Anda di halaman 1dari 17

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

“Edukasi Pemilahan Sampah Dan Pembuangan Sampah”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Komunitas Dan Keluarga

Di Dukuh Gondangsari di Desa Banaran

Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo)

Disusun Oleh :

Nora Reza Fazira Shah

21650235

Program Studi Profesi Ners

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

“EDUKASI PEMILAHAN SAMPAH DAN PEMBUANGAN SAMPAH”

Di Acara Yasinan RW 01

Dukuh Gondangsari Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo

Tahun 2022

Disusun Sebagai Tugas Praktik Keperawatan Komunitas Dan Keluarga

Pada Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

Tahun 2022

Dilihat dan disahkan pada tanggal

…………………………………………….

Mengetahui,

Prmbimbing I

Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0715127903

Pembimbing II Pembimbing III

Saiful Nurhidayat, S.Kep., Ns., M.Kep Filia Icha Sukamto, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN NIDN. 0731058601
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“EDUKASI PEMILAHAN SAMPAH DAN PEMBUANGAN SAMPAH”

Pokok Bahasan : Edukasi Pemilahan Sampah Dan Pembuangan Sampah”

Sub Pokok Bahasan : Pengelolaan sampah

Sasaran : Warga Rw 01 Dukuh Gondangsari

Hari / Tanggal :-

Waktu :-

Tempat : Yasinan di Rumah Warga

Pemateri : Nora Reza Fazira Shah

A. Latar Belakang
Pengelolaan sampah sudah menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi
masyarakat perkotaan. Dapat dilihat dengan aktivitas manusia yang saat ini tidak
terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah oraganik
maupun limbah non oraganik. Kegiatan utama dari pengelolaan sampah
yaitumemindahkan sampah dari sumber atau tibulan ke tempat pembuangan sampah
yang telah ditetapkan.Penanganan ini membutuhkan sebuah sistem yang baik karena
dapat menimbulkan menurunnya estetika lingkungan dan ancaman bagi kesehatan
masyarakat umum.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah
adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau
semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil
teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi
suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas
sampah yang dihasilkan (Nuraini Anggi, 2018).
Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku
dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan
sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,
anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani
seluruh sampah yang dihasilkan. Sampah dapat menimbulkan permasalahan yang
cukup serius bila tidak ditangani dengan tepat, karena dapat merusak keseimbangan
lingkungan dan mencemari ekosistem tanah, air, dan udara (Wibowo, 2011).
Pelayanan pengelolaan sampah adalah pelayanan publik dengan bertujuan untuk
melayani masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dalam pelayanan pengelolaan
sampah sangat dibutuhkan kinerja atau performance yang baik sehingga pengelolaan
sampah dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat memberikan kepuasan kepada
masyarakat. Namun demikian, seringkali terjadi penanganan sampah menjadi tidak
efektif akibat keterbatasan Pemerintah baik dalam pembiayaan, jumlah personil
maupun sarana prasarana yang tersedia.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit, diharapkan
para masyar akat dapat memahami dan mengerti tentang gambaran
pengelolaan sampah dalam kehidupan sehari-hari guna menjadikan
lingkungan menjadi lebih baik dan bersih.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan perilaku masyarakat
membuang sampah sembarangan
b. Apa yang menjadi dampak pembuangan sampah yang dilakukan secara
terus menerus
c. Memahami dan menjelaskan konsep pengelolaan sampah kepada
masyarakat
d. Pelaksanaan pengelolaan sampah di masyarakat
C. Sasaran
Warga Sekitar
D. Materi
Pokok bahasan: Pembuangan dan Pengelolaan Sampak
Sub pokok bahasan :
a. Faktor-faktor penyebab membuang sampah sembarangan.
b. Dampak negatif dari sampah.
c. Cara pengelolaan sampah.
E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. LCD Proyektor
2. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 15 Menit Pembukaan:
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Kontrak waktu 3. Menyetujui
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
penyuluhan
2. 45 Menit Pelaksnaan: a. Mendengarkan dan
Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara
b. Bertanya
berurutan dan teratur.
a. Faktor-faktor yang
menyebabkan
perilaku
masyarakat
membuang
sampah
sembarangan ?
b. Dampak
pembuangan
sampah yang
dilakukan secara
terus menerus ?
c. Memahami dan
menjelaskan konsep
pengelolaan sampah
kepada masyarakat ?
d. Pelaksanaan
pengelolaan sampah
di masyarakat ?
Memberikan peserta
kesempatan untuk
bertanya.

3. 20 Menit Evaluasi: Menjawab pertanyaan


1. Faktor-faktor yang
menyebabkan
perilaku masyarakat
membuang sampah
sembarangan ?
2. Dampak
pembuangan
sampah yang
dilakukan secara
terus menerus ?
3. Memahami dan
menjelaskan konsep
pengelolaan sampah
kepada masyarakat ?
4. Pelaksanaan
pengelolaan sampah di
masyarakat ?
4. 10 Menit Penutup: 1. Menjawab
1. Mengucapkan terima 2. Mendengarkan
kasih 3. Menjawab salam
2. Mohon maaf
3. Mengucapkan salam

H. Evaluasi
Struktur : Acara penyuluhan diikuti oleh semua warga Semua sasaran hadir dalam acara
penyuluhan.
Proses : Acara penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan aktif untuk
menyimak semua isi acara penyuluhan dan juga aktif mengajukan pertanyaan kepada penyaji.
Hasil : Semua sasaran hadir dalam acara penyuluhan. Penyuluhaan berlangsung baik.
Pertanyaan :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku masyarakat membuang
sampah sembarangan ?
2. Dampak pembuangan sampah yang dilakukan secara terus menerus ?
3. Memahami dan menjelaskan konsep pengelolaan sampah kepada masyarakat ?
4. Pelaksanaan pengelolaan sampah di masyarakat ?
Jawaban:
1. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan
hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah
2. Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.
3. Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain
(sesuai budaya yang berkembang), dan hal ini berbeda juga antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, serta berbeda juga antara daerah
perumahan dengan daerah industri.
4. Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa
penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh
Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota).
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

A. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Masyarakat Membuang


Sampah Sembarangan
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan
ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas
dan kualitas sampah yang dihasilkan. Perkembangan laju volume timbunan sampah
megalami peningkatan setiap tahunnya dihasilkan diantaranya sampah pemukiman
atau perumahan, sampah pasar, sampah industri dan penyapuan jalan atau fasilitas
umum. Penanganan sampah berhubungan dengan perilaku masyarakat yang
memproduksi sampah. Menangani sampah mulai dari hulu akan membuat
permasalahan sampah menjadi sederhana. Meyadarkan masyarakat, sebagai
produsen sampah, untuk tidak memproduksi sampah dalam jumlah banyak dan juga
dengan tidak membuang secara sembarangan, akan dapat mengurangi
permasalahan sampah (Sigit Setyo Pramono, 2015:4).
Kondisi sosial dan budaya menjadi faktor yang sangat penting untuk
mengetahui kebiasaan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Selain
itu, pola konsumtif masyarakat dan gaya hidup masyarakat juga akan
mempengaruhi besarnya timbunan sampah dan komposisi sampah yang dimiliki
(Sigit Setyo Pramono, 2015:4)
Kebiasaan dan perilaku masyarakat juga tebawa dalam aktivitas membuang
sampah. Sampah yang dibiarkan tercampur dan tidak ada usaha apapun untuk
memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Kondisi sampah yang
tercampur tersebut sangat menyulitkan bagi pemerintah dan pihak yang
berkepentingan untuk memisahkan sampah dan melakukan proses didaur ulang.
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang paling bermanfaat untuk
menentukan status sosial ekonomi dan mempunyai tingkat ketepatan yang cukup
baik, variabel ini dapat dicatat dalam kategori luas, tidak berpendidikan,
berpendidikan, sekolah lanjutan, pendidikan yag lebih tinggi dan latihan khusus.
Pada masyarakat yang hanya mempunyai fasilitas pendidikan sekolah dasar
tujuh tahun memperlihatkan penampilan yang lebih progesif.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang
dalam melakukan pengelolaan sampah (Budioro,2018:67). Dalam teori
Lawrence Green juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai
peranan penting dalam mengubah dan menguatkan perilaku sehingga
menimbulkan perilaku positif dari responden rumah tangga. Karena melalui
pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap
lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. Tingkat
pendidikan menunjukkan korelasi yang positif dengan status gizi, penggunaan
pelayanan dan kebersihan perorangan hyangiene di rumah (Soekidjo
Notoatmojo, 2013:115)
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara
umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dalam hal ini pengetahuan tentang pembuangan dan pengelolaan
sampah rumah tangga, dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
Pendidikan akan kesehatan merupakan kebutuhan pokok, yaitu material
yang harus tersedia agar keluarga dapat melaksanakan kehidupan yang dianggap
wajar (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2020:258). Dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut, sumber daya keluarga merupakan fasilitas yang dapat
dipergunakan, baik berupa material maupun bersifat inmaterial.
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari
dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (diluar diri manusia). Faktor
ekonomi yang tergolong dalam faktor eksternal berpengaruh terhadap status
kesehatan seseorang (Soekidjo Notoatmojo, 2013: 18).
Kurangnya peran serta pemerintah dalam proses pengawasan penumpukan
sampah tersebut, hal ini sangatlah diperlukan dalam melindungi lingkungan yang
rusak diakibatkan sampah. Pemerintah perlu melakukan banyak hal baik
mengenai pembatasan plastik, sosialisasi dampak buruk sampah, pengelolaan
sampah, semua hal yang akan mengakibatkan penumpukan sampah baik dimulai

dari hulu hingga hilir.

B. Dampak Pembuangan Sampah Yang Dilakukan Secara Terus Menerus


1. Dampak Sampah Bagi Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit. Menurut Gelbert dkk (2016; 46-48) Potensi bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut;
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur
dengan air m inum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah
d. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik
yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber
bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya
seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah
seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi
penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat
terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat
berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama
akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di
TPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai
gas seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan
mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan
global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi
pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat
mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang
tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau
tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan
dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan
sampah baik secara sengaja maupun tidak.
Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan
api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu
daerah sekitarnya.
3. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula
sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk
menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan
sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di
bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah
akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur
penduduk yang terletak pada elevasi yang lebih rendah.
4. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan
lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik
dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini
terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah
terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat
berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan
sekitarnya.
5. Kemacetan Lalu Lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang
biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-
lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi
tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan
berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan
upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut
sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutama berupa kemacetan pada
jam-jam kedatangan.
6. Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya.
Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap menentang/oposisi dari masyarakat
dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat
penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah
aktif untuk menghindarinya.

C. Memahami Dan Menjelaskan Konsep Pengelolaan Sampah Kepada


Masyarakat
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu Negara ke Negara yang lain
(sesuai budaya yang berkembang), dan hal ini berbeda juga antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, serta berbeda juga antara daerah perumahan
dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah. Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan juga untuk
mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan
hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya
tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya
kaleng minum alumunium, kaleng baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton,
koran, majalah dan kardus. Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang
sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari
sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat digunakan
seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga dapat di daur ulang. Daur ulang dari produk
yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya
harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya plastik lain yang dapat
digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga dapat di daur ulang. Daur ulang
dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian
bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan/kertas, dapat
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang dapat digunakan
sebagai pupuk dan gas yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Metode
ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahan-bahan organik secarater
kontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas
mikroorganisme dapat dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian
sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu
basah dan atau kering) dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum,
metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah
lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungkinkan melibatkan
langsung masyarakat sebagai pengelola dengan pola manajemen sentralisasi
desentralisasi atau metode Inti Pemerintah/Swasta, kelompok usaha di masyarakat).
Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah
daerah (kab/kota) Proses pembuatan kompos adalah dengan menggunakan aktivator
EM-4, yaituproses pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa
mikroorganisme dalam mediacair yang berfungsi untuk mempercepat
pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan- bahan yang digunakan adalah
: Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak,EM4, Molase dan
Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang,
Termometer, Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan. Contoh dari
pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green BinProgram
(program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah
tanggaseperti sampah dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus
untuk dikomposkan.
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah dapat diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan
panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak
atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi
adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Produk cair dan
gas dapat dibakar untuk menghasilkanenergi atau dimurnikan menjadi produk
lain. Padatan sisa selanjutnya dapat dimurnikanmenjadi produk seperti karbon
aktif. Gasifikasi busure plasma yang canggih digunakan untukmengonversi
material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran antara
karbonmonoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
D. Pengelolaan Sampah
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian
pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah,
melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan
mendaur ulang (Recycle). Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan
kembali sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya
sampah. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah
mengalami proses pengolahan. Mengurangi sampah dari sumber timbulan, di
perlukan upaya untukmengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir, upaya-upaya
yang dapat dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (darihulu)
adalah menerapkan prinsip 3R.
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human
waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat. Sumber sampah
dapat bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung,
kantor, bangunan umum, industri, dan jalan. Berdasarkan komposisi kimianya,
maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian
mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah
organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,
kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir.

E. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Di Masyarakat


Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa
penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani oleh Pemerintah
Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada tingkat perkembangan kehidupan
masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke pendekatan
sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan adanya
campur tangan dari Pemerintah.
Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan,
pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan. Berangkat dari
pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu
penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan pelaksanaan
pengelolaan sampah. Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan oleh
Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional. Kebijakan pengelolaan
sampah ini meliputi : Penetapan instrumen kebijakan: instrumen regulasi:
penetapan aturan kebijakan (beleidregels), undang- undang dan hukum yang jelas
tentang sampah dan perusakan lingkungan instrumen ekonomik: penetapan
instrumen ekonomi untuk mengurangi beban penanganan akhir sampah (sistem
insentif dan disinsentif) dan pemberlakuan pajak bagi perusahaan yang
menghasilkan sampah, serta melakukan uji dampak lingkungan Mendorong
pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai kembali (re- use), dan
mendaur-ulang (recycling) sampah, dan mengganti (replace); Pengembangan
produk dan kemasan ramah lingkungan; Pengembangan teknologi, standar dan
prosedur penanganan sampah: Penetapan kriteria dan standar minimal penentuan
lokasi penanganan akhir sampah; penetapan lokasi pengolahan akhir sampah;
luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir sampah; penetapan lahan
penyangga.Pelaksanaan program-program tersebut perlu didukung oleh semua
pihak baik para pemangku kebijakan, aparat penegak hukum, aktivis lingkungan,
warga masyarakat dan semua orang perlu saling melaksanakan hal tersebut
khususnya lingkungan sekitar yang akan menjadi contoh bagi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaenadi S, 2020, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1, Jakarta: Dian
Rakyat.

Budioro, 2021, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Semarang: Universitas


Diponegoro.

Soekidjo Notoatmojo, 2013, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip - Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, 2015, Stastika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai