa. Hal ini selaras dengan apa yang tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik
(KGK) yang mengatakan bahwa;

“Engkau Berbelaskasihan kepada Semua Orang, karena Engkau Sanggup Melakukan Segala
Sesuatu.”1

Di dalam tradisi Yahudi, bangsa Israel sesungguhnya telah mengenal Tuhan sebagai
Bapa yang kemudian dimengerti secara lebih nyata dalam diri Kristus. Dalam Perjanjian
Lama, pemahaman Allah sebagai Bapa terarah kepada Sang Pencipta dunia sebagai suatu
tanda perjanjian antara Allah dengan umat-Nya2, sebagai Bapa kaum Israel3, Bapa kaum
1
P. Herman Embuiru, Katekismus Gereja Katolik, terjemahan berdasarkan edisi Jerman, Nusa Indah,
Flores:2007, hlm.74
2
Lih. Kel. 4:22 “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-
Ku, anak-Ku yang sulung; ”
3
Lih. 2Sam. 7:14 “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan
kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang
diberikan anak-anak manusia. ”
2
miskin dan janda.4 Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan jati diri Allah sebagai Bapa
bukan hanya sebagai Sang Pencipta, tetapi sungguh menjadi Bapa bagi-Nya dalam suatu
hubungan asali.5
Rasul Paulus dalam 1Kor. 8:5-6 berkata:

“Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang
benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah
saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia
kita hidup.”

Melalui perkataan tersebut Rasul Paulus hendak menegaskan bahwa banyaknya


istilah yang muncul terkait dengan Allah Bapa pertama-tama dipahami bukan sebagai gelar
melainkan sebagai suatu ungkapan yang sungguh menunjukkan bahwa Allah adalah Bapa.
Yesus Kristus juga telah menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Bapa yang
Mahakuasa. Hal ini dinyatakan di dalam Injil Yohanes 17:1-3;

“ Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya;
permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah
memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang
kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus. “

Pengenalan diri Allah sebagai Bapa yang Mahakuasa tidak hanya berhenti pada
pengalaman iman atau menjadi sebuah ungkapan syukur atas anugerah kehidupan yang telah
Allah berikan kepada kita umat-Nya. Hal ini sungguh merupakan pengalaman nyata seperti
yang telah dialami oleh bangsa Israel, bahkan terwujud nyata dalam diri Yesus yang adalah
anak Allah dan meyakini secara penuh kekuasaan Allah sebagai Bapa-Nya. Sebagai Bapa
yang Mahakuasa sesungguhnya ingin menekankan suatu dimensi kepribadian dapat kita
rasakan dalam kehidupan konkrit setiap hari dan bukan hanya sebatas pengalaman
transendental yang sulit untuk dipahami. Kemahakuasaan Allah sebagai Bapa di sinilah yang
ditunjukkan kepada semua orang yang adalah anak-anak-Nya melalui seluruh ciptaan-Nya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap umat Kristiani memiliki pengalaman masing-masing
dalam mengenali Allah sebagai Bapa-Nya, tetapi secara umum apa yang ditangkap dan
dipahami oleh semua orang terkait dengan pengenalan akan Allah sebagai Bapa terwujud
secara nyata dalam seluruh ciptaan-Nya.
4
Lih. Mzm. 68:6 “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang
kudus; ”
5
Allah Bapa Yang Mahakuasa¸ dalam https://www.katolisitas.org/allah-bapa-yang-maha-kuasa/, diunduh
pada tanggal 22 Oktober 2020, pk. 18.25 WIB.
3
Hakikat dari Ke-Mahakuasaan Allah

Kemahakuasaan Allah sebagai suatu sifat yang melekat dalam diri Allah bukan
merupakan kesewenang-wenangan yang sangat identik dengan nilai-nilai negatif dan demi
kepentingan diri sendiri. Dalam hal ini yang hendak ditampilkan bukan pertama-tama Allah
yang seolah-olah berkuasa dan bertindak sesuai keinginan-Nya sendiri, tetapi hendak
menampilkan sosok Allah yang sungguh Mahakuasa yang kekuasaan-Nya mengatasi segala
sesuatu, bukan untuk mengintimidasi melainkan membimbing, menaungi dan mengarahkan
pada keselamatan kekal. Dalam diri Allah, kekuasaan, hakikat, kehendak, budi,
kebijaksanaan dan keadilan adalah sama, sehingga dalam perlakuannya itu semua telah ter-
elaborasi di dalam sifat ke-Mahakuasaan Allah yang mengatasi segala seuatu. Oleh karena
itu tidak mungkin ada sesuatu di dalam ke-Mahakuasaan Allah yang tidak terwujud dalam
kehendak-Nya, keadilan-Nya dan pikiran-Nya yang bijaksana.6 (Tomas Aquinas, s.th. 1, 25,
5,ad 1)
Pengenalan dri akan ke-Mahakuasaan Allah di dalam Perjanjian Lama dipahami dari
nama Ibrani El Shaddai yang diterjemahkan sebagai "Tuhan, Yang Mahakuasa." Hal ini
berbeda dengan banyak dewa yang diyakini oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel, sebab
Tuhan dikenal sebagai Tuhan Yang Mahakuasa dan memerintah atas segala sesuatu. Di
dalam kitab Kejadian 17: 1 dimana Tuhan berbicara dengan Abraham dikatakan;

“Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada
Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan
tidak bercela.”

Tuhan menyebut diri-Nya sebagai Tuhan Yang Mahakuasa, hal ini hendak
menunjukkan bagaimana kuasa Tuhan bekerja bagi umat-Nya. Dalam kitab-kitab lain juga
dijumpai bahwa Tuhan adalah sungguh Mahakuasa, seperti dalam kitab Kejadian kita
menemukan bahwa Yakub meminta belas kasihan untuk anak-anaknya, "Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa menganugerahimu belas kasihan di hadapan orang itu, dan semoga dia
mengirim kembali saudara laki-lakimu yang lain dan Benyamin." (Kej. 43:14) Dalam kitab
Keluaran Tuhan berkata kepada Musa, "Akulah TUHAN. Aku menampakkan diri kepada
Abraham, Ishak, dan kepada Yakub, sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi dengan
namaku TUHAN aku tidak membuat diriku dikenal oleh mereka." (Kel. 6: 2-3) Berdasarkan

6
P. Herman Embuiru, Katekismus Gereja Katolik, terjemahan berdasarkan edisi Jerman, Nusa Indah,
Flores:2007, hlm.74-75
4
perikop-perikop tersebut, menjadi jelaslah bahwa Tuhan itu Mahakuasa dalam pengartian
bahwa kekuasaan-Nya mengatasi segala seuatu juga mengatasi ruang dan waktu.7

Pertalian antara Sifat Allah sebagai “Bapa” dengan Kekuasaan-Nya

Hubungan antara ke-Bapaan-Nya dan kekuasaan-Nya sangat berkaitan satu sama lain.
hal ini semakin jelas ditunjukkan lewat kuasa-Nya sebagai Bapa yang penuh kasih dan cinta
dengan memelihara kita semua anak-anak-Nya. Sifat Allah sebagai Bapa yang secara total
memberikan diri bagi kita anak-anak-Nya di dalam suatu pemeliharaan hidup menjadi satu
bagian di dalam kuasa-Nya yang sangat besar dan tak terhitung banyaknya. Mengenali sifat
ke-Bapaan Allah berarti menyadari sekaligus meyakini di dalam iman akan kuasa-Nya yang
besar.
Dalam kenyataannya kekuasaan Allah dapat dipahami dalam dua hal, yakni aktif dan
pasif. Secara aktif kita dapat memahami bahwa kuasa-Nya berada pada tingkatan tertinggi
oleh karena kenyataan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, sedangkan secara pasif
dipahami sebagai suatu yang tidak ada sama sekali di dalam Tuhan. Kita mengetahui bahwa
tindakan Tuhan mengatasi segala sesuatu dan tidak ada kesalahan dalam diri-Nya, segala
sesuatu sempurna adanya. Oleh karena itu segala seuatu yang dikerjakan oleh Allah
merupakan bagian dari kekuasaan-Nya yang tak terbatas sebagai suatu kekuasaan ilahi.
Demikian juga dengan sifat ke-Bapaan-Nya yang juga melekat dalam diri-Nya, di mana
sebagai Bapa Allah sungguh memelihara, menaungi, menjaga serta menuntun seluruh
ciptaan-Nya kepada keselamatan.8

Perwujudan Konkrit dari Kekuasaan Allah

Kekuasaan Allah yang sungguh agung dan mulia bukan menjadi suatu penalaran
abstraksi atau sebagai suatu pengandaian transendental yang semata-mata hanya dapat
dipahami melalui iman. Sifat Allah yang Mahakuasa sungguh dapat dirasakan, dimengerti
dan dipahami secara nyata dalam realitas hidup setiap hari. Segala sesuatu yang kita terima
dari Allah merupakan salah satu bentuk ke-Mahakuasaan Allah yang tercurah atas diri
manusia juga ciptaan-ciptaan-Nya yang lain. Sifat Allah sebagai Bapa yang Mahakuasa juga
terwujud bagaimana Allah senantiasa memelihara hidup kita setiap waktu, menjauhkan diri
kita dari segala marabahaya dan memberikan penghidupan yang cukup bahkan berlimpah.
Pemeliharaan Tuhan kepada kita dapat kita jumpai secara nyata dalam diri sesama yang ada
7
How Is God Almighty?, dalam https://www.compellingtruth.org/Almighty-God.html, diunduh pada tanggal
22 Oktober 2020, pk. 18.27 WIB.
8
The Power Of God, dalam https://www.newadvent.org/summa/1025.htm, diunduh pada tanggal 22 Oktober
2020, pk. 18.27 WIB.
5
di sekitar kita melalui berbagai macam perjumpaan yang saling mengisi satu sama lain. Juga
melalui ciptaan-Nya yang lain Allah menyatakan kuasa-Nya untuk senantiasa mendukung
dan memenuhi segala kebutuhan hidup kita. Melalui cara-cara itulah Allah menyatakan diri-
Nya, menunjukkan kuasa-Nya yang besar, terlebih menunjukkan bahwa diri-Nya adalah
seorang Bapa yang penuh kasih dan cinta terhadap anak-anak-Nya.9
Kekuasaan Allah sebagai Bapa yang penuh kuasa dinyatakan secara penuh di dalam
iman bahwa kita semua oleh rahmat pembaptisan diterima sebagai anak-anakNya dan
memperoleh jaminan keselamatan dan kebahagiaan kekal. Akan tetapi, kuasa Allah juga
tercurah kepada semua orang dan seluruh ciptaan-Nya. Hal ini terwujud melalui perantaraan
kita sebagai anak-anak Allah yang telah lebih dahulu merasakan kasih dan kuasa-Nya untuk
kemudian berani mewartakan kabar sukacita tersebut kepada seluruh dunia, sehingga seluruh
dunia mengetahui bahwa Allah adalah Bapa yang Mahakuasa dan kekuasaan-Nya mengatasi
segala sesuatu. Setiap orang yang merasakan kasih dan kuasa Allah akan memperoleh
kebahagiaan di dalam Allah.10
Sifat Allah sebagai Bapa yang Mahakuasa sangat nyata kita rasakan di dalam
pengalaman iman kita sebagai umat Kristiani. Melalui sakramen pengampunan dosa yang
kita terima dari Gereja melalui perantaraan imam-Nya kita semakin disucikan dan semakin
diarahkan untuk mencapai pengudusan diri, sehingga kelak dapat bersatu di dalam Kerajaan-
Nya. Kuasa pengampunan dosa juga mununjukkan kepada kita betapa kuasa Allah sungguh
tak terselami, mengatasi segala sesuatu dan hanya Allah yang dapat melakukannya. Dalam
hal lain kita juga dapat merasakan kuasa Allah yang begitu besar didalam batin kita, di mana
perjumpaan dengan Allah dapat diupayakan melalui relasi yang sangat intim dengan Allah di
dalam doa-doa kita. Ketenangan batin, kemantaban hati menjadi tanda bagaimana diri kita
sungguh merasakan kasih dan kuasa Allah sebagai Bapa yang Mahakuasa.

9
P. Herman Embuiru, Katekismus Gereja Katolik, terjemahan berdasarkan edisi Jerman, Nusa Indah,
Flores:2007, hlm.74.
10
Ibid,.
6

Anda mungkin juga menyukai