Anda di halaman 1dari 77

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SUKAWATI
GIANYAR TAHUN 2020

Oleh :
I WAYAN DENY PALGUNA
NIM. P07133217025

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DENPASAR
2021

i
USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI
DESA SUKAWATI GIANYAR TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Skripsi
Program Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Denpasar

Oleh :
I WAYAN DENY PALGUNA
NIM. P07133217025

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SUKAWATI
GIANYAR TAHUN 2021

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nengah Notes, SKM., M.Si I Nyoman Sujaya, SKM., M.PH


NIP.195812311983031036 NIP.196808171992031
006

MENGETAHUI:

KETUA JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

iii
I Wayan Sali, S.KM., M.Si
NIP. 196404041986031008
USULAN PENELITIAN
DENGAN JUDUL:

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI
DESA SUKAWATI GIANYAR TAHUN 2021

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : Kamis
TANGGAL : 11 Februari

TIM PENGUJI :
1. Nengah Notes, S.KM., M.Si (Ketua) ....................
2. I G. A. Made Ariasih, S.KM., M.Si (Anggota) ....................
3. I Wayan Sali, S.KM., M.Si (Anggota) ....................

MENGETAHUI:

KETUA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

I Wayan Sali, S.KM., M.Si


NIP. 196404041986031008

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah,

penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul

“Hubungan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dengan

Kejadian Diare Di Desa Sukawati Gianyar Tahun 2020” dengan

baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari, tentunya banyak hambatan dan rintangan

yang penulis alami dalam menyusun usulan penelitian ini. Namun

hambatan dan rintangan tersebut dapat penulis lalui berkat

bimbingan, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., M.PH, selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan

kesempatan dan ijin untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak I Wayan Sali, SKM., M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Poltekkes Kemenkes Denpasar yang banyak memberikan

fasilitas dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak Nengah Notes, SKM., M.Si selaku pembimbiing utama penelitian

yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan

penelitian ini.

4. Bapak I Nyoman Sujaya, SKM., M.PH selaku pembimbing pendamping

penelitian yang telah memberikan arahan penulisan dalam penyusunan

v
penelitian ini.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah membantu dan memberikan dukungan selama

penulis mengikuti pendidikan di Jurusan Kesehatan Lingkungan.

6. Kepala Puskesmas Sukawati 1, yang telah menginjinkan penulis melakukan

penelitian serta staf puskesmas yang sudah membantu memberikan data

yang penulis perlukan.

7. Teman-teman di lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang membantu memberikan masukan-

masukan dalam penyusunan skripsi.

8. Orang tua, saudara, dan kerabat dekat penulis yang selalu memberi

semangat, dukungan, dan doa.

Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang

penulis miliki. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan,

semoga susulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar,

Januari 2021

Penu

lis

vi
DAFTAR ISI

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian................................................... 36

Gambar 2. Hubungan Antar Variabel Penelitian....................................... 38

Gambar 3. Gambar Alur Penelitian........................................................... 41

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Definisi Operasional Variabel................................................... 39

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Pendukung

2. Cheklist 5 pilar STBM

3. Jadwal Kegiatan Penelitian

x
DAFTAR SINGKATAN

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

SDG’s : Suntainable Development Goals

ODF : Open Defecation Free

BABS :Buang Air Besar Sembarangan Stop

CTPS :Cuci Tangan Pakai Sabun

SPAL : System Pembuangan Air Limbah

TPS : Tempat Pembuangan Sampah

PAMM-RT : Pengelolahan Air Minum Makanan Rumah Tangga

WGO : World Gastroenterology Organisation

LINTAS Diare :Lima Langkah Tuntaskan Diare

SPSS : Statistical Program For Social Science

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

ASI : Air Susu Ibu

WHO : Word Health Organization

KLB : Kejadian Luar Biasa

KK :Kepala Keluarga

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan lingkungan merupakan hal yang penting dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satu masalah kesehatan

lingkungan adalah sanitasi yang buruk (Depkes, 2010). Perbaikan

sanitasi termasuk dalam target perbaikan di Indonesia untuk

mencapai Suntainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030, saat

ini masih menjadi kendala karena kurang kesadaran masyarakat akan

sanitasi lingkungan seperti masalah buang air besar sembarangan,

pengolahan limbah rumah tangga, pengolahan air bersih dan sampah

(Kemenkes RI, 2015). Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan

penyakit, salah satu penyakit yang disebabkan oleh sanitasi

lingkungan adalah diare, penyakit diare merupakan penyakit endemis

dengan kejadian luar biasa di Indonesia yang bisa menyerang

seluruh kelompok usia (Depkes, 2010).

Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering

dijumpai baik pada balita hingga orang dewasa. Penyakit diare

masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

penting karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan

kematian diberbagai Negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih

dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun pada balita

yang disebabkan oleh diare. Sekitar lima juta anak diseluruh dunia

meninggal karena diare akut, di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-

1
an, prevalensi penyakit diare sekitar 200 – 400 per 1000 penduduk

pertahun (Kunoli, 2013).

Di Kabupaten Gianyar penyakit diare masih cukup tinggi

ditemukan. Pada tahun 2019 diperkirakan kasus diare sekitar 13.719,

dari perkiraan tersebut kasus diare yang sudah ditangani dengan baik

adalah sebanyak 8.506 (62 %). Pada tahun 2018 diperkirakan kasus

diare sekitar 13.605, dari perkiraan tersebut kasus diare yang sudah

ditangani dengan baik adalah sebanyak 7.380 (Dinkes Kab. Gianyar,

2019). Di Wilayah kerja Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD)

Puskesmas Sukawati 1 yang merupakan salah satu UPTD Puskesmas

yang berada di Kabupaten Gianyar pada tahun 2018 kasus diare

tercatat mencapai 697 kasus dan di tahun 2019 kasus diare berada

diurutan ketujuh dalam 10 besar penyakit yang jumlah kasusnya

mencapai 757 kasus, dengan kasus tertinggi tejadi pada rentangan

umur >20 tahun.

UPTD Puskesmas Sukawati 1 merupakan layanan pertama

dalam usaha pencegahan dan penanganan penyakit di masyarakat.

Dalam pencegahan dan penanganan penyakit terutamanya penyakit

yang berbasis lingkungan upaya yang dilakukan salah satunya

adalah dengan melakukan pendataan, pengawasan serta evaluasi

tehadap sanitasi lingkungan seperti lingkungan tempat tinggal.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan

angka morbiditas diare antara lain dengan melakukan sosialisasi atau

penyuluhan tentang diare, serta progam STBM. Progam sanitasi total

2
berbasis masyarakat (STBM) dilakukan untuk mengubah perilaku

hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara

pemicuan dalam pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air

besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolaan air minum

dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan

pengamanan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Adakah hubungan sanitasi total

berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian Diare di

desa Sukawati Kecamatan Suawati Kabupaten Gianyar tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian

Diare di desa desa Sukawati Kecamatan Suawati Kabupaten Gianyar.

b. Mengidentifikasi kejadian Diare desa Sukawati Kecamatan Suawati

Kabupaten Gianyar.

3
c. Menganalisis hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan

kejadian Diare desa Sukawati Kecamatan Suawati Kabupaten Gianyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi pembaca dan penulis penelitian ini diharapkan meningkatkan

pengetahuan alam menelaah masalah tingkat pengetahuan kepala keluarga

terutama yang berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada

kasus Diare.

b. Bagi penelitian lain diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan acuan

dalam melaksanakan penelitian dengan jenis yang sama pada waktu yang

akan datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan

menguatkan data bagi Dinas Kesehatan dan Pukesmas dalam

membuat kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Serta meningkatkan perilaku masyarakat akan pentingnya sanitasi

lingkungan yang baik untuk mencegah penyakit diare. Selain itu

dapat digunakan sebagai penambahan informasi bagi peneliti

selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM )

1. Pengertian STBM

Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana

buang air besar, sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah

tangga (Kurikulum dan Modul pelatihan STBM, 2014). Berbasis

masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai

pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka

menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, untuk

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas

hidup, kemandirian, dan kesejahteraan (Kurikulum dan Modul

pelatihan STBM, 2014). Sanitasi total berbasis masyarakat

merupakan pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi

5
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan

(Permenkes, 2014).

Progam STBM mempunyai indikator outcome dan output.

Indikator outcome yaitu menurunkan kejadian penyakit berbasis

lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan

indikator output yaitu setiap individu dan komunitas akses terhadap

sarana sanitasi dasar untuk mewujudkan ODF (Open Defecation

Free), setiap rumah tangga dapat menerapkan pengelolahan air

minum dan makanan yang aman, setiap rumah tangga dan sarana

pelayanan umum tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang

dapat mencuci tangan dengan benar, setiap rumah tangga

mengelolah limbah dan sampah dengan benar (Kurikulum dan

Modul pelatihan STBM, 2014).

Progam sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dilakukan

untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan dalam

pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar

sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolaan air minum dan

makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan

pengamanan limbah cair rumah tangga (Kemenkes RI, 2015).

2. Pilar STBM

STBM terdapat lima pilar yakni:

a. Stop buang air besar sembarangan

6
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air

guna membersihkannya (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011). Jenis –

jenis jamban yang digunakan yaitu:

1) Jamban cemplung

Merupakan jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi

menyimpan tinja/kotoran kedalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar

lubang. Pada penggunaan jamban cemplung diharuskan terdapat penutup untuk

menghindari agar tidak berbau.

2) Jamban tangki septik/leher angsa

Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa

tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses

penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Jamban harus dipelihara agar tetap sehat membersihkan jamban secara teratur

agar tidak ada kotoran yang terlihat, tidak terdapat serangga, dan tikus yang

berkeliaran dapat mencegah berbagai macam penyakit akibat lingkungan yang

kotor.

Syarat jamban sehat meliputi:

a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara air minum dan lubang

penampungan minimal 10 meter).

b) Tidak berbau.

c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

d) Tidak mencemari tanah sekitar.

7
e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

g) Penerangan dan ventilasi cukup.

h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

i) Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkannya (Atikah proverawati &

Eni Rahmawati, 2011).

Perilaku buang air besar sembarangan diikuti dengan

pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.

Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standard

dan persyaratan kesehatan yaitu tidak mengakibatkan terjadinya

penyebaran langsung bahan – bahan yang berbahaya bagi manusia

akibat dari pembuangan kotoran manusia dan dan mencegah vektor

pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan

disekitarnya. Jamban sehat efektif untuk memutus penularan

penyakit, dan harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh

keluarga dengan penempatan yang mudah dijangkaum

(Permenkes, 2014).

Beberapa standar dan persyaratan kesehatan bangunan

jamban terdiri dari:

a) Bangunan atas jamban (dinding atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi

pemakai dari gangguan cuaca atau gangguan lainnya.

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 bagian bangunan tengah jamban yaitu lubang

8
tempat pembuangan kotoran/tinja yang saniter dilengkapi oleh

konstruksi leher angsa, pada konstruksi sederhana (semi saniter)

lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa tetapi harus diberi

tutup. Dan lantai jamban terbuat dari bahan yang kedap air serta

tidak licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke

system pembuangan air limbah (SPAL).

c) Bangunan bawah jamban

Terdapat dua macam bentuk bangunan bawah jamban yang

pertama tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi

sebagai penampungan limbah kotoran manusia, bagian padat akan

tertinggal dalam tangki septik dan bagian cair akan diresapkan

melalui bidang/sumur resapan. Kedua yaitu cubluk merupakan

lubang galian yang akan menampung limbah kotoran baik padat

maupun cair yang msuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan

limbah kedalam tanah dengan tidak mencemari tanah, sedangkan

bagian padat dari limbah akan diuraikan.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan

mikroorganisme yang menempel pada tangan, cuci tangan harus

dilakukan dengan air yang bersih dan sabun. Air yang tidak bersih

banyak mengandung bakteri penyebab penyakit, maka dengan sabun

dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman yang tertinggal

pada tangan (Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011). Tujuan

dari mencuci tangan merupakan salah satu unsur pencegahan infeksi

9
(Depkes, 2007).

Sarana yang tidak memenuhi syarat saat melakukan CTPS

adalah:

1) Mencuci tangan didalam wadah kecil atau kobokan dengan jeruk seperti

dirumah makan.

2) Mencuci tangan secara langsung didalam baskom tanpa menggunakan gayung

dan sudah dipakai berkali – kali oleh beberapa orang.

3) Mencuci tangan setelah makan hanya dengan menggunakan sebaskom air dan

jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.

4) Sarana cuci tangan tidak terdapat aliran limbah sehingga menyebabkan

genangan ditanah.

5) Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat orang lupa akan

caranya cuci tangan.

6) CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air

bersih yang mengalir

Adapun langkah – langkah CTPS yang benar:

1) Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua

telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.

2) Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.

3) Gosok sela – sela jari tangan hingga bersih.

4) Bersihkan kedua jari dengan bergantian dengan cara saling mengunci.

5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok bergantian (Permenkes,

2014)

10
Adapun waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah

sebagai berikut :

1) Sebelum makan.

2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.

3) Sebelum menyusui.

4) Sebelum memberi makan bayi/balita.

5) Sesudah buang air besar/kecil.

6) Sesudah memegang hewan/unggas (Permenkes, 2014).

Adapun kriteria utama CTPS yaitu :

1) Air bersih yang dapat dialirkan.

2) Sabun.

3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Permenkes, 2014).

c. Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM – RT)

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan

setelah udara, Air digunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan

membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Penyakit yang

menyerang manusia dapat disebarkan melalui air sehingga

menyebabkan wabah dimana – mana (Mubarak, 2009). Air harus

dikelolah terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga memenuhi

syarat – syarat kesehatan untuk air minum dan keperluaan rumah

tangga, pengolahan air bertujuan untuk memenuhi syarat fisik,

biologis, dan kimiawi (Dainur, 1995).

PAMM – RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan,

dan pemanfaatan air minum, dan pengolahan makanan yang aman di

11
rumah tangga (Permenkes, 2014). Tahapan kegiatan PAMM – RT

meliputi :

1) Pengelohan air minum rumah tangga

Pengolahan air baku jika keruh meliputi:

a) Dilakukan pengendapan dengan gravitasi alami.

b) Dilakukan penyaringan dengan kain.

c) Dilakukan pengendapan dengan tawas atau bahan kimia.

Pengolahan air untuk minum di rumah tangga dilakukan

untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum yang baik

sehingga terhindar dari kuman penyebab penyakit meliputi:

a) Filtrasi (penyaringan) contohnya biosand filter dan keramik filter.

b) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan) contohnya bubuk koagulan.

c) Klorinasi contohnya klorin cair dan klorin tablet.

d) Desinfeksi contohnya dengan cara merebus, sodis (solar water disinfection).

Setelah pengelolahan air minum langkah selanjutnya adalah

penyimpanan air minum untuk keperluan sehari – hari dengan cara:

a) Wadah tertutup, berleher sempit, dan dilengkapi dengan kran.

b) Air minum disimpan diwadah tempat pengolahannya.

c) Air yang sudah dikelolah sebaiknya disimpan ditempat yang bersih dan selalu

tertutup rapat

d) Letakkan wadah air minum ditempat yang bersih dan terjangkau oleh binatang.

e) Wadah air minum selalu dicuci setelah 3 hari ataupun saat air habis dan

sebaiknya menggunakan air yang sudah di olah pada bilasan terakhir.

f) Pada saat minum menggunakan gelas yang bersih dan kering bukan langsung

12
minum air mengenai mulut.

Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam PAMM –

RT

a) Mencuci tangan sebelum mengelolah air minum dan makanan.

b) Mengolah air minum sesuai kebutuhan sehari – hari.

c) Tidak mencelupkan tangan kedalam air minum yang sudah masak.

d) Secara periodik lakukan pengecekan air minum guna pengujian laboratorium

(Permenkes, 2014).

2) Pengelolahan makanan rumah tangga

Makanan harus dikelolah dengan baik dan benar agar tidak

menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh, pengelolahan

makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip hygiene dan

sanitasi makanan (Permenkes, 2014). Pengelolahan makanan

ditujukan kepada segala kemungkinan pencemaran makanan oleh

bahan – bahan, mikroorganisme, parasite, dan yang disebabkan oleh

berbagai pembawa (karier) dan perantara (vektor) penyakit (Dainur,

1995). Sanitasi makanan adalah upaya yang ditujukan untuk

kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya

keracunan dan penyakit pada manusia (Mubarak & Nurul Chayatin,

2009).

Prinsip hygiene sanitasi makanan meliputi:

a) Pemilihan bahan makanan

Bahan makanan harus dipilih dengan memperhatikan mutu

dan kualitas makanan serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan

13
makanan yang tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak

busuk, tidak rusak, tidak berjamur, tidak mengandung bahan beracun

dan berbahaya bagi kesehatan dan tidak kedaluarsa.

b) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan harus memperhatikan cara

penyimpanan, tempat penyimpanan, waktu penyimpanan, serta suhu

penyimpanan. Pada saat penyimpanan harus terhindar dari

kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus

dan hewan lain yang dapat membawa penyakit serta terhindar dari

bahan beracun.

c) Pengelolahan makanan

Syarat hygiene dan sanitasi makanan yang dapat

mempengaruhi pengolahan makanan meliputi : Tempat pengolahan

makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan hygiene dan

sanitasi untuk mencegah terjadinya resiko pencemaran makanan,

adanya serangga, pengerat serta vektor yang dapat mencemari

makanan. Peralatan harus tara pangan (food grade) yaitu tidak

berbahaya bagi kesehatan meliputi lapisan permukaan peralatan

tidak larut dalam asam/basa, tidak berbahaya dan beracun, tidak

retak, tidak mengelupas, serta mudah dibersihkan. Bahan makanan

dikelolah sesuai dengan kebutuhan serta bebas dari cemaran fisik,

bakteriologis, dan kimia. Seseorang yang mengelolah makanan

berbadan sehat dan berperilaku hidup bersih dan sehat serta tidak

menderita penyakit yang menular.

14
d) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang sudah matang harus

memperhatikan suhu, wadah, tempat penyimpanan serta lama

penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat dapat

mempengaruhi kondisi dan kualitas makanan.

e) Pengangkutan makanan

Cara mengangkut makanan harus memenuhi persyaratan

sanitasi agar makanan tidak tercemar dan rusak serta terkontaminasi.

Misalnya, mengangkut daging dengan menggunakan alat pendingin.

f) Penyajian makanan

Penyajian makanan harus memperhatikan beberapa hal yaitu

waktu penyajian, tempat penyajian, cara penyajian dan prinsip

penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan dari saat mengelolah

menjadi makanan matang sampai dengan disajikan serta dikonsumsi

tidak boleh lebih dari 4 jam dan harus segera dihangatkan kembali

terutama makanan dengan kandungan protein yang tinggi

(Permenkes, 2014).

d. Pengamanan sampah rumah tangga

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

dapat mengakibatkan tempat perkembangbiakan penyakit serta

sarang bagi serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran

tanah, sumber pencemaran air, serta sumber dari kuman yang dapat

membahayakan kesehatan (Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).

Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah untuk

15
menghindari penyimpanan sampah dalam rumah agar segera

ditangani (Permenkes, 2014). Pengamanan sampah yang aman

adalah dengan cara pengumpulan, pengangkutan, pengelolahan dan

pemusnahan sampahdengan cara tidak membahayakan kesehatan

masyarakat maupun lingkungan (Permenkes, 2014). Tahapan

pengamanan sampah rumah tangga:

1) Peralatan teknis tempat pengumpulan sampah

a) Kontruksi harus baik, terbuat dari bahan kedap air da nada penutupnya.

b) Volume bak mampu menampung sampah hingga 3 hari.

c) Tidak berbau ke perumahan terdekat.

d) Tidak ada sampah berserakan disekitar bak sampah.

e) Tidak diletakkan pada daerah banjir.

f) Penempatan terletak pada daerah yang mudah dijangkau (Mubarak & Nurul

Chayatin, 2009).

2) Prinsip dalam pengamanan sampah adalah:

a) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang yang

tidak dibutuhkan misalnya dengan mengurangi pemakaian kantong plastik,

mengatur dan merencakan kebutuhan rumah tangga dengan rutin,

mengutamakan membeli produk berwadah sehingga dapat diisi ulang,

memperbaiki barang yang rusak dan membeli produk yang tahan lama

b) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak dipakai tanpa merubah

bentuk, contohnya dengan cara memanfaatkan Sampah rumah tangga seperti

koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun dapat dimanfaatkan

sebagai tempat menyimpan tusuk gigi, dan perhiasan atau menggunakan

16
kembali kantong belanja untuk digunakan untuk wadah belanja berikutnya.

c) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru,

contohnya sampah organik dapat dimanfaat sebagai pembuatan kompos,

mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, dan

sampah yang sudah di pilah dapat disetorkan ke bank sampah (Permenkes,

2014).

Adapun kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat dilakukan

dengan cara:

1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari.

2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah.

3) Pemilahan dilakukan pada sampah organik dan anorganik.

4) Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan dan pemindahan sampah

dari rumah tangga ke tempat penampungan sampah sementara.

5) Sampah yang sudah dikumpulkan ke tempat penampungan sementara di angkut

ke tempat pemrosesan terakhir (Permenkes, 2014).

e. Pengamanan limbah cair rumah tangga

Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan

dalam bentuk cair, air limbah dapat berasal dari rumah tangga

maupun industri yang terdiri atas tiga faktor yaitu tinja, urin, dan

grey water yaitu air bekas pengolahan sisa rumah tangga (Mubarak

& Nurul Chayatin, 2009). Tujuan dari pengaman limbah cair rumah

tangga adalah untuk menghindari genangan air limbah yang dapat

menyebabkan penyakit berbasis lingkungan (Permenkes, 2014).

17
Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urin

disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan.

Sedangkan limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang

dihasilkan dari sisa buangan dapur, kamar mandi, dan saran cuci

tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah (Permenkes,

2014).

a) Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:

1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air limbah

dari jamban.

2) Tidak menyebabkan bau.

3) Tidak menyebabkan vektor.

4) Tidak terdapat genangan sehingga menyebabkan lantai licin.

5) Terhubung dengan saluran limbah umum atau got maupun sumur resapan

(Permenkes, 2014).

b) Dampak buruk air limbah adalah:

1) Gangguan kesehatan.

2) Penurunan kualitas lingkungan.

3) Gangguan terhadap keindahan.

4) Gangguan terhadap kerusakan benda (Mubarak & Nurul Chayatin, 2009)

3. Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Mewujudkan perilaku masyarakat yang higyene dan saniter

secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi – tingginya (Kemenkes RI, 2014)

18
.

4. Manfaat STBM

Adanya 5 pilar STBM membantu masyarakat untuk

mencapai tingkat hygiene yang paripurna sehingga akan

menghindarkan mereka dari kesakitan dan kematian akibat sanitasi

yang tidak sehat (Modul pelatihan STBM, 2013).

5. Sasaran STBM

a. Semua masyarakat yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar

STBM.

b. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi

syarat kesehatan (Permenkes, 2014).

6. Prinsip STBM

a. Tanpa subsidi

Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau

pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya, penyediaan

sanitasi dasar merupakan tanggung jawab masyarakat.

b. Masyarakat sebagai pemimpin

Inisiatif pembangunan sanitasi berasal dari masyarakat,

fasilitator sanitasi hanya membantu memberikan masukan dan solusi

kepada masyarakat untuk meningkatkan akses sanitasi. Semua

kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh

masyarakat sendiri.

19
c. Tidak memaksa

STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan

cara memaksa mereka untuk mempraktekan budaya hygiene dan

sanitasi.

7. Strategi STBM

Strategi dalam pelaksanaan STBM meliputi beberapa

komponen yang saling berhubungan satu sama lain yaitu:

a. Penciptaan lingkungan yang kondusif

Komponen ini meliputi advokasi kepada pemerintah,

pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam

mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan progam

pembangunan sanitasi pedesaan yang diharapkan akan

menghasilkan:

1) Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk

melaksanakan progam STBM yang dinyatakan dalam surat kepemimpinan.

2) Kebijakan daerah dan peraturan daerah tentang sanitasi seperti keputusan

Bupati, peraturan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD), serta Rencana Strategi (Renstra).

3) Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengutamakan sector sanitasi yang

menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber

daya dari pemerintah maupun non pemerintah.

4) Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan progam peningkatan fasilitas.

b. Peningkatan kebutuan sanitasi

20
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya

sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higenis dan

saniter berupa:

1) Pemicuan perubahan perilaku.

2) Promosi dan kampanye perubahan perilaku hygiene dan sanitasi.

3) Penyampaian pesan melalui media komunikasi.

4) Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku

5) Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat dan mengembangkan

mekanisme penghargaan terhadap masyarakat maupun institusi.

c. Peningkatan penyediaan akses sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan

untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan

akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan

mengembangkan pasar sanitasi pedesaan yaitu:

1) Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan

terjangkau.

2) Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi pedesaan dan

mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.

3) Pengelolahan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil riset agar pihak

yang berkepentingan memiliki akses yang murah, cepat, dan mudah.

d. Pemantauan dan evaluasi

Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian progam

dan mengidentifikasi pembelajaran yang dipetik selama perubahan.

(Permenkes, 2014).

21
B. Alur Progam

1. Pelaku Pemicuan

a. Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya relawan,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa, dapat

dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar Desa

tersebut

b. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika

ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta

pemantauan dan evaluasi

c. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada

di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan,

pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan sampai

dengan pemantauan dan evaluasi

d. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta

dalam kegiatan pemicuan di desa,

e. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa

untuk keberlanjutan STBM (Permenkes, 2014).

2. Langkah-langkah Pemicuan

Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu,

dengan lama waktu Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk

menghindari informasi yang terlalu banyak dan dapat membuat

bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai sejumlah

orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak

22
dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya

sang pelopor ini disebut dengan natural leader.

a. Pengantar pertemuan

1) Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun hubungan

setara dengan masyarakat yang akan dipicu.

2) Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator.

3) Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta

kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan

dengan jujur.

4) Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk

memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain),

melainkan untuk belajar.

b. Pencairan suasana

Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana

akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan

terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi.

c. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi

Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan,

misalnya “Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia

pada hari ini?” “Siapa saja yang BAB ditempat terbuka pada hari

ini?”

d. Pemetaan sanitasi

1) Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang

dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang

23
tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya

diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.

2) Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang kayu,

dan lain-lain) untuk membuat peta.

3) Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi

Pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana

yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan

sampah, saluran limbah cair rumah tangga).

4) Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja,

sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi

pembuangan ke rumah tangga.

5) Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta untuk

berdiri berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan

dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusna

e. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)

1) Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan

pengamatan, bertanya dan mendengar.

2) Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dan

kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat

pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.

3) Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair

rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.

f. Diskusi

1) Alur kontaminasi

a) Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi penyakit

24
b) Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda?

Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?

c) Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?

d) Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan kotorannya

sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?

e) Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka berfikir

dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses

analisis.

2) Simulasi air yang terkontaminasi

a) Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota

masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai

mereka yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.

b) Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan

rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang

tadi diminum oleh peserta.

c) Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah

diberi dicelup rambut bertinja.

d) Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa

tidak yang ada berani minum?

e) Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat

mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut

tinja lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?

g. Menyusun rencana program sanitasi

1) Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka

25
untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi Pada saat

Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul menjadi natural

leader.

2) Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok, memicu

orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan,

untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan

kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus.

4) Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap terlaksananya

rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.

5) Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1),

masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan

pengumuman.

6) Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula,

masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota

masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.

7) Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene dan

sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total (Permenkes, 2014).

a) Faktor Lingkungan

b) Faktor sumber daya manusia

c) Regulasi

d) IPTEK

e) Pendanaan (Teguh Priatno dkk, 2014)

26
C. Konsep Teori Perilaku

1. Pengertian

Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu

dengan lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun

yang diamati secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).

2. Klasifikasi

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, perilaku

kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar

tidak sakit, perilaku pemeliharaan kesehatan dikelompokan menjadi

3 aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan

kesehatan, perilaku pemeliharaan gizi.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan

Perilaku ini menyangkut tindakan dan upaya seseorang saat

menderita penyakit, tindakan dan perilaku dimulai dari mengobati

sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke Negara lain.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli Becker (1979) membuat

klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan meliputi:

27
1) Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku

ini mencakup antara lain:

a) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

b) Olahraga teratur

c) Tidak merokok

d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e) Istirahat yang cukup

f) Mengendalikan sters

g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif, misalnya tidak berganti-ganti

pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan

sebagainya.

3. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon stimulus perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup, respond dan reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

yang terbuka dan nyata, respon terhadap stimulus tersebut sudah

28
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dapat di amati dan

dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

4. Tingkatan Perilaku

Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli

psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah,

dan domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective),

dan psikomotor (psycomothor). Kemudian oleh ahli pendidikan di

Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta

(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta,

perirasa, dan peritindak.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal

- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan,

keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas

kesehatan, dan keterpaparan informasi. Informasi yang diterima

29
individu dapat menyebabkan perubahan sikap maupun perilaku pada

diri individu tersebut (Sunaryo, 2009). Menurut Notoatmodjo

(2008), menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu

yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, media

informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat

diperoleh melalui media cetak (surat kabar, majalah), media

elektronik (Televisi, radio, internet) dan melalui kegiatan tenaga

kesehatan seperti pelatihan yang diadakan (Dokter, Perawat, Bidan).

Sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,

misalnya : air bersih, ketersediaan makanan yang bergizi, dan

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan

seperti:puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos

obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya.

c. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan. Menurut Bloom derajat

kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi oleh empat hal,

yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan

genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor

terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Notoatmodjo,

2010).

6. Perubahan Perilaku

30
Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat

sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya

dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga

akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan

sendiri oleh subjek. Didalam melakukan perilaku yang telah

direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah,

misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program

pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah

sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan

tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi

atau perubahan tersebut.

7. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program

pembangunan di dalam masyarakat,maka yang sering terjadi adalah

sebagian orang yang sangat cepat untuk menerima inovasi atau

perubahan tersebut (berubah perilakunya),dan sebagian orang lain

sangat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.Hal ini di

sebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah

31
(readiness to change) yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).

D. Konsep Dasar Diare

1. Pengertian

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3kali/hari) disertai dengan perubahan

konsistensi tinja disertai darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare

adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air dan

frekuensinya lebih sering dalam satu hari (Kemenkes RI, 2011).

2. Klasifikasi

Berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi:

a. Diare akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

akibatnya adalah dehidrasi sedangkan dehidrasi merupakan

penyebab utama kematian karena diare.

b. Disentri

Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan, dan kemungkinan

terjadi komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14

hari secara terus- menerus akibatnya adalah penurunan berat badan

32
dan gangguan metabolism (Depkes, 2009).

3. Etiologi

Secara klinis penyebab penyakit diare dikelompokkan menjadi 6

yaitu:

a. Infeksi

Diare karena infeksi disebabkan karena bakteri, virus,

parasit. Menurut WGO (World Gastroenterology Organisation) agen

penyebab dari diare adalah :

1) Bakteri (Bacterial Agents) Diarrheagenic

Escherichia coli, Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae O1,

V.cholerae O139, Shigella species, V. parahaemolyticus,

Bacteroides fragilis, C.coli, C. upsaliensis, Nontyphoidal

Salmonellae, Clostridium difficile, Yersinia enterocolitica, Y.

pseudotuberculosis.

2) Virus (Viral Agents)

Rotavirus, Human caliciviruses (HuCVs), Adenovirus

(serotype 40/41), Astrovirus, Cytomegalovirus.

3) Parasit (Parasitic Agents)

Termasuk agent yang paling sedikit menyababkan diare pada

manusia. Agen parasit yang menyebabkan diare diantaranya yaitu

Protozoa (Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis,

Microsporida, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Cyclospora

cayetanensis, Dientamoeba fragilis, Blastocystis hominis,

33
Cryptosporidium parvum, Giardia intestinalis, Entamoeba

histolytica, and Cyclospora cayetanensis dan Helminths

(Strongyloides stercoralis, Angiostrongylus costaricensis,

Schistosoma mansoni, S.japonicum).

a) Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein.

b) Alergi : makanan, susu sapi.

c) Keracunan dan Imunodefisiensi : AIDS (Depkes RI, 2011).

4. Tanda dan Gejala

a. Konsistensi tinja encer, berlendir, atau berdarah.

b. Lecet pada anus.

c. Gangguan gizi akibat intake kurang.

d. Muntah sebelum dan sesudah diare.

e. Hipoglikemia (penurunan kdar gula darah).

f. Dehidrasi (Widjaja, 2000).

5. Patofisiologi

Sebagai akibat diare dapat terjadi:

a. Dehidrasi terjadi karena output lebih banyak dari pada input dalam tubuh.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).

c. Hipoglikemia.

d. Gangguan gizi dan Gangguan sirkulasin (Nursalam, 2005).

6. Epidemiologi

34
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut:

a. Penyebaran kuman penyebab diare

Kuman penyebab diare menyebar melalui fecal oral antara

lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak

langsung dengan tinja penderita, beberapa perilaku juga dapat

menyebabkan penyebaran bakteri penyebab diare antara lain

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, tidak mencuci tangan

sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak

membuang tinja dengan benar, menggunakan air yang tercemar.

b. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan,

beberapa faktor yang mempengaruhi diare yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini berkaitan dengan perilaku

manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat

pula yaitu makanan dan minuman maka dapat menimbulkan

kejadian diare (DepkesRI,2005).

7. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare

(Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri dari:

a. Berikan oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium

klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat,

35
serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan

dalam tubuh yang hilang saat diare.

b. Berikan Zinc selama 10 hari berturut – turut

Zinc dalam tubuh akan menurun dalam jumlah yang besar

saat mengalami diare, pemberian zinc mampu menggantikan zinc

alami yang hilang dalam tubuh karena diare. Zinc juga dapat

meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mencegah tertularnya diare

kembali.

c. Teruskan ASI dan pemberian makanan

Pemberian makanan pada penderita diare adalah untuk

memperbaiki status gizi pada penderita terutama pada anak agar kuat

dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Teruskan

pemberian ASI untuk penderita diare pada bayi karena dapat

memperbaiki system imun bayi untuk mencegah terjadinya diare

ulang.

d. Berikan antibiotik secara selektif

Pemberian antibiotik pada penderita diare hanya diberikan

sesuai indikasi seperti diare berdarah atau diare karena kolera atau

diare disertai penyakit lain. Karena pemberian antibiotik yang tidak

tepat dapat membunuh flora normal yang justru sangat dibutuhkan

oleh tubuh. Pemberian antibiotik hanya boleh diberikan berdasarkan

resep dokter.

e. Berikan nasihat pada ibu

Berikan nasihat pada ibu atau keluarga tentang cara

36
pemberian oralit, zinc dan tanda – tanda untuk segera membawa ke

pelayanan kesehatan terdekat untuk memberikan pengobatan segera

( Saku lintas diare, 2011).

8. Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan

angka kesakitan diare. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah

dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (Hari

Wibowo, 2012). Beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat adalah:

a. Pemberian ASI

Diare mudah terserang pada bayi untuk mencegah terjadinya

diare maka dilakukan pemberian ASI, ASI merupakan makanan

yang penting bagi bayi, komponen zat yang tersedia mudah diserap

dan dicerna optimal oleh bayi, ASI cukup menjaga pertumbuhan

bayi sampai umur 4 – 6 bulan, kandungan anti bodi yang baik dalam

ASI dapat mencegah terjadinya diare pada bayi.

b. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

fecal oral, kuman tersebut masuk melalui makanan dan minuman

atau benda yang tercemar oleh tinja, misalnya melalui jari – jari

tangan, tempat makanan yang di cuci dengan air tercemar.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air bersih serta mencegah terjadinya

37
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan air di

rumah.

c. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan diri yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan mempunyai

dampak dalam kejadian diare.

d. Menggunakan jamban sehat

Penggunaan jamban sangat berpengaruh besar terhadap

penurunan resiko penyakit diare. Keluarga harus mempunyai jamban

yang sehat dan semua anggota keluarga hanya buang air besar di

jamban tersebut untuk menghindari penyebaran bakteri penyebab

diare jika menggunakan jamban umum/jamban bersama.

e. Sarana pembuangan air limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga

harus dikelolah agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan

menyebabkan bau, mengganggu estetika serta dapat menyebabkan

tempat berkembangbiaknya penyakit. Sarana pembuangan air limbah

harus dibersihkan secara rutin agar limbah dapat mengalir sehingga

tidak menjadi berkembangbiakan penyakit (Hari wibowo, 2012).

38
9. Faktor Resiko Diare

a. Faktor intrinsik.

1) Umur dan Jenis Kelamin

Diare tersebar pada semua kelompok usia dengan prevalensi

tertinggi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16% sedangkan menurut

jenis kelamin lelaki dan perempuan evalensi sama yaitu 8,9% pada

lelaki dan 9,1% pada perempuan (Riskesdas, 2011).

2) Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap

penyakit diare. Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh infeksi

Escheria Coli pada saluran cerna sehingga menyebabkan diare.

3) Imunodefisiensi

Sekumpulan keadaan yang berlainan dimana imun atau

kekebalan tubuh tidak berfungsi secara adekuat sehingga infeksi

dapat mudah terjadi.

4) Status gizi

Status gizi berpengaruh terhadap diare, pada anak yang

kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang maka episode

diare akut akan lebih berat.

b. Faktor Ekstrinsik

1) Lingkungan

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan, lingkungan yang tidak sehat karena tercemar kuman

diare maka dapat menyebabkan kejadian diare, masalah kesehatan

39
lingkungan antara lain:

a) Sarana air bersih

Masalah kesehatan lingkungan sarana air bersih perlu diperhatikan dengan

baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari. Apabila

sumber air minum yang di konsumsi keluarga tidak sehat maka seluruh anggota

keluarga akan menghadapi masalah kesehatan atau penyakit

b) Pembuangan kotoran manusia

Jamban sehat merupakan fasilitas pembuangan tinja yang

efektif untuk memutuskan mata rantai penyakit seperti penyakit

diare. Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat

seperti tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau dan tinja

tidak di jamah oleh serangga atau tikus, cukup luas dan landai kearah

lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman penggunaannya, cukup penerangan, ventilasi

cukup, dan tersedia air dan alat bersih.

c) Sampah

Sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang sudah tidak

digunakan lagi sebagai sisa kegiatan sehari – hari manusia ataupun

proses alam yang berbentuk padat. Apabila sampah tidak dikelolah

dengan baik, maka akan memberikan pengaruh besar terhadap

kesehatan. Pengaruh tersebut dapat secara langsung maupun tidak

langsung. Pengaruh secara langsung disebabkan oleh kontak

langsung antara manusia dengan sampah misalnya sampah beracun,

sampah karsinogenik, sampah yang korosif terhadap tubuh, dan

40
sampah teratogenik. sedangkan pengaruh tidak langsung disebabkan

oleh adanya vector penyebab penyakit yang berkembangbiak di

dalam sampah pada manusia, jika sampah ditimbun sembarangan

dapat dijadikan sarang oleh lalat, tikus dan nyamuk. Lalat

merupakan vektor dari penyakit system pencernaan seperti diare,

typhus,dan cholera.

d) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Air limbah merupakan sisa air yang dibuang berasal dari

buangan sisa rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya.

Air limbah mengandung zat tertentu yang dapat membahayakan

kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan hidup lainnya, jika

tidak dikelolah dengan baik akan menyebabkan berbagai macam

penyakit.

e) Perumahan

Rumah sehat merupakan tempat tinggal yang memenuhi

ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi

dalam rangka melindungi keluarga dari bahaya atau gangguan

kesehatan sehingga memungkinkan keluargaa memperoleh derajat

kesehatan yang optimal. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber

penularan berbagai macam penyakit. Adapun fasilitas rumah sehat

meliputi penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air

limbah, pembuangan sampah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul

keluarga.

41
f) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola

hidup atau perilaku keluarga dalam menjaga seluruh anggota

keluarganya agar tidak terserang diare dengan melakukan

penimbangan balita secara rutin, makan dengan gizi seimbang,

keluarga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari – hari,

mempunyai jamban yang memenuhi syarat, mengkonsumsi air

minum yang sehat, mencuci peralatan masak menggunakan sabun.

g) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang maka makin mudah untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan cenderung

untuk medapatkan informasi baik dari orang lain maupun media

masa. Diare cenderung lebih tinggi terjadi pada kelompok dengan

pendidikan rendah yaitu tidak sekolah (10,4%) dan tidak tamat SD

(9,3%) sedangkan untuk kelompok pendidikan tinggi 5,7%

(Riskesdas, 2007).

h) Pengetahuan

Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin

banyak pula pengetahuan yang didapatkan tentangdiare.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang

dengan pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat

pengetahuan yang tinggi, namun seseorang dengan pendidikan

rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah. Pengetahuan ibu akan

42
berpengaruh dalam penanganan diare dirumah, karena bila

pengetahuannya baik maka ibu akan mengetahui cara merawat anak

sakit diare dirumah, terutama tentang upaya rehidrasi oral dan

tentang tanda – tanda untuk segera membawa anak berobat ke

pelayanan kesehatan terdekat.

i) Sikap

Sikap berpengaruh terhadap penatalaksanaan diare dirumah,

misalnya tindakan ibu dengan penghentian ASI terlalu dini,

pemberian susu botol yang kurang bersih akan mengakibatkan diare

pada anak. Sikap ibu dalam mengatasi diare pada anak seperti tanda

– tanda anak harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan, keadaan

anak tidak bertambah baik, anak demam, jika anak tidak mau makan

atau minum dengan baik, anak buang air besar disertai darah. Sikap

ibu yang baik akan mendukung kesembuhan anak yang menderita

diare.

j) Pekerjaan

Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja

(8,7%) dan bekerja sebagai petani/buruh/nelayan (8,7%) sedangkan

untuk kelompok dengan pekerjaan sebagai pegawai sebesar 5,6%

(Riskesdas, 2007).

k) Sosial ekonomi

Penyakit diare sering terjadi pada keluarga dengan status

social ekonomi rendah karena kondisi rumah yang kurang baik, tidak

mempunyai sarana air bersih, tidak adanya kamar mandi dan jamban

43
sehat, pengolahan makanan yang kurang akan lebih beresiko

terhadap pencegahan diare (Ayu putri ariani, 2016)

BAB III

44
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Derajat Kesehatan Masyarakat

Lingkungan Perilaku Pelayanan Genetik


Kesehatan

Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat

Stop BABS CTPS PAM-RT PS-RT PLC-RT

Kejadian Diare

Wilayah Kerja UPT. Kesmas


Sukawati I

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :
: Diteiti
:Tidak diteliti

BABS : Buang Air Besar Sembarangan

45
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

PAM-RT : Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

PS-RT : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

PLC-RT : Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga

Sanitasi total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu lingkungan, sumber daya manusia, regulasi, IPTEK dan

pendanaan. Sanitasi total berbasis masyarakat berhubungan dengan

kejadian Diare. Kejadian diare dipengaruhi oleh beberapa faktor

resiko meliputi faktor intrinsik (umur dan jenis kelamin, infeksi

saluran cerna, imunodefisiensi, status gizi) dan Faktor ekstrinsik

(lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, pendidikan,

pengetahuan, sikap, pekerjaan, social ekonomi). Sanitasi total

berbasis masyarakat berhubungan dengan kejadian diare sehingga

didapatkan hasil terjadi diare dan tidak terjadi diare.

1. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

a. Variabel penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut nilai/sifat dari objek,

individu/ kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara

satu dan lainnya yag telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari

dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya. Mancam-

macam variabel menurut hubungan antara satu variabel yang lain,

maka macam-macam variabel penelitian yaitu

b. Variabel bebas (independen)

46
Variabel Independen sering disebut variabel stimulus, prediktor

antecedent. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dengan Diare

c. Variabel terkait (dependen)

Variabel Dependen Variabel dependen disebut juga variabel

output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia disebut variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

disebut juga varabel indogen. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kejadian penyakit Diare di Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar.(Nikmatur, 2017)

2. Hubungan Antar Variabel

5 (Lima) pilar STBM


Variabel Terikat
1. Stop BABS
Penyaikit Diare
2. CTPS
3. PAM-RT
4. PS-RT
5. PLC-RT

Gambar 2 . Hubungan Antar Variabel Penelitian

a. Variabel independet/bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

47
yang dalam hal ini adalah : Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS),

Cuci tangan pakai sabun (CTPS), Pengolahan Air Minum Dan Makanan

Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT),

dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

b. Variabel dependen/terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas yang dalam hal ini adalah

penderita penyakit Diare

3. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel

dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional

sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan

makna penelitian.

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Defunisi
Variabel Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Variabel Independen: Sanitasi Total 1. Stop Buang Air Besar CHEKLIST ORDINAL YA=1
Sanitasi Total Berbasis Berbasis Sembarangan TIDAK
Masyarakat (STBM) Masyarakat 2. Cuci Tangan Pakai Denga
Merupakan Sabun Kriteri
Suatu 3. Pengolaan Air Minum Baik=7
Program Dan Makanan Rumah 100%
Yang Tangga Kurang
Dilaksanakan 4. Pengamanan Sampah 56%
Oleh Rumah Tangga (Nursala
Pemerintah 5. Pengamanan Limbah 2010)
Untuk Cair Rumah Tangga
Meningkatkan (Kemenkes RI)
Sanitasi
Masyarakat

48
Melalui Pilar
STBM
Perubahan
Sonsistensi
Tinja Atau Ya=1
Feses Dan 1. Buang Air Besar Tidak=
Buang Air Lebih Dari 3 Kali Dalam Denga
Besar Lebih Sehari Dengan CHEKLIST Ordinal Kriteri
Dari 3 Kali Konsistensi Cair 1=Diar
Dalam Sehari (Depkes, 2011) 0=Tida
Dan Terjadi Diare
Variabel Dependen: Dalam Satu
Kejadian Diare Bulan

4. Hipotesis

Hipotesis adalah Jawaban sementara dari suatu penelitian

(Soekidjo Notoatmodjo, 2010) Pada penelitian ini Hipotesis adalah:

H1 : Ada hubungan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian

Diare di Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar tahun

2020.

49
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan

kegiatan pada masalah - masalah yang timbul di bidang

kesehatan/kedokteran dan system kesehatan. Pengelompokan jenis

penelitian itu bermacam - macam menurut aspek mana penelitian itu

ditinjau. Jenis penelitian yang dipergunakan oleh peneliti adalah

observasional retrospektif dengan rancangan kasus - kontrol (case

control). Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena data

yang dihasilkan disajikan dalam tabel silang kemudian dianalisis

dengan menggunakan uji statistik untuk mengetahui kuat hubungan

maupun arah hubungan antar variabel. (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di Wilayah Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Pemilihan lokasi

didasarkan pada kejadian kasus Diare

2. Waktu penelitian

50
Penelitian ini dilaksanka dimulai dari penyusunan proposal penelitian

sampai dengan penyusunan skripsi pada bulan pada bulan Februari sampai dengan

April 2021. Kegiatan mulai dari persiapan, pelaksanaan, pengumpulan, dan

pengolahan data serta finalisasi laporan.

C. Unit analisis dan Responden Penelitian

Unit adalah data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan

sebagai subjek penelitian. Dalam peneltian ini unit analisisnya

adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dengan Diare. Sedangkan

responden adalah oarang yang menjadi sumber data penelitian.

Responde dari penelitian ini adalah pasien Diare di Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.

D. Populasi dan Sampel Penelitain

1. Populasi

Populasi dijelaska n secara spesifik tentang siapa atau

golongan mana yang menjadi sasaran penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah rumah penderita Diare yang tercatat di buku

register Diare Puskesmas Sukawati I pada bulan Januari -Agustus

tahun 2020 yang berjumlah 92 orang. di Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar Tahun 2020

2. Sampel

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah pasien Diare di Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Tahun 2020 yaitu berjumlah 92 orang.

51
Sedangkan jumah sampel kelompok kontrol yang diambil pada penelitian ini

berjumlah sama dengan kelompok kasus yaitu 92 orang, kelompok kontrol diberi

perlakuan yang sama, sampel pada penelitian ini berjumlah 184 orang.

3. Teknik Pengambil Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang

digunakan merupakan penelitian total populasi/sensus karena

mengambil semua populasi penelitian untuk dijadikan sampel.

Penelitian yang dilakukan pada populasi di bawah 100 sebaiknya

dilakukan dengan sensus, sehingga seluruh anggota populasi

tersebut dijadikan sampel. (Sugiyono,2019)

E. Jenis, teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu data primer

dan data skunder adalah sebagai berikut

1. Jenis data yang dikumpulkan

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini berkaitan dengan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat dengan melakukan pengechekan langsung ke rumah warga yang

terkena Diare dengan mengisi cheklist tentang STBM yang menyangkut 5 (lima)

pilar Yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci tangan pakai sabun

(CTPS), Pengolahan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT),

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair

Rumah Tangga (PLC-RT) terhadap kejadian penyakit Diare data dikumpulkan

52
melalui kunjungan rumah dengan melakukan observasi, wawancara dan

pengukuran menggunakan cheklist.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan data

penyakit Diare yang diperoleh dari Puskesmas Sukawati I.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan

dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan perilaku di lakukan

dengan cara :

a Observasi, penilaian dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk

mengetahui perilaku seseorang mengenai STBM kaitannya dengan Diare.

b Melakukan pengisian cheklist

Teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat yang meliputi 5 (lima) pilar yang

meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci tangan

pakai sabun (CTPS), Pengolahan Air Minum Dan Makanan Rumah

Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT),

dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) terhadap

kejadian penyakit Diare dikumpulkan melalui kunjungan rumah

dengan melakukan observasi terhadap rumah responden dengan

menggunakan lembar cheklist untuk pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data yang berkaitan dengan Sanitasi Total Berbasis

53
Masyarakat terhadap kejadian Diare dikumpulkan melalui kunjungan

rumah dengan melakukan observasi

a Identitas responden

Identiras responden dikumpulkan dengan wawancara dan

ditulis pada lembar cheklist.

b Pengamatan rumah

Pengamatan dilakukan dengan berlandaskan 5 pilar y.ang

meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci tangan

pakai sabun (CTPS), Pengolahan Air Minum Dan Makanan Rumah

Tangga (PAM-RT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT),

dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

3. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Alat tulis, digunakan untuk mencatat hasil penelitian

b. Kamera, digunakan untuk mengambil dokumentasi dalam

melakukan penelitian

c. Lembar observasi, digunakan untuk menulis hasil pengukuran

d. Meteran dengan panjang lima meter merk Onda : digunakan untuk mengukur

Jarak Septicktank dengan sumur gali.

e. Lembar Cheklist, digunakan untuk mengumpulkan data STBM.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan

54
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan

langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :

a. Editing adalah tahapan peneliti melakukan koreksi data untuk melihat

kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuisioner, angket dan

pengamatan dari lapangan. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data

sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi.

b. Coding adalah setelah semua kuisioner atau hasil pengamatan di edit dan di

sunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

c. Entering adalah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk code (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

softwere computer

d. Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti

2. Analisis data

a. Analisis satu variabel (Univariate)

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis

univariat dalam penelitian ini adalah pengukuran kualitas fisik

rumah yang mengacu kepada 5 pilar yaitu :

1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Tersedianya toilet yang layak

di suatu rumah tersebut

2) Cuci tangan pakai sabun (CTPS), Tersedianya tempat cuci tangan serta

55
sabun

3) Pengolahan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Adanya

pengolahan air minum dan makan, jadi air minum yang tersedia tidak serta

merta langsung dikonsumsi, harus ada proses pengolahan agar air tersebut

layak untuk di konsumsi

4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), Adanya pengolahan limbah

dengan cara memisahkan sampah anorganik dan sampah organik

5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT), Tersedianya saluran

air limbah cair rumah tangga yang bisa di alirkan ke suatu penampungan

atau dialirkan ke selokan.

b. Analisis dua variabel (Bivariate)

Analisis bivariate merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi variabel bebas kualitasfisik rumah dan terkait ISPA

dengan variabel terikat Penyakit ISPA (Notoatmodjo, 2012). Uji

normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data

apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Kolmogrov-

Smino, karena besar sampel dalam penelitian >50. Distribsi normal

baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p

dan diasumsikan normal. Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi

data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di

bawah 0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan,

2009).

Pada analisis bivariat ini menggunakan metode analisis Uji-

t (Independent Sample T-Test) pengujian dilakukan untuk

56
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua

kelompok sampel yang tidak berhubungan. Uji statistik yang

digunakan adalah uji T-berpasangan, merupakan uji parametrik

(distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari hubungan

dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skla numerik.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan software computer

dengan menggunakan SPSS 21. Uji hipotesis dikatakan bermakna

secara statistik bila didapatkan α <0,05.

57
DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati, Eni Rahmawati, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Nuha Medika, Yogyakarta.
Ayu putri ariani, 2016, Diare pencegahan dan pengobatannya AP Ariani -
Yogyakarta. Nuha Medika, 2016
Dainur. 1995, Materi – materi pokok ilmu kesehatan masyarakat, Widya Medika,
Jakarta.
Hari wibowo, 2012, Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Rumah Sakit
Awal Bros Bekasi tahun 2011, gambaran epidemiologi, FKM, UI.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2011, Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di
Indonesia,http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin.Diakses 04/03/2017.
Kunoli, 2013,Pengantar epidemiologi penyakit menular FJ Kunoli - Jakarta: Trans
Info Media, 2013.
Mubarak, Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Aplikasi dan Teori),
Salemba Medika, Jakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2012,Promosi kesehatan di sekolah S Notoatmodjo, H Anwar, NH
Ella, K Tri - Jakarta: rineka cipta, 2012
Permenkes, 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta
Lampiran 1: Data Pendukung

Jumlah Realisasi Penemuan Penderita Diare

LAPORAN BULANAN DIARE TAHUN 2020

PUSKESMAS SUKAWATI 1 TAHUN 2020

Desa Jumlah Bulan Tahun 2020 Jumlah

penduduk Jnauari Februar Maret Apri Mei Juni Juli Agustu

i l s

Kemenuh 9,815 7 6 2 4 1 3 2 0 25

Butan 3,373 2 7 2 2 1 4 0 2 20

Kler

Batuan 8,621 11 7 6 2 4 5 0 0 35

Sukawati 12,338 29 24 18 6 4 2 5 4 92

Guwang 6,353 13 6 13 7 7 8 9 2 65

Ketewel 10,452 7 4 6 2 3 5 3 2 32

Jumlah 50,952 69 54 47 23 20 27 19 10 269


Lampiran 2

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Urain Kegiatan Tahun 2020

Bulan

Januari Februari Maret April Mei

1. Penyusunan Proposal

2 Bimbingan dan Revisi Proposal

3 Seminar Proposal

4 Pengurusan Ijin

5 Pengambilan Data

6 Penyusunan Laporan Akhir

7 Bimbingan dan Revisi Laporan Akhir

8 Seminar Hasil Penelitian


Lampiran 3

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

No Kegiatan Besar Biaya (Rp)

A. Persiapan Penelitian

1. Survai Pendahuluan Rp 50.000,00

1 orang x 50.000,00

2. Penjajakan lokasi Rp 50.000,00

1 orang x 50.000,00

3. Pembuatan proposal Rp 25.000,00

Kuota internet 8 bulan x Rp Rp 50.000,00

25.000,00/bulan Rp 50.000,00

Prin revisi propasal 100 x 500,00

Prin proposal 100 x Rp 500,00

4. Fotocopy Rp 30.000,00

Proposal 4 ecp x Rp 30.000,00

5. Seminar proposal Rp 45.000,00

Konsumsi 3 orang x Rp 15.000,00

Total Rp 300.000,00

B. Pelaksanaan

1. Perijin Rp 100.000,00

2. Pengumpulan data Rp 200.000.00

2 Orang x 2 hari x Rp 50.00,00


3. Pengolahan data Rp 50.000,00

2 orang x Rp 25.000,00

4. Fotycopy Rp 50.000,00

Cheklist pemeriksaan 100 x 500,00

Total Rp 460.000,00

C. Hasil dan Pelaporan

1. Pembuatan laporan Rp 50.000,00

Prin revisi 100 lembar x 500,00 Rp 50.000,00

Prin laporan 100 lembar x Rp 500,00

2. Fotocopy Rp 120.000,00

Laporan 4 exp x Rp 30.00,00

3. Seminar skripsi Rp 45.000,00

Konsumsi 3 orang x Rp 15.000,00

4. Biaya Terduga Rp 100.000,00

Total Rp 365.000,00

Jumlah Rp 1.125.000,00
2
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

No Responden :

Tanggal observasi:

Petunjuk pengisian sebagai berikut

1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan

2. Isilah dengan benar sesuai dengan jawaban kondisi reponden

3. Isilah tanda centang pada alternatif jawaban ya atau tidak pada lembar

observasi pemeriksaan kualitas fisik rumah

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

I. Identitas Responden

1. Nama :
2. Umur :
3. Jumlah anggota Keluarga :
4. Alamat :
B. Cheklist Pemeriksaan Kualitas Fisik rumah

No Variabel yang diamati Instrumen Keterangan

1 Jarak pembuangan tinja Meteran


dengan sumur gali.
CHEKLIST 5 PILAR STBM

Nama KK/pemilik Jml. KK Pilar I Jml.


No Alamat Ket.
sarana Pengguna Skor
1 2 3 4 5 6 7

Pilar 2 Jml. Pilar 3 Jml. Pilar 4 Jml. Ket Pilar 5 Jml.


Ket. Ket. Ket.
Skor Skor Skor . Skor
1 2 3 1 2 3 4 1 2 1 2

Keterangan :
PILAR 1 STOP BABS
1. Lubang kloset memiliki tutup agar serangga tidak bisa menyentuh tinja (jika leher
angsa maka tutup tidak diperlukan lagi)
2. Jarak pembuangan tinja ke sumur gali > 10 m (jika < 10 m maka penampungan tinja
harus kedap kedap air, contoh septic tank beton, biofil, dll)
3. Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan yang kuat ( bukan dari bambu/kayu
lapuk)
4. Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang kedalam kloset (WC)
5. Setiap orang didalam rumah menggunakan WC tersebut (lakukan pengamatan dengan
melihat sekeliling)
6. Terdapat akses untuk anal cleansing (membersihkan dubur)
7. Tidak ada tinja manusia terlihat disekitar rumah

PILAR 2. CUCI TANGAN PAKAI SABUN


1. Ada perlengkapan CTPS didalam rumah (lakukan pengamatan, fasilitas CTPS yang
dimaksud : sarana cuci tangan tertentu dengan menganut prinsip air mengalir)
2. Tersedia sabun untuk mencuci tangan (jika tidak ada sabun, abu sekam
diperbolehkan)
3. Sedikitnya setiap anggota keluarga mengetahui dan melakukan kegiatan CTPS :
- sebelum/setelah makan
- setelah BAB/BAK
- sebelum memegang bayi : menyusui/memberi makan bayi
- setelah membersihkan kotorann bayi
- sebelum menyiapkan makanan

PILAR 3 PENGELOLAAN AIR MINUM & MAKANAN RUMAH TANGGA


1. Selalu mengolah air sebelum diminum : pengolahan bisa salah satu dari : *)
- merebus air (mendidih 1-3 menit)
- menyaring air
- sodis (matahari)
- desinfeksi (misal dengan kaporit)
2. Air minum yang telah diolah disimpan didalam wadah yang tertutup dengan
kuat/rapat (tidak boleh tanpa tutup karena serangga dan kotoran bisa masuk)
3. Makan yang tersaji tertutup (tidak boleh tanpa tutup karena serangga dan kotoran bisa
masuk)
4. Wadah minum dibersihkan secara rutin (setidaknya seminggu sekali : lakukan
observasi)

PILAR 4 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA


1. sampah padat rumah tangga tidak dibuah sembarangan dilingkungan tempat tinggal
2. Ada perlakuan dengan aman terhadap sampah yang akan dibuang : perlakuan melalui
pengolahan boleh salah satu dari : *)
- menimbun sampah di dalam lubang
- mengolah sampah menjadi kompos
- digunakan kembali (jika memungkinkan)
- cara lain

PILAR 5 PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA


1. Tidak terlihat genangan air disekitar rumah karena limbah cair domestik (limbah cair
yang tergenang dapat menjadi sumber dari vektor penyakit termasuk kran umum/WC
umum
2. Limbah cair sudah diolah sebelum dibuang : pengolahan boleh salah satu :
a. limbah dibuang pada lubang resapan (tertuup atau terisi oleh batu)
b. Limbah dimanfaatkan untuk tanaman
c. Limbah dibuang disaluran got/draenase yang ada, namun tidak tergenang

Anda mungkin juga menyukai