Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SANTASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

OLEH :
KELOMPOK 7
DENPASAR II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
1. Pokok Bahasan : 2 pilar sanitasi total berbasis masyarakat
2. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian STBM
b. Pengelolaan Limbah Cair
c. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
d. Penggunaan Kaporit terhadap Air Sumur
3. Waktu : 08.00 s/d 16.00 WITA
4. Tempat : Zoom Meeting
5. Hari/Tanggal : Minggu, 24 Januari 2021.
6. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap
orang. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata (Profil Depkes RI, 2008).
Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial. Lingkungan
masyarakat merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Masalah penyehatan
lingkungan khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari
berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas (Profil
Depkes RI, 2008).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga
dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan
program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup
bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan
komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi
dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) Tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar
(BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum
dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola
limbah air rumah tangga dengan aman (Depkes RI, 2008).
Namun, dari kelima pilar tersebut terdapat beberapa permasalahan
dalam beberapa keluarga binaan yang menjadi prioritas bagi kelompok
kami. Seperti pembuangan air limbah rumah tangga yang langsung
membuang air limbahnya ke got tanpa adanya pengelolaan, dekatnya jarak
sumur dengan septicktank, dan banyaknya warga yang menggunakan air
sumur dalam kebutuhan air minum sehari-hari.

7. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
mengetahui dan mengenal tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

8. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 1 x 40 menit pada keluarga, mereka
mampu :
 Mengetahui pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
 Mengetahui tentang pengelolaan limbah cair.
 .Mengetahui tentang pengelolaan air minum rumah tangga
 Mengetahui tentang penggunaan kaporit terhadap air sumur
9. Sasaran dan Target
Sasaran ditunjukan pada seluruh keluarga binaan dari
Kelompok 7 Denpasar II KKN IPE Poltekkes Kemenkes Denpasar 2021

10. Metode
 Daring
 Diskusi.

11. trategi Pelaksanaan

N Keterangan Waktu Subjek Penyuluhan


O
1. Pendahuluan 5 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam pembuka  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
 Kontrak waktu  Menyetujui kontrak
waktu
2. Penyajian 30 Menit  Memperhatikan
 Melakukan penyuluhan
tentang STBM
 Melakukan penyuluhan  Bertanya
tentang
pengelolaan/pengendalian
limbah cair
 Memperhatikan
 Melakukan penyuluhan
tentang memasak air yang
baik dan benar
 Melakukan penyuluhan
tentang pemberian kaporit
pada sumur
3. Penutup 5 Menit  Memperhatikan
 Menyimpulkan materi  Menjawab
tentang Perilaku hidup  Menjawab salam
Bersih dan Sehat
 Memberikan evaluasi secara
lisan
 Memberikan salam penutup

12. Media
 Leaflet
13. Alat dan Bahan
-
14. Materi
Materi (terlampir) :
1. Pengelolaan/pengendalian limbah cair
2. Pengelolaan air minum
3. Pemberian Kaporit pada sumur

15. Kreteria Evaluasi


1. Pasien dapat mengetahui tentang pengelolaan limbah cair yang baik di
rumah tangga melalui google form yang telah diberikan.
2. Pasien dapat mengetahui bagaimana cara memasak air yang digunakan
untuk keperluan minum dan memasak melalui google form yang telah
diberikan .
3. Pasien dapat mengetahui pemberian kaporit ke sumur melalui google
form yang telah diberikan.

16. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan materi penyaji.
b) Tempat yang digunakan mendukung dan nyaman.
2. Evaluasi proses
a) Pasien dan keluarga hadir sesuai dengan kontrak waktu yang sudah
ditetapkan dan pasien dan keluarga antusias untuk bertanya
mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
3. Mahasiswa
a) Dapat memfasilitasi penyuluhan.
b) Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
a) Adanya kesepakatan antara mahasiswa dan keluarga binaan dalam
melaksanakan implementasi selanjutnya.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

1. Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM
adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. (Permenkes RI No. 03
Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Program STBM memiliki indikator outcome dan indikator output.
Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan
perilaku. Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi
dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di
sembarang tempat (Open Defecation Free).
b. Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan
makanan yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas
(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal)
tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga
semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

2. Pengelolaan Limbah Cair


Dalam pengelolaan limbah cair rumah tangga, sumber air limbah
biasanya berasal dari air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi
dan sebagainya. Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan
organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya (Chandra, 2006).
Menurut Sembiring (2003), bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat alat pengolahan limbah cair menggunakan metode filtrasi dan
adsorpsi antara lain ijuk, pasir, batu kerikil, arang aktif dan zeolit. Arang aktif
dapat digunakan sebagai adsorben karena arang aktif bersifat sangat aktif
terhadap partikel yang kontak dengan arang aktif tersebut Arang aktif
memiliki ruang pori yang sangat banyak dengan ukuran tertentu yang dapat
menangkap partikel yang sangat halus dan menjebaknya disana. Salah satu
contoh arang aktif yang murah dan efisien sebagai adsorben adalah arang aktif
dari batok kelapa.

3. Pengelolaan Air Minum


Secara definisi PAMRT adalah suatu metoda pengolahan dan
penyimpanan yang dapat memperbaiki dan menjaga kualitas (secara
mikrobiologis) air minum dan air yang digunakan untuk produksi
makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi,
persiapan makanan/minuman bayi (Depkes, 2008). Dalam memasak air
adapun prosedur yang benar yaitu sampai 100 derajat celcius yang di mana
hatus sampai mendidih dan ditunggu selama 5-10 menit. Hali ini bertujuan
untuk membunuh kuman pathogen yang terdapat di dalam air tersebut
(Chandra, 2006)

4. Pemberian/Pembubuhan Kaporit pada Sumur


Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah (Chandra, 2006).
a. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
b. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran
seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.
c. Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng pegunungan,
letak sumur gali harus diatas sumber pencemaran.
d. Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya
mengandung air sepanjang musim.

Apabila, jarak sumur tidak memenuhi persyaratan maka perlu


dilakukan pemberian kaporit. Adapun caranya yaitu (Chandra, 2006):
1) Buat larutan kaporit sebanyak 20 liter (dosis pemberian 0,5 sendok makan
kaporit untuk 20 liter air)
2) Ukur banyaknya air sumur. Untuk setiap 1 meter kubik ditambahkan 20
liter larutan kaporit.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Sembiring, MT, Dan TS, Sinaga. 2003, ‘Arang aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya)’, USU Press, Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman umum Pengelolaan Air Rumah
Tangga. P2PL Depkes. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai