Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PERENCANAAN KEGIATAN

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH

KELURAHAN SITEJO, MEDAN AMPLAS, MEDAN

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Project Ilmu Alamiah Dasar)

Dosen Pengampu: Dr. Masdiana Sinambela, M. Si.

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7:

Oktavia Stevani Nainggolan (2212411008)


Romauli Hutagaol (2213111049)
Joy Firaus Hamonagan Silalahi (2212411015)
Indah Rosa Damanik (2213111060)

PROGRAM STUDI S1 PENDIIDKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal ini. Tidak lupa kami ucapkan
kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar ibu Dr. Masdiana Sinambela, M. Si
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Semoga dengan terwujudnya proposal ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.

Medan, 24 November 20222

Kelompok 7
A. LATAR BELAKANG
Sampah masih menjadi masalah yang meresahkan dan belum teratasi di
Indonesia. Manusia dalam aktivitasnya hanya memanfaatkan sumber daya alam yang
berasal dari lingkungan dan mengembalikan sisa hasil aktivitas (sampah) kembali lagi
organik. Sampah dihasilkan oleh semua aktivitas manusia, baik dari proses industri, rumah
sakit, pariwisata-perhotelan, dan juga dari rumah tangga yang merupakan pemasok sampah
terbesar di daerah pemukiman. Berdasarkan data-data BPS pada tahun 2000 bahwa dari
384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235, 87 ton setiap hari, penanganan
sampah yang diangkut organik dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir adalah
sebesar 4,2 persen, yang dibakar 37,6 persen, yang dibuang ke sungai 4,9 persen, dan tidak
tertangani sebesar 53,3 persen (Walhi, 2004).

Sampah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki dan
bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan yang tidak mudah membusuk.
Sampah yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sisa sayuran,
sisa daging, daun, dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak membusuk dapat berupa
plastik, karet, logam, kertas, abu, ataupun bahan bahan bangunan bekas, dan lain-lain
(Slamet, 2004).

Upaya pemerintah dalam menangani dan mengelola sampah rumah tangga,


dilakukan antara lain dengan menyediakan berbagai tempat pembuangan sampah
(sementara) dan mencari serta menetapkan lokasi tempat pembuangan sampah akhir
(TPA). Namun pada kenyataannya pengelolaan sampah masih merupakan permasalahan
yang belum dapat terselesaikan dengan baik.

Pengelolaan sampah dalam skala kecil terutama oleh masyarakat umumnya


dilakukan dengan pembakaran, sedangkan dalam skala besar dilakukan dengan
menetapkan berbagai tempat pembuangan sampah baik sementara (TPS) maupun akhir
(TPA). Pengelolaan sampah dengan pembakaran dapat menimbulkan efek lanjutan bagi
manusia karena terjadinya pencemaran udara dari asap dan bau. Sedangkan dengan sistem
tempat pembuangan sampah memerlukan suatu lokasi terutama untuk TPA secara terus
menerus. Penentuan dan perpindahan lokasi TPA ini seringkali menimbulkan masalah
dengan masyarakat sekitar karena masyarakat tidak dapat menerima bahwa lingkungannya
menjadi tercemar oleh sampah dan efek lanjutannya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah diharapkan:
a. Mampu memahami informasi tentang pengelolaan sampah.
b. Masyarakat mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.
C. MANFAAT
1. Mencegah timbulnya bibit penyakit
2. Menjadikan lingkungan bersih dan nyaman
3. Menghasilkan sesuatu yang bernilai jual
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAN
Hari : Minggu
Tanggal : 4 Desember
Waktu : 09.00 s.d selesai
Tempat : Kelurahan Sitirejo, Medan Amplas, Medan.
E. SASARAN PROGRAM
Sasaran diadakannya kegiatan ini adalah Warga Kelurahan Sitirejo, Medan Amplas,
Medan.

F. METODE / RENCANA STRATEGI PROGRAM


Pelatihan yang diselenggarakan merupakan proses belajar dan berpikir aktif
tentang mengkreasikan sampah rumah tangga baik itu sampah organik atau anorganik.
Pelatihan diberikan untuk Warga Kelurahan Sitirejo dengan beberapa sesi. Program
pelatihan ini menerapkan beberapa metode pelatihan, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Ceramah, dengan menyampaikan materi tetnang dasar-dasar kerajinan sampah dan


jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan.

2. Demonstrasi pembuatan kerajinan dari sampah anorganik rumah tangga dan


pengomposan

3. Workshop, pemberian contoh langsung dan praktek oleh Warga mengolah sampah
organik dan anorganik.

G. METODE PEMBELAJARAN
1. LCD proyektor
2. Laptop
3. Speaker aktif
4. Sampah organik dan anorgnik
5. Peralatan pengelolaan sampah
H. SUSUNAN ACARA
Terlampir
I. MATERI
Terlampir
J. PENUTUP

Demikian proposal ini kami susun, kami berharap kegiatan ini berjalan dengan lancar tanpa
hambatan suatu apapun. Kegiatan ini tidak bisa berjalan tanpa partisipasi dan dukungan
dari semua pihak. Untuk itu kami berharap dengan demi suksesnya kegiatan tersebut
proposal ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk jalannya kegiatan tersebut dan atas
dukungan dan partisipasi petugas kesehatan, pemerintah desa dan masyarakat RW 12 Kel
Banguntapan Kec Banguntapan Bantul kami ucapkan terima kasih.
LAMPIRAN 1

PERENCANAAN STRUKTUR KEPANITIAAN

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH

NO. WAKTU KEGIATAN

4 Desember
10 menit Orientasi :
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
• Mengingatkan kontrak
• Menjelaskan maksud dan
tujuan

• Menanyakan kesediaan
1 3 jam Kerja

Menyampaikan materi

40 menit • Membuka sesi pertanyaan


• Menjawab pertanyaan

10 menit Penutup
• Menyimpulkan hasil kegiatan
mengajaran

• Menutup dan mengucapkan salam


2 24 Juli 2017
10 menit Orientasi :
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
• Mengingatkan kontrak
• Menjelaskan maksud dan
tujuan

• Menanyakan kesediaan
5 jam 40 menit Kerja
• Menyampaikan materi
• Melakukan demonstrasi

10 menit Penutup
• Menyimpulkan hasil kegiatan
mengajaran

• Menutup dan mengucapkan salam

30 Juli 2017
10 menit Orientasi :
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
• Mengingatkan kontrak
• Menjelaskan maksud dan
tujuan

• Menanyakan kesediaan
3 3 jam 40 menit Kerja
• Simulasi pelaksanaan bank sampah

• Penimbangan sampah, pencatatan di


buku

10 menit Penutup
• Menyimpulkan hasil kegiatan
• Menutup dan mengucapkan salam

LAMPIRAN 1

RINGKASAN MATERI

PENGELOLAAN SAMPAH

Secara umum orang beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu barang atau benda yang
sudah tidak berguna bagi dirinya. Sampah merupakan sesuatu yang kotor, bau, jelek; tidak
berguna lagi sehingga secepatnya harus disingkirkan dan dibuang. Persepsi tentang sampah
sebagai sesuatu yang tidak berguna, diperkuat oleh pernyataan “buanglah sampah pada
tempatnya” yang mengisaratkan bahwa sampah memang harus dibuang; tidak diajurkan untuk
dimanfaatkan.

Sudah menjadi kebiasaan bagi manusia (masyarakat) untuk membuang sampah; apalagi
anggota masyarakat telah dibebani untuk membayar retribusi, sehingga dianggap bahwa
sampah adalah urusan pemerintah. Bahkan perilaku membuang sampah menjadi tidak
terkontrol; masih banyak anggota masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan,
tidak pada tempat yang telah disediakan.

Tumpukan sampah di pinggir jalan, merupakan pemandangan yang sudah biasa.


Sampah berserakan di jalan-jalan, di kendaraan umum atau fasilitas-fasilitas umum lainnya
merupakan suatu bukti bahwa kesadaran kita (masyarakat) tentang lingkungan yang bersih
masih sangat rendah. Masyarakat yang sadar akan kesehatanpun, atau masyarakat yang
mengerti bahwa sampah merupakan sumber pencemar dan sumber penyakit; seolah tidak
peduli. Setiap orang merasa bahwa kalau hanya dirinya yang peduli, dan kalau hanya dirinya
saja yang membuang sampah pada tempatnya; tidak akan ada gunanya. Sebagian besar orang
berfikiran seperti itu, sehingga sangat jarang yang terlihat peduli.

Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai golongan; dan pengklasifikasian
sampah dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan, yaitu :

A. Berdasarkan jenis
1. Sampah organik: Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa
organik, dan berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, daun, kayu, dll.), hewan
(bangkai, kotoran, bagian tubuh seperti tulang, dll.). Sampah ini bersifat dapat terurai
(degradable) sehingga dalam waktu tertentu akan berubah bentuk dan dapat menyatu
kembali dengan alam
2. Sampah an-organik: Sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa an-
organik, dan berasal dari sisa industri, seperti plastik, botol / kaca, kaleng, logam, dll..
Sampah an-organik umumnya bersifat sukar terurai / sukar lapuk dan tidak lapuk (non-
degradable) sehingga akan selalu dalam bentuk aslinya di alam.

B. Berdasarkan tingkat kelapukan


1. Sampah lapuk (garbage): Sampah yang merupakan bahan-bahan organik; seperti
sayuran, buah, makanan. Pelapukan jenis sampah ini dapat terjadi dalam waktu
tertentu, sehingga akan berubah bentuk dan dapat menyatu kembali dengan alam.

2. Sampah susah lapuk dan tidak lapuk (rubbish) : Sampah yang merupakan bahan
organik maupun an-organik; seperti; kertas dan kayu (susah lapuk; pelapukan dapat
terjadi tetapi dalam waktu yang lama, namun dapat dibakar); kaleng, kawat, kaca, mika
(tidak lapuk dan tidak dapat dibakar), serta plastik (tidak lapuk tetapi dapat dibakar).

C. Berdasarkan bentuk
1. Padat: Sampah padat dapat berupa makhluk hidup (tumbuhan, hewan) yang merupakan
sampah organik, dan benda-benda tak hidup (besi, kaleng, plastik, dll.). Komposisi
sampah padat sebagian besar merupakan sampah organik yang berasal dari berbagai
sumber. Di Jakarta misalnya, sampah padat dapat melebihi 70 % berupa sampah
organik.

2. Sampah cair: Sampah cair dapat bersumber dari pabrik / industri, pertanian / perikanan
/ peternakan / manusia, dan limbah rumah tangga.

3. Gas: Sampah dalam bentuk gas dapat bersumber dari pabrik / industri, alat transportasi,
rumah tangga, pembakaran, dan efek lanjutan terurainya sampah padat dan cair.

D. Berdasarkan sumber
1. Rumah tangga: Sampah rumah tangga dapat bersumber dari kamar mandi dan dapur
perumahan, rumah makan, dll. berupa limbah yang merupakan cairan bekas mencuci
dan membersihkan sesuatu bahan keperluan sehari-hari.
2. Industri: Sampah industri dapat bersumber dari pabrik, hotel, labratorium, rumah sakit,
dll. berupa limbah yang dibuang yang mengandung berbagai macam bahan bahan
kimia.

3. Pertanian: Sampah pertanian bersumber kawasan pertanian berupa sisa-sisa insektisida


dan pupuk, sisa-sisa produk pertanian (sisa sayuran, potongan daun / batang / akar,
buah) atau sisa-sisa bekas penanaman.
Sampah Sebagai Bahan Pencemar Lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan ketidak
seimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan
menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di
sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu banjir;
maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain menyebabkan
pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.

A. Pencemaran udara
Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya mengeluarkan gas seperti
methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas
ini merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena
mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu,
dan menyebabkan hujan asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain
berbau tidak sedap / bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan manusia.

Sampah yang dibuang di TPA pun masih tetap berisiko; karena bila TPA ditutup
atau ditimbun terutama dengan bangunan akan mengakibatkan gas methan tidak dapat
keluar ke udara. Gas methan yang terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak
sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di sebuah TPA di
Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian.

B. Pencemaran air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air hujan merupakan
sumber timbulnya pencemaran air, baik air permukaan maupun air tanah. Akibatnya,
berbagai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah
pemukiman telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat
kesehatan manusia / penduduk. Pencemaran air tidak hanya akibat proses pencucian
sampah padat, tetapi pencemar terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih
mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang
tercemar tidak hanya air permukaan saja, tetapi juga air tanah; sehingga sangat
mengganggu dan berbahaya bagi manusia.

C. Penyebab banjir
Fisik sampah (sampah padat), baik yang masih segar maupun yang sudah
membusuk; yang terbawa masuk ke got / selokan dan sungai akan menghambat aliran air
dan memperdangkal sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan
berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap menyebabkan banjir. Banjir
tentunya akan mengakibatkan kerugian secara fisik dan mengancam kehidupan manusia
(hanyut / tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat lanjutan dari banjir
yang selalu membawa penyakit.

Sampah Sebagai Sumber Penyakit


Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung.
Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan
patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vektor (pembawa
penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk; maupun kaleng,
botol, plastik; merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat
muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, malaria,
kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakitpenyakit ini merupakan ancaman bagi
manusia, yang dapat menimbulkan kematian.

Sampah Sebagai Bahan Baku


Persepsi manusia terhadap sampah harus berubah; bahwa sampah tidaklah merupakan
suatu barang yang harus dibuang tetapi dapat dimanfaatkan. Sampah nonorganik; seperti
plastik, kertas / kardus, kaleng, besi / logam telah banyak dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Sebagian anggota masyarakat telah memanfaatkannya sebagai mata pencaharian dengan
mengumpulkannya, baik yang terserak di jalan, di tempat-tempat sampah maupun di TPA. Akan
tetapi masalah sampah tetap belum terpecahkan karena sampah umumnya merupakan sampah
organik; padahal justru jenis sampah inilah yang paling rawan dalam menimbulkan penyakit
bagi manusia.

Sampah organik, yang merupakan sisa-sisa rumahtangga dan pasar / pertanian, seperti
sayur dan buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos),
makanan ternak dan ikan (bokashi) ataupun bahan baku pembuatan batako. Namun demikian,
dalam pembuatan bokashi, bahan-bahan yang digunakan dan hasil yang diperoleh, tetap harus
dikontrol untuk menghindari adanya bahan yang beracun bagi ternak. Bila masyarakat
menjadikan sampah sebagai bahan baku, maka sampah tidak lagi dibuang tetapi dikumpulkan
dan diolah. Pemanfaatan sampah tidak hanya akan berdampak positif terhadap terpeliharanya
estetika dan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia; tetapi juga dapat menjadi sumber
perekonomian bagi masyarakat.

Pengelolaan Sampah
A. Konsep Minimasi Limbah
Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, khususnya limbah padat, ada 2 (dua)
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat adanya limbah, yaitu:

1. Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan dihasilkan
limbah yang seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin.

2. Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah tersebut
terbentuk

Pendekatan proakatif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970-
an dalam dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau teknologi bersih yang
bersasaran pada pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui penggunaan
teknologi yang lebih bersih dan yang akrab lingkungan.

Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep
dengan upaya pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk, dikenal sebagai
pendekatan end-of-pipe. Konsep ini mengandalkan pada teknologi pengolahan dan
pengurugan limbah, agar emisi dan residu yang dihasilkan aman dilepas kembali ke
lingkungan. Konsep pengendalian limbah secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki
melalui kegiatan pemanfaatan kembali residu atau limbah secara langsung (reuse),
dan/atau melalui sebuah proses terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle)
terhadap limbah tersebut.

Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih tersebut dikembangkan menjadi


konsep hierarhi urutan prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu :

1. Langkah 1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan


sesedikit mungkin

2. Langkah 2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan


memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
3. Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi

4. Langkah 4 Treatment (olah): residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat
dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar
dapat secara aman dilepas ke lingkungan
5. Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke
lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti
menyingkirkan pada sebuah lahan-urug (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara
baik

6. Langkah 6 Remediasi: media lingkungan (khusunya media air dan tanah) yang sudah
tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau
diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti bioremediasi dan sebagainya.

Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan lebih spesifik dalam pengelolaan
sampah, dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai
pendekatan 3R.

B. Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah


Berdasarkan UU-tentang Recycling Wadah dan Pengemas, maka yang diatur untuk
didaur-ulang adalah:

1. Gelas/botol (tidak berwarna, coklat dan hijau)


2. Botol PET (untuk minuman beralkohol dan non alkohol, serta botol saus kedele)
3. Wadah dan pembungkus dari kertas
4. Wadah dan pembungkus dari plastik
Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia khususnya
pada masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum barang yang kita
gunakan menjadi sampah, melalui penggunaan bahan berulang-ulang, seperti penggunaan
kantong plastik yang secara ’manja’ disediakan secara berlimpah bila kita berbelanja di
toko. Membawa kantong sendiri adalah salah satu upaya yang sangat dianjurkan agar
timbulan sampah dapat dikurangi. Di Jepang, terdapat seni membuat kantong dari kain
biasa untuk membawa barang keperluan sehari-hari termasuk barang yang dibeli dari toko
atau pasar, yaitu Furoshiki. Kain tersebut sebelum digunakan, biasanya dilipat secara rapi,
dan disimpan dalam tas tangan yang digunakan sehari-hari. Jepang termasuk negara
dengan kebijakan Pemerintahnya yang sangat mendorong upaya 3R, termasuk upaya
pembatasan limbah, bukan saja terhadap penghasil sampah rumah tangga, juga terhadap
kegiatan industri dan pengusaha lainnya.

C. Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang (Recycle) Sampah


Daur-ulang limbah pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Di Indonesiapun,
khususnya di daerah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur ulang limbah, khususnya
limbah yang bersifat hayati, seperti sisa makanan, daun-daunan dsb. Dalam pengelolaan
persampahan di Indonesia, upaya daurulang memang cukup menonjol, walaupun
umumnya baru melibatkan sektor informal, seperti pedagang sampah (tukang loak), tukang
servis alat-alat elektronika, petugas sampah, pemulung, bandar/lapak dsb.

Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan
teknologi, di antaranya penanganan pendahuluan. Penanganan pendahuluan umumnya
dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur-ulang yang lebih baik dan
memudahkan penanganan yang akan dilakukan. Penanganan pendahuluan yang umum
dilakukan saat ini adalah pengelompokan limbah sesuai jenisnya, pengurangan volume dan
pengurangan ukuran. Usaha penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan dan mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya
daurulang. Dalam pengelolaan sampah, upaya daur-ulang akan berhasil baik bila dilakukan
pemilahan dan pemisahan komponen sampah mulai dari sumber sampai ke proses
akhirnya.

D. CARA PENGELOLAAN SAMPAH


1. Cara membuat pupuk kompos
2. Membuat keranjang anyam dari sedotan

3. Membuat pot tanaman dari botol bekas


4. Membuat tas dari plastik
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. Padmi,Tri. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung : Institut Teknologi
Bandung

Ratih, Rina Sri Sudaryani. Masduki, Anang. 2017. Seminar Nasonal Hasil Pengabdian
Membangun Desa untuk Indonesia Berkemajuan. Yogyakarta : UAD Press

SL, Imran Tobing. 2005. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Manusia.
Jakarta : Universitas Nasional dan Dikmenti DKI

Anda mungkin juga menyukai