Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Bagus Rai (2015), pariwisata adalah salah satu mesin penggerak
perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap
kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu menggerakkan
aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi yang
signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwista direncanakan dengan baik,
mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi.
Keberhasilan pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang,
keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah
kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan
dapat terwujud jika wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi
dengan berbagai atribut yang ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang
puas akan cenderung menjadi loyal untuk mengulang liburannya di masa
mendatang, dan memungkinkan mereka mengajak teman-teman, dan kerabatnya
untuk berlibur ke tempat yang sama. Dari perspektif ekonomi, dampak positif
pariwisata yaitu :
1. Mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uang asing di
daerah tujuan wisata.
2. Pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat setempat
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait langsung atau
tidak langsung dengan jasa pariwisata
4. Memperluas penciptaan kesempatan kerja baik pada sektor-sektor yang terkait
langsung seperti perhotelan restoran agen perjalanan maupun pada sektor-
sektor yang tidak terkait langsung seperti industri kerajinan penyediaan
produk pertanian atasi budaya bisnis eceran jasa lain dan sebagainya.
5. Sumber pendapatan asli daerah, dan
6. Berlangsung kreativitas seniman baik seniman pengrajin industri kecil
maupun seniman tabuh dan tayang diperuntungkan konsumsi wisatawan.
Kabupaten Karangasem terletak di ujung timur pulau Bali daerah ini
merupakan daerah berbukit dengan kondisi tanah kering. Tahun 1963 ketika
Gunung Agung meletus, sebagian wilayah Karangasem terkubur lahar. Sejak
pertengahan 1990 an kawasan Karangasem Utara terutama daerah tumpahan lahar
di tulamben beralih menjadi kawasan wisata bahari dengan pemandangan rumput
karang dan ikan hias yang cantik sarana hunian wisata seperti hotel restoran dan
rekreasi Bahari dibangun di kawasan ini tak hanya keindahan alam perbukitan dan
bawah laut yang menjadi andalan wisata Karangasem masyarakat Bali mula yang
banyak bermukim di daerah Karangasem memberi warna lokal pada seni budaya
daerah Karangasem masyarakat di desa Tenganan, Bungaya, Timbrah, Bugbug
dan beberapa desa lainnya hingga kini masih memberlakukan adat istiadat Bali
Mula warisan leluhur mereka. Adapun daya tarik wisatawan asing untuk
berkunjung ke Bali yaitu wisata Gunung Agung. Menurut Bawantara & Ekaristi
(2009) Gunung Agung adalah gunung tertinggi di Bali, masyarakat Bali
menyakini bahwa Gunung ini merupakan tempat suci tempat di mana tempat
bersemayamnya para dewa. Gunung Agung adalah salah satu gunung yang masih
aktif di pulau Bali letusan terakhir terjadi pada tahun 1963. Letusan Gunung
Agung dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan yang diantaranya
pencemaran udara dan berdampak pada kualitas udara di pulau bali itu sendiri,
serta terjadinya penurunan wisatawan yang ingin mengunjungi pariwisata lainnya
di Bali.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan, maka yang menjadi
rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimanakah analisa data tentang bencana alam yang disebabkan oleh
letusan Gunung Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali?
2. Bagaimanakah analisa bahaya tentang bencana alam yang disebabkan oleh
letusan Gunung Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali?
3. Bagaimanakah solusi tentang bencana alam yang disebabkan oleh letusan
Gunung Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui analisa data tentang bencana alam letusan
Gunung Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali.
2. Mahasiswa mampu mengetahui analisa bahaya tentang bencana alam letusan
Gunung Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali.
3. Mahasiswa mampu mengetahui solusi tentang bencana alam letusan Gunung
Agung yang berdampak bagi pariwisata di Bali.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pencemaran Udara
Dalam pengertiannya polusi atau pencemaran udara adalah dimasukkannya
komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau
tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai
ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat lagi berfungsi sesuai peruntuknya (Budiman Chandra, 2006). Menurut
Wisnu Arya Wardhana, pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan
atau zat-zat aisng di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan
(komposisi) udara dari keadaan udara pada normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup
lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan (Wisnu
Arya Wardhana, 2001). Jadi dapat diartikan bahwa pencemaran udara merupakan
masuknya komponen berupa bahan atau zat lain dari kegiatan manusia maupun
alam secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan perubahan
komposisi serta menyebabkan kualitas udara turun dan juga menggangu
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan. Menurut Wisnu Arya
Wardhana (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a) Karena faktor internal (secara alamiah), contoh : 1) Debu yang beterbangan
akbat tiupan angin 2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi
berikut gas-gas vulkanik. 3) Proses pembusukan sampah organic, dll
b) Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : 1) Hasil pembakaran
bahan bakar fosil. 2) Debu atau serbuk dari kegiatan industri. 3) Pemakaian
zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Menurut Soedarto (2013), polusi udara dikelompokkan menjadi polusi udara
alami, polusi udara yang disebabkan oleh manusia, polusi udara partikulat
(particulate matter). Dari konteks tersebut, polutan alami merupakan polutan yang
berasal dari sumber-sumber alami adalah : 1) Kebakaran hutan yang menghaslkan
polutan berupa partikel-partikel, berbagai jenis gas, dan VOC (bahan-bahan yang
menguap ke dalam atmosfir). 2) Debu sangat halus yang dihasilkan oleh erosi
tanah yang menggerus lapisan tanah sehingga meningkatkan jumlah partikel yang
ada di udara. 3) Letusan gunung berapi yang menyemburkan gas sulfur dioksida
dan debu Polutan gas merupakan suatu campuran antara uap dan polutan udara
berbentuk gas dapat ditemukan di lingkungan luar (outdoor) dan lingkungan
dalam (indoor). Polutan gas yang paling umum dijumpai adalah : karbon dioksida,
karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, sulfur oksida, dan ozon.
Sejumlah sumber dapat menghasilkan komponen kimia tersebut, tetapi sumber
polutan gas utama adalah akibat perbuatan manusia, yaitu akibat pembakan
minyak fosil (fossil fuel). Sedangkan, untuk Particulate Matter (PM) adalah
campuran partikulat padat dan butiran/droplet cairan yang ditemukan di udara.
Adapun komponen utama dari PM adalah sulfat, nitrat, amonia, sodium klorida,
karbon, debu mineral, dan air.

2. Bencana Alam Gunung Meletus


Menurut Tim Editor Atlas dan Geografi, gunung adalah salah satu bentuk
bentang alam yang lebih menonjol dibandingkan dengan wilayah sekitarnya
gunung terdiri atas puncak dan lereng gunung meletus terjadi karena adanya
Tenaga dari dalam bumi yang mendorong Magma yang ada di bawah permukaan
bumi magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi lebih dari 1000 derajat Celcius cairan Magma yang keluar dari
dalam bumi disebut lava tidak semua gunung berapi sering meletus gunung berapi
yang sering meletus di juluki sebagai gunung berapi aktif. Gunung berapi
terbentuk pada batas lempeng tektonik. Indonesia memiliki banyak gunung berapi
karena terletak di atas tiga lempeng tektonik, yaitu : lempeng Eurasia, Australia,
dan Pasifik. Lempeng bumi selalu bergerak sepanjang waktu lempeng bisa
bergerak saling bertubrukan menjauh atau bergeser ketika dua lempeng
bertubrukan salah satu lempeng bisa mendorong ke bawah lempeng yang lain dan
meleleh, gunung berapi terbentuk di daerah tempat lempeng lempeng saling
bertumbukan atau menjauh. Sedangkan menurut Bambang Shakuntala (2008),
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan proses keluarnya magma
disebut erupsi. Erupsi ini membawa serta bahan-bahan padat, cair, dan gas.
Magma yang keluar disebut lava, yang kemudian menimbulkan permukaan bumi
di sekitar lubang kepundan lava itu semakin lama semakin tinggi. Biasanya erupsi
disertai dengan letusan gunung berapi, letusan yang kuat disebut eksplosif
sedangkan letusan lemah disebut effuse letusan dahsyat biasanya disebabkan
lepasnya gas atau magma secara tiba-tiba akibat tekanan dari dalam perut bumi.
Dalam perjalanan naik dari dapur magma ke permukaan bumi magma saling
menghancurkan dan meruntuhkan batuan-batuan dilaluinya sehingga terjadi
gempa bumi, oleh karena itu antara gempa bumi dan letusan gunung berapi sering
kali terjadi beriringan letusan gunung berapi dapat memicu terjadinya gempa
bumi, sebaliknya gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi. Gempa bumi
dapat menyebabkan material penyebab kepundan goyah, gas bergeser atau pecah
sehingga magma dan gas yang tersebar di bawahnya menemukan celah untuk
keluar. Pada saat meletus gunung berapi dapat menyemburkan lava, batuan-
batuan, gas, dan material baik yang kecil selembut debu sampai material sebesar
gajah yang memancar ke atas seperti kembang api dan terlempar hingga cukup
jauh (3 km). Dalam kondisi normal pun gunung berapi aktif sering mengeluarkan
asap. Asap ini umumnya mengandung gas asam yang dapat memacetkan mesin
pesawat terbang sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Itulah sebabnya para
pilot selalu menghindari gunung berapi aktif saat menerbangkan pesawat. Ada
beberapa bentuk gunung berapi salah satunya berbentuk perisai yang landai dan
lebar gunung berapi semacam ini terbentuk akibat lava cair yang mengalir lancar
dari puncak kepundan, menumpuk, mendingin, dan membentuk struktur seperti
kubah yang sama lebar. Lava yang tidak kental dapat mengalir cukup jauh dan
menyebar cukup merata di sekitar kepundan contoh gunung berapi perisai adalah
Mauna Loa dan kilauea di Kepulauan Hawaii.

3. Parwisata
Menurut seorang ahli ekonomi berkebangsaan Austria norval Herman
schulalard dalam Suryadana (2006), bahwa menurutnya pariwisata atau tourism
adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk tinggal dan
pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara kota atau wilayah
tertentu. Menurut Prof Hunzr dan Kraft dalam Suryadana (2006), mendefinisikan
bahwa pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala atau peristiwa-
peristiwa yang timbul dari adanya perjalanan dan tinggalnya orang asing di mana
perjalanannya tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan
dengan kegiatan untuk mencari nafkah.
Selain definisi pariwisata tersebutm, berikut akan penulis uraikan juga tentang
berbagai pilihan definisi pariwisata lainnya yakni sebagai berikut :
Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987) dalam Suryadana (2006), mereka
mengatakan bahwa pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan
dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka
biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di
tempat-tempat tujuan itu.
Menurut Prof salah Wahab (1994) dalam Suryadana (2006), mendefinisikan
bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar
yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu
negara itu sendiri atau di luar negeri meliputi pendiaman orang-orang di dari
daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan
berbeda dengan apa yang dialaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.
Menurut Gamal suwantoro (1997) dalam Suryadana (2006), memberikan
pengertian pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya dorongan kepergiannya
karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, social,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar
ingin tahu menambah pengalaman atau untuk belajar.
Menurut Freuler (1980) dalam Suryadana (2006), merumuskan pariwisata
dalam artian modern merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas
kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa penilaian yang sadar terhadap
keindahan alam kesenangan dan kenikmatan dalam semesta dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam
masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan industri dan
perdagangan serta penyempurnaan alat pengangkutan.
Dari berbagai definisi pariwisata tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa di
dalam pengertian kepariwisataan terkandung adanya 3 pikiran dasar mengenai :
1. Adanya gerak ya ini perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Adanya jeda yakni Perhatian untuk sementara waktu (bukan untuk menetap),
daripada orang-orang yang bergerak tersebut di satu atau beberapa tempat
yang bukan tempat tinggalnya.
3. Persinggahan dan atau kunjungan tersebut tidak untuk mencari nafkah.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Data
Berdasarkan jurnal yang telah didapat bahwa penggunaan metode yang
dilakukang guna mendapatkan hasil yaitu dengan metode wawancara. Adapun
masyarakat yang diwawancarai yaitu seseorang pengusaha bus pariwisata
bernama kadek, yang mengatakan bahwa bahwa setelah meningkatnya status
siaga dari Gunung Agung menjadi Awas berpengaruh langsung terhadap
menurunnya jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang ke Bali 2 perusahaan
penyedia layanan transportasi terkenal di Bali menyampaikan bahwa banyak
wisatawan asing dalam jumlah grup, khususnya yang berasal dari Jepang dan
India membatalkan kunjungan mereka ke Bali. Hal ini menyebabkan menurunnya
omset penyewaan transportasi mereka sebesar 30% bahkan setelah Gunung
Agung meletus pada tanggal 27 November, seketika reverasi yang seharusnya
penuh sampai pada tahun Baru Cina di bulan Februari, serta merta dibatalkan oleh
penyedia wisatawan. Sedangkan dari narasumber beikutnya yang mewawancarai
pemilik dari hotel bintang 4 terkenal di Sanur mengemukakan fakta bahwa
terdapat peraturan naik cancellation akibat dari meletusnya Gunung Agung jika
turun naik harga minimal Rp2.000.000 dapat dibayangkan berapa kerugian yang
diderita pemilik hotel ini dampak letusan Gunung Agung ini mengakibatkan juga
ditutupnya bandara selama 2 hari.
Penutupan Bandara ini menyebabkan pariwisata dari industri penyokong
pariwisata menjadi lumpuh sebagai contoh penyedap kue pai susu yang berjalan
di terminal keberangkatan juga mendapatkan dampak dari letusan Gunung Agung
secara tidak langsung pada hari biasa ketika belum terjadi penutupan bandara dan
letusan Gunung Agung pengusaha ini biasanya mampu menjual sebanyak 700
kotak pie susu kepada wisatawan yang datang ke Bali ketika terjadi musibah ini
hanya mampu menjual 100 kotak pie susu perhari. Tidak hanya para pengusaha
menjerit para sopir yang pada umumnya mengais rezeki dari mengantarkan
wisatawan asing untuk melakukan tur juga mengeluh akibat dari meletusnya
Gunung Agung pada saat wisatawan sepi mereka menyiasati dengan jalan
mengubah haluan untuk menafkahi diri mereka melalui aplikasi taxi online seprti
Grab, Uber, dan GoCar.
Sepinya pengunjung ke Bali sebabkan selain karena ditutupnya bandara
disebabkan pula oleh banyaknya pembatalan penerbangan ke Bali akibat dari
travel warning yang dikeluarkan pemerintah asal negara tersebut pembatalan
tersebut tentu tidak mengherankan, karena bencana alam sama seperti halnya
aktivitas teror yang dihasilkan oleh teroris adalah sebuah peristiwa yang ingin
dihindari oleh semua orang sejarah mencatat bahwa banyak kejadian di mana
bencana alam menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan asing menurun secara
signifikan.
B. Analisa Bahaya
Dampak Bahaya Letusan Gunung Berapi
No Jenis Bahaya Akbat
1. Hujan asam iritasi pada mata dan kulit juga berpotensi untuk
mencemari air bersih terbentuk saat gas vulkanik
dan partikel asam yang dilontarkan oleh gunung
meletus terkena hujan juga terbentuk di mana lahar
memasuki perairan laut.
2. Gempa korban luka akibat kerusakan fasilitas wisata dan
bangunan lainnya gempa bumi umum terjadi pada
aktivitas vulkanik tsunami mungkin terjadi jika air
laut bergolak bergejolak diakibatkan oleh gunung
berapi bawah laut.
3. Aliran lahar/Lava luka bakar ledakan metana bisa terjadi jika aliran
lava aktif melewati tumbuh-tumbuhan luka gores
goresan dan lecet ketegangan otot dan keseleo
saklar atau lava tidak aktif digunakan tujuan
rekreasi rekreasi.
4. Tanah longsor/ Aliran tertimbun tenggelam dan dapat menimbulkan
lumpur tsunami lokal jika longsoran ini menuju laut lepas
atau danau.
5. Asap dari lahar iritasi pada mata, kulit, selaput lender, dan
tenggorokan jika terkena terkena/terekspos kabut
asap dari lahar dalam jumlah tinggi atau banyak
dapat menyebabkan kejang laring dan penyakit
paru-paru akut.
6. Piroklastik (wedus
luka bakar dan cedera.
gembel)
7. hujan abu dan batu lecet pada kulit dan mata, iritasi pernapasan efek
jangka panjang dapat menyebabkan sillicosis
(penyakit paru akibat debu) dan penyakit paru-paru
yang kronis, berbahaya bagi pesawat terbang dan
fasilitas wisata, petir bisa terbentuk pada saat awan
abu.
8. gas vulkanik esak nafas akut muntah-muntah sakit kepala pusing
gangguan penglihatan iritasi pernapasan bronkitis
iritasi mata dan iritasi tenggorokan serta serangan
pada jantung.

C. Solusi
a) Sebelum Terjadi Letusan
Tindakan yang harus dilakukan oleh pihak berwenang / pemerintah sebelum
terjadi letusan adalah sebagai berikut.
1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif
2. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung api,
peta zona risiko bahaya gunung api, serta peta pendukung lainnya, seperti peta
geologi gunung api
3. Membuat langkah - langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan
gunung api.
4. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada
masyarakat.
5. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api.
6. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan
sarana dan prasarana.
Tindakan yang harus dilakukan oleh individu / masyarakat sebelum terjadi
letusan adalah sebagai berikut.
1. Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat mengungsi
2. Memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api
3. Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang bertanggung jawab.
4. Memiliki persediaan kebutuhan - kebutuhan dasar, seperti obat - obatan dan
makanan yang memadai.
5. Mengikuti arahan evakuasi pihak berwenang.
6. Membawa barang - barang yang berharga, terutama dokumen dan surat
penting.
b) Saat Terjadi Letusan Gunung Api
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang saat terjadi
letusan adalah sebagai berikut :
1. Membentuk tim gerak cepat.
2. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan
penambahan peralatan yang lebih memadai.
3. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi
pelaporan sesuai dengan kebutuhan.
4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat saat terjadi letusan
adalah sebagai berikut.
1. Jika ada evakuasi, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah
dipastikan aman.
2. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah
aliran lahar.
3. Ketika melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera
selamatkan diri dan cari perlindungan terdekat.
4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
5. Pakailah kacamata pelindung.
6. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
c) Setelah Terjadi Letusan
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah / pihak berwenang setelah
terjadi letusan adalah sebagai berikut.
1. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
2. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
3. Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
4. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
5. Menurunkan status tingkat kegiatan.
6. Melanjutkan pemantauan rutin, meskipun keadaan sudah menurun.
7. Memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
8. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena
bencana.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat setelah terjadi
letusan adalah sebagai berikut.
1. Mengikuti informasi perkembangan status gunung api.
2. Apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali, periksalah rumah dan
barang lain yang ada.
3. Menghubungi dan mengecek saudara dan kerabat yang lain.
4. Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan dan
memperbaiki sarana - sarana yang masih dapat dimanfaatkan.
5. Jauhi daerah yang terkena hujan abu.
6. Membantu tim medis menolong para korban.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Analisa data tentang bencana alam letusan Gunung Agung yang
berdampak bagi pariwisata di Bali yaitu adanya kerugian yang mencakup
beberapa sektor diantaranya jasa transportasi, jasa pelayanan wisata
berupa hotel, dan juga jasa kuliner.
2. Analisa bahaya tentang bencana alam letusan Gunung Agung yang
berdampak bagi pariwisata di Bali yaitu terjadinya hujam asam, gempa,
aliran lahar, tanah longsor, asap dari lahar, piroklastik, hujan abu dan batu,
gas vulkanik.
3. Solusi tentang bencana alam letusan Gunung Agung yang berdampak bagi
pariwisata di Bali yaitu dibagi menjadi 3 yaitu sebelum terjadinya letusan,
saat terjadinya letusan, dan setelah terjadinya letusan.

B. Saran
bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja namun kita harus mengetahui
jenis-jenis rencana sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat yang
dapat ditimbulkan saran-saran saya sampaikan kepada semua pihak untuk
mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar
1. Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi masyarakat yang tinggal
di daerah bencana Bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.
2. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian
lingkungan karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
3. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana agar
tidak terjadi korban dan kerugian besar.
DAFTAR PUSTAKA

Bawantara, Agung & Maria Ekaristi. 2009. Jalan-jalan Bali. Jakarta Selatan :
Gagas Media.
Bhaskara, Gde Indra. 2017. Gunung Berapi dan Pariwsata : Bermain dengan
Api.”Jurnal Analisis Pariwisata”. Vol 17 No.1
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
Shakuntala, Bambang. 2008. Gunung Meletus. Yogyakarta : Kansius
Utama, I Gusti Bagus Rai. 2015. Agrowisata sebagai Pariwisata Alternatif
Indonesia. Sleman : CV Budi Utama.
Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta. CV: Sagung Seto
Suryadana, M. Liga. 2006. Sosiologi Pariwisata: Kajian Kepariwisataan dalam
Paradigma Intergratif-Transformatif menujuWisata Spiritual. Bandung :
Humaniora
Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:
Andi

Anda mungkin juga menyukai