Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Cabang Ilmu : Keperawatan Komunitas

Topik : Kesehatan Lingkungan

Hari/Tanggal : Rabu, 4 Agustus 2021

Waktu : 10.00 WIB

Tempat :

Sasaran : Masyarakat Rw01 Desa Cukagenteng Kec.Pasir Jambu Kab.Bandung

Metode : Ceramah, Tanya Jawab

Media : PPT, Leaflet

Materi : Kesehatan Lingkungan dalam Bentuk Pengelolaan Sampah di


Masyarakat

Tujuan Umum

Setalah mengikuti penyuluhan ini masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang
gamabaran pengelolaan sampah dalam kehiduapan sehari-hari guna menjadikan
lingkungan menjadi lebih baik dan bersih

Tujuan Khusus

1. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan perilaku masyarakat membunang


sampah sembarangan
2. Apa yang menjadi dampak pembuangan sampah yang dilakukan secara terus
menerus
3. Memahami dan menjelaskan konsep pengelolaan sampah kepada masyarakat
4. Pelaksanaan pengelolaan sampah di masyarakat

Media (terlampir)

- Faktor-faktor penyebab membuang sampah sembarangan


- Dampak negatif dari sampah
- Cara pengelolaan sampah
- Pelaksanaan di masyarakat

Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 10 menit Pembukaan: 1. Menjawab salm
(10.00-10.10) 1. Pemberian salam oleh MC 2. Mendengerkan
2. Pembukaan oleh ketua RW 3. Menyetujui
3. Perkenalan diri (Pemateri) 4. Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan
audience
5. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
2 30 menit Pelaksanaan: 1. Memperhatikan
(10.10- Menjelaskan materi penyuluhan 2. Bertanya
10.40) secara berurutan dan teratur
a. Faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku
masyarakat membuang
sampah sembarangan
b. Dampak pembuangan
sampah yang dilakukan
terus menerus
c. Memahami dan
menjelaskan konsep
pengelolaan sampah
kepada masyarakat
d. Pelaksanaan pengelolaan
sampah dimasyarakat
Memberikan peserta kesempatan
untuk bertanya
3 10 menit Evaluasi: 1. Menjawab
(10.40-10.50) Mengulas kembali materi dalam pertanyaan
bentuk tanya jawab
4 10 menit Penutup: 1. Menjawab
(10.50-11.00) 1. Mengucapkan terimakasi salam
2. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan

Evaluasi Lisan

1. Faktor-faktor penyebab membuang sampah sembarangan


2. Dampak negatif dari sampah
3. Cara pengelolaan sampah
4. Pelaksanaan pengelolaan dimasyarakat
MATERI PENYULUHAN

A. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku masyarakat membuang


sampah sembarangan
1. Meningkatnya daya beli masyarakat

Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan
hasil teknologi serta meningkatnya usaha/ kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi
suatu daerah juga memberian kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas
sampah yang dihasilkan. Perkembangan laju volume timbungan sampah mengalami
peningkatan setiap tahunnya dihasilkan diantaranya sampah pemukiman/perumahan,
sampah pasar, sampah industri dan penyapuan jalan/fasilitas umum.

Penanganan sampah berhubungan dengan perilaku masyarakat yang


memproduksi sampah. menangani sampah mulai dari hulu akan membuat
permasalahan sampah menjadi sederhana. Menyadarkan masyarakat, sebagai
produsen sampah, untuk tidak memproduksi sampah dalam jumlah banyak dan juga
dengan tidak membaung secara sembarangan, akan dapat mengurangi permasalahan
sampah (Sigit Setyo Pramono 2005:4)

2. Kondisi sosial dan budaya

Menjadi faktor yang sangat penting untuk mengetahui kebiasaan perilaku


masyarakat dalam pengelolaan sampah. selain itu, pola konsumtif masyarakat dan
gaya hidup masyarakat juga akan mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan
komposisi sampah yang dimiliki (Sigit Setyo Pramono, 2005;4)

Kebiasaan dan perilaku masyarakat juga terbawa dalam aktivitas membuang


sampah. Sampah yang dibiarkan tercampur dan tidak ada usahan apapun untuk
memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Kondisi sampah yang tercampur
tersebut sangat menyulitkan bagi pemerintah dan pihak yang berkepentingan untuk
memisahkan sampah dan melakukan proses didaur ulang

3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang paling bermanfaat untuk
menentukan status sosial ekonomi dan mempunyai tingkat ketetapan yang cukup
baik, vaiabel ini dapat dicatat dalam kategori luas, tidak berpendidikan,
berpendidikan, sekolah lanjutan, pendidikan yang lebih tinggi dan latihan khusus.
Pada masyarakat yang hanyan mempunyai fasilitas pendidikan sekolah dasar tujuh
tahun memperlihatkan penampilan yang lebih progresif

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang dalam


melakukan pengelolaan sampah (Budioro,1998:67). Dalam teori Lawrence Green
juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam
mengubah dan menguatkan perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari
responden rumah tangga. Karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan
sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran
terhadap kesehatan manusia. Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi yang positif
dengan status gizi, penggunaan pelayanan dan kebersihan perorangan hyangiene di
rumah (Soekidjo Notoatmojo, 2003:115)

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,


seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dalam hal ini pengetahuan tentang pembuangan dan pengelolaan sampah rumah
tangga, dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

Pendidikan akan kesehatan merupakan kebutuhan pokok, yaitu material yang


harus tersedia agar keluarga dapat melaksanakan kehidupan yang dianggap wajar
(Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000:258). Dalam upaya memenuhi kebutuhan
tersebut, sumber daya keluarga merupakan fasilitas yang dapat dipergunakan, baik
berupa material maupun bersifat inmaterial.

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari
dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (diluar diri manusia). Faktor ekonomi
yang tergolong dalam faktor eksternal berpengaruh terhadap status kesehatan
seseorang (Soekidjo Notoatmojo, 2003: 18)
4. Kurangnya peran pemerintah

Kurangnya peran pemerintah dalam proses pengawasan penumpukan sampah


tersebut, hal ini sangatlah diperlukan dalam melindungi lingkungan yang rusak
diakibatkan sampah. Pemerintah perlu melakukan banyak hal baik mengenai
pematasan plastik, sosialisasi dampak buruk sampah, pengelolaan sampah, semua hal
yang akan mengakibatkan penumpukan sampah baik dimulai dari hulu hingga hilir

B. Dampak pembuangan sampah yang dilakukan secara terus menerus


1. Dampak bagi kesehatan

Lokasi dan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Menurut Gelbert dkk (1996) potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut:

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air
m inum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)

3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah

4. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang


meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
2. Dampak sampah terhadap lingkungan
- Pencemaran udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan
sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif
sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain.
Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan
terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan
kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan
gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat
berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui,
terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses
dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal
ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain
yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas alamiah di udara,
mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang merugikan
terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi


pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga
sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada
instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan
populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah
yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA
akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak.
Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan
api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu
daerah sekitarnya.

- Pencemaran air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran
atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi
pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup
potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan
sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di
bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah
akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur
penduduk yang terletak pada elevasi yang lebih rendah.
- Pencemaran tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di
lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan
menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya
sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya
(B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama
sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu
lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia
dan lingkungan sekitarnya.
- Gangguan estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan
pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga
lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan
sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan
tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan
lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari kendaraan
pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran
yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran
sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk
pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA
umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang
kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang
sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak
menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan
lokasi tersebut.
- Kemacetan lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang
biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan
lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama
pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi
gerakan kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama
bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus
kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama
berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.
- Dampak sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya.
Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap menentang/oposisi dari
masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan
terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup
mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan
mengambil langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.
3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan
yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.

- Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan

- Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat


kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)

- Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.

- Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)

C. Memahami dan menjelaskan konsep pengelolaan sapah kepada


masyarakat

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu negara ke negara yang lai
(sesuai budaya yang berkembang), dan hal ini berbeda juga antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, serta berbeda juga antara daerah perumahan
dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
ditangani oleh perusahan pengolah sampah. pengelolaan sampah memiliki tujuan
untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga
untuk mengelolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbed-beda tergantung banyak
hal, diataranya tipe zat sampah, tanah, yang digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area.

1. Pengolahan kembali secara fisik


Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang,
yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang
contohnya kaleng minum alumunium, kaleng baja makanan / minuman, botol
bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus. Pengumpulan biasanya
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah /
kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis
sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan
PS) juga dapat di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan
dikelompokan menurut jenis bahannya
plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga
dapat di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan
dikelompokan menurut jenis bahannya.
2. Pengolahan kembali secara biologi
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan/kertas, dapat
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal
dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang dapat digunakan sebagai 
pupuk dan gas yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Metode
ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahan-bahan organik secarater
kontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme dapat dioptimalisasi pertumbuhannya dengan
pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban
udara (tidak terlalu basah dan atau kering) dan aerasi yang baik (kandungan
oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk
organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta
sangat memungkinkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola
dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi atau metode Inti
Pemerintah/Swasta, kelompok usaha di masyarakat).
Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah
daerah (kab/kota) Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan
aktivatorEM-4,
yaituproses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mik
roorganisme dalam mediacair yang berfungsi untuk mempercepat
pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan- bahan yang digunakan
adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak,EM4,
Molase dan Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar,
Gembor, Keranjang, Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan
Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah
Green BinProgram (program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah
organik rumah tanggaseperti sampah dapur dn potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.
3. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah dapat diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan
cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara
“perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan
bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk
memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator.
Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan,
dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen.
Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi.
Produk cair dan gas dapat dibakar untuk menghasilkanenergi atau dimurnikan
menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya dapat dimurnikanmenjadi
produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan
untukmengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran
antara karbonmonoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.

Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R


Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian
pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan
sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi
(Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).
a. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara
langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
b. Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
c. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah
mengalami proses pengolahan.

Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di perlukan upaya


untukmengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang
dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (darihulu)
adalah menerapkan prinsip 3R.

Teknik pengolahan sampah:

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat
padat.

Sumber sampah dapat bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah


tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di
Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan
diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani


sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis
besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan
pembuangan akhir.

D. Pelaksanaan pengelolaan sampah di masyarakat


Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa
penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh
Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat
perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran
pendekatan ke pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada
gilirannya memerlukan adanya campur tangan dari Pemerintah.

Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan,


pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan. Berangkat dari
pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu
penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan pelaksanaan
pengelolaan sampah. Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan oleh
Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional. Kebijakan
pengelolaan sampah ini meliputi : Penetapan instrumen kebijakan: instrumen
regulasi: penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang- undang dan
hukum yang jelas tentang sampah dan perusakan lingkungan instrumen
ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi beban
penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif) dan pemberlakuan
pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, serta melakukan uji
dampak lingkungan Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce),
memakai kembali (re- use), dan mendaur-ulang (recycling) sampah, dan
mengganti (replace); Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan;
Pengembangan teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah:
Penetapan kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir
sampah; penetapan lokasi pengolahan akhir sampah; luas minimal lahan
untuk lokasi pengolahan akhir sampah; penetapan lahan penyangga.
Pelaksanaan program-program tersebut perlu didukung oleh semua pihak baik
para pemangku kebijakan, aparat penegak hukum, aktivis lingkungan, warga
masyarakat dan semua orang perlu saling melaksanakan hal tersebut
khususnya lingkungan sekitar yang akan menjadi contoh bagi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaenadi S, 2000, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1,
Jakarta: Dian Rakyat.
Budioro, 2001, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Semarang: Universitas
Diponegoro.
Soekidjo Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip - Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2005, Stastika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai