Anda di halaman 1dari 18

31 Oktober 2022

PENYULUHAN

“PILAH SAMPAH”

Oleh :

TIM PROMKES HALMAHERA

UPTD PUSKESMAS HALMAHERA

2022
SATUAN ACARA PENGAJARAN
PUSKESMAS HALMAHERA

POKOK PEMBAHASAN : Pemilahan Sampah

SASARAN : Pengunjung Puskesmas Halmahera

TEMPAT : Ruang Tunggu Puskesmas Halmahera

HARI / TANGGAL : Senin, 31 Oktober 2022

WAKTU : Pukul 08.00 WIB – selesai

PELAKSANA : Fadithya Rizki Nasafly (Dokter Muda) dan Tim

Promkes Puskesmas Halmahera

I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan seluruh peserta
penyuluhan dapat memahami dan menerapkan pemilahan dan pengelolaan sampah.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan seluruh peserta dapat:
1. Menjelaskan kembali pengertian sampah
2. Menjelaskan jenis jenis sampah
3. Menjelaskan jenis jenis tempat sampah
4. Menjelaskan dampak dari keberadaan sampah
5. Menjelaskan cara melakukan 3R
6. Menjelaskan tentang cara dan manfaat pemilahan dan pengolahan sampah
III. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO TAHAP KEGIATAN MEDIA
1. Pendahuluan 1. Memberi salam PPT, leaflet
(3 menit) 2. Mempekenalkan diri
3. Mengkaji pengetahuan seluruh
audiens tentang pengertian
sampah
2. Pemberian materi 1.Menjelaskan tentang: PPT, leaflet
(30 menit) a.
b.
c.
d.
e.
f.
pengolahan sampah
2. Diskusi dengan cara memberikan
kesempatan pada peserta penkes
untuk bertanya.
3. Penutup 1. Menyimpulkan seluruh materi PPT, leaflet
(5 menit) yang telah diberikan
2. Evaluasi dengan tanya jawab.

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V. MEDIA
1. LCD
2. PPT
3. Leaflet

VI. MATERI (terlampir)


1. Pengertian sampah
2. Jenis- jenis sampah
3. Jenis-jenis tempat sampah
4. Dampak dari keberadaan sampah
5. Menjelaskan cara melakukan 3R
6. Menjelaskan tentang cara dan manfaat pemilahan dan pengolahan sampah

VII. SETTING TEMPAT


Keterangan :
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Audiens / Peserta Penkes

VIII. EVALUASI
Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Kontrak waktu kegiatan telah disepakati
b. Kontrak tempat kegiatan telah disepakati
c. Persiapan SAP sudah dikonsulkan dan disetujui
d. Persiapan alat, bahan, media telah disiapkan
2. Evaluasi proses
a. Penyuluh
1) Menyampaikan materi dengan bahasa yang dapat dipahami sasaran
2) Melakukan kegiatan sesuai perencanaan
3) Melakukan tugas dan fungsi sesuai perencanaan
b. Sasaran
1) Mengikuti penyuluhan dari awal s/d akhir
2) Mendengarkan dan aktif bertanya
3) Aktif terlibat diskusi dan demonstrasi
3. Evaluasi hasil
a. 75% sasaran dapat menjelaskan pentingnya memilah sampah pada tempatnya
IX. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N. 2008. Apa yang akan Kau Lakukan Terhadap Sampah?. Bandung:
PT Elisa Surya Dwitama.

Arisona, RD.2018. PENGELOLAAN SAMPAH 3R (REDUCE, REUSE,


RECYCLE) UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN.
Jakarta:Jurnal Pendidikan Islam Volume 3 nomor 1

Darmawan, Guru. 2013. Peran Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan,


Pertamanan, dan Pemakaman (KPP) Pada Dinas Pekerjaan Umum Dalam
Pengelolaan Sampah Di Kota Sangganta kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Samarinda: Ilmu pemerintahan.

Sujarwo, Widyaningsih & Tristanti. 2014. Sampah organik & anorganik.


Sampah organik & anorganik: 7–8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014

Wayan,Gunam.2012. PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI


PUPUK KOMPOS DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DI DESA SIBETAN
KARANGASEM. Bali:Universitas Udayana

WIDYASTUTI, S., Setyo Purwoto & Pungut. 2021. Pemilahan Sampah


dengan Manual Pilah Sampah untuk Mendukung Perkembangan Bank Sampah
Berbek Mandiri di Desa Berbek Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Propinsi
Jawa Timur. Jurnal Penamas Adi Buana.

Wijaya, SA.2019. PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DAN


PUPUK KOMPOS CAIR DARI SAMPAH DI RW IX, KELURAHAN KALIREJO,
KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG.Malang: Jurnal Aplikasi dan
Inovasi Ipteks SOLDITAS
X. LAMPIRAN
A. Dokumentasi kegiatan

B. Daftar hadir (DARI PUSKESMAS)


C. Media Leaflet
MATERI
A. Pengertian Sampah
Sampah menurut WHO (World Health Organization), sampah merupakan
suatu materi yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jumlah
sampah di Indonesia pada tahun 2022 tercatat mencapai 70 juta ton, hal ini
mengalami kenaikan yang sebelumnya 68,5 juta ton pada tahun 2021.

B. Jenis-jenis Sampah
1. Sampah Organik
Sampah organik merupakan sampah yang dihasilkan dari bahan alam yang
mudah terurai dan mudah membusuk. Sampah ini dapat mudah terurai
dengan sendirinya. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik misalnya sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain
kertas, karet dan plastik), kulit buah, dan sayuran. Sampah ini dapat diolah
menjadi pupuk kompos dengan membuat biopori atau menimbun sampah
secara langsung.

2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
alami dan sulit terurai. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh
alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik,
dan kaleng.

3. Sampah B3 ( Barang Berbahaya dan Beracun )


Merupakan jenis sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
bagi alam karena sifat, konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
C. Jenis-Jenis Tempat Sampah
Tempat sampah memiliki beberapa macam warna dalam pembagiannya,
diantaranya:
a. Warna hijau
Warna hijau menjadi wadah untuk membuang sampah organik. Pada tempat
sampah hijau bisa membuang sampah seperti sisa makanan, ranting pohon dan
dedaunan ke dalam tempat sampah. Sampah organik nantinya dapat diolah
kembali menjadi kompos.
b. Warna kuning
Warna kuning menjadi wadah untuk membuang sampah anorganik. Pada tempat
sampah ini bisa membuang sampah seperti botol, kertas, kaleng, dan lainnya.
c. Warna merah
Warna merah digunakan sebagai wadah untuk jenis sampah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pada sampah merah dapat untuk sampah seperti
pecahan kaca, bahan kimia dan berbagai bahan berbahaya lainnya.

D. Dampak Dari Keberadaan Sampah


Lingkungan kotor serta polusi sampah bisa membawa dampak buruk baik itu
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan. Dampak buruk lingkungan kotor
serta polusi sampah terhadap lingkungan sendiri meliputi banyak hal dan salah
satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air dapat terjadi ketika sampah
dibuang ke sungai dan bukannya ke tempat sampah dan ini sering terjadi di
wilayah-wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh tim pembersihan sampah seperti
di daerah terpencil, misalnya. Selain mencemari air sungai, pembuangan limbah
atau sampah juga dapat menghambat proses air tanah dan tentu saja ini merupakan
sebuah kabar buruk mengingat air tanah sangatlah penting bagi manusia.
Selain mencemari sungai dan menghambat proses air tanah, sampah juga dapat
mencemari tanah dan menjadikannya tidak sehat. Sama halnya dengan sampah
yang dibakar di pekarangan rumah mengingat pembakaran sampah, apalagi
sampah anorganik, dapat merusak lingkungan jika dilakukan secara terus
menerus.
Jika semua hal tersebut terjadi di lingkungan kita, sebagai anggota masyarakat
yang baik, tentu kita tidak boleh menyalahkan pemerintah setempat mengingat
kebiasaan warga masyarakat di lingkungan lah yang kemungkinan menjadi
penyebabnya sehingga masyarakat lah pihak pertama yang harus berusaha
mengatasi permasalahan tersebut.

E. Gerakan 3R
Konsep Pengelolaan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Konsep pengelolaan Sampah 3R adalah paradigma baru dalam memberikan
prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan
timbulan sampah, minimalisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat
digunakan lagi, dan barang yang dapat dikomposisi secara biologi (biodegradable)
dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.

Prinsip Reduce

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan


sampah di lingkungan sumber dan bahkan dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara
merubah pola hidup komsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat dan efisisen dan sedikit sampah.
Namun, diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku
tersebut. Perubahan perilaku tersebut dapat diterapkan sejak anak-anak melalui
pendidikan di sekolah. Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin
melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak
kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan
berkaitan dengan program Reduce :

1) Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam


jumlah besar

2) Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lai
3) Gunakan baterai yang dapat di charge kembali

4) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

5) Ubah pola makan (pola makan sehat: mengkonsumsi makanan segar, kurangi
makanan kaleng/instan)

6) Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachetmembeli barang


dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lainlain)

7) Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja

8) Tolak penggunaan kantong plastik

9) Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan

Prinsip Reuse

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melaui proses pengelolaan). Prinsip Reuse dilakukan dengan cara
sebisa mungkin memilih barangbarang yang bisa dipakai kembali. Menghindari
pemakaian barangbarang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menurut Suyoto (2008)
dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan
program Reuse :

1) Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang

2) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)

3) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

4) Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

5) Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah

6) Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan

7) Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas

8) Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem


9) Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain

Prinsip Recycle

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah)
menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain
perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah
botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember,
hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan
kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah dan lain-lain. Prinsip
Recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barangbarang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun
saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Menurut Suyoto (2008) dalam
Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program
Recycle:

1) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

2) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

3) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

F. Menjelaskan tentang cara dan manfaat pemilahan dan pengolahan sampah


Definisi pemilahan sampah itu sendiri adalah suatu proses kegiatan penanganan
sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya
secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan hingga pembuangan melalui pengendalian pengelolaan organisasi
yang berwawasan lingkungan.

Tujuan dari pemilahan sampah itu sendiri adalah: untuk memudahkan


pembuangan dan pengolahan kembai, untuk memisahkan pembuangan sampah
organik, non-organik dan B3 dan untuk membuat sampah menjadi ramah
lingkungan. Manfaat dari melakukan pemilahan sampah itu sendiri adalah agar
sampah kering dan sampah basah tidak tercampur karena jika keduanya tercampur
bisa menjadi sarang bakteri dan menimbulkan bau tak sedap yang membuat
suasana lingkungan menjadi kurang nyaman. Selain itu, juga bermanfaat untuk
mengurangi tumpukan sampah serta mengurangi polusi udara.

Pengelolaan sampah dapat dilakukan berdasarkan masing-masing jenis sampah


yang ada. Berikut merupakan cara pengolaan sampah berdasarkan jenisnya :

 Sampah organik

Dapat diolah menjadi pupuk kompos dengan menggunakan cara biopori


dan menimbun sisa sampah organic secara langsung.

o Biopori

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pembuatan


biopori adalah mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Alat-alat
yag dibutuhkan antara lain alat bor tanah, pipa PVC ukuran 4”
yang dipotong dengan ukuran sekitar 30 cm. Setiap potongan pipa
diberi lubang tiap bagian sisinya, dan tutup pipa diberi lubang pada
bagian atasnya.

Setelah peralatan sudah siap, langkah berikutnya adalah:

1. Penentuan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan


lubang biopori.

2. Setelah menetukan lokasinya dilakukan pengeboran, siramlah


tanah dengan air agar proses pengeboran menjadi lebih mudah.

3. Buatlah lubang dengan ukuran 1 meter / 100 cm dengan


diameter lubang 10 cm.

4. Setelah proses pembuatan lubang selesai, masukkan pipa PVC.

5. Kemudian, setelah pipa pvc terpasang, masukkan sampah -


sampah organik yang berasal dari tanaman.

6. Terakhir, tutup pipa pvc dengan penutup pipa yang sudah


dilubangi bagian atasnya
o Menimbun secara langsung

Sampah organik yang dihasilkan oleh proses pengemasan di


tingkat pengepul tersebut ternyata memiliki potensi yang cukup
tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan
pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah
organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih
tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan
dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan
hari. Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat
digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan
sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme
tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp.,
Actynomycetes sp

 Sampah Anorganik

Sampah anorganik sebelum diolah dapat dipilah dan dibersihkan terlebih


dahulu sesuai dengan jenisnya, seperti jenis sampah gelas , plastic, kertas
maupun botol. Setelah melalui pemilahan baru diolah menjadi barang yang
lebih bermanfaat seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain
lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol/plastik bekas menjadi
biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan
sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali
dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah dan lain-lain. Selain
mengolah menjadi barang yang lebih bermanfaat atau dikenal dengan
recycle dapat juga dilakukan Gerakan 3R lainnya yaitu reuse atau
menggunakan kembali barang yang sudah tidak dipakai seperti memilih
produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang , mengguunakan produk
yang dapat diisi ulang (refill) atau mengurangi penggunaan bahan sekali
pakai.

 Sampah B3 ( Barang Berbahaya dan Beracun )


Bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan setiap bahan yang karena
sifat dan konsentrasi, jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Salah
satu cara pengelolaan awal sampah B3 yaitu dengan cara dimasukkan ke
dalam wadah yang aman dan kedap air kemudian dibawa ke tempat
pembuangan akhir untuk selanjutnya diolah kembali sesuai dengan jenis
nya masing-masing. Beberapa diantaranya yaitu :

1. Metode Pengolahan secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk


menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan
membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan
kadar limbahnya.

Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah


stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah
bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan
pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi
kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum
dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan
bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar
dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi
didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan aditif.

2. Metode Pengolahan secara Fisik

Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan


penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau
screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-
bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu
proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk


mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat
membran yang dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi,
biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama
jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut.Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan
untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan
untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk
menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut
terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat
pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya.
Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil
volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3
yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung
B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk
mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan
yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang
digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan
diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk
memenuhi standar emisi.

3. Metode Pengolahan secara Biologi

Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa


saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-
bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih
murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga
masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu,
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat
membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam
ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai